By My Side

Disclaimer : Naruto dan semua yang terlibat milik masashi kishimoto, saya hanya perantara.

Pair : Naruhina

Rate : T (Teen)

.

.

Langkah kaki yang perlahan beranjak menyusuri trotoar jalan yang semakin ramai di pagi itu, lalu lalang orang-orang tak di hiraukan seorang pemuda dengan seragam sekolah lengkap dengan ekspresi datar . Namun hal itu tak mengurangi ketampanan yang ia miliki, berjalan santai dengan headset yang terpatri di kedua telinganya. Banyak perempuan yang melirik kagum ke arah nya tetapi hanya di balas dengan tatapan acuh dari pemuda tersebut.

"Naruto-kun" ucap pelan seorang gadis bersurai indigo dari jauh, yang mungkin tak terdengar oleh orang lain di sekitarnya.

Jaraknya yang lumayan jauh dari si pemuda yang ia panggil nama nya membuat gadis tersebut dengan langkah seribu berlari menghampiri Naruto, jarak mereka semakin dekat tangan nya terulur hendak menyentuh bahu Naruto tapi terlambat karena orang yang di kejar malah berlari pergi menghampiri seorang gadis cantik bersurai merah muda yang tengah menunggu di sebuah halte yang letak nya tak jauh dari tempat dimana sang gadis indigo tengah berdiri kaku menatap hal yang membuat dada nya berdenyut sakit.

Tampak pasangan tersebut sedang berbicara sesaat lalu pergi menaiki bus.

"Selalu saja seperti ini" setetes air mata turun membasahi pipinya.

"Hinata-chan" suara seorang pemuda membuat Hinata cepat-cepat menghapus jejak air mata yang ada di pipinya.

Di belakang gadis bernama Hinata itu tengah berdiri seorang pemuda dengan surai merah maroon yang menatap sendu punggung ringkih seorang sahabat, seorang adik, sekaligus orang yang pernah ia sukai dulu. Ya pemuda itu pernah menyukainya, menyukai seorang gadis bersurai indigo dan memiliki mata yang indah bernama Hinata itu. Namun itu dulu sebelum Hinata menyadarkannya akan arti cinta sebenarnya, sampai saat ini ia memiliki seseorang yang menunggu di relung hatinya.

"A-aah, Gaara-kun" ucapnya terbata.

Tanpa menghapus jejak air mata itu Gaara sudah tahu bahwa saat ini Hinata sedang menahan sesuatu yang sangat menyakitkan, bukan hanya sekali ini saja tapi untuk berkali-kali dengan hal yang sama. Ia menatap sendu mata amethyst Hinata.

Saat Hinata berupaya mengejar Naruto ia ada di sana, ia menyaksikan perjuangan Hinata untuk meraih harapan kosong dari pemuda yang sudah menorehkan cinta dan luka di hati Hinata, berulang kali dengan cara yang berbeda-beda namun dengan hasil yang sama yaitu selalu gagal. Ia mengenal Hinata cukup lama, ia merasa harus selalu menjaganya seolah Hinata itu adalah barang berharga yang sangat mahal harganya. Hinata itu polos dan naif, selalu ramah dan mudah tersenyum, hatinya sangat lembut seperti tutur kata dan perbuatannya. Seperti malaikat yang di turunkan tuhan.

Namun saat ini melihat air mata itu membuat hatinya juga merasa sakit, ia hanya bisa diam melihat senyum palsu yang Hinata tunjukan untuk memanipulasi dirinya. Ia tahu Hinata tak akan memperlihatkan air matanya karena Hinata selalu merasa tidak ingin merepotkan orang lain dan menunjukan kelemahannya.

"Ayo kita berangkat" ucapnya sembari menarik pelan lengan Gaara.

Gaara yang masih terdiam luluh, ia pun mengikuti langkah kecil Hinata yang berjalan di depan nya.

.

.

Gerbang sekolah bertuliskan 'Konoha High School' tengah ramai dengan siswa yang baru tiba dan hendak masuk demi menunaikan kewajiban mereka dalam belajar. Hingga tiba saat dimana Gaara berjalan masuk sembari menggenggam tangan Hinata dibelakang nya membuat beberapa pasang mata menatap mereka. Satu sekolah selalu menganggap Gaara dan Hinata itu pasangan yang serasi, Gaara yang notaben nya dingin dengan wajah yang selalu datar bersanding dengan Hinata yang lembut dan mudah tersenyum. Membuat mereka selalu di eluh-eluhkan menjadi pasangan yang sangat serasi di KHS.

Hanya saja mereka tak tahu kebenaran yang sesungguhnya, mereka berfikir bahwa kedekatan Gaara dan Hinata selama ini karena perasaan cinta dan keterikatan pada status kekasih. Mereka hanya sahabat, meskipun Gaara sempat menyukai Hinata tapi itu semua sudah berlalu.

Bahkan di tengah lapangan, pemuda yang tengah asyik bermain basket terhenti dan melihat pasangan GaaHina itu lalu tersenyum.

"Mereka tampak benar-benar serasi yah" ucap seorang pemuda dengan tato segitiga terbalik di kedua pipinya, sedang kan si lawan bicara tampak dengan tangan terkepal erat tengah menatap pemandangan didepannya dengan pandangan yang dingin dan tajam.

"Hal yang tidak berguna, ayo lanjutkan" ucapnya sembari menggiring bola melanjutkan permainan yang sempat terhenti.

.

.

Pelajaran tengah berlangsung, koridor kelas amat sepi dan setiap kelas belajar dengan tenang. Jam istirahat sebentar lagi, perut-perut kosong pun mulai meraung minta di isi.

Hingga…

Tett…Tett….

Hembusan nafas panjang dari beberapa siswa yang tampaknya bosan dengan pelajaran dan berniat menuntaskan laparnya.

Tampak di sebuah kelas bertuliskan 3-A, beberapa siswa berjalan meninggalkan kelas sedangkan yang lain tengah sibuk membereskan peralatan belajar mereka. Tampak pula di meja Hinata dimana saat ini ia sedang sibuk menyiapkan bento yang sudah di siapkan nya dari rumah untuk dua orang sahabat sekaligus orang yang di cintainya.

"Gaara-kun ini bento milikmu" ujar Hinata pada Gaara yang tengah sibuk membaca sebuah buku di sebelahnya. Mendapat anggukan dari Gaara ia pun beranjak menuju meja di sudut belakang, terlihat seorang pemuda dengan surai jabrik berwarna pirang yang berbincang dengan temannya.

"Na-naruto-kun ini bento untukmu" ia gugup bila berhadapan dengan Naruto, kedatangan Hinata pun menjadi perhatian di seluruh kelas. Bukan rahasia umum lagi apa bila semua orang sekelas tahu bahwa Hinata dan Naruto adalah sahabat kecil. Dan bukan rahasia lagi bahwa Hinata itu menyukai Naruto namun sayang nya tidak dengan Naruto sendiri. Pikir mereka.

"Aku bukan anak kecil lagi Hinata" ujarnya dingin.

"K-Ku mohon terima dan makanlah" ucapnya terbata

Pandangan Naruto dingin dan menusuk, ia arahkan pandangan nya ke seluruh kelas dan menatap pemuda bersurai merah maroon yang tengah sibuk membaca sebuah buku.

"Berhentilah untuk berpura-pura peduli padaku, urus saja dirimu dan pasanganmu" ucap Naruto lalu berdiri meninggalkan Hinata dengan kediaman nya.

Saat berada di samping meja Gaara dan Hinata ia berhenti, ia melirik Gaara yang tengah menatapnya tajam, sebuah seringai di wajah Naruto membuat amarah Gaara membuncah.

"Jangan pernah menggangguku lagi, Hyuuga"

"Hai semua" ujar seorang gadis bersurai merah muda memasuki ruangan kelas yang sunyi.

"Ada apa ini ? kenapa semua terdiam ?" lanjutnya menatap bingung dengan keadaan kelas sahabat kuningnya.

"Tak apa, ayo kita pergi Sakura-chan" jawab Naruto memasang wajah bahagia dengan senyum yang lebar.

"Ah, aku lapar sekali" sembari mengusap perutnya, ia dan Sakura pun keluar kelas dengan candaan mereka berdua menyisakan tatapan bingung dan prihati atas hubungan Hinata dan Naruto.

Selang beberapa menit kelaspun kembali ramai, namun di tengah keramaian itu masih berdiri Hinata yang terdiam mematung tanpa beranjak sedikitpun dari tempatnya. Bento yang semula di genggam ia letakkan di atas meja, nafasnya sesak dan dadanya terasa amat sakit.

Tidak, ia tak boleh menangis disini pikirnya. Teman kelasnya yang memiliki tato segitiga terbalik sempat bercanda dengan Naruto tadi menatap prihatin dengan keadaan Hinata saat ini, ia tidak mendukug sama sekali sikap yang Naruto tunjukkan pada Hinata.

"Maafkan atas perlakuannya terhadap dirimu, Hinata-chan" ujarnya.

"Tak apa Kiba-san" balas Hinata dengan senyum yang terpatri di wajahnya.

"Bento ini untuk mu saja, sangat sayang bila tidak dimakan. Tenang saja aku tidak membubuhkan racun di dalamnya hihi" lanjutnya lagi.

Melihat tawa Hinata membuat Kiba semakin iba sekaligus kagum dengan ketegaran yang di miliki Hinata.

"Baiklah aku permisi" tuntasnya lalu pergi menuju pintu kelas dimana Gaara sudah menunggunya disana.

.

.

Langkah nya memburu mencari seseorang yang sangat ingin ia temui saat ini, melihat surai jabrik yang ia cari. jarak mereka semakin dekat, ia pun mulai menarik kerah baju Naruto

"Brengsek kau Naruto" ujarnya marah

"Apa yang kau lakukan Kiba" balas Naruto dengan geram, ia tarik tangan yang menggenggam kerah nya.

"Kenapa kau tega menyakiti perempuan berhati lembut seperti Hinata" ucapnya kesal

Sedangkan yang di tanya hanya diam saja membuat yang bertanya menjadi bertambah kesal.

"Agar dia menjauh dari hidupku" ucap Naruto

"Bodoh" ujar Kiba.

"Kau menyu.." niat Kiba ingin melanjutkan perkataannya terpotong oleh Naruto

"Aku tidak menyukainya, yang ku suka hanyalah Sakura-chan. Hanya Sakura" ujarnya mantap

"Cih, Kau masih berkilah. Hey bodoh, lihatlah ke dalam hatimu bukan dengan otakmu yang kosong itu" maki Kiba geram.

"Apa maksudmu hah" ucap Naruto berang dengan ucapan Kiba.

"Sebodoh-bodohnya diriku ternyata kau lebih bodoh dari apapun" ucap Kiba kembali memaki.

"Kau bilang menyukai Sakura tapi saat Hinata bersama Gaara kau menjadi kesal, kau akan marah apa bila ada orang yang membicarakan betapa serasinya Hinata saat Gaara disampingnya. Berhentilah bersikap bodoh Naruto, cobalah untuk berdamai dengan hatimu tanyakan dengan hatimu. Kau pemuda beruntung bisa di cintai dengan tulus oleh perempuan sekuat dan setegar Hinata" lanjutnya.

"Berhentilah memuji dirinya Kiba, jika kau mau kau saja yang berpacaran dengannya. Karena bagiku hanya Sakura yang sempurna dan tak ada yang bisa menggantikannya di hatiku" ucap Naruto dingin

"Hatimu atau obsesimu ?" tanya Kiba

"Hey tuan, aku mengenalmu saat kita masih di junior high school. Berapa dekatnya dirimu dengan Hinata aku sangat tahu. Kalian saling mengenal dari kecil, kalian tahu satu sama lain"

"Tidak ada yang mengenal lebih baik dirimu selain Hinata, apa yang kau suka apa yang tidak. Tapi kau buta, saat Sakura datang dan berteman dengan mu kedekatan kalian menganggap itu sesuatu yang baru. Karena kau tidak pernah berkenalan dengan teman perempuan selain Hinata, Sakura membawa kesenangan yang tidak kau dapatkan dari Hinata. Hinata yang pendiam yang selalu mendengar semua keluhmu tidak bisa berceloteh panjang sebagaimana Sakura" ujarnya panjang

"Itu membuatmu merasa bahwa Sakura lebih baik dari Hinata, pikiranmu menyelimuti hatimu Naruto. Sakura yang selalu menolak dirimu menjadikan obsesi untukmu agar bisa menahlukan dirinya, lalu saat Gaara hadir dan memberikan pertemanan tulus pada Hinata kau jadi menganggap bahwa Hinata melupakanmu hingga kau pergi meninggalkan nya dengan kesedihan dan kesendiriannya. Kau sangat egois" lanjut Kiba

"Kau berbicara seolah kau tahu segalanya Kiba" ucap Naruto acuh

"Aku memang tak tahu banyak tentang hubunganmu dengan Sakura, tapi yang ku tahu kau hanya menyukai Hinata"

"Berhentilah berbicara omong kosong Kiba, jika Sakura kemari dan mendengar bualanmu ini dia akan menganggap itu benar" ujar Naruto hendak pergi sebelum suara Kiba kembali menginterupsi nya.

"Kau benar-benar akan menyesal Naruto disaat Hinata pergi selamanya di dalam kehidupanmu" ucap Kiba kemudian berlalu pergi meninggalkan Naruto yang terdiam.

Dari jauh tampak seseorang yang memperhatikan mereka dengan senyum yang mengembang.

.

.

Pagi ini semua berjalan seperti biasa, sudah tiga hari berlalu setelah penolakan bento oleh Naruto. Hinata tetap tak akan menyerah seperti sebelumnya, hari-hari berikutnya Hinata terus saja memberikan bento buatanya kepada Naruto yang selalu berujung penolakan. Kini di dalam kelas Hinata sendiri sedang membaca sebuah novel. Tanpa ia sadari seorang gadis bersurai merah muda berjalan menghampiri dirinya, gadis tersebut duduk di bangku yang ada di hadapan Hinata.

"Ohayou" ucapnya dengan senyum senang

"O-ohayou Haruno-san" ucapnya terbata

"Jangan memanggilku begitu Hinata-chan, panggil saja dengan nama kecilku" ucap Sakura ramah

"Eh, Kau tahu namaku ?" tanya Hinata bingung, bagaimana Sakura bisa tahu namanya. Mereka saja bahkan belum pernah berbicara apa lagi berkenalan, Sakura dekat dengan Naruto tapi dengan Hinata ia tak dekat sama sekali.

"Tentu saja, siapa yang tidak mengenal primadona sekolah ini hihi" ucap Sakura membuat semburat merah di kedua pipi Hinata, Sakura benar mengakui kecantikan dari Hinata.

Bukan berarti dia suka pada perempuan hanya saja mendengar orang-orang sering membicarakan kecantikan dan kebaikan dari Hinata membuat Sakura ingin lebih dekat dengan dirinya. Namun sayang Naruto selalu melarangnya untuk dekat dan bertemu dengan Hinata, sekarang inilah saatnya. Naruto sedang sibuk latihan sepak bola untuk turnamen antar sekolah pekan depan dan saat ini Hinata sedang sendiri tak ada pemuda merah dengan tato di dahinya yang berwajah dingin itu.

