Lima Alasan

Disclaimer:

Kuroko no Basuke milik Fujimaki Tadatoshi-sensei

Warning :

AU, OOC, Typo(s), Aneh, Humor garing. Dan keanehan lainnya yang membuat fanfic ini males dibaca. Yah kalo mau baca sih author bersyukur dengan sangat. Psst, pict bukan punya saya ya:*

Happy Reading*kissu*

.

.

.

.

"Nah, selanjutnya pertanyaan untuk Akashi Tetsuya-san," Tetsuya mengedarkan pandang pada interviewer wanita dihadapannya. Wajahnya manis, surai hitam dan iris coklat terang. Dibalut jas wanita dan rok selutut, orang-orang pasti sudah menilainya sebagai interviewer yang handal. Yah, mau bagaimana lagi. Saat ini Tetsuya dan suaminya, Akashi Seijuuro sedang melakukan interview untuk acara "Satu Jam Lebih Dekat Dengan Akashi". Walaupun sebenarnya dia agak kesal karna suaminya yang di cap super sibuk itu, baru memberitahunya sehari sebelum interview itu dilaksanakan. Sudah tahu deadline novel miliknya makin dekat, suaminya malah membuat acara sepenting itu secara tiba-tiba.

Flashback

"Tetsuya, akan ada interview lusa untuk keluarga kita". Ucap Seijuuro disela rayuannya pada sang istri agar mendapatkan morning kiss. Yang dengan tidak elitnya ditolak oleh sang istri sendiri. Selang beberapa detik, masih belum ada respon dari si surai baby blue nya. Surai crimson masih menunggu.

"eh?". Tersenyum, Tetsuya masih linglung karna baru bangun. "Sei-kun? Acara apa tadi?". Menghela nafas, sudah belum dapat morning kiss harus mengulang kalimat yang sudah jelas dikatakannya lagi, 'bukan pagi yang indah'-batin Seijuuro.

"Lusa, akan ada interview dirumah kita. Aku sudah menyiapkan skrip, jadi kau tinggal baca saja. Kalau perlu, keluarkan imajinasimu sebagai seorang penulis, Oke? Sekarang mana morning kiss ku sayang?". Surai crimson mendekatkan wajah.

BUKK

Alih alih morning kiss, yang Ia terima merupakan bantal yang dipakai Tetsuyanya tidur. "Tetsu- Tetsuya kenapa melemparku dengan bantal?!". Agak kesal, pagi-pagi bukannya dapat bibir istrinya yang seksi, malah dapat hantaman dari bantal sang istri-yah walaupun tidak sakit. "Sei-kun baka! Kenapa baru memberi tahu? Lusa adalah waktuku full bekerja! Aku meliburkan diri kemarin gara gara siapa? Gara gara Sei-kun yang minta jatah! Sekarang aku harus libur lagi karna ada interview? Sei-kun deadline ku hari minggu! Dan Sei-kun tahu besok hari apa? Hari sabtu! Sei-kun mau membunuhku?! Sudah tidak sayang lagi padaku?!". Oke, Seijuuro lupa. Benar benar lupa bahwa sang istri bisa menjadi OOC berat kalau sudah menyangkut deadline novelnya. Bisa dibuktikan dengan rentetan kalimat sebelumnya. Seijuuro sempat terdiam, mungkin itu kalimat terpanjang yang pernah diucapkan Tetsuya.

"Tetsuya! Kau mau kemana?". Surai biru melangkah keluar kamar. "mengerjakan novel, Sei-kun sarapan sendiri saja sana. Minta buatkan maid. Dan-". Kalimat Tetsuya menggantung sesaat setelah pintu dibuka. "jangan mendekati ruang kerjaku-Sei-kun.". kata terakhir di ucapkan dengan penuh penekanan. "bagaimana dengan morning kiss ku?". Oh bukan Seijuuro namanya jika ia tidak mendapatkan apa yang dia inginkan. Yah, didunia luar. Dirumahnya, dia malah lebih sering dibantah oleh istrinya sendiri. Kalimat Seijuuro dibalas dengan debaman pintu kamarnya yang keras. "haah, pagi yang merepotkan".

