the one with the cliché amusement park date © 100% cocoa
kuroko no basuke © fujimaki tadatoshi
no profit taken from this work
timeline: post-extra game (akashi kelas 2, mayuzumi maba)
warning: mungkin ooc karena ini termasuk established relationship!mayuaka; karakterisasinya mayuzumi saya sesuain sama kondisi "pacaran" nya ini. sekali2 pengen liat mayuyu sayang akashi gapapa kan
a/n: fanfic ini ditulis sejak desember tahun lalu, rencananya buat ultah akashi...terus gakelar diundur buat mayuaka day aja deh...terus ga kesampean juga
karena ini ditulis sebelum chapter terakhir extra game release, bokushi masih ada ya :")
.
.
.
.
Ingatan Mayuzumi akan Higuchi Shouta dari Rakuzan tidak seberapa banyak; satu angkatan, berambut hitam kelam, dan cukup populer di kalangan siswa perempuan—meski posisinya dalam tim hanyalah manajer dan bukan pemain.
Mayuzumi tidak ingat pernah mengobrol pemain akrab dengan pemuda itu selama tiga tahunnya bersekolah di Rakuzan, tapi saat ini Higuchi mengajaknya makan siang bersama di kantin fakultas tempatnya belajar. Layaknya teman lama yang hendak mengejar ketinggalan. Agak aneh sebenarnya—Mayuzumi bahkan baru tahu sekarang kalau mereka masuk universitas yang sama.
Yah, orang ini jauh lebih mudah diajak ngobrol daripada Mibuchi sih. Atau Nebuya. Atau Hayama.
"Hayama-kun cuma pengganggu, itu yang Miyaji-san bilang padaku... lucunya, mereka sama sekali tidak berhenti bertukar pesan," suara tawa Higuchi terdengar. Mayuzumi tersadar dari lamunannya, baru ingat kalau mereka sedang membicarakan starter lama Rakuzan sejak tadi.
"Hee. Kau dekat dengan Miyaji yang dari Shuutoku itu."
"Itu karena semua anggota STRKY orangnya baik-baik, rasanya mudah untuk berteman dengan mereka.. ah, kecuali Imayoshi-san, agak sulit menghadapi orang semacam dia."
Ah, STRKY. Tim gabungan lima alumni SMA unggulan dalam dunia perbasketan yang pernah melawan tim Jabberwock dari Los Angeles dalam pertandingan streetball beberapa bulan lalu. Mayuzumi sempat menontonnya di TV. Namun ia menolak keras untuk menyalakan TV pada minggu berikutnya—pertandingan Kiseki no Sedai versus Jabberwock disiarkan di mana-mana.
Ah bukan, bukan Kiseki no Sedai lagi... apa nama tim mereka? Fatal Swords?
Mengingatnya saja membuat wajah Mayuzumi berubah masam, "Hn. Menurutku juga sama.. Imayoshi orang aneh." Lagipula sebelum Higuchi, Imayoshi Shouichi mendatangi Mayuzumi terlebih dahulu—menawarkannya kesempatan untuk menjadi 'anggota kelima tim STRKY yang merangkap sebagai phantom sixth-man yang merupakan perwakilan Rakuzan' yang Mayuzumi tolak mentah-mentah di detik itu juga.
"Haha! Orang jenius memang beda auranya ya," senyum Higuchi punya efek yang menyejukkan dan ekspresi wajahnya mudah dibaca. Mayuzumi rasa tidak buruk juga menjalin ulang pertemanan dengan orang ini. "Ngomong-ngomong orang jenius, bagaimana kabarmu dengan Kapten Akashi? Hubungan kalian baik-baik saja kan?"
—tidak jadi.
Hah, Mayuzumi membatin, namun ternyata bibirnya mengucap keras-keras, "Hah."
"Eh," kini giliran Higuchi yang menatap bingung. "Salah ya? Aku berasumsi kalian... bersama."
"Ber.. bersama?" Jaga bicaramu, Chihiro, Mayuzumi menegur dirinya secara mental. Higuchi orang yang lumayan untuk dijadikan teman. Jangan rusak awal yang bagus ini dengan mulut jelekmu, "Kalau boleh tahu. Darimana... asumsimu itu berasal?"
Higuchi tersenyum malu-malu, mengeluarkan smartphone-nya dan mengetuk entah apa di layar alih-alih menjawab. Mayuzumi nyaris membelalakan mata—tidak mungkin kan Akashi dan Higuchi saling kirim-kiriman email?
"Ini foto lama sih," ibu jari Higuchi masih sibuk meng-scroll sesuatu, "karena Akashi-kun juga tidak terlalu aktif di Instragram, tapi... Ah. Ketemu!"
Mayuzumi berusaha agar nada bicaranya terdengar biasa-biasa saja—"Instragram?"—tapi gagal total.
Higuchi menyodorkan ponsel miliknya.
Mayuzumi nyaris berteriak.
Sebuah foto. Langit malam yang mendominasi membuat foto tersebut lumayan gelap, namun sosok yang berdiri setengah memunggungi kamera itu terlihat jelas, memegang buku bersampul ungu di tangan kiri. Surai abu-abu yang sedikit menutupi wajah akibat posisi menunduk itu menambah kesan misterius si pemuda—namun sudut pengambilan foto dan pencahayaannya pas, tidak buruk sama sekali malah. Foto di-upload sekitar dua bulan lalu, atau begitu keterangannya.
Pada bagian caption tertulis:
[ 俺/僕のPhantom ]
Mayuzumi benar-benar berteriak.
"Apa-apaan itu!"
"Itu—itu fotomu, kan, Mayuzumi?"
"Maksudku kenapa foto seperti itu ada di akun milik Akashi!"
"Aku tidak tahu! Bukannya kalian pacaran? Itu yang aku dengar dari Miyaji-san yang mendengarnya dari Takao—"
Mayuzumi tidak habis pikir kenapa sampai Takao Kazunari tahu hubungan mereka berdua. "Tapi aku tidak mengerti," Higuchi melanjutkan sebelum Mayuzumi sempat menyela, "kenapa Akashi-kun menggunakan kanji boku dan ore? Padahal cukup salah satu saja kan? Artinya sama-sama 'Phantom-ku'."
Itu—itu maksudnya secara literal, Phantom-nya ore dan Phantom-nya boku—tapi yang benar saja kalau Mayuzumi akan mengatakan itu keras-keras. "Entahlah. Akashi juga orang aneh."
Kemudian setelah jeda beberapa saat, "Tolong jangan bahas foto laknat itu lagi." Mayuzumi ingin mati saja rasanya—kapan tepatnya Akashi mengambil foto menggelikan itu, ia bahkan tidak tahu.
"Hahaha! Mayuzumi agak pemalu ya," Higuchi tertawa dan mengambil ponselnya kembali sebelum Mayuzumi melemparnya ke kolam ikan dekat tempat mereka duduk. "Akashi-kun memang tidak terlalu aktif, tapi sekalinya meng-upload foto baru pasti hasilnya sangat bagus. Dan karena dia cukup terkenal, followers-nya juga banyak... Mayuzumi, kau lihat berapa ratus love untuk fotomu ini? Bahkan ada yang berkomentar kalau kau sangat tampan—"
Mayuzumi harap ia salah dengar, "Foto baru? Maksudmu orang itu menyebarkan foto lain di akun media sosialnya?"
"…jangan-jangan Mayuzumi tidak punya akun Instragram?"
"Apa aku terlihat seperti orang yang punya."
Higuchi tertawa garing.
Pemuda itu kembali menyerahkan ponselnya, menganjurkan Mayuzumi untuk stalking. "Setahuku itu makan kuota, Higuchi."
"Santai, santai. Kita kan teman."
Ugh, teman. Mayuzumi pasrah-pasrah saja pada akhirnya, membiarkan ibu jarinya menggeser dan mengetuk layar ponsel untuk melihat foto-foto yang Akashi publikasikan. Foto pemandangan, foto papan shogi dengan bidak-bidaknya yang tersebar, selfie bersama Midorima yang bahkan tidak melihat ke kamera dan Takao yang tersenyum terlalu lebar—ini bisa jadi petunjuk kenapa seorang Takao Kazunari tahu akan hubungannya dengan Akashi—dan selfie satu lagi bersama Mibuchi (yang entah kenapa terlihat cantik, mungkin pengaruh filter tidak natural). Ada foto punggung Akashi yang seperti sedang dalam proses men-dribble bola, entah siapa yang memotretnya, dan foto-foto lain yang kebanyakan Akashi ambil bersama teman-temannya dari Teikou.
Salah satu foto terbaru menarik perhatian Mayuzumi—sesuatu yang ada biru mudanya. Mayuzumi mengetuk layar untuk memperbesar foto tersebut.
[ —With Ichigou & Nigou. ]
Kurang ajar.
Ibu jarinya terpeleset—mungkin karena tatapan kosong dua makhluk di foto itu—membuat Mayuzumi menekan layar tepat di satu titik khusus yang membuatnya mengaktifkan opsi love secara tidak sengaja.
Kurang ajar.
"Higuchi," cicitnya dengan muka datar, "kepencet."
"Eeh."
Ketahuan stalking.
Inilah mengapa Mayuzumi tidak suka Instragram.
"Sori. Tapi tenang saja, namanya juga Akashi; dia pasti tahu kalau aku yang melakukannya." Mayuzumi membalas tatapan kosong Kuroko Tetsuya dan Tetsuya si Anak Anjing dengan tatapan yang tidak kalah kosong, namun lebih berapi-api. "Hmph. Harusnya dia menulis 'bersama Phantom lamaku dan anjing bodohnya'." Kenapa juga senyum Akashi terlihat sangat bagus di foto ini? Sialan.
Higuchi kembali tertawa dan Mayuzumi mengembalikan ponselnya. Saat mantan manajer Rakuzan itu mengajukan pertanyaan yang sama, Mayuzumi hanya menjawab seadanya, "Mungkin. Entahlah. Tapi jangan sebut pacaran... geli mendengarnya."
"Lalu kalian berdua itu apa?"
Mayuzumi tidak menjawab.
-x-
Pembicaraan ringan tentang topik lain mengalir dengan mudah setelahnya. Makan siang sudah selesai sejak lama, namun baik Mayuzumi dan Higuchi belum berniat untuk beranjak dari meja.
Suasana kantin terbilang cukup sepi sekarang, mungkin karena memang sedang jam-jam berlangsungnya kuliah. Kelas Mayuzumi kebetulan ditiadakan hari ini, begitu juga dengan Higuchi. Yang membedakan adalah Higuchi berasal dari fakultas lain—hanya mampir ke kantin fakultas Mayuzumi untuk menunggu kekasihnya selesai kelas.
"…oh iya. Maaf sempat membuat suasana agak canggung tadi. Maksudku—karena membicarakan aku dan Akashi. Aku belum menjawab pertanyaanmu," karena aku sendiri tidak punya jawaban.
"Tidak apa-apa!" Higuchi membalas santai. "Aku juga punya pacar. Aku mengerti keadaanmu kok, sungguh."
Segalanya menjadi jauh lebih rumit bila melibatkan seorang Akashi Seijuurou, tapi Mayuzumi hanya membalas, "Pacarmu kan perempuan."
"Apa bedanya? Oh, dan mantan pacarku sewaktu di Rakuzan dulu laki-laki lho, Mayuzumi."
Mayuzumi menganga.
Higuchi tertawa. Mayuzumi tertawa kecil menyusulnya beberapa detik kemudian, "Serius? …aku tidak pernah tahu. Dan, kita juga tidak pernah dekat sih."
"Itu karena kalian semua siswa Rakuzan terlalu fokus pada basket."
"Aku tidak."
"Kau juga termasuk, Tuan Phantom."
"Bah. Akashi yang memaksaku. Karena itu selepas lulus dari Rakuzan, rasanya lega sekali."
Higuchi tersenyum lagi. "Oke.. dari apa yang kutangkap, kau dan Kapten semacam-pacaran-tapi-bukan-pacaran. Mau cerita sedikit tentang itu?"
Mayuzumi mengusap tengkuk lehernya yang tiba-tiba gatal. Ia paling tidak nyaman kalau membicarakan diri sendiri dengan orang lain seperti ini. "...entah kapan tepatnya kami jadi seperti ini. Tidak ada pembicaraan khusus, hanya semacam... kesepakatan dalam diam? Aku orang yang cuek, sama sekali tidak romantis, dan Akashi juga kelewat dewasa untuk hal-hal juvenil semacam pacaran. Tapi kami sepakat kalau apa pun di antara kita ini—rasanya kurang cocok jika dibilang sekedar pertemanan."
Giliran Higuchi yang menganga. Mayuzumi membuang muka saat merasakan wajahnya memanas. "W-wow. Mayuzumi, kau... dewasa sekali. Kau dan Akashi-kun pasti pasangan paling keren yang pernah kutemui."
"Berisik." Ugh. Mayuzumi bisa mendengar Akashi tertawa mengejek di kepalanya.
"Tapi kalian nyaman dengan begitu saja kan? Aku rasa itu tak jadi masalah."
"Yah, kadang-kadang..."
Higuchi menatap bingung. Mayuzumi mengelak dengan mulusnya, "Bukan apa-apa."
"Tidak tidak, kau terdengar seperti terbebani sesuatu barusan. Dan kau terdengar jujur," Mayuzumi mengernyitkan alis. Higuchi kembali melanjutkan, "Sesuatu mengganggumu."
Mayuzumi memilih untuk tidak menjawab lagi. Higuchi masih memperhatikannya, tangan mengepal di dagu, ekspresi yang sulit diartikan terpasang di wajah. Meski matanya menatap lurus Mayuzumi, pikirannya terlihat jelas sedang berada di tempat lain.
Pemuda itu membuka mulutnya setelah satu menit, "Kau merasa terganggu dengan foto-foto di akun Instragram Akashi-kun."
Orang ini mengerikan.
"Kau ini apa? Akashi kedua? Punya kemampuan membaca pikiran!?"
Higuchi lagi-lagi tergelak, "Pelatih Shirogane pernah bilang kemampuan analisisku baik. Yah, tidak sebaik Akashi-kun, tapi asal kau tahu posisi Manajer Tim Basket Rakuzan itu tidak asal pilih." Kemudian ia tersenyum canggung, "Tapi benar ya? Ini karena foto-foto itu.."
Mayuzumi melempar pandangannya ke tempat lain. Ia baru benar-benar mengenal Higuchi Shouta dalam satu jam terakhir, rasanya tidak benar kalau Mayuzumi membuka diri sampai sebegitunya pada orang asing...
"Ya. Kau benar. Aku tidak suka." ...terlanjur.
Suaranya sendiri mengutuk dalam hati, untuk apa minta maaf karena sudah membuat suasana jadi canggung kalau kau akan membuat suasana jadi canggung lagi setelahnya!?
"Ma.. Mayuzumi. Tidak apa-apa kalau kau tidak mau cerita," suara Higuchi kembali menyadarkannya. "Tapi kalau kau mau aku bersedia mendengarkan."
Ini sudah masuk minggu pertama musim dingin. Mood Mayuzumi selalu lebih buruk jika musim dingin tiba; dia tidak suka suhu rendah dan pakaian tebal yang dikenakan berlapis-lapis untuk menghalau dingin yang menusuk. Mungkin karena Mayuzumi lahir pada musim semi yang kental dengan udara hangat dan aroma bunga sakura bermekaran dan sinar matahari yang menyilaukan...
...yang benar saja. Mayuzumi jauh lebih suka suhu rendah musim dingin daripada udara hangat musim semi. Matahari yang bersinar cerah saja membuatnya kesal. Musim dingin tidak salah apa-apa, mood Mayuzumi menjadi kacau karena sekarang sudah masuk bulan Desember.
(Kau tahu apa yang terjadi pada bulan Desember? Hari Natal? Coba tebak lagi.)
Dan mood Mayuzumi yang kacau sekarang, adalah yang menyebabkannya membuka mulut dan meracau dengan suara datar tanpa pikir panjang, "Terganggu. Foto-foto itu hampir semuanya Akashi ambil bersama bocah-bocah Teikou, dan sejujurnya sejak awal aku tidak suka mereka—Kiseki no Sedai, phantom sixth-man yang lama, manajer perempuan itu—semua sama saja. Mereka tidak salah, tidak pernah mencari masalah denganku, bahkan tidak mengenalku tapi entah kenapa aku... tidak suka. Benar-benar murni tidak suka. Aku bahkan baru tahu kalau Akashi menyebarkan foto-fotonya seperti itu tadi, jadi kalau kau tanya apa aku merasa terganggu; ya, aku sangat terganggu."
Jeda sebentar.
"Wow. Yang barusan itu terdengar brengsek dan posesif sekali," Mayuzumi mendengus, "aku sudah lama memendam itu soalnya. Maaf kau harus mendengarnya Higuchi."
Higuchi sempat tertegun sebelum menggeleng cepat-cepat, "Tidak apa-apa, sungguh! M-Mayuzumi orang yang sangat tertutup kan? Menurutku bagus untuk jujur pada perasaanmu sekali-sekali."
"Hn," mungkin itu ada benarnya. "Tapi tetap saja aku membuatmu tidak nyaman. Yakin masih mau jadi temanku."
"...Mayuzumi, aku berusaha baik lho, kenapa kau menanggapiku sedingin itu..."
Ujung bibir Mayuzumi tertarik ke atas sedikit. Sedikit, tapi Higuchi melihatnya, dan membalas dengan senyum yang lebih lebar.
Pemuda bersurai kelabu itu menyeruput tehnya yang sudah agak dingin kemudian meletakkannya kembali di atas meja. Masa bodoh dengan membuka diri terlalu banyak, "Aku hanya... aku nyaman-nyaman saja dengan hubungan yang tidak jelas seperti ini. Tidak ada komitmen, tidak ada tuntutan, tapi aku dan Akashi sama-sama tahu. Sangat nyaman, kalau kau ingin aku jujur."
"Tapi terkadang aku lupa kalau di luar sana—Akashi punya banyak orang yang ingin membuatnya tersenyum. Si bodoh itu sendiri pasti tidak sadar, tapi memang ada banyak orang yang ingin membahagiakannya."
Kemudian dengan suara yang lebih pelan, "Konyol memang, tapi kupikir... mungkin tidak buruk juga. Membuat Akashi senang, maksudku. Seberapa tidak pedulinya aku, pemikiran seperti itu selalu terbayang sesekali. Jadi alasan di balik senyumnya Akashi. Tapi aku tidak tahu bagaimana mewujudkannya, dibandingkan dengan teman-teman Teikou-nya itu—"
Dahi Mayuzumi berkerut saat melihat keadaan lawan bicaranya, "...aku akan berhenti sampai situ, karena wajahmu jadi aneh."
"Maaf!"
"Higuchi. Kenapa wajahmu merah."
"Karena—karena kau terdengar tulus sekali! Ingin membuat Akashi-kun bahagia tapi tidak tahu caranya..!"
"Oi."
"Ini.. ini berita baru buatku. Mayuzumi, ternyata selama ini kau orang yang seperti ini..."
"Berisik! Bukannya kau tipe yang keren dan pendiam? Sialan, ini terakhir kalinya aku membuka diri pada orang lain..."
"Mayuzumi sendiri orang yang apatis dan cuek kan!? Tapi kata-katamu barusan sangat.. sangat..."
Mayuzumi yakin semburat merah pada wajahnya sendiri sudah menjalar sampai telinga, "Diam. Diam, astaga, pertemanan kita cukup sampai di sini saja. Senang mengobrol denganmu."
"Kejam sekali—!"
-x-
Itu seminggu yang lalu.
TOK TOK TOK TOK TOK.
Sekarang, Mayuzumi menyesal—benar-benar menyesal—sudah terbawa suasana dan membuka diri pada Higuchi Shouta yang sebelumnya tidak pernah ia kenal.
Jalan keluar. Lewat mana jalan keluarnya!?
Pintu kayu yang tidak berdosa terus-menerus diketuk dengan brutal.
Tidak ada waktu lagi—aku harus segera kabur!
"Mayuzumi-san buka pintunya! Mou, kami sudah jauh-jauh datang dari Kyoto tahu!"
"Mayuzumi-san, Mayuzumi-san! Aku kangen, kangen sekali, aku tahu kau di dalam! Ayo ayo buka pintunya~ Reo-nee sampai cemberut jelek sekali nih~"
"Mayuzumi, aku bawa kusaya botolan untuk oleh-oleh! Meskipun tinggal setengah sih. Aku mendadak lapar di tengah jalan, hahaha—" suara sendawa.
"Jorok Eikichiii!"
"Ei-chan bodoh, itu kan makanan favorit Mayuzumi-san, kenapa kau habiskaaan!"
Tangan Mayuzumi semakin gatal ingin mencakar wajahnya sendiri. Ia mengetikkan pesan singkat kepada Higuchi yang isinya 'aku membencimu', dan tidak sampai satu menit ia mendapatkan balasan 'Sudah datang ya? Mereka orang-orang baik, aku yakin mereka bisa membantumu'.
Membantu apanya!?
Mayuzumi melirik jendela yang terbuka. Kamar apartemennya di lantai dua. Kalau ia bisa mencari pijakan yang tepat agar bisa turun dengan hati-hati, mungkin dia bisa kabur dan mengirim pesan ke Mibuchi kalau dia sedang di luar kota sampai besok lusa. Atau minggu depan. Atau bulan depan—
Suara pintu yang diketuk tanpa ampun kembali terdengar.
TOK TOK TOK TOK TOK TOK TOK.
"Mayuzumi-san cepat buka pintunya atau aku akan menyuruh Kotaro masuk lewat jendela belakang!"
"Eeh tapi nanti aku terlihat seperti maling Reo-nee,"
"Kita tidak punya pilihan lain!" Suara sendawa lagi, "EIKICHI! Ikan yang kau makan itu baunya menjijikan–"
Dosaku sebesar apa, Kamisama?
BRAK.
Pintu dibuka dengan kasar. Suara ketukan bertubi-tubi yang daritadi berlangsung berhenti tiba-tiba.
"Buat keributan sekali lagi," netra abu-abu berkilat mematikan, "dan aku akan benar-benar membunuh kalian."
"..."
"..."
"...MAYUZUMI-SAN AKU KANGEN!"
Mayuzumi sangat benci hidupnya.
-x-
"Seharusnya kau beres-beres rumah begitu tahu akan kedatangan tamu."
"Aku bahkan tidak tahu akan kedatangan tamu."
Mayuzumi menatap tajam tiga pengganggu tak diundang yang menjajah ruang tengah tempatnya menonton TV beberapa menit lalu. Ketiga penyandang nama Uncrowned Kings itu berkumpul di satu sisi meja kotatsu yang Mayuzumi sengaja tidak nyalakan penghangatnya, karena hawa dingin sekarang belum seberapa. Tidak rela juga menyalakan penghangat untuk makhluk-makhluk ini—listrik untuk kotatsu kan mahal.
Nebuya dan Mibuchi duduk mengapit Hayama yang kelihatan sekali sedang berusaha bersikap tenang seperti kucing hiperaktif. Bau tidak sedap yang menguar dari kantung plastik di atas meja dibiarkan—Mayuzumi memang suka kusaya, tapi ogah kalau kalau itu bekas jamahan tangan-tangan kotor Nebuya. Dan Mibuchi mungkin tidak akan segan-segan menampar kalau Mayuzumi memakan ikan bau busuk favoritnya itu di tempat.
Seperti merasa dipanggil suara Mayuzumi yang bermonolog dalam hati, Mibuchi berdehem sekali dan akhirnya membuka pembicaraan, "Kami datang karena diberi amanah oleh teman lama."
Hayama, si idiot hiperaktif Hayama, menggebrak meja kotatsu dan menghancurkan atmosfir dramatis yang sudah Mibuchi bangun sambil setengah berteriak, "Kami dengar dari Higussan kalau kau dan Akashi ada masalah! Jadi kami langsung pesan tiket kereta super cepat dan melesat ke Tokyo!"
"Kotaro kau merusak momenku!"
"Tidak," Mayuzumi sengaja meninggikan suaranya. "Tidak, tidak ada masalah, kalian cuma buang-buang waktu, karena itu segera angkat kaki dari sini dan kembalilah ke Kyoto."
BRAK. Kali ini Nebuya yang menggebrak meja, "Kau tega, Mayuzumi! Aku bahkan membelikanmu kusaya bau itu."
"Buatmu saja."
"Mohon kerjasama darimu, Mayuzumi-san," Mibuchi kembali mengambil kendali, dan untungnya tidak menyambung kegiatan gebrak-menggebrak meja barusan. "Kami di sini untuk membantu! Higuchi-san sampai repot-repot menghubungi kami karena mencemaskanmu. Aku tidak mau mengecewakan pemuda tampan sepertinya!"
"Higuchi berlebihan. Aku tidak tahu apa yang dia katakan padamu, tapi aku yakin itu omong kosong."
Hayama menjentikkan jari, merogoh saku untuk mengambil ponsel dan mencari sesuatu di sana. Mayuzumi memicingkan mata saat melihat gigi taring mantan kouhai-nya itu mengintip dari balik mulut, merasakan firasat buruk. "Aku kutip langsung dari email Higussan—Mayuzumi bahkan bilang: seberapa tidak pedulinya aku, pemikiran seperti itu selalu terbayang sesekali, jadi alasan di balik senyumnya Akashi, tapi aku tidak tahu bagaimana mewujudkanny-"
Mayuzumi menyambar ponselnya namun Hayama bergerak lebih cepat. "Kemarikan! Higuchi sialan itu-!"
"Itu serius Mayuzumi-san yang bilang begitu kan? Kan? Kan? Aku sampai kaget, Reo-nee juga hampir menitikkan air mata lho saat membacanya!"
"Diam kau!" Mati. Mati! Mau ditaruh di mana mukanya!?
"Itu karena aku tidak tahu Mayuzumi-san selama ini memendam keinginan seperti itu! Ingin jadi alasan dibalik senyumnya Sei-chan—KYAAAAAAAAA!"
SIAL SIAL SIAL—"Berisik Mibuchi!"
"Mayuzumi-san malu, bahahahahaha! Wajahnya merah, wajahnya merah! Tenang saja Mayuzumi-san, rahasiamu aman pada kami kok! Akashi bahkan tidak tahu kami bertiga di Tokyo sekarang~!"
"Kau ini-"
"Oi Mayuzumi-"
"Apa lagi!?"
Nebuya tersentak mundur saat Mayuzumi menyahut dengan tidak santainya. "Uh, toilet. Toiletnya dimana? Sepertinya aku terlalu banyak makan kusaya. Perutku memberontak."
"..."
Mibuchi, si ratu drama sialan Mibuchi, terkesiap kaget dan cepat-cepat beranjak dari duduknya dengan ekspresi horor, "Kalau kau sampai buang gas di ruangan ini—"
"Makanya aku langsung menanyakan toilet!"
"Yang itu," Mayuzumi memijit pangkal hidungnya. Berdoa agar kegilaan ini cepat berakhir dan agar tidak ketularan gila. "Yang di ujung paling kanan. Kunci pintunya rapat-rapat."
"Ou!" Nebuya pun berlalu.
Hayama terlihat sekali ingin tertawa lepas, namun wajahnya lebih seperti mengantisipasi gas beracun yang akan tercium tiba-tiba, "Itu karena kau seenaknya makan oleh-oleh untuk orang lain! Mayuzumi-san mengutukmu, Ei-chan, aku harap kau pingsan karena bau kentutmu sendiri."
Nebuya menyahut dari dalam toilet, "Bodoh! Mana mungkin aku selemah itu."
"Apa kalian dua idiot tidak bisa membicarakan hal yang lebih penting!? Kenapa juga makanan favorit Mayuzumi-san harus kusaya sih? Baunya lebih parah dari bau mulut Eikichi yang baru bangun tidur! Seharusnya kita membeli kue senbei saja untuk oleh-oleh.."
Mayuzumi, terlalu lelah untuk menanggapi Mibuchi yang mengomel dan Hayama yang masih saling mengejek dengan Nebuya yang sibuk di toilet, mengambil ponselnya dan mengirim surel singkat pada pihak yang bertanggung jawab untuk semua kegilaan ini sekali lagi.
'Aku benar-benar membencimu, Higuchi.'
-x-
"Serius. Tujuan kalian ke sini itu apa."
"Untuk menghilangkan insecurity-nya Mayuzumi-san tentang 'ingin membuat Sei-chan bahagia tapi tidak tahu caranya' itu, tentu saja."
"..." Kurang ajar.
"Betul, betul!" Hayama menimpali dengan antusias. "Aku, Reo-nee dan Ei-chan sampai kepikiran di sekolah lho! Kami memikirkan baaanyak hal yang Mayuzumi-san bisa lakukan untuk membuat Kapten bahagia! Tapi yaah lumayan sulit sih~ Mayuzumi-san kan karakternya seperti itu."
"Maksudmu apa hah," kemudian raut wajah datar itu berubah tersinggung, "Maaf saja, tapi aku tidak perlu bantuan kalian untuk hal semacam itu. Aku ya aku. Akan kulakukan dengan caraku sendiri."
"No!" Mibuchi menggoyangkan telunjuknya, "No no no. Kalau kau mau membahagiakan Sei-chanku kau harus melakukannya dengan benar. Caramu itu pasti membosankan, Mayuzumi-san, tolong jangan dimasukkan ke hati."
"Oh ya? Yang pacaran dengan Akashi itu aku dan bukan kau, Mibuchi," balas Mayuzumi sarkastik. "Dan setahuku Akashi tidak pernah protes apa-apa dalam beberapa bulan terakhir ini."
"Itu karena Sei-chanku sayang terlalu pengