"Silahkan diminum tehnya, Sayuu-san". Akashi Tetsuya meletakkan teh untuk Sayuu, kopi untuk suaminya, dan susu vanilla untuk dirinya sendiri. Kemudian kembali duduk disamping suami yang menatapnya lekat.

"Kenapa, Sei-kun? Ada yang aneh diwajahku?". Tetsuya menatap Seijuurou sembari memiringkan kepalaya. Ia menghiraukan bunyi ribut dari sebrang. Nampaknya mereka sedang berdiskusi untuk segmen berikutnya.

Akashi Seijuurou masih setia dengan seringai terpatri diwajah tampannya. Ada yang aneh? Hah yang benar saja. Mana ada yang normal jika kau mendapati malaikat langit yang sedang meminum susu vanilla dihadapanmu dengan santainya. Paras Tetsuya tak pernah bisa membuat Seijuurou berpaling walaupun mendapati wanita telanjang dihadapannya.

Apalagi yang bisa disebut normal jika malaikat itu jatuh pada jeratan raja iblis didunia terbawah seperti dirinya?

"Tetsuya, kenapa kau mencintaiku?". Kali ini pertanyaan suaminya sukses membuat bibirnya melepaskan mug bertuliskan UkeTetsuya apalagi alasannya jika bukan selera suaminya yang bisa disebut menyimpang.

Tapi Tetsuya befikir keras atas jawabannya. Ia tahu jika Sei-kunnya itu tidak menanyainya hanya karna iseng. Pasti ada sesuatu dibaliknya.

"Sekarang kau menanyakannya. Aku jadi terfikir juga."

Seijuurou sekarang tersenyum maklum. "Sudah, dijawab nanti saja kalau Tetsuya sudah tahu, ya. Tapi aku tetap menunggu"

"Hn"

"Tetsuya-san, Seijuurou-san. Dua menit lagi kita akan melanjutkan acara."

Akashi Seijuurou dan Akashi Tetsuya hanya mengangguk.

.

.

Lima Alasan

Disclaimer:

Kuroko no Basuke milik Fujimaki Tadatoshi-sensei

Warning :

AU, OOC, Typo(s), Aneh, Humor garing. Dan keanehan lainnya yang membuat fanfic ini males dibaca. Yah kalo mau baca sih author bersyukur dengan sangat. Psst, pict bukan punya saya ya:*

Happy Reading*kissu*

.

.

Kagami Taiga mengedarkan pandang. Restoran milik Murasakibara itu sudah penuh secara tak wajar. Rasanya orang yang mengantri terlalu banyak dan melimpah. "Oi, Murasakibara. Kau tidak mau membantu karyawanmu? Mereka kewalahan tuh,"

"Tidak apa Kagachin, mereka sudah terbiasa kok."

"Kalau begitu. Atsushi, aku akan melihat mereka dulu dibelakang."

Himuro Tatsuya bangkit berdiri. Ucapan Taiga ada benarnya juga sebenarnya. Alasan yang Atsushi berikan hanyalah dalih agar dirinya tetap tak bergerak. Melihat itu, Murasakibara hanya mengangguk pada kekasihnya.

"Acaranya sudah mau mulaissu!"

"Diam Aomine Ryouta. Tanpa kau beritahu pun, kita sudah tahu"

"Hidoi!—dan jangan seenak jidatmu mengubah namaku kalau kita belum ke altar dasar Ahominechhi!"

"Oi! Berhenti menjambak rambutku! Model girang!"

"Gangguro bau!"

"Pirang banyak omong!"

"Diam oi! Suaranya tidak kedengaran!"

"Baiklah. Masih bersama saya, Sayuu. Kita langsung saja berlanjut pada jawaban Tetsuya-san selanjutnya. Sebenarnya saya cukup tertarik mengenai status twitter milik akun Kise Ryouta. Seorang model professional yang tahun lalu membuat debutnya di luar negri. "

"Apa statusnya, Sayuu-san?"

"Kise Ryouta mengatakan: Kuroko-chhi pernah bilang padaku. Dulu dirinya sempat menolak perasaannya pada Akashichhi. Walaupun pada akhirnya mereka bersatu kembali, Kurokochhi bilang pada saat itu persaannya campur aduk dan membuatnya sakit berminggu-minggu! Sudah saatnya Kurokochhi bilang pada Akashichhi 'kan? hehe"

Kuroko hanya tersenyum simpul. Itu sudah bukan hint lagi sebenarnya. Secara tidak sadar Kise Ryouta itu sudah membumi hanguskan kepercayaannya karna berkata demikian di akun social media miliknya. Oh, ingatkan Akashi Tetsuya untuk tidak lagi percaya pada Kise Ryouta dan menghadiahkan ignite pass kai padanya.