End of flashback

"ah, iya? Sayuu-san". Interviewer tersebut beralih sebentar pada skrip yang Ia pegang. "wah, kali ini pertanyaan yang menarik. Tetsuya-san, kami ingin tahu lima alasan yang membuatmu jatuh cinta pada seorang Akashi Seijuuro-san!". Binar mata interviewer dengan nama Sayuu ini tiba tiba bertambah terang. 'pertanyaan yang cocok sekali untuk kehidupan tertutup mereka berdua'-batin Sayuu, tersenyum dalam hati.

Tetsuya terlihat berfikir, sedangkan surai merah memperhatikan dengan seksama. Walaupun ia tahu Tetsuya mencintainya, tapi selama ini Ia tidak pernah mempertanyakannya. Well, dalam hatinya tentu saja dia tahu apa yang membuatnya jatuh cinta. Walau cuman sebagian besar intinya saja. Tahu dari mana? Oh, bukan Akashi Seijuuro namanya kalau hal itu saja dia tidak tahu kan?

"hmmm lima alasan, ya? Aku harus memikirkannya baik-baik. Karna selama ini, selain Sei-kun yang terus menggodaku karna iseng, sisanya kehidupan kami normal-normal saja".

"Tetsuya, aku orang sibuk. Tidak bisa iseng". Dalih surai crimson

"ya, setidaknya itu yang menjadi pertanyaanku sampai sekarang. Orang sibuk mana yang masih bisa iseng dengan istrinya?". Balas sang istri

"aku melakukannya dengan penuh rasa cinta. Bukan berdasar iseng"

"Sei-kun. Iseng tetaplah iseng. Mau berdasar cinta atau bukan. Dan stop tangan mu mau kemana? Sayuu-san tolong potong bagian tadi". Sang interviewer hanya mendesah lega. Untung juga Tetsuya hentikan dan disuruh memotong. Apakah Seijuuro selalu seperti ini?- batin Sayuu.

"tidak masalah Akashi Tetsuya-san". Kembali melirik dengan antusias terhadap mereka berdua. "-jadi, bisa kita lanjutkan?". Lanjutnya lagi. "hmmm aku rasa aku punya alasan. Tapi aku tidak tahu jika itu kurang dari lima atau bahkan lebih dari lima"

"intinya,tidak terhitung. Benar, sayang?". Mata heterochrome kembali mendelik menggoda. Yang ditatap malah berekspresi sedatar panci tanpa ada niatan meremehkan. "Sei-kun. Bukannya tidak terhitung. Tapi aku tidak tahu yang mana yang bisa dijadikan alasan. Jatuh cinta sama Sei-kun itu bukan perkara yang mudah. Apalagi kalau tahu kau seperti apa". Surai crimson terdiam. Agaknya, istrinya tahu betul bagaimana membuatnya kesal. "ah, fikirkan hal yang paling mudah untuk dijadikan alasan saja Tetsuya-san. Tidak harus berkesan formal". Ucap Sayuu lagi. Membuat surai biru makin berfikir.

"hmmm kukira aku akan memulainya" tangan dilipat menuju dagu, sikap-sikap orang sedang berfikir.

"lalu, apa alasan pertama, Tetsuya-san?". Sayuu bertanya kembali. Menjadi semakin antusias. Seijuuro sempat berfikir bahwa wanita didepannya merupakan seorang fujoshi yang seharusnya dan sepertinya benar. Akashi Seijuuro tidak pernah salah, bukan?

"yang pertama" Tetsuya kembali meninggalkan kalimat gantung.

"yang pertama...?" ada jeda diantara Tetsuya dan Sayuu. Baik Seijuuro maupun Sayuu sama sama penasaran.

"Aura" sambung Tetsuya.

"Aura...?" kedua antara Seijuuro maupun Sayuu mengeluarkan pertanyaan yang sama.

"ya, aura Sei-kun itu berbeda. Dalam jarak lima belas meter aku sudah tahu kalau Sei-kun akan datang. Dan lagi, auranya membuatku nyaman dan terlindungi". Aaahh, manis sekali ucapanmu Tetsuya. Akan jauh lebih manis lagi jika kau sematkan senyum mu disana. Bukan tanpa ekspresi seperti papan penggilasan di rumahnya.

-dilain tempat-

BRUSH

Tujuh pemuda yang sedang berkumpul di salah satu cafe terdekat dengan mansion Akashi. Lima diantaranya menyemburkan minuman yang baru setengah sampai tenggorokan

"Aura...?" terdengar kalimat tanya dari televisi besar milik cafe. Ya, saat ini channel tv mereka sedang menyiarkan "Satu Jam Lebih Dekat Dengan Akashi".

"ya, aura Sei-kun itu berbeda. Dalam jarak lima belas meter aku sudah tahu kalau Sei-kun akan datang. Dan lagi, auranya membuatku nyaman dan terlindungi"

"haaah? Yang benar saja! Aura Akashichhi itu dimana mana mencekam! Pantas saja kau bisa merasakannya dalam jarak lima belas meter! Itu berarti kau harus waspada dan sayang nyawa! Boro boro merasa nyaman dan terlindungi. Adanya keinginan melindungi diri sendiri!". Surai pirang pura pura terisak, enam pemuda lainnya tak mengacuhkannya. Serasa sudah dianggap setan lewat. Semua perkataan Kise Ryota tidak digubris sama sekali. "cih, Tetsu di beri makan apa oleh setan kejam itu? Oh! Pasti mereka yang menuliskan skripnya. Aku rasa, aku harus menangkap Akashi dan memasukkan nya ke penjara dengan tuduhan pemaksaan dan kekerasan seksual!". Satu satunya lelaki dengan kulit tan yang saat ini memakai baju kepolisian koar koar. "oi bisa tenang sedikit tidak? Bisa bisa kita diusir dari cafe ini". Ucap lelaki lain dengan alis cabang. "lagipula Kise, Kuroko itu sudah bukan Kuroko. Dia sudah menjadi Akashi. Dan Ahomine, mana ada pemaksaan dan kekerasan seksual padahal mereka bisa lovey-dovey begitu didepan kamera? Bahkan Kuroko sering tersenyum". Kagami kembali menyeruput jus nya

"Kagamichhi kau juga memanggil Kurokochhi dengan sebutan 'Kuroko'" uhuk. Kagami lupa

"oi Kagami, bisa saja Tetsu sedang di hipnotis atau apa. Kau tahu kan sekarang lagi zaman zaman nya yang begitu" ah,benar juga. Ucap Kagami dalam hati.

"ngomong-ngomong Kagamichin, mana ada cafe yang mengusir pemiliknya sendiri?". Kali ini si titan ungu yang angkat bicara. Kagami menepuk dahi pelan. Kentara sekali kalau dia sama khawatirnya dengan kepala warna warni lainnya.

"bisa ceritakan lebih detailnya, Tetsuya-san? Ah, tapi jika kau menolak tentu saja tidak apa". Interviewer dengan nama Sayuu kembali mengajukan pertanyaan. Ketujuh pemuda di cafe tersebut kembali terfokus pada layar datar.

"ah,tidak masalah bagiku, Sayuu-san. Semuanya berawal semenjak kami pertama kenal, sekitar 13 tahun yang lalu. Saat kami masih SMP"

Flashback

"ah". Surai biru mengalihkan pandang dari novelnya. Sudah seminggu sejak Ia diterima sebagai pemain bayangan SMP Teiko. Dan akhir-akhir ini, dia merasa ada yang aneh disekitarnya. Aura aneh yang tiba tiba muncul begitu saja. Aura ini kadang membuat Kuroko Tetsuya takut dan senang dalam waktu bersamaan. Dan sudah lebih dari sekali, Ia selalu mengedarkan pandang ketika hawa itu muncul. Tak lama, dari kaca pintu kelasnya, menyembul rambut merah crimson. Diikuti dengan lelaki lain dengan rambut berwarna hijau. 'Akashi-kun, Midorima-kun'. Ucapnya dalam hati. Tak lama juga, aura itu tiba-tiba hilang. Kuroko bertanya dalam hati. Sebenarnya sedang ada setan yang mendekatinya atau bagaimana sih?

BRAK

Pintu kelas terbuka, "yo, Tetsu". Muncul lelaki dengan kulit berwarna tan sesaat setelah pintu dibuka. "doumo, Aomine-kun". Setelah menyapa seadanya, Kuroko kembali membaca novelnya. "oi, ayo makan dengan yang lain diatap". Pemuda tan mendudukkan dirinya di bangku didepan nya. "hai'? Dengan yang lain? Siapa?". Kuroko mengalihkan pandang pada pemuda tan. "yah, dengan anak basket yang lain. Ayo, tidak usah malu-malu". Tanpa persetujuan, surai biru sudah ditarik seadanya oleh pemuda tan yang tingginya lebih 10 senti dari dirinya.

"yo, minna. Aku bawa Tetsu" pemuda dengan berbagai warna rambut melambaikan tangan pada keduanya. "yo, minechin lama sekali. Aku sudah lapar~ ". ucap pemuda ungu yang paling besar. "maaf, kantin penuh sekali". Ucap Aomine mengusap tengkuk

"doumo minna-san". Tak lama Kuroko kembali ditarik Aomine untuk duduk disebelahnya. Dan acara makan siang dengan rainbow head pun dimulai.

"ah" Kuroko kembali mengeluarkan suara. Keempat pemuda berbeda warna rambut sontak melihat Kuroko secara bersamaan. "Äda apa? Kuroko-kun?". Tanya sang crimson. "Iie, tidak ada apa apa, Akashi-kun" surai crimson merubah ekspresi penuh tanda tanya. "kau kenapa? Tergigit lidah? Sini aku bantu sembuhkan" pemuda tan menawarkan diri.

"dengan apa?". Surai biru mulai waspada.

"dengan cium-ppfftt". Belum sempat menyelesaikan kalimatnya. Wajah Aomine sudah duluan ditutupi oleh plastik belanjaan nya. "pfttt-Tetsu-Aku-Aku tidak bisa nafas oi!". Walaupun keliatannya kecil, tapi tangan Kuroko sudah terbiasa mem-passing bola basket dengan kekuatan yang besar. Jadi, menempelkan plastik itu bukan masalah sama sekali buatnya.

"ngomong-ngomong aku tidak tergigit lidah atau apapun". Dilepaskannya dorongan terhadap plastik di wajah Aomine. Aomine masih memburu nafas.

"hahaha", galak tawa terdengar dari surai crimson. Sontak membuat pemuda lain heran-Akashi Seijuuro, tertawa lepas?

Mungkin mereka harus merekamnya, menjualnya pada fanclub nya diluar sana dan mendapat jutaan yen. Ide bagus sekali, sebelum tatapan tajam Akashi kembali menyadarkan mereka akan ketidak mungkinan yang terjadi. Akashi kembali mengatur nafas dan ekspresi. Kuroko masih terdiam, yang dia tahu, sesaat setelah Ia mendapati wajah tersenyum milik surai crimson, hatinya terasa hangat, didalam perutnya seperti ada kupu kupu yang menggelitik. Seketika dia merasa kenyang, dan aura yang tiba-tiba menghampirinya tadi, bertambah kuat. Namun dengan kesan teduh dan menyejukkan. Sudah jatuh cinta kah kau, nak Kuroko?

"lalu, apa yang membuatmu tiba tiba berucap, Kuroko-kun?". Kuroko kembali ke dunia nyata. Menghela nafas panjang, sambil menyeruput susu vanila nya. Susu vanila habis, saatnya menjawab, "akhir-akhir ini, aku merasa aneh. Ada aura aneh disekitarku".

Entah maksud hati ingin bercerita horor atau bagaimana. Sebenarnya eksistensi surai biru sendiri sudah kadang-kadang menjadi horor bagi keempat pemuda dengan rainbow head itu. Apalagi kalau sampai ada aura aneh disekitarnya?

Aomine meneguk ludah, "m-maksudmu, kau dihantui, Tetsu?". Kalau yang ini, rainbow head juga sudah tau. Pemuda tan dengan tinggi diatas normal anak SMP tersebut takut dengan hantu. Pertama kali bertemu saja, dia sudah takut dengan Kuroko.

"tidak tahu, aku tidak merasa ini aura hantu yang bergentayangan atau apa. Tapi, kadang-kadang aura itu datang tiba tiba dan hilang tiba tiba juga. Jadi aku tidak tau pasti, Aomine-kun"

"kau seharusnya membawa lucky item mu nanodayo. Dikatakan oleh oha-asa hari ini adalah hari terburuk bagi Aquarius. Dan ngomong-ngomong hari ini lucky-itemku tissue basah". Surai hijau membenarkan letak kacamata yang sebenarnya tidak berubah dari semenit yang lalu. "tidak ada yang tanya, Midorima". Akashi berucap ketus. Mungkin, sudah cukup buatnya mendengar semua rentetan oha-asa di kelas. Masa iya dia harus mendengarnya disini lagi?

"lalu, bagaimana Kurochin? Apakah auranya masih ada?". Titan ungu kembali memakan maiubo-nya yang entah sudah keberapa puluh. "ya, Murasakibara-kun. Saat ini, malah semakin terasa dekat"

"Kuroko-kun" surai crimson menatap. Yang ditatap lagaknya salah tingkah. Namun tetap berekspresi datar sedatar tembok sekolah.

"ya, Akashi-kun?". Balasnya

"mau kubantu mencari kebenarannya?". Tawarnya, bohong sebenarnya kalau Kuroko masih clueless tentang adanya aura ini. Dia punya beberapa spesifikasi tertuduh dengan adanya aura yang tiba tiba datang ini. Namun, hal itu saja tidak cukup untuk dijadikan alasan. Ia harus menegetahuinya secara objektif. "kalau Akashi-kun tidak sibuk. Terima kasih bantuannya". Ucapnya kembali. Surai crimson tersenyum sambil berdiri, "sudah saatnya masuk kelas" ucapnya lagi. Rainbow headpun menurut. Diikuti oleh Midorima dan Murasakibara, Aomine menuntun perjalanan kebawah tangga. Tersisa Akashi dan Kuroko dilantai atas. "sepulang sekolah, datanglah ke atap lagi dan tunggu aku", bisik surai crimson. Agak kecil, namun jelas itu perintah, bukan permintaan. "jangan bilang Akashi-kun sudah tahu?", langkah kecil Kuroko coba seimbangkan dengan milik Akashi sehingga mereka sejajar. "hei, aku Akashi Seijuuro, lucu sekali kalau aku salah, Kuroko-kun". Kuroko sempat terdiam sejenak, 'geer sekali'- ucapnya dalam hati.

"etto, saya rasa pelajaran hari ini cukup sampai disini. Hati hati dijalan". Akhirnya, pelajaran matematika yang membosankan selesai juga. Kuroko bergegas merapikan barangnya dan menuju atap. Ah, angin dan teduh sore di atap benar-benar membuatnya nyaman. Kuroko kemudian menyenderkan punggungnya pada dinding yang teduh. Sambil mennunggu surai crimson datang seperti yang dijanjikan, Ia mengeluarkan novel miliknya dan mulai membaca. Angin yang bertiup sepoi dan teduhnya sore hari itu membuatnya mengantuk. Alhasil, tak sampai lima belas menit Kuroko membaca, Ia terlelap disana. Sekitar sepuluh menit kemudian Kuroko kembali terbangun. Ia kembali merasakan aura itu datang mendekatinya. Jantungnya sempat berdetak bebarapa kali lebih cepat. Ia memasang kuda kuda siap siaga, 'bagaimana kalau itu benar benar hantu seperti yang Aomine-kun bilang? Atau atau', dan atau atau yang lain. Membuat pikirannya kacau, namun masih berusaha sadar sepenuhnya. Rencananya, sampai wajahnya terlihat dan ia tak mengenalinya, Kuroko berniat kabur dengan misdirection dan lari cepatnya.

KREK

Pintu terbuka, Kuroko semakin siap siaga. "Kuroko-kun?"

Alih alih setan, yang Kuroko lihat merupakan surai indah pemilik nama Akashi Seijuuro. Tunggu, indah?

"ah Akashi-kun, aku kira siapa", Kuroko menegakkan punggungnya

"bukannya kita memang janjian disini?", balas sang crimson

"ah, betul juga", sahut kembali si surai biru

"maaf apa membangunkan mu?". Akashi berjalan mendekati surai biru. Yang didekati menambah ruang agar surai crimson bisa ikut duduk bersama nya.

"ya," jawabnya enteng.

"kira kira seperti itu. Lalu,bagaimana Akashi-kun? Apa Akashi-kun sudah tahu yang jadi masalah aura itu?", surai biru menghadap surai merah. Kuroko melihat Akashi menutup matanya, seolah olah menikmati teduhnya sore itu. "hm? Kau masih belum tahu?", tanpa membuka matanya Akashi kembali menjawab, "apa aku harus menguatkan aura itu lagi supaya Kuroko-kun sadar?". Mata surai biru membulat. Ternyata Ia benar, aura itu merupakan aura milik Akashi Seijuuro. Ia tidak salah sedikitpun. "ngomong-ngomong, aku tidak tahu kalau auraku menjadi masalah bagimu" ucapnya lagi. Surai biru kembali menghadap lapangan luas, sesekali melihat keatas agar ada objek yang diperhatikan. Ketimbang memperhatikan Akashi terus, bisa bisa jantungya copot.

