"baiklah kalau begitu aku bereskan ini dulu jongin. Sudah hampir malam, sebaiknya kau masuk kedalam. Cuaca sedang tidak baik, kau kan gampang sakit. Aku tidak mau melihatmu sakit dan berbaring menyedihkan diatas kasur tak berdaya."

Baekhyun bersiap masuk kedalam, menyunggingkan senyum mengejek kearah jongin sebelum akhirnya masuk dan meninggalkan jongin sendirian di balkon. Ia sangat suka menggoda jongin karna ia menyukai ekspresi jongin ketika ia tertawa lepas. Hatinya terasa tenang dan juga ikut senang melihat jongin tersenyum manis apalagi tertawa bahagia seperti tadi.

'aku tidak akan menyerah untuk mendapatkanmu, jongin.'

You're The Apple Of Our Eye

Chapter 2

Happy Reading!

Jongin menatap kepergian baekhyun sampai punggung kecil itu menghilang, masuk ke dalam dapur. Setelah dirasanya baekhyun sudah benar-benar menghilang dari edarannya, ia menyenderkan badannya pada kursi lalu menghembuskan nafasnya dengan tenang.

'sampai kapan kalian akan seperti ini?'

Setengah jam berlalu, jongin masih asik larut dengan fikirannya. Saat ia sadar bahwa langit telah gelap, jongin memutuskan masuk ke dalam untuk menghangatkan diri. Ia berjalan masuk, menutup pintu balkon dengan perlahan. Ruang tamu terlihat sepi, hyungnya banyak yang sedang mengisi jadwal, sementara yang daritadi di dorm hanya dirinya, baekhyun, sehun, chanyeol, dan kyungsoo.

Jongin memutuskan untuk menuju kamar sehun, ia sangat menyukai kamar sehun karna di dalamnya terdapat penghangat ruangan favouritenya dan hanya sehun yang memilikinya. Ia perlahan mendekatkan tubuhnya dengan pintu kamar itu, mengetuknya dengan pelan, menunggu dibukakan oleh sang penghuni kamar.

TOK TOK

"Sehun.. ini aku, jongin."

"…"

TOK TOK TOK

"Sehunnie.. kau di dalam kan?"

"…"

TOK TOK

"Sehuun.. bolehkah aku—"

CKLEK—

Pintu terbuka, sehun menatapnya dengan senyum mengembang yang sangat tampan.

"Jongin, ada apa?" sehun menatap jongin dengan tatapan hangat, ditambah nada bicara yang bisa dibilang berbeda dari biasanya.

"Eung... Apakah aku boleh masuk ke kamarmu? Aku kedinginan, jadi aku ingin menghangatkan badanku menggunakan penghangat ruanganmu. Bolehkah? Apa aku mengganggumu, sehun?"

Jongin memiringkan kepalanya, matanya bulat membentuk seperti puppy dan bibirnya tanpa sadar maju, seperti sedang mem-poutkannya. Sehun terdiam sejenak, memandang wajah manis di hadapannya sesaat, tertegun karna pandangan innocent puppy-nya. Sehun yang lemah akan pandangan puppy itu, tanpa berkata apapun langsung menganggukan kepalanya dengan mata yang membentuk seperti bulan sabit, eyesmile andalan yang dilihatkan hanya pada orang-orang tertentu dan fansnya, tentu saja.

"Tentu saja boleh! Ayo masuk, kita bisa bermain bersama sambil memakan snack kecil yang kumiliki jongin. Kau maukan?" Sehun terlihat antusias, hatinya kini menghangat, seakan lupa dengan kejadian tadi yang membuatnya hampir kacau. Untung saja jongin datang, kalau tidak mungkin dia akan terbangun besok dengan muka kusut dan mata bengkaknya.

"Benarkah? Bagaimana bisa aku menolak, sehun! kau kan tahu jika aku sangat menyuuuukai video game! Ayo bermain sampai besok! Bagi yang tidak kuat berarti kalah, dan akan mendapat hukuman dari yang menang, bagaimana? Kau beranikan sehun, menerima tawaranku? Heum?"