Seijuurou mengerling bingung. Ini baru pertama kalinya Ia mendengarnya. Penolakan? Tetsuya tidak pernah bercerita padanya.

Tatapan Seijuurou penuh arti menyelidik. Dan malaikatnya hanya menatap lurus, tak lupa senyum garis tipis tersungging diwajahnya.

"Kise-kun banyak bicara ya. Ingatkan aku untuk memberi hadiah pada Kise-kun"

"Kise! Kau cuit cuit apasih di twitter? Kalau sampai kau mati besok, aku tak tanggung jawab!"

"Aominechhi hidoi! Selamat kan akussu!"

"JANGAN MASUKKAN AKU DALAM LINGKARAN SETAN AKASHI DAN TETSU!"

"AHOMINECHHI!"

Tetsuya masih bergeming. baik Sayuu maupun Seijuurou menunggu jawaban dari bibir mungil miliknya.

Tetsuya menghela nafas.

"Ah"

Sayuu dan Seijuurou memandang bingung.

"Rasanya ini ada kaitannya dengan alasan keempat"

Sayuu langsung mengangguk semangat. Memberikan lawan bicara waktu untuk menjelaskan.

"Aku harus mulai dari mana ya? Mungkin dari penolakan itu?"

Seijuurou kembali mengerjap. "Tapi kau tak pernah menolakku, Tetsuya."

"Pernah, Sei-kun saja yang tidak tahu."

"Benarkah?"

"Eum"

"Coba ceritakan"

Pagi yang cerah dilewati lagi oleh Kuroko Tetsuya. Ia tidak malas pagi ini, lantas Ia langsung membawa dirinya ke kamar mandi, sikat gigi, cuci muka, lalu merapihkan helaian teal dirinya yang mengacak kesana sini.

'Apa hari ini aku akan bertemu lagi?'

Selalu.

Setiap pagi. Dan selalu.

Kalimat pertanyaan itu selalu menjadi awal paginya ketika mematut diri.

Dan kalimat itu ditujukan untuk Akashi Seijuurou.

Dirinya sudah berumur Sembilan belas tahun hari itu. Ia sedang melaksanakan kewajiban lainnya—kuliah, semester tiga. Di Kyoto university, fakultas ilmu budaya, jurusan sastra.

Akashi Seijuurou. Orang yang beberapa tahun ini dekat dengannya dan selalu begitu.

Beberapa bulan yang lalu. Akashi Seijuurou itu sempat menjaga jarak dengannya. Sudah mulai jarang membalas pesan. Padahal mereka berada di fakultas yang sama. Namun jarang bertemu. Selain mahasiswa yang terlampau banyak. Juga karna posisi Akashi yang selalu sibuk dengan dua puluh empat sks dan kegiatannya menjadi salah satu pengurus BEM.

Rasanya tidak etis kalau dirinya menyalahkan Akashi atas tindak lakunya.

Hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan dan Kuroko Tetsuya berhasil membiasakan Akashi tidak berada disampingnya.

"Ne, Ne Kuroko"

Kuroko memalingkan wajah dari novelnya. "Kenapa?"

"Kau tahu Akashi Seijuurou?". Sejenak tubuhnya menegang mendengar nama sakral tersebut. Sedikit terlambat karna lamunannya, namun Kuroko tetap mengangguk. "Kenal, kenapa?"

"Semester ini ada mata kuliah ku yang satu kelas dengannya."

Kuroko mengangguk lagi mengerti. Namun belum paham kemana pembicaraan ini akan dibawa. Mungkin teman pertamanya dikampus ini akan mengatakan bahwa Akashi itu jenius?

"Aku rasa… aku menyukainya! Ah! Entahlah! Aku tidak tahu!"

Mata Kuroko berhasil membulat. Dirinya tidak salah dengar 'kan?

"Bagaimana maksudmu? Ah tidak maksudku, bagaimana bisa? Tunggu, kalian 'kan sama-sama laki-laki"

"Aku rasa hal itu bukan hal yang tabu lagi, Kuroko. Kau sudah tahu 'kan?"