"tidak, aku tidak bilang aura itu masalah," Kuroko menggantungkan kalimatnya

"malah aura itu kebanyakan membuatku nyaman, tenang dan merasa dilindungi" tambahnya lagi

Seorang Kuroko Tetsuya memang bisa berlaku diluar dugannya. Selama ini, kejam, mengintimidasi, kelam, dsb sudah Akashi telan bulat bulat mengenai komentar auranya. Dan baru ini ada orang yang bilang bahwa auranya nyaman, tenang dan merasa terlindungi?

Merasa tidak dijawab, Kuroko beralih memandang Akashi. Mata Akashi membulat penuh keterkejutan, bibir nya sedikit terbuka. "ada apa Akashi-kun?", tanya si surai biru. Akashi kembali mencerna dan tersenyum. Sejak saat itu, Ia mengklaim Kuroko sebagai miliknya, dan itu tidak terbantahkan. "ne Kuroko-kun, tidak mau tidur lagi?". Ucapnya sambil menepuk bahunya. "aku pinjamkan bahu", tambahnya. Iris biru muda menyipit penuh keheranan.

"aku tidak perlu bahu", ucapnya jujur.

"kau perlu, kalau tidak lehermu akan sakit", balas si crimson

"kalau begitu aku pulang saja dan tidur dikasurku, lebih enak kan?", surai biru tak mau kalah

"bukannya lebih tenang tidur didekatku? Bukannya auraku nyaman, tenang dan merasa dilindungi?", mata crimson mendelik ke arah baby blue yang mengerucutkan bibirnya lucu.

"AKASHI-KUN BAKA!", yah walau pada akhirnya Kuroko terlelap juga di bahu Akashi, karna Kuroko setengah sadar ketika dibangunkan, Akashi harus mengantarnya kerumah. Sekalian berkenalan dengan calon mertuanya, dia bilang.

End of flashback

"yah kira-kira seperti itu, Sayuu-san". Sayuu mengambil tissue terdekat. Cerita tadi membuatnya terharu sampai harus mewek didepan kamera. Oi oi ini baru satu alasan, masih ada empat lainnya! Bertahanlah! Sayuu!

"jadi...", Sayuu menggantungkan pertanyaannya.

-ditempat lain-

"aaaah, waktu itu". Pemuda tan berucap sambil menunjuk layar datar dengan kentang goreng. "aku tidak ada ssu". Ucap surai pirang. "kau ada dan tiada tidak ada pengaruhnya nanodayo". Midorima memasukkan kentang kemulutnya. "hidoi ssu Midorimachhi jangan bicara seolah aku sudah meninggal!". Kicauan Kise masih tidak di gubris, keburu Kagami menambahkan. "ah, ternyata ada kejadian seperti itu,", alis cabang menggantungkan kalimat. "yah tapi memang benar sih. Ada dan tiadanya Kise tidak ada pengaruhnya". Sambungnya lagi.

"YA TUHAN, KENAPA AKU DIKELILINGI MAKHLUK LUAR BIASA KEJAM SEPERTI INI SSU"

To be continued

Yak, belum seminggu dari carita baru saya, saya udah bikin yang baru lagi. Fix saya minta dibunuh. Untung lagi liburan jadi santai lah. Okeey, first of all saya tau ini fic gak seru seru amat, gak bagus bagus amat, dan OOC banget sehingga fic ini malas untuk dibaca, apalagi review, apalagi favorite, apalagi follow/kebanyakan maunya/tapi karna sekali lagi ide ini muncul dan bikin saya gabisa tidur habis sahur. Jadi saya tulis aja. Makasih banyak yg udh mau nyempetin baca, review, fav maupun follow autho-story maksudnya. Maaf suka keceplosan dan lupa diri. Akhir kata, saya gatau fic ini akan update berapa lama sekali, tapi saya usahakan tidak lebih dari sebulan sekali. Kalau fic ini lebih cepet update nya ketimbang Aka-Head, itu semata mata karna ide yang keduluan muncul adalah fic ini, bukan berarti saya menghentikan Aka-Head, dan sebaliknya. Btw! Kira-kira alasan selanjutnya apalagi ya yg bisa dibuat cerita seuni mungkin? Bagi readers yg ada masukan, silahkan review dibawah dan kita akan berdiskusi sama-sama! Selamat menunggu chap berikutnya, yang mau nunggu pastinya. Oke pesan cium peluk dulu/ditendang readers/. Bay bay!