Mereka bebas bercerita dan untuk pertama kalinya Hinata bisa bercanda dan tertawa dengan bebas bersama teman perempuan. Gaara yang melihat itu dari jauh hanya bisa diam menahan rasa senang karena Hinata bisa tersenyum lepas seperti itu.

"Aku harus kembali ke kelas Hinata-chan, kita Harus mengobrol lagi. Ah sebelum itu kita harus bertukar nomor bukan" ucap Sakura yang di balas anggukan dari Hinata, merekapun bertukar nomor telepon.

"Senang bisa berteman denganmu Hinata-chan, aku permisi. Dahh" lambaian tangan Sakura lalu berlari keluar kelas Hinata menuju kelas nya.

.

.

"Tunggu.."

Langkah yang tadi berlari kini mulai berhenti mendengar teriakan dari arah belakang, ia melihat seorang pemuda bersurai merah yang selalu bersama Hinata itu tengah berjalan kearahnya.

"Ada apa Sabaku-san ?"

"Apa tujuanmu yang sebenarnya Haruno-san ?" balas Gaara bertanya

"Aku tidak mengerti apa maksudmu" ucap Sakura bingung dengan pertanyaan Gaara.

"Kau mendekati Hinata, apa tujuanmu sebenarnya ?"

"Aku hanya ingin berteman" jawab Sakura

Gaara menatap lekat wajah Sakura menyelami apakah ada kebohongan di dalam pernyataan Sakura tersebut.

"Jika kau beranggapan aku ada maksud tertentu ? ya, selain berteman aku juga mempunyai maksud tertentu" ucapnya santai memancing amarah Gaara

"Kau.."

"Untuk menyatukan Naruto dan Hinata kembali" potong Sakura.

Gaara yang melihat ketulusan di dalam perkataan Sakura membuat amarah Gaara menurun

"Apa benar yang kau katakan ?" tanya Gaara

"Apa di wajahku ini ada kebohongan ?" tanya Sakura kembali dengan wajah jengahnya.

Gelengan dari Gaara membuat Sakura tersenyum

"Apa yang membuatmu ingin menyatukan mereka ?" tanya Gaara penasaran

"Ku pikir seseorang yang pas untuk Naruto adalah Hinata, cinta tulus dan kegigihan Hinata membuatku terharu dan kagum pada sosoknya. Aku tidak ingin gadis sebaik dan selembut Hinata menjadi korban harapan semu" jawab Sakura

"Tapi bukankah Naruto menyukaimu ?" tanya Gaara kembali

"Dia tidak menyukaiku" pernyataan Sakura membuat Gaara menjadi bingung

"Dia hanya terobsesi padaku, ku akui Naruto sering menyatakan suka padaku tapi aku merasa bahwa sebenarnya hati Naruto bukan untukku" lanjut Sakura

"Yang sebenarnya Naruto cintai adalah Hinata bukan diriku, Sabaku-san" ucap Sakura dengan serius

"Mengapa kau bisa beranggapan seperti itu ?" Gaara mulai penasaran.

"Ini akan memakan waktu yang panjang jika aku menjelaskan"

"Ceritakan padaku semuanya sekarang !" titah Gaara dengan tegas membuat Sakura tak berani berkutik.

"Baiklah akan ku ceritakan, tapi tidak disini kita cari tempat untuk bercerita" ujar Sakura di balas anggukan Gaara.

.

.

Bel istirahat sudah akan berbunyi tetapi Gaara juga belum datang, hari ini tugas Biologi kerja kelompok dengan teman sebangku. Tetapi sejak tadi pagi Gaara tidak menunjukan batang hidungnya apa Gaara tak masuk sekolah pikirnya. Raut kecemasan terpancar di wajah Hinata semua itu tak lepas dari pengelihatan Naruto.

Bagaimana tak cemas tugas kelompok harus siap saat ini juga tetapi masih beberapa yang harus Hinata kerjakan sendiri, ia butuh patner untuk menyelesaikan tugas dari orochimaru-sensei bila tidak tepat waktu maka hukuman akan menanti dirinya. Membayangkan dirinya di hukum membersihkan kandang ular peliharaan orochimaru-sensei membuat Hinata takut sendiri.

Tett…Tett…

Bel tanda istirahat berbunyi keringat dingin mengucur di wajah cantik Hinata, semua harus mengumpulkan lembar tugas individu. Pasrah Hinata mengumpulkan lembar tugasnya dan keluar kelas merenungkan nasibnya nanti apabila di panggil orochimaru-sensei untuk di beri hukuman.

.

.

"permisi sensei.." ucap Naruto memasuki ruangan guru hendak meletak kan tugas yang di berikan sensei nya.

"Ah, Naruto silahkan masuk dan letakkan saja tugas itu di atas mejaku"

"baik sensei" setelah selesai ia permisi pada sensei berambut panjang tersebut lalu pergi meninggalkan ruang guru hendak kembali ke kelasnya.

.

.

"Hinata maaf aku terlambat.." ucap Gaara dengan nafas tersengal mencari Hinata yang kini ada di kantin sekolah mereka, salahkan Hanabi yang membuat Hinata lembur sampai tengah malam untuk membuat tugasnya hingga bangun terlambat tanpa sempat membuatkan bento untuk dirinya, Gaara dan juga Naruto.

"Tak apa Gaara-kun, kau darimana saja ?" ucap dan tanya Hinata memaklumi

"Aku ada sedikit urusan" jawabnya

"umm, baiklah kalau begitu. Ah, tadi ada tugas dari orochimaru-sensei sudah di kumpulkan itu sebenarnya tugas kelompok tapi kita harus menulis lembar tugas individu juga jadi aku mengerjakannya sendiri. Tapi…"

"Tapi apa Hinata-chan ?"

"A-aku belum menyelesaikan semuanya Gaara-kun, orochimaru-sensei pasti akan menghukum diriku" ujar Hinata panik.

"Hei tenanglah, bukankah jika kau di hukum maka aku juga di hukum jadi kita akan kerjakan hukuman itu bersama. Okey ?" ucap Gaara meyakinkan Hinata yang di balas anggukan dari Hinata.

Mereka berdua tidak menyadari bahwa saat ini tampak Naruto yang melihatnya dengan tangan terkepal erat menahan sesak di dalam hatinya. Niatnya yang ingin mengisi kekosongan perutnya malah membuahkan sesak melihat pemandangan yang menyakitkan mata. Sakura yang melihat respon Naruto yang sedang di landa api cemburu hanya tersenyum menahan tawa melihat kebodohan yang di buat oleh Naruto sendiri.

"Kita pergi saja dari sini" ajak Naruto

"Kenapa ? bukankah kau bilang sangat lapar ?"

Dengan kesal Naruto berjalan meninggalkan kantin dengan Sakura yang menahan tawa mengikutinya dari belakang.

.

.

Saat Gaara dan Sakura bolos…

"Kau yakin Naruto mencintai Hinata ?" tanya Gaara tak percaya

"Ya, aku sangat yakin. Karena setiap saat Naruto bersamaku dan kami melihat kau sedang bersama Hinata. Wajah Naruto terlihat seperti tidak senang, bukan hanya saat bersamamu tapi saat Hinata tengah bersama lelaki lain Naruto pasti berubah menjadi tempramental dan seperti orang cemburu apabila kekasih nya di dekati orang lain" jawab Sakura

"Bukan kah kau juga mencintai Naruto lalu kenapa kau membantu agar Hinata dan Naruto bisa bersama ?" tanya Gaara kembali.

"Hei aku ini sudah memiliki kekasih dan kami sudah bertunangan, ini bukti nya jika kau tidak percaya" ucap Sakura sembari memperlihatkan cincin di jari manis nya.

"Ku pikir tidak ada yang ingin dengan perempuan bermulut berisik sepertimu" ucap Gaara datar.

"Dari pada kau mengejek ku lebih baik kita pikirkan cara yang tepat untuk mereka" kesal Sakura

"Hmm, baiklah aku percaya padamu. Sekarang mari kita susun rencana" Ujar Sakura semangat.

.

.

Kembali ke waktu awal…

setelah insiden di kantin Naruto kembali ke kelasnya hingga jam istirahat selesai.

"Uzumaki-san dan Sabaku-san ikut denganku keruangan guru sekarang" ucap Orochimaru-sensei

Yang di panggilpun berdiri dan keluar dari kelas tersebut menyisakan tanda tanya besar di hati setiap siswa yang ada di sana, termasuk Hinata.

"Mengapa Orochimaru-sensei malah memanggil Naruto-kun ke ruangan guru ?"batin Hinata bingung.

"padahalyang tidak selesai mengerjakan tugas adalah diriku lalu kenapa aku tidak di panggil untuk di hukum ?atau jangan-jangan ada masalah lain ? tapi kenapa Gaara-kun juga di panggil ?" lanjut Hinata membatin.

.

.

"aneh sekali, bukankah yang seharusnya di hukum bersamaku adalah Hinata-chan tapi kenapa jadi kau yang juga di hukum ?" tanya Gaara penasaran

"Apa maksudmu, aku di hukum Orochimaru-sensei karena aku memecahkan akuarium ular peliharaannya kemarin dan tentang Hinata aku tidak tahu apapun tentangnya. Aku tidak perduli" ucap Naruto dan di balas Gaara dengan sikap acuh.

Mereka menyelesaikan hukuman dalam diam tak ada pembicaraan tetapi dengan kedua mata yang saling melemparkan pandangan tajam.

.

.

"Ini aneh sekali, mengapa Naruto bisa di hukum" ucap Sakura bingung.

"Naruto bilang bahwa dia di hukum karena masalah akuarium tapi yang ku dengar saat kami di ceramahi Orochimaru-sensei ia hanya membahas masalah tugas" papar Gaara

"Hmm, atau jangan-jangan.."

"Naruto menukarkan tugasnya dengan tugas Hinata-chan sebelum mengumpulkannya pada Orochimaru-sensei"

"Kiba/Inuzuka" ucap Sakura dan Gaara bersamaan, mereka terkejut dengan kedatangan Kiba di atap sekolah tempat mereka mendiskusikan masalah Naruto dan Hinata.

"Aku melihat sendiri dengan kedua mataku" ucap Kiba meyakinkan

"tenang saja aku akan membantu kalian karena aku juga ingin yang terbaik untuk temanku" lanjutnya di balas anggukan mantap dari keduanya.

.

.

Flashback On

Bel istirahat sudah berbunyi sejak 20 menit yang lalu, suasana kelas terlihat sepi hanya ada satu orang pemuda yang tampak tengah sibuk dengan pikiran nya sendiri, di hadapan nya saat ini terdapat setumpukan lembaran tugas yang seharus nya sudah di kumpulkan sejak tadi.

Satu tangan tan pemuda tersebut terulur pada satu kertas.

Nama : Hyuuga Hinata

Kelas : 3-A

Nama yang tertera menjadi pusat perhatian dari pemuda pirang tersebut, sejenak ia terdiam lalu atensinya ia alihkan pada satu tangan lagi yang memegang kertas lainnya. Setelah selesai dengan kegiatan memandangi kertas satu per satu ia pun melihat keadaan sekeliling memastikan tidak ada seorangpun di sana melihat apa yang tengah di lakukan nya.

Saat Naruto sibuk menulis sesuatu ia tidak menyadari bahwa ada orang lain yang berdiri di balik pintu memperhatikan setiap gerak-gerik yang dilakukan pemuda tersebut sejak tadi dengan senyum mengembang.

"Kau tidak bisa mengelak lagi Naruto-baka"

Flashback off..

.

.

seminggu telah berlalu, kini masuk minggu yang baru. Turnamen Basket antar sekolah sudah dilaksanakan, Naruto dan tim nya kini tengah berlatih untuk pertandingan perempat final besok melawan Iwa High School. Sakura selaku manager tim sepak bola sekolah mereka duduk di pinggir lapangan mengurusi tim Konoha High School yang giat berlatih.

"Sakura-chan mengapa kau menelepon dan menyuruhku kemari ?" ujar Hinata yang sesak sehabis berlari terburu-buru kemari mendengar Sakura memohon meminta pertolongan, maka sebagai teman yang baik pula Hinata akan siap membantu kapanpun.

"Tolong bantu aku disini Hinata-chan, tim basket kita sedang berlatih untuk pertandingan perempat final besok. Selaku manager aku harus mempersiapkan kebutuhan sekaligus membuat stamina mereka tetap bagus. Aku tidak bisa melakukannya sendiri jadi aku mohon bantuan darimu" ucap Sakura dengan wajah memelas

Hinata yang memang terlalu baik sehingga tidak bisa menolak keinginan dari si teman akhirnya menyetujui, toh ia dengan leluasa melihat Naruto berlatih dan menyemangati dirinya meski hanya dalam hati. Anggukan kepala dari Hinata membuat Sakura amat senang, ia sudah membicarakan dengan pelatih untuk menambah manager guna melengkapi kebutuhan para pemain, syukurlah pelatih mengijinkan dan Hinata mau menjadi manager tambahan sehingga rencana nya mendekatkan Naruto dan Hinata bisa berjalan lancar.

.

.

"Hinata-chan tolong bagikan minuman ini kepada para pemain ya" ucap sakura dengan senyuman

"baiklah Sakura-chan"

"wah, ternyata manager tambahan itu Hinata-chan ya aku jadi semangat untuk berlatih" ujar seorang pemain berkepala mangkok

"Hey, Lee jangan menggoda nya" ujar Shikamaru sembari menguap lebar

"ternyata Hinata-senpai sangat cantik yah jika dilihat dari dekat" goda Konohamaru

"Memangnya selama ini Hinata jelek begitu ?" ucap Lee tak terima

"Bu-bukan begitu hanya saja selama ini aku hanya melihat dari jauh dan Hinata-senpai cantik tapi lebih sangat cantik kalau di lihat dari dekat" ujar Konohamaru memandang Hinata dengan damba membuat gelak tawa seluruh pemain, Kiba melirik ekspresi Naruto yang ada di sampingnya ia tersenyum kecil. Mendengar pujian dari mereka membuat semburat merah muncul di pipi Hinata menjadikannya bak buah pualam, ia edarkan pandangannya ke arah Naruto yang menatapnya tajam Hinata pun beranjak menuju Naruto untuk memberikan minuman serta handuk kecil untuk keringat.

"Ini untuk Naruto-kun" ucap Hinata

Hal itu mendapat siulan dari seluruh pemain yang ada di lapangan. Dengan kasar Naruto menarik tangan Hinata yang ada di depannya kemudian pergi meninggalkan lapangan itu, semua yang bersiul menjadi berhenti melihat kepergian kapten dengan manager baru mereka.

.

.

"I-ittai Naruto-kun lepas !" ringis Hinata menahan sakit di pergelangan tangan nya akibat tarikan kasar dari Naruto.

"Apa yang kau lakukan disini ?" tanya Naruto dingin

"Sudah berapa kali ku katakan menjauhlah dariku tapi kenapa kau selalu saja ada dimana setiap gerak-gerik ku" luapan amarah Naruto membuat Hinata takut.

"Ah kau sengaja merengek, menangis dan memohon kepada Sakura agar kau bisa masuk menjadi bagian dari tim ini. Siapa lagi yang ingin kau dekati ? diriku ? Kiba ? atau yang lain ?" ungkapnya lagi

"Aku tak menyangka kau menunjukan sifat aslimu Hinata" lanjut Naruto kembali

"Menjijikan, menjaulah dariku selamanya"

Naruto meninggalkan Hinata yang kini menangis sendirian, ia tak menyangka Naruto berkata sekeji itu pada dirinya. Hati nya pedih tapi ia harus kuat ia tak akan menyerah untuk membuktikan rasa cinta yang sesungguhnya kepada Naruto. ia hapus jejak air mata yang membekas di kedua pipi nya. saat berbalik betapa terkejutnya Hinata melihat keadaan Sakura yang kini tengah menatapnya dengan pandangan sendu.

"Kau tak apa ?" ucap Sakura, terdapat nada kekhawatiran di sana Hinata tau itu tapi iya berjanji pada mendiang Kaa-san nya untuk menjadi kuat dan tidak boleh menunjuk kan kelemahan di hadapan orang lain.

"Aku baik-baik saja Sakura-chan, sebaiknya kita kembali saja" balas Hinata dengan senyum lebar

.

.

Hari ini adalah pertandingan perempat final turnamen sepak bola antar sekolah, semua tim dan pendukung dari masing-masing sekolah telah tiba di lapangan tempat pertandingan berlangsung.

"Baiklah semua berkumpul" ujar pelatih Konoha High School pada tim

"Kalian sudah berlatih dengan baik, sekarang adalah hasilnya ditentukan. Menang kalah kalian yang menentukan, final ada di depan mata saling bekerja samalah. Apa kalian mengerti ?" anggukan dari semua pemain membuat pelatih merasa puas.

"Kita baru saja mulai untuk perempat final gunakan strategi yang sudah kita sepakati dan kau Naruto sebagai kapten kau harus bisa mengontrol arah bola, sasaran yang tepat jangan sampai lengah hantarkan tim mu ke final dan buat sekolah kita bangga itu juga berlaku untuk kalian semua" lanjutkan

"Kobarkan semangat masa muda kalian. Semuanya semangat" teriakan pelatih membakar semangat para pemain. Pertandingan akan segera di mulai Naruto dan tim berjalan masuk menuju lapangan tempatnya bertanding guna melakukan pemanasan terlebih dahulu.

.

.

Pertandingan sudah berlangsung 1 quarter, terjadi persaingan sengit di antara kedua tim. Sampai saat ini dari kedua tim belum ada yang berhasil memasukkan bola ke ring lawan, hingga pada beberapa menit awal di quarter 2 tim basket Konoha High School berhasil mencetak angka terlebih dahulu berkat shooting yang di lakukan Naruto.

"Yak bagus Naruto teruslah seperti itu" teriak pelatih Guy-sensei di pinggir lapangan.

Persaingan semakin memanas saat tak lama tim lawan berhasil memasukan bola ke dalam ring tim Konoha, beberapa pemain dari Iwa tampak terus saja menghadang pergerakan Naruto tapi itu bukanlah suatu halangan bagi Naruto sendiri. Saat ini Kiba tengah men-dribbel bola menuju garis tengah, ia lirik Naruto yang tengah di jaga ketat di sana bagai tak ada cela. Ia maju mengecoh lawan sehingga penjagan Naruto mulai berkurang, merasa mendapat kesempatan Naruto mundur ke belakang lalu melambaikan tangan kearah Kiba. Kiba sudah siap melakukan passing ke Naruto dan di tangkap langsung oleh Naruto dengan baik dan shooting bola ke dalam ring.

Trang...

Suara bola yang masuk kedalam ring menambah riuh teriakan penonton dan bel penanda akhir dari quarter ke-2.

"Kau bermain sangat bagus Naruto" ucap pelatih

"Kalian juga sangat bagus, itu baru tim Konoha. Ayo kobarkan semangat kalian hingga akhir pertandingan ini" lanjut pelatih menyemangati.

"Ha'i" ujar semua pemain Konoha serempak

Naruto arahkan pandangan nya pada Sakura dan Hinata yang tengah sibuk membagikan minuman dan juga handuk kecil pada semua pemain. Hingga tiba pada giliran Naruto, Sakura datang memberikan sebuah minuman dan handuk sekaligus.

"Kau bermain bagus Naruto pertahankan" ucap Sakura

"Arigatou Sakura-chan" balasnya tersenyum kecil

"Ah, setelah pertandingan ini selesai ada yang ingin ku bicarakan kepadamu" ucap Sakura yang memandang ke arah lapangan pertandingan.

"Umm, baiklah kalau begitu" angguknya

"Do'a kan diriku ya Sakura-chan" ucapnya dengan cengiran khas ala Naruto kemudian beranjak menuju arah pelatih nya.

Saat sang pelatih memberikan intruksi mengenai strategi Naruto terlihat asyik memandangi Hinata yang tengah mengobrol dan tertawa bersama Konohamaru di kursi pemain cadangan, merasa tak mendapat perhatian sang pelatih mulai geram dan menjitak keras kepala Naruto yang membuat tawa Kiba dan Lee yang juga ada disana.

.

.

Pertandingan kembali berlangsung, dari kedua tim sudah melancarkan serangan ke dalam ring lawan masing-masing. Beberapa angka telah tercetak di papan skor, saat ini dari pertandingan yang memasuki quarter akhir skor dari kedua tim masih seimbang. Itu membuat kedua tim berusaha mencuri skor dan mengakhiri pertandingan dengan kemenangan, mengingat pertandingan memasuki menit-menit terakhir.

Lee menggiring bola menuju garis tengah lalu passing ke Naruto, saat Naruto men-dribbel bola seorang pemain Iwa dengan sengaja menyikut Naruto hingga bola terlepas dari tangan nya. Wasit meniup peluit tanda pelanggaran dan menjadi keuntungan bagi tim Konoha.

.

Pantulan bola menjadi suara di tengah sepinya lapangan tempat berlangsungnya pertandingan perempat final basket antar sekolah dimana tim Konoha melawan tim dari Iwa high scool. Saat ini nasib pertandingan di tentukan dari lemparan yang di lakukan oleh Naruto, semua pendukung dari masing-masing tim berdo'a dalam hati ada yang berharap bola akan masuk dan ada yang tidak.

Kedua kaki ia tekukkan, sebelum pandangannya fokus ke arah ring ia arahkan atensinya ke pinggir lapangan dimana saat ini seorang gadis tengah menutup mata dan mengatupkan kedua tangannya bertanda bahwa saat ini ia tengah berdo'a, alisnya menekuk dan bibir tipis gadis terebut komat-kamit membuat Naruto tersenyum. Pandangan nya ia kembali fokuskan pada ring yang ada di hadapan nya, ia siap untuk melemparkan bola ke dalam ring.

Peluit sudah di tiupkan dan Naruto melemparkan bola

Traang...

Bola masuk kedalam ring dan sedetik kemudian bel tanda berakhirnya pertandingan berbunyi, teriakan dari pemain dan pendukung Konoha menggema. Para pemain berlari memeluk sang kapten yang lagi berhasil memenangkan pertandingan.

Dari pinggir lapangan Sakura berteriak kencang disebalahnya Hinata tersenyum lega mengetahui tim mereka berhasil masuk ke babak final.