Jongin dengan percaya diri menjulurkan jari kelingkingnya, alisnya bergerak naik turun seakan menggoda sehun agar menerima tantangannya barusan. Jongin itu tahan jika bermain video game sampai sehari penuh pun, asal ada makanan yang menemaninya, ia akan terus bermain tidak ingat waktu sampai akhirnya jatuh tertidur dengan posisi tidak elit.

Sehun yang tidak mau kalah, langsung mengaitkan kelingkingnya dengan kelingking jongin, mengukir senyum evil sambil menatap jongin dengan tatapan 'ekhem' nya.

"Kau menantangku, jongin? Baiklah. Tapi jangan menangis, jika kau kalah oke? Dan, bermain dengan sportif. Jalani hukuman jika kalah,tidak boleh menawar, deal?"

"DEAL!"

Jongin antusias, tersenyum dengan lebar sambil mengacungkan kedua jempolnya.

"Kalau begitu biarkan aku masuk sehuuuun! Ayo kita bermain! Aku sudah tidak sabar!"

"Hahaha, silahkan masuk tuan putri." Sehun mempersilahkan jongin masuk layaknya seorang gadis.

Jongin yang kaget dipanggil 'tuan putri' oleh sehun menatapnya dengan tatapan tidak percaya, sebal, dan ingin memprotes.

"Sehun, aku hanya ingin mengingatkan kalau aku ini sama sepertimu, lelaki yang memiliki pedang perkasa, kau tau?"

Jongin berjalan masuk acuh sambil menggembungkan pipinya dengan bibir maju dua senti membuatnya seperti ingin dicium oleh yang masih berdiri di ambang pintu.

'bagaimana bisa aku menjauhimu? Kau terlalu berharga dan memukau jongin. Kapan kau akan mengerti tentang hal ini.. aku lelah jongin. Berjuang sendirian itu sungguh menyakitkan, seandainya kau paham..'

Dalam diri sehun, ada yang meraung-raung ketika melihat jongin bertingkah seperti tadi. Rasa ingin memiliki menyeruak batinnya. Sekuat tenaga, ia terus mengendalikan dirinya agar tidak melakukan sesuatu diluar batas. Yang akan berakibat sangat fatal untuk dirinya maupun jongin. Sehun pun berusaha menepis fikiran kotornya, menutup pintu dan berjalan mendekati jongin yang sudah duduk diatas kasurnya dengan manis.

"Kau ingin bermain sekarang jongin?"

"Menurutmu? Aku lebih membutuhkan penghangatmu dibanding bermain video game itu sebenarnya, sehun. Kau ini kadang konyol, aku jadi ingin menggigit dagumu yang lancip itu." Jongin mendongak untuk melihat sehun yang masih berdiri di depannya, mencolek dagu lancip itu sambil mengerlingkan mata kanannya, yang langsung disusul oleh tawanya sendiri yang lepas begitu saja. Sementara sehun hanya menatapnya dengan tatapan 'what the..' yang sangat datar. Jarak antara keduanya sangat dekat. Dan sehun menghapus jarak itu dengan menempatkan dirinya duduk disebelah jongin, menempel seperti saudara kembar yang tidak ingin dipisahkan.

"hahaha, maafkan aku. Aku hanya bercanda, jangan merajuk ya?" Jongin memamerkan giginya,matanya membentuk eyesmile. Sehun tidak menjawab permintaan maaf jongin, lebih memilih diam dalam tatapan datarnya ketika melihat ekspresi jongin. Tanpa sadar, ia malah membelai dengan lembut surai hitam di hadapannya, kemudian turun membelai pipi gembil jongin yang terasa halus seperti kulit bayi di telapak tangannya.

"Jongin.." Bola mata sehun bergerak menjelajahi setiap inchi wajah manis di hadapannya. Seolah wajah itu sangat membuatnya kagum dan tidak bisa untuk tidak menatapnya seperti ini ketika ia berada di dekatnya.

"Eum? Ada apa sehun?" Jongin memicingkan kepalanya, seperti anak anjing yang penasaran dengan apa yang dikatakan majikannya. Berusaha menangkap bola mata sehun yang daritadi terus menatapnya, mencoba mencari tahu jawaban dari pertanyaannya sendiri.

"…..Bolehkan aku memelukmu?"

Jongin membulatkan matanya sesaat sebelum akhirnya menunjukan pipinya yang bersemu dengan bibir yang digigit kuat-kuat, mengangguk pelan sebagai jawaban.

"Eh—? Ah,y- ya.. tentu saja. Hanya memeluk tidak ada yang salah kan?" sambil merentangkan tangannya, matanya menatap sehun dengan tatapan berbinarnya.

"Come to hyung, my beloved maknae..kkk"

Sehun dengan secepat kilat langsung menubruk tubuh ringkih itu, membuat jongin yang kaget langsung terdorong jatuh terlentang diatas kasur, dengan sehun yang memeluknya erat sambil menindih tubuhnya. Membuat mata jongin menjadi sayu dan pipinya yang semakin memerah tak terkendali.

"Ackh— sehun, kau beringas sekali.. aku tidak akan pergi kemanapun tau. Caramu memelukku seperti pelukan perpisahan, berlebihan sekali." Jongin terkekeh pelan, sambil tangannya bergerak mengelus dengan lembut surai hitam sehun, hidungnya menghirup aroma maskulin yang keluar dari tubuh sehun. Jongin menyukai aroma sehun, ia tersenyum tipis sambil membenamkan wajah sehun di dadanya.

Sementara sehun, ia malah tidak mendengarkan jongin dan sibuk mengeratkan pelukannya pada tubuh jongin. Kepalanya bergerak-gerak seperti anak kucing yang merajuk pada ibunya, membuat jongin menggeliat pelan, kegelian dengan perlakuan sehun.

"Hihihi, hunnie… geli, astaga kkk"

Sehun mendongakkan kepalanya, melihat jongin yang tertawa kegelian. Ia tersenyum tipis sampai akhirnya, tanpa sadar, ia membuat wajahnya sejajar dengan wajah jongin. Kini sehun menatap jongin dengan intens, membuat yang dibawah –jongin— terdiam dengan mata puppy-nya yang semakin membulat dan berbinar, bibirnya yang merekah akibat gigitan dari giginya sendiri untuk menahan malu yang bergejolak sejak tadi. Jongin pun salah tingkah akibat tatapan sehun yang seperti menelanjanginya bulat-bulat.

"S-sehun apa yang kau lakukan?"

"Hm? Menurutmu?"

Sehun semakin mendekatkan wajahnya hingga bibir tipisnya bersentuhan dengan bibir tebal itu, mengulumnya dengan lembut seakan tidak ada lagi kesempatan lain dalam hidupnya untuk mendapatkan ini. Tangannya mulai meraba bagian dalam kulit tan mulus itu, menyelipkan kedalam kaos tipis yang digunakannya untuk mencari tonjolan pink yang dirasa sudah mengeras. Sehun memilinnya dengan lembut, berniat untuk memberikan sensasi baru pada jongin. Ia terus mengerjainya dengan memilin-mencubit-menarik-menggesek pada telapak jari dan tangannya. Tubuh jongin menegang menerima atas apa yang dilakukan sehun. Sengatan yang datang dari belaian itu mampu membuat jongin mabuk kepayang. Dengan susah payah, jongin berusaha mendorong dada bidang yang menindihnya, mencoba melepaskan tautan bibirnya agar bisa kembali menghirup oksigen bebas. Ia kehabisan nafas, sehun yang terus mengulum dan melumat bibirnya membuat dirinya tidak bisa memasok oksigen dengan baik.

"Mhh.. Cpph—"

Tautan bibir terlepas begitu saja. Sehun merelakan bibir manis itu karena dirinya sadar jika jongin membutuhkan waktu untuk bernafas. Berganti dengan suara cipakan yang berasal dari hisapan bibir tipisnya pada kulit leher tan itu, sibuk memberi tanda dan lumatan. Dengan semangat, ia menggigitinya ,menjilatinya, seakan kulit itu adalah permen yang sangat amat manis. Meninggalkan jejak keunguan yang tidak akan hilang dalam waktu tiga hari, terlihat begitu jelas dengan mata telanjang.

"Mnh.. s-sehun.."

Desahan lembut lolos begitu saja, membuat hasrat yang ada pada diri sehun semakin besar untuk membuatnya mendesah lebih dan lebih. Mendesahkan namanya lebih keras, saat dunia putih itu datang padanya. Sehun hanya ingin menyalurkan perasaan yang selama ini tumbuh dan terus berkembang, tak terkendali, pada dirinya. Perasaan aneh yang ditunjukan pada jongin, hanya pada jongin seorang. Lewat sentuhan cinta ini.. ia sangat berharap, jongin dapat merasakan dan mengerti tentang apa arti cinta sebenarnya. Dan, bisa menerimanya walaupun ia tahu, ini sangat mustahil.

"Seh—ahn..h-hentikan, haa..h"

Sehun tidak memperdulikan jongin. Ia menulikan pendengarannya, terus menjamah tubuh jongin. Nafsu birahi telah memenuhi otaknya dan setan dalam tubuhnya berhasil menggoda sehun, membuatnya lepas kendali.

"a-aah!"

Jongin terlonjak saat sesuatu meremas asetnya dengan cukup keras. Membuat sesuatu di dalam sana terbangun dan sesak, meminta di keluarkan dari dalam balutan kain itu. Ternyata sehun sedang mempermainkannya.

"sehun.."

Jongin merengkuh punggung lebar itu dengan jari-jarinya, menaha ereksinya yang semakin sakit di dalam sana. Kakinya bergerak gelisah, keringat mulai mengalir dari dahinya.

cup.. mnph

Hanya terdengar suara cipakan yang sama seperti tadi. Sehun masih betah menciumi leher jenjang itu dan meninggalkan cukup banyak tanda keunguan. Tangannya tanpa dosa memainkan nipplenya dan yang satunya sibuk meremas sesuatu yang sudah keras menyembul, pada selangkangan jongin.

"s-sakit.." Jongin mendesis pelan, dengan posisi masih mendongak karna sehun yang masih sibuk memberikan tanda pada bagian itu. Sesuatu di selangkangannya terasa begitu sesak dan sakit, tapi sehun terus meremasnya dan menggesekannya pada miliknya. Membuat jongin terus mendesah tertahan antara sakit dan nikmat, namun diacuhkan oleh sehun.

Entah sejak kapan, bajunya sudah tanggal dari tubuhnya. Jongin dengan keadaan topless membuat sehun semakin mudah mendapatkan akses lebih. Setelah puas dengan lehernya, sehun menuruni hisapan itu hingga pada nipple kanannya.

"sehun, sehun- kumohon.. sudah, hentikaa-aahh.." Ia menggigit nipple itu dengan tiba-tiba, membuat jongin membusungkan dadanya karena refleks akibat gigitan tadi.

"sehun, hentikaanh!" Jongin sedikit meninggikan suaranya, berusaha menyadarkan sehun yang benar-benar sudah dipenuhi oleh kabut nafsu dan lepas kendali akan dirinya sendiri.

"Seh-a aahh nghh!" Jongin menjambak rambut sehun, saat sehun semakin liar menjamah tubuhnya. Jilatan itu sudah sampai pada pusarnya. Memberikan sensasi geli dan ingin lebih dalam dirinya.

"H-hun.. hunnie, a-aanhh..a aah haa..hh"

Mata jongin mulai berkaca-kaca, sehun tidak juga melepaskan celananya. Malah semakin menekannya dengan miliknya. Jongin sudah tidak tahan, ia ingin segera mengakhiri ini. Jongin memeluk pinggang sehun dengan kedua kaki jenjangnya, sangat erat. Agar semakin menempel, dan memberikan efek gesekan pada asetnya di dalam sana. Jongin berusaha memberikan sentuhan sendiri pada dirinya, ia tidak bisa menahannya lagi dan mau tidak mau ia harus menyelesaikannya sendiri. Ia tidak ingin dibantu oleh sehun. Maka dari itu ia harus keluar lebih dulu sebelum sehun semakin menjadi-jadi.