"A-Ah"

Hening canggung sejenak

"Benarkah? Kau ingin mendekatinya?"

"Eum!"

Dan dari situ, Kuroko berjanji untuk menolak perasaannya terhadap Akashi Seijuurou.

Kuroko bangun terlalu pagi lagi. Seminggu semenjak kawannya itu mendeklarasikan perasaannya. Ia tidak bisa tidur dengan tenang.

'Hari ini bertemu tidak ya?'

Lagi. Kalimat itu lagi.

Rasanya Kuroko benar benar bingung. Perasaannya tak semudah itu dibodohi, meski dirinya selalu menolak dan memohon untuk tidak bertemu. Tapi malah sebaliknya, perasaannya sepanjang hari terus berfikir betapa bahagianya jika Ia bertemu sosok itu.

Pesan singkat yang terakhir kali Ia kirim masih belum dibalas. Ia sudah tak mengerti jika pesan singkat itu sudah berapa lama diabaikan. Rasanya perih, namun ada kelegaan juga. Jika Akashi terus menjauhinya seperti ini, maka akan ada banyak kesempatan untuk pergi. Ya, meski dirinya masih berharap terlalu banyak.

Pagi itu Ia mencek lagi jadwal janjian dengan temannya yang lainnya. Jam sepuluh Ia harus mengurus jadwal praktikum yang bentrok dengan jadwal mata kuliahnya. Miris, hal hal seperti ini malah dibebankan pada mahasiswa.

Tapi Kuroko masih bersyukur. Semakin dirinya sibuk, semakin sedikit waktunya untuk memikirkan tentang Akashi-kun.

Ia sampai lebih awal dari perjanjian. Dan Kuroko memutuskan untuk duduk dipinggiran pagar.

Drrt drrt

Ia mengambil smartphonenya dan membuka pesan.

From: Mayuzumi-kun

Subject: kau dimana?

Kau dimana? Maaf aku terlambat. Aku sedang di kantin.

Kuroko membalas cepat dengan memberi tahu 'Aku akan kesana'

Tungkai dibawanya menuju kantin yang penuh dengan mahasiswa. Ia melirik kesana kemari guna mencari teman, yang juga seniornya bersurai abu itu.

Baru saja Kuroko memandang bagian gazebo disebelah kanannya. Ia merasakan ada orang yang tersenyum padanya sambil melambai lalu berjalan mendekat.

Nafas Kuroko tercekat.

Sosok itu.

Akashi Seijuurou.

"Tetsuya, lama tidak bertemu. Tidak bawa oleh-oleh dari Tokyo?"

Sejenak Kuroko bergeming tak bisa merasakan syarafnya yang tiba-tiba menegang. Dan sosok dihadapannya mengerjap heran.

Rasanya Akashi jauh lebih tinggi sejak terakhir kali mereka bertemu. Surainya semakin panjang namun masih terlihat rapi. Akashi menggunakan kemeja biru dongker polos yang bagian tangannya digulung sampai siku. Jeans hitam ikut membalut kaki jenjangnya, kedua kakinya disuguhi sepatu kets berwarna biru yang tidak terlalu terang dengan les merah.

Tampan sekali.

"Tetsuya?"

"Eh? Akashi-kun? Iya lama tak jumpa."

Surai biru diacak pelan.

"Akashi tunggu aku! Eh, ada Kuroko juga!"

"Kau mengenalnya?"

"Tentu saja! Kami adalah teman dekat sejak awal masuk kuliah!"

Iris biru memandang laki-laki dengan surai coklat yang baru seminggu yang lalu bilang bahwa dirinya menyukai Akashi. Tak ayal, hatinya mencelos dan terjun kebagian bumi paling bawah.

"Yasudah, aku pergi dulu. Tetsuya, semoga kita bertemu lagi. Ayo"

Kuroko hanya mengangguk.

'Semoga'

Kata penuh ambiguitas. Apakah Akashi-kun berharap untuk bertemu lagi atau tidak? Apakah kata itu tulus diucapkannya?

Sial.

Dirinya langsung kelabu dibuatnya.

Hanya pertemuan kecil, sapaan kecil, dan sentuhan kecil. Namun rasanya membuatnya bahagia yang dirundung kesedihan.

"Aku jamin kau galau malam ini, Kuroko"

Kuroko hanya memandang kesal intensitas dihadapannya. Kagami Taiga.

Kagami terlalu peka terhadap keadaan sekitar. Hingga mau tak mau dirinya harus bercerita daripada dirutuki kalimat tajam nan menggungah sisi yanderenya menyerbak keluar.

"Tak bisakah kau do'a kan yang terbaik untukku, Kagami-kun?"

"Ups, sorry"

Dan Kuroko hanya kembali menerawang melihat kumpulan awan abu dihadapannya.

Rasanya langit akan runtuh. Seperti hatinya.

Malam ini Kuroko berniat menyibukkan diri dengan tumpukan tugas, dan beberapa halaman novel yang sempat dingin menunggunya. Namun tungkai kakinya, bahunya yang terasa pegal membuatnya tak bisa banyak bergerak. Dan jam delapan malam itu, Ia memutuskan untuk memilih membaca novel.

Entah sudah berapa jam Kuroko berkutat dengan novel yang sama sekali tidak membantu menghilangkan wajah Akashi didalam otaknya. Ia tak bisa fokus.

Smartphone diambilnya. Ada beberapa pesan dari Kagami atau dari grup grup kelas. Kuroko membaca dengan seksama satu persatu. Dan kegiatannya berhenti pada satu nama.

Akashi Seijuurou-kun.

Dirinya memutuskan membuka pesan itu, yang langsung disuguhi percakapan singkat yang tak terlalu berarti selama beberapa bulan terakhir.

Kuroko menghela nafas.

Jarinya Ia bawa untuk menelusuri pesannya dengan Akashi. Menimbulkan efek rindu teramat dalam.

Cukup lama bagi Kuroko menemukan konversasi paling atas. Dan dirinya memutuskan untuk kembali membaca percakapan-percakapan panjang yang biasa Ia tulis untuk Akashi, dulu.

Satu dua baris membawanya tertawa pelan.

Ia merasakan kembali atmosfer di saat saat dirinya membalas pesan. Senyum dan tawa tak henti berkembang.

Jarinya sempat berhenti ketika membaca Akashi ingin menelfonnya dan saling berbagi cerita di dini hari jam satu malam itu. Dan Kuroko memberikan nomernya.

Dirinya mengingat lagi bagaimana asyiknya berbicara lewat telfon dengan Akashi Seijuurou.

Dan mengingat dengan jelas kalimat kalimat yang dilontarkannya.

Sayangnya, itu hanya masa lalu.

Kuroko melirik jam disudut nofitikasi. Mendapati tengah malam sudah lewat sekitar satu jam yang lalu.

Ia akhirnya menutup pesannya dan Akashi. Dan mencoba untuk tidur.

Memang tidak jelas perasaanya. Tapi Ia menyadari satu hal: malam itu, dirinya tidur nyenyak dengan selaan tawa bahagia diantara tidurnya.

"Kira-kira seperti itu."

Seijuurou kembali menatap Tetsuya dengan pandangan menerawang. Ingin menemukan suatu kebohongan disana. Tapi nihil

Akashi Tetsuya tidak berbohong saat itu.

"Dan dari sana aku menarik kesimpulan—"

"—bahwa aku selalu menyukai sensasi bertemu dengan Sei-kun. Mau itu membawa efek negatif padaku atau positif. Aku hanya, menyukainya. Bagaimana dirinya memperlakukanku. Dan sejak pertemuan yang jarang itu. Serta mimpi bahagia dimalam harinya. Aku mengklaim bahwa diantara stress ku, sosok Sei-kun adalah satu yang paling kuinginkan saat itu."

"—ah ngomong-ngomong. Karna jawaban saya yang sebelumnya terlalu banyak. Jadi saya anggap dua ya, Sayuu-san"

To Be Continued

Haloo! Saya balik lagi membawa chapter baru. Maaf ya updatenya terlalu lama. Saya sempat kehabisan ide romantis.

Dan taraaaa saya akhirnya menyelipkan kejadian yang menimpa saya beberapa hari yang lalu.

Positif ini bukan fanfik tapi curhatan terselubung. Ah!

Psst, untuk bagian 'teman kuroko yg menyukai akashi' itu tergantung pada imajinasi masing masing pembaca, karna saya tidak mau ada flame diantara pairing ya!:))

Sudah dulu curhatannya, nanti bacotannya terlalu banyak. Sampai bertemu di fanfik lainnya!

Akari Hanaa