"Kita berhasil Hinata-chan, kita berhasil" ucap Sakura girang memeluk erat Hinata.

"Yah, kita berhasil Sakura" balas Hinata memeluk Sakura

.

.

Saat ini mereka telah tiba di sekolah hendak merayakan keberhasilan mereka memasuki final di turnamen ini, hari sudah sore sekolah tampak sepi dikarena semua siswa telah pulang sejak tadi.

"Yo Naruto, lemparan yang keren" ucap Lee menepuk bahu Naruto.

"Haha bisa saja kau Lee, ini berkat kalian semua juga. Kita tim" ucap Naruto

"Besok pertandingan Suna International school melawan Kiri gakuen" ujar Shikamaru

"Hah, bisa di pastikan kita akan melawan Suna lagi seperti tahun lalu" ucap Kiba

"Kau ingin bertaruh ?" tantang Lee

"Hei, perkiraan ku ini tak akan pernah salah" balas Kiba malas.

"Dari pada bertaruh lebih baik uang saku mu kau tabung untuk mengubah gaya rambutmu yang kuno itu Lee" ujar Shikamaru

Ucapan Shikamaru membuat gelak tawa diantara para pemain. Naruto berjalan menghampiri Sakura yang baru saja selesai menerima telepon.

"Apa yang ingin kau bicara denganku Sakura-chan ?" Tanya Naruto penasaran

"Ah ya aku hampir saja lupa, sebaiknya jangan disini ayo ikut aku" jawab Sakura menarik Naruto menjauh dari para pemain.

"Wah-wah sepertinya kau ingin menyatakan perasaanmu pada diriku yang tampan ini ya Sakura ?" ujarnya girang

"Akhirnya kau mengakui kau menyukaiku, ah aku akan memberikan kabar ini pada semua teman-teman" lanjutnya mendapat jitakan keras dari Sakura.

"Ittai kau jahat sekali Sakura-chan" ucapnya sembari mengusap kepalanya yang terasa sangat sakit atas jitakan yang Sakura berikan.

Adegan tersebut mendapat perhatian dari semua pemain yang memandang heran keduanya, mereka bertanya-tanya apa benar Sakura selaku manager mereka akan menyatakan cinta nya pada sang kapten basket mereka.

"Mungkin sebentar lagi kita akan makan gratis" ucap Konohamaru senang

Angggukan setuju dari semua pemain minus Kiba yang menatap Hinata yang pandangannya mulai menyendu membuat senyuman Kiba mengembang.

.

.

"Naruto, selalu berkata bahwa kau menyukaiku bukan ? sudah berapa lama kau menyukaiku Naruto ?" tanya Sakura pelan

"Tentu saja Sakura-chan, sudah hampir 2 tahun aku mengejarmu berharap mendapat perhatian darimu hanya kau saja yang selalu menolak pernyataan cinta dariku. Tapi aku tak akan menyerah karena sekarang kau membalas cintaku aku sangat senang" jawab Naruto mantap dengan senyum mengembang.

"Naruto, aku ingin kau berhenti untuk menggangguku" ucap Sakura

"A-ap-apa maksudmu Sakura-chan" Naruto terkejut mendengar pernyataan yang keluar dari Sakura

Suasana kembali hening

"Kenapa ekspresimu berubah seperti itu Naruto ? aku hanya bercanda" ucap Sakura tersenyum

"Kau menakutiku Sakura" ucap lega Naruto membuat Sakura tertawa lebar

"Bagaimana rasanya bila aku berkata seperti itu Naruto ? apa kau merasakan sakit, merasakan sesak di dalam hatimu ?" tanya Sakura

"Tentu saja, aku seperti mati rasa" jawab Naruto

"Kau saja laki-laki dan menyukai seseorang dalam waktu singkat bisa merasakan seperti itu apa lagi Hinata yang seorang perempuan menyukai laki-laki bodoh sepertimu dalam kurun waktu lama" ucap Sakura tenang

"Mengapa kau jadi membahas Hinata ? Sudah ku katakan padamu untuk tidak membahas tentang nya saat kau bersamaku Sakura" geram Naruto

"Aku berbicara fakta Naruto dan kau beerusaha menghindari fakta itu"

"Aku bilang sudah cu..."

"Bisakah kau melihat fakta Naruto, bahwa kau itu mencintai Hinata" potong Sakura

"Mulutmu bisa berkilah tapi tidak dengan hatimu, kau mencintainya mencintai seorang Hyuuga Hinata. Kau hanya terobsesi pada diriku, kau selalu mencuri padang pada dirinya, kau selalu peduli padanya walau tak kau tunjukan pada orang lain. Kau hanya kesal pada dirimu sendiri dan kesal pada Hinata yang tak memberikan kemajuan dalam hubungan persahabatan kalian, kau menyukainya dan Hinata menyukaimu. Kalian saling mencintai, hanya saja kau selalu merasa bahwa Hinata tak pernah merespon dirimu padahal sesungguhnya kaulah yang tidak mengerti perasaan Hinata sesunggunya" ucap Sakura panjang

"Omong kosong macam apa ini Sakura ?" kilah Naruto

"Kau terlalu egois Naruto, kau ingin Hinata mengerti akan dirimu tapi kau tidak pernah mengerti Hinata sedikitpun. Kau berharap Hinata menyatakan perasaannya terlebih dahulu terhadap dirimu padahal kau tahu Hinata sangat sulit mengungkapkan isi hati sesungguhnya. Kau selalu bilang bahwa itu adalah manusia munafik tapi bagiku kau yang munafik Naruto, Hinata gadis yang naif. Kau selalu menyalahkan nya atas ketidak berdayaan dirimu, saat itulah kau mengobral kata suka mu terhadapku untuk membuat Hinata cemburu dan mulai menyatakan perasaannya. Namun kau salah duga dan malah mengartikan perasaanmu sebagai cintamu kepada diriku" jelas Sakura

Naruto terdiam mendengar tutur Sakura

"Apa aku salah ?" ucap Sakura

"Berhentilah menjadi seorang yang munafik Naruto dan berhentilah menjadi pecundang yang selalu merasa bahwa kau yang paling tersakiti di dalam hubungan ini. Pernahkah kau merasa kesakitan yang Hinata rasakan saat melihat dirimu bersamaku, senyum paksanya saat bento yang dibuatkan setulus hati untukmu kau abaikan, saat kau dengan mudahnya untuk menyuruh Hinata melupakan kenangan kalian melupakan perasaannya, melupakan seseorang yang bahkan menorehkan luka berkali-kali padanya"

"Kau saja bisa mati rasa apa lagi Hinata mungkin ia sudah mati hati nya. Berhentilah berbicara omong kosong padaku lagi Naruto karena seberapa keras kau mencoba menjelaskan perasaan sukamu maka kau akan mendapatkan udara kosong. Lagi pula aku sudah bertunangan, aku sudah memiliki kekasih yang sangat aku cinta hidup dan matiku Naruto. Mengertilah akan keadaan kita, kau, aku dan terlebih Hinata" Akhir Sakura

"Bohong, kau sengaja mengatakan ini karena Hyuuga itu sudah mendatangimu. Menangis dan memohon kepadamu untuk bisa mendapatkan perhatianku, tapi aku hanya menyukaimu Sakura. Tidak ada yang lain bahkan si Hyuuga itu sekalipun, akan ku buktikan" ucap Naruto geram kemudian melangkah pergi

"Mau kemana kau Naruto ?" Sakura takut melihat tatapan amarah Naruto

"Memberikan si Hyuuga itu pelajaran" ucapnya lalu pergi

Tidak, bukan ini yang di inginkan Sakura. Kenapa Naruto itu keras kepala sekali, ia hanya ingin mereka bersatu bukan ingin membuat hubungan ini bertambah kacau. Ia harus segera mengejar Naruto sebelum hal yang tak di inginkan terjadi.

.

.

"Hinata-chan" panggil seorang pemuda bersurai merah

"Gaara-kun kau disini, aku senang sekali" ucapnya senang

"Bagaimana pertandingan nya ?" tanya Gaara

"umm, semua berjalan lancar. Tim kita berhasil masuk ke final lusa" senyum tak lepas dari bibir Hinata membuat Gaara merasa lega

"Hyuuga" suara dingin memanggil marga nya membuat Hinata berbalik kebelakang dilihatnya Naruto disana tengah menatapnya tajam

Naruto berjalan mendekat hingga jarak mereka hanya tinggal beberapa senti, Naruto kemudian menarik Hinata menuju tengah lapangan sekolah mereka yang kosong. Langit jingga menjadi saksi ketegangan yang terjadi diantara mereka. Naruto menghempaskan tubuh Hinata dengan kasar ke lapangan, kulit putih dan mulus Hinata tergores tak hanya itu akibat dari hempasan Naruto kepala Hinata juga berdarah karena terbentur semen dan pasir yang ada.

Semua mata yang melihat itu terkejut bahkan Sakura yang baru tiba mebelalakan matanya melihat keadaan Hinata yang di penuhi luka, Gaara pun tak kuasa menahan amarahnya. Saat hendak berjalan tubuhnya di hadang oleh Kiba

"Biarkan mereka menyelesaikan urusan nya" ucap Kiba tegas sedangkan Gaara hanya bisa terdiam.

.

.

Di tengah lapangan Hinata menahan sakitnya, bukan karena luka pada tubuhnya tapi karena luka hatinya. Mengapa orang yang ia cintai tega untuk melukainya seperti ini, dada nya terasa sesak kali ini ia tak bisa menyembunyikan air mata di hadapan orang banyak. Hatinya terluka. Sakit, sakit sekali.

"Bukankah sudah ku peringatkan untuk tidak masuk lagi ke dalam kehidupanku ? kenapa kau sangat lancang, kau merusak hubunganku dengan Sakura. Kau itu benalu dalam hidupku, terimalah kenyataan bahwa aku menyukai Sakura dan jangan berharap lebih. Kau benar-benar hina, kau.." ucap Naruto terputus kala Hinata membalikkan dirinya dan menghadap Naruto.

Mata itu di penuhi air mata kepedihan, air mata yang sarat akan luka dan darah yang mengalir di dahi Hinata akibat perbuatan nya membuat hati Naruto berdenyut sakit. Tapi kenapa Hinata masih tersenyum, tersenyum kepadanya.

"Izinkan aku berbicara untuk kali ini saja" ucapnya parau

"Aku sudah berjanji pada diriku sendiri untuk menjauh darimu Naruto-kun tapi semakin keras aku mencoba Kami-sam selalu saja mempertemukan ku denganmu, entah ku rasa ia sungguh tidak adil pada diriku"

"Selama ini aku selalu bertanya apa salah diriku sehingga kau membenci diriku, membenci kenangan diantara kita selama ini. Aku selalu memperhatikan dirimu dari belakang, menyemangatimu dengan do'a yang selalu ku panjatkan pada Kami-sama. Untuk membuatmu bahagia aku rela terluka Naruto-kun, tak apa.. hiks..hiks.. melihatmu mencintai orang lain aku rela asal itu kebahagiaan bagimu karena dengan melihat senyum mu hidupku sempurna" ucapnya di sela tangis.

"Kau malaikat bagiku walaupun orang lain memandangmu bagai penjahat sekalipun, karena kau selalu sempurna dimataku. Kau bagai embun penyejuk dari kekosongan jiwaku, kau bara dalam semangatku"

"caci saja aku sepuas hatimu tapi jangan pernah menyuruhku untuk melupakan dirimu, aku akan menjauhimu Naruto-kun. Ku mohon jangan pernah, jangan pernah memerintahkanku untuk melupakan dirimu.. hika..hiks.." ucap Hinata mengatupkan kedua tangannya memohon di hadapan Naruto

Semua mata yang melihat itu hanya bisa terdiam dan iba melihat keadaan Hinata yang memohon kepada Naruto, sedangkan Naruto hanya diam tak memandang Hinata sama sekali. Gaara geram, ia berjalan ke tengah lapangan dan membantu Hinata berdiri

"Ayo kita pergi Hinata-chan" ucap Gaara pelan

Gaara membawa Hinata berjalan meninggalkan lapangan namun tak terlalu jauh melangkah Hinata berbalik memandang Naruto.

"Berjanjilah untuk hidup bahagia Naruto dan aku berjanji pada diriku sendiri untuk menjauh dari kehidupanmu. Karena aku mencintaimu, Naruto-kun" ucapnya kemudian berbalik meninggalkan ke sunyian di tempat itu. Sedangkan Naruto membatu di tempatnya, apa ia tak salah dengar. Hinata menyatakan cinta pada dirinya, sangat sulit ia pahami arti debaran ini sangat menyakitkan dan menyesakan hati.

Langit mulai menghitam, semua pemain tim basket Konoha yang melihat kejadian tadi perlahan pergi meninggalkan lapangan termasuk Sakura. Membiarkan sang kapten sendiri untuk sementara waktu.

"Kau sungguh keterlaluan" ujar Sakura.

"Ini yang kau inginkan bukan Naruto. Selamat kau sudah mendapatkan kebahagiaanmu" ucap Kiba pergi meninggalkan Naruto yang sekarang benar-benar sendiri

.

.

Hari ini adalah final turnamen pertandingan antara Konoha high school melawan Suna International school. Sudah dua hari terlewati pasca kejadian di tengah lapangan itu, semua berjalan semestinya tapi tidak bagi Naruto. Tidak ada lagi Hinata, di sekolah maupun di turnamen. Hinata menepati janjinya untuk menjauhi Naruto dan Naruto bahagia atas keputusan nya ?

Sakura menjauhi nya atas kebodohan yang di lakukan nya Naruto sendiri sedangkan Kiba tetap menjadi teman baik Naruto hanya saja ia terkadang kurang perduli dengan tingkah konyol pemuda kuning tersebut.

"Hoi, Naruto kau jangan melamun apa kau sudah mengerti apa yang sudah ku sampaikan tadi" tegur pelatih nya Guy-sensei

"Ha'i" jawab Naruto seadanya

"Baiklah kita harus semangat untuk pertandingan final ini, kobarkan semangat masa muda kalian" ucapnya di balas teriakan semangat dari para pemain minus Naruto.

Semua pemain berlari memasuki lapangan dan mulai melakukan pemanasan. Naruto kini tengah sibuk memperhatikan kursi penonton dan berharap ada sosok gadis yang amat ia rindukan kehadiran nya. Tapi seberapa keraspun ia berusaha tetap tak ia temukan surai indigo nya.

Peluit tanda permainan di mulai di bunyikan, Naruto membawa bola menuju garis tengah namun sayang dengan mudah di rebut oleh lawan. Skor pertama untuk lawan dengan mudah tanpa pertahanan yang berarti, bagai raga tanpa jiwa Naruto bermain dengan buruk. Setiap yang ia ingat hanya tangisan Hinata dan wajahnya, ia sudah gila pikirnya.

Pelatih meminta time out dan wasit memberikan, ia panggil Naruto ke pinggir lapangan.

"Apa yang kau pikirkan, jangan lengah Naruto. Lawan akan mudah memanfaatkan kekuranganmu saat ini" omel pelatih

"ini sudah quarter ke-3 sedikit lagi waktu yang kita miliki skor kita masih tertinggal beberapa dari mereka... bla..bla..bla"

Ocehan pelatih tak di hiraukan Naruto

"Karena aku mencintaimu"

"mencintaimu"

"cintaimu"

Kata-kata itu selalu terngiang di kepala Naruto.

"Kau paham, baiklah masuk ke lapangan dan bermainlah dengan baik" ucapnya di balas anggukan dari Naruto.

Waktu sudah memasuki menit-menit akhir quarter 3, saat menggiring bola seorang lawan mendorongnya keras hingga ia terjatuh di tengah lapangan. Sakit, itu yang di rasakan nya saat ini. Apa ini juga yang di rasakan Hinata saat ia mendorongnya kasar saat itu atau sakit lain yang membuat nya menangis. Naruto terentang, banyak teman tim nya datang dan menanyakan keadaan nya. Ia tolehkan wajah ke samping menghindari mata dari silau lampu ruangan tersebut, matanya terbelalak.

Ia melihatnya, melihat surai indigo Hinata yang kini tengah memandang wajahnya cemas. Kemudian ia menutup matanya sama seperti yang ia lakukan pada pertandingan sebelum nya, berdo'a untuk Naruto. Seulas senyum terpatri di wajah Naruto, ia bangkit dan memulai pertandingan nya kembali. Ia harus segera menyelesaikan ini kemudian pergi menemui Hinata.

.

.

Pertandingan berakhir dengan Konoha High school sebagai pemenangnya, semua orang bingung dan bertanya-tanya dari mana Naruto mendapatkan kembali staminanya. Permainan yang sangat luar biasa dari seorang Uzumaki Naruto. Kini saat nya Naruto pergi menemui Hinata namun belum sempat melangkah ia di hadang oleh tim Suna.

"Selamat atas kemenanganmu, Dobe" ucap Sasuke kapten tim basket Suna sambil mengulurkan tangan

"Terima kasih, Sasuke-Teme" balas Naruto menerima jabatan tangannya dan pemain dari tim yang lain.

"Maaf tapi aku harus pergi" ucap Naruto

"Hei, kenapa terburu-buru ayo kita rayakan" ucap kapten tim lain yang sudah gagal masuk final

"Maaf ini lebih dari penting untuk hidupku" ucapnya kemudian berlari pergi meninggalkan lapangan yang riuh dengan sorak kemenangan dari pendukung mereka.

Naruto terus berlari mencari gadis bersurai indigo, saat ia melihat sosok Hinata tadi rambutnya terurai dan menggunakan rompi hitam dengan dalaman kaos putih serta jeans dan sepatu boots, sungguh sangat rapi taukah Hinata sengaja berdandan untuk nya.

Ia edarkan pandangan ke seluruh penjuru arah mencari Hinata namun tak kunjung dia temukan hingga akhirnya ia bertemu dengan gadis bersurai merah muda. Sakura terdiam melihat Naruto yang kebingungan.

"Aku ingin berbicara denganmu Naruto" ucap Sakura datar

"Tapi aku harus.."

"Ini tentang Hinata"ungkap nya membuat pergerakan Naruto terhenti.

"Hinata sudah pergi dan dia menitipkan ini kepadaku untuk di berikan kepadamu sebaiknya kau baca jika kau memang sudah tak perduli maka buang saja surat itu" ucapnya lalu pergi.

Naruto terduduk di kursi yang ada di koridor tersebut, ia buka perlahan surat dari Hinata. Air mata jatuh saat ia selesai membaca surat tersebut terbesit sebuah penyesalan mendalam di hatinya.

Sakura benar ia begitu egois dan kini ke egoisan itulah yang menghancurkan dirinya sendiri, menghancurkan hati yang ia cintai. Hinata-nya, sekarang Hinata-nya pergi.

"Tidak, ini tidak boleh terjadi" ucapnya lalu bangkit namun sekali lagi terhenti karena Gaara saat ini tengah berada di hadapan nya.

"Jika kau ingin pergi mengejar Hinata ku sarankan jangan, karena kau sudah sangat terlambat karena ia sudah pergi 20 menit yang lalu. Mungkin saat ini pesawatnya sudah berangkat" ucap Gaara.

"Kenapa kalian tidak memberi tahuku tentang kepergian Hinata ?" ucap Naruto parau

"Untuk apa memeri tahu mu, agar kau bisa menyakitinya lagi. Tidak akan pernah" jawab Gaara

"Kau.." ucap Naruto terhenti tangan nya terkepal erat menahan amarah

"Sebaiknya kau introspeksi dirimu Naruto" ucap Gaara lalu pergi meninggalkan Naruto di Koridor yang mulai menyepi.

"Bahkan kau tak memberikanku kesempatan untuk mengunggkap kan nya Hinata"

.

.

End

.

.

Hai Naruto-kun...

Maaf apa bila aku mengganggu ketenanganmu dengan suratku ini.

Aku ingin berpamitan denganmu tapi aku sudah berjanji untuk tidak menemuimu lagi dan menunjuk kan wajahku di hadapanmu.

Hari ini aku akan pergi dan aku lega karena dengan ini aku bisa menepati janjiku karena aku tak yakin apa aku bisa untuk tidak melanggarnya.

Ku harap Naruto-kun sehat selalu, makanlah dengan teratur.

Jangan banyak makan ramen, makanlah makanan sehat buatan bibi kushina.

Apa bila kau letih saat habis latihan rendam kakimu dengan air panas dan garam.

Kau jangan banyak bermain game agar paman tidak mengomelimu, dan jangan suka bertengkar dengan paman. Jadilah anak yang baik kau akan sukses suatu saat nanti, aku percaya itu.

Kau harus semangat untuk menghadapi ujian akhir dan masuk lah ke universitas yang dulu sempat kau bicarakan denganku, aku lupa nama nya tapi aku tahu kau akan lulus dengan nilai sempurna dan menjadi seorang arsitek sebagaimana yang kau cita-cita kan.

Sudahlah aku tidak ingin kau marah dengan suratku.

Aku selalu berdo'a pada Kami-sama semoga ia selalu melimpahkanmu kebahagiaan.

Aku mencintaimu untuk yang terakhir kalinya

Salam.

Hyuuga Hinata.

Hai minna-san...

Sahi kembali hadir dengan cerita yang baru untuk menemani puasa kalian hehe

Terima kasih yang sudah mem-follow dan favoritkan cerita sahi sebelum nya, sahi harap cerita ini juga di sukai pembaca yah.

Entahlah, sahi merasa cerita ini kurang romantis nya sih antara Naruto dan Hinata tapi yah sudahlah karena bagi sahi romantis tuh punya acuan sendiri gak mesti harus cinta yang menggebu-gebu. Sahi ngetik cerita ini sambil dengerin lagu india dari Arijit singh - Tum Hi Ho, hurt nya itu ngena banget kalau sahi dengar lagu ini haha jadi teringat mantan soalnya.

Sahi buat ini two-shot, jadi untuk chapter pertama ini sahi mungkin kurangin romance nya banyakin hurt nya. tapi di chapter dua nanti….yah baca aja lah nanti ya pas update hehe

Buat yang nunggu 16 days love never end, sabar yah sahi lagi usaha ngetik buat chapter 8. Hihi...

Sahi suka banget kalau di kritik apa lagi kritik yang membangun jadi jangan segan buat review yah, boleh request selagi sahi masih senggang karena libur kuliah 3 bulan bhak-hak (tertawa nista)

Semoga para pembaca terkesan dengan cerita ini..

Sampai bertemu di cerita selanjutnya.