Sampai akhirnya sehun sadar atas apa yang dilakukannya barusan, sadar akan situasi saat ini, sadar atas apa yang terjadi dan sadar akan.. jongin yang berkaca-kaca dengan suara desahan yang bergetar, hampir meneteskan airmata akibat kecerobohan dirinya yang fatal. Sehun kelewatan, ia benar-benar melewati batas main. Langsung ia berhenti menjamah tubuh dibawahnya yang sudah dipenuhi oleh bercak keunguan dan keringat yang mengalir dimana-mana. Bangkit dan duduk tepat diatas perut tan yang rata itu dengan kedua kakinya sebagai tumpuan untuk menahan berat tubuhnya, tidak ingin membuat jongin keberatan oleh berat tubuhnya.

"J-jongin.."

"..." Jongin yang barusaja tersadar ketika sehun sudah tak lagi memperdaya tubuhnya, hanya bisa diam memikirkan apa yang baru saja ia lakukan.

"a-aku, aku tidak bermaksud.."

"..."

Ia terlalu shock untuk menjawab pertanyaan sehun. Tidak menyangka mengapa ia malah ikut menikmatinya dan malah, berusaha untuk mendapatkan yang lebih. Pikiran jongin melayang entah kemana, mengambang dengan perasaannya yang semakin campur aduk.

"Jongin kumohon, a-aku bisa menjelaskan semua ini."

"tidak ada yang perlu dijelaskan, biarkan aku sendiri..sehun.."

"t-tidak jongin, kumohon jangan seperti ini. t-tadi itu, aku bahkan tidak sadar saat melakukannya.. a-aku, aku bisa—"

"sehun ini sungguh menyakitkan, kau tahu? dan..i-ini...ini.." suara itu bergetar.

TES

HIKS

TES

Airmata lolos dari pelupuk matanya. Jongin tidak sanggup melanjutkan kata-katanya barusan, ia hanya menundukan kepalanya dan menggigit kuat bibirnya. Isakan tertahan terdengar samar-samar melewati pendengaran sehun. Membuat hatinya terasa sakit dan nyeri, seperti tersambar petir yang sangat kuat. Sehun berusaha menahan dirinya, ia bangkit berdiri dan turun dari kasur, menatap jongin sesaat sebelum akhirnya berjalan menjauh, keluar dari kamarnya meninggalkan jongin yang masih shock dengan apa yang terjadi. Hidungnya merah, matanya lembab, selimut menutupi badannya yang setengah telanjang dengan rambut acak-acakan yang basah oleh keringatnya. Jongin diam menatap langit-langit kamarnya, isakan demi isakan keluar seiring kepergian sehun yang meninggalkannya sendirian.

"Maafkan aku, ibu.. hiks"

Jongin menenggelamkan wajahnya kedalam selimut, tidak peduli dengan sesuatu yang masih menegang dibawah sana. Libidonya seketika hilang, sesaat setelah sehun sadar dan meninggalkannya sendiri.


Sehun keluar membanting pintu kamarnya, menjatuhkan dirinya pada sofa ruang tamu. Ia merenungi atas apa yang terjadi hari ini, benar-benar membuat dirinya shock dan tidak percaya.

"AARGGHH!" Sehun mengacak-acak rambutnya frustasi, pandangannya kosong membayangkan betapa bodoh dirinya telah membuat seseorang yang dicintainya menangis akibat tindakan bodoh yang dilakukannya tadi. Bagaimana bisa ia tidak sadar dan baru sadar ketika sudah setengah jalan? Bisa dibayangkan betapa ia mengutuk dirinya sendiri sekarang. Sehun membenci dirinya sendiri.

"Kau bodoh, oh sehun! Bodohh argghh!"

Sehun semakin frustasi, bayangan sekelebat wajah manis itu yang meneteskan airmata memenuhi ruang pikirannya saat ini. Ia benar-benar tidak akan bisa memaafkan dirinya bila terjadi sesuatu pada jongin.

Keheningan menyelimuti dorm sepi itu. Sehun diam meratapi, menyesali perbuatannya sejak tadi. Sampai sesuatu memecahkan keheningan yang ada. Seorang lelaki datang menghampiri sehun.

"Apa yang terjadi?"

Suara berat dan tenangnya menyapa indra pendegaran sehun, menempati dirinya duduk di sebelah sehun. Dengan pembawaan yang sangat tenang, ia memperhatikan wajah sehun sesaat.

"Kau melewati batas, lagi?"

Laki-laki itu, yang diketahui bernama kyungsoo kembali melontarkan pertanyaannya dengan tenang.

"Aku tidak bermaksud seperti itu, hyung." Sehun membalas acuh, pikirannya masih melayang pada kejadian fatal tadi.

"Kadang, cinta memang membuatmu menjadi buta dan berakhir melakukan sesuatu yang bodoh. Bahkan, dirimu juga tidak sadar ketika melakukan hal itu. Cinta membuat seseorang nekat melakukan sesuatu diluar kehendak dirinya sendiri, alam bawah sadar dan perasaan lah yang bermain. Bukan logika ataupun pikiran yang kau pakai seperti biasanya. Cinta itu rumit, jika salah satunya tidak bisa paham."

Kyungsoo menepuk bahu sehun, sebelum akhirnya bangkit dan pergi meninggalkan sehun kembali, sendirian. Kyungsoo berjalan melewati kamar sehun, yang di dalamnya terdapat seorang pria sedang tertidur dengan keadaan mata yang bengkak.

Kyungsoo melirik sekilas melewati bolongan yang ada pada pintu itu, lalu membuka knop pintunya dan masuk kedalam dengan perlahan, berusaha untuk tidak membangunkan dia yang sedang terlelap. Menghiraukan sehun karna menurutnya, sehun juga butuh waktu sendiri untuk mengintropeksi diri dan membenahi kesalahannya.

Kyungsoo berjalan mendekati ranjang dimana pria itu terlelap, mendudukan dirinya ditepi ranjang. Tangannya bergerak membelai kening itu, menampikan kesamping poni rambutnya yang sudah panjang dan jatuh, agar tidak menutupi keningnya. Tatapannya terus menjelajahi wajah damai itu, berhenti pada bagian lehernya yang dipenuhi oleh bekas keunguan yang terlihat masih sangat baru.

Kyungsoo hanya menggelengkan kepalanya, menghembuskan nafasnya dengan berat lalu mengecup dengan lembut kening itu. Membiarkan bibirnya menempel pada kening itu cukup lama. Memejamkan matanya, mencoba mengalirkan sesuatu yang dirasakan, berharap dapat memberikan ketenangan pada pemuda tan yang sedang terlelap itu.

"Aku tidak tahu apa yang terjadi antara kau dengan sehun barusan."

Kyungsoo mendesis pelan, desiran dalam darahnya mengalir seakan begitu cepat. Membuat jantungnya memompa darah lebih cepat, berdetak sangat keras ketika menyebutkan nama sehun.

"Aku tidak peduli, dan aku hanya ingin mengatakan bahwa aku akan terus menjaga dan melindungimu jongin."

Kyungsoo mengecup bibir plum itu sekilas, dengan sangat lembut.

"Aku..mencintaimu."

Setelah mengatakannya dengan suara yang sangat pelan, kyungsoo berjalan menjauh, membuka pintu dan keluar dari ruangan itu dalam diam. Sebelum benar-benar meninggalkan jongin, kyungsoo sempat mengintip jongin kembali, berkata dengan sangat pelan yang mungkin hanya dia dan tuhan yang dapat mendengarnya.

'Walaupun aku tahu, ini akan sulit dan menyakitkan.'

CKLEK

Pintu kembali tertutup.

TES

Airmat kembali lolos, isakan tangis kembali terdengar setelah kepergian kyungsoo tadi.

'Kenapa? Kenapa.. Sampai kapan akan terus seperti ini.. Tuhan..'

Jongin memejamkan matanya, membiarkan bulir bening itu keluar dengan deras dari mata indahnya. Badannya bergetar pelan, tangisannya pecah saat itu juga.


Baekhyun yang baru saja keluar dari kamarnya tidak sengaja melewati ruangan sehun. Ia terdiam sesaat, berusaha membenarkan apa yang ditangkap oleh indra pendengarannya barusan. Ia menolehkan kepalanya dan mendapati sehun tengah duduk termenung diruang tamu sedangkan ia barusaja mendengar suara tangisan di dalam sana. Baekhyun menempelkan telinganya pada pintu tersebut, mengintip apa yang ada didalam sana.

'i..itukan, jongin?'

Ia tertegun sesaat, setelah mengetahui jonginlah yang menangis didalam sana. Hatinya terasa sakit, mendengar suara isakan jongin yang bergetar, membuatnya ingin masuk dan memeluk jongin sekarang juga. Tak sanggup mendengar suara isakan itu, baekhyun memilih menjauh dan pergi dari situ, masuk kembali kedalam kamarnya.

'padahal aku barusaja menghiburmu jongin'

'aku sangat senang ketika kau bisa tertawa lepas seperti tadi, saat aku menyuapimu. Tapi sekarang, apa yang terjadi? Mengapa kau menangis lagi.. jongin? Aku tidak sanggup melihatmu menangis, kapan kau akan merubah pikiranmu itu jongin? Apakah kau hanya bisa mencintai wanita?'

'tidak pernah terpikirkan olehku, akan sesakit ini..sehancur ini, memperjuangkan seorang homophobic seperti dirimu, jongin-ah.'

Baekhyun hening dalam pikirannya. Hatinya sudah sering merasakan ini, nyeri, sakit, ketika jongin memperlihatkan ketakutannya akan cinta sesama jenis seperti ini. Ia sudah tidak bisa lagi menangis, hanya tatapan kosong dan murung yang bisa ia lakukan saat ini. Sudah terlalu sering dibuat hancur.

Sama halnya dengan baekhyun, sehunlah yang paling sering mendapatkan perlakuan menyakitkan dari jongin. Namun ia tidak berhenti begitu saja, ia terus berusaha dan melupakan luka yang diberikan jongin begitu saja. Tapi tidak jika ia yang membuat jongin menangis, seperti sekarang. Seakan dunianya hancur, ia menyesali perbuatannya, dan sangat membenci dirinya. Membuat jongin menangis akibat dirinya yang menjamah tubuh itu terlalu intim, adalah suatu perbuatan yang sangat fatal.

Jongin adalah seorang homophobic, menyentuhnya seperti tadi membuat jongin semakin takut dan shock. Cinta sesama jenis memang menyakitkan, terlebih dengan seseorang yang mempunyai homophobic, seperti jongin. Ini akan sangat sulit, entah bagi pihak yang mencintainya, maupun pihak yang dicintai. Keduanya akan kesulitan, perang antara perasaan dan logika berlangsung setiap saat. Tidak bisa dihindari. Ketakutan dan kesakitan pada ulu hati, menjadi makanan sehari-hari.

TBC

Hello guys, maaf ya gue baru update chapter ini? Soalnya gue nulis ini juga.. make perasaan, gue nulis ini berdasarkan point dari kisah nyata seseorang. Baru gue kembangin dengan menyelipkan penyedap rasa membaca ff. Apalagi kalo bukan nc scene? Hehehe :3

Btw mau nanya, kalian lebih suka gue bikin per-chapternya panjang atau pendek? Atau kalo kalian mau ngasih saran boleh banget kok, gue seneng kalo dapet saran dari kalian jadi bisa lebih luwes ngetiknya. Kalo mau fast update, semangatin gue dong lewat review XD gue orangnya gampang...bosen soalnya. Takutnya kalo yang review dikit gue jadi males lanjutinnya.. ya gimana ya, gue gini sih adanya=_=

Kalo ada yang mau req ff bisa pm gue oke? Asal uke kai ya... hehehe. Udah segini aja ngomongnya gue berasa bawel banget deh. See yaaaa~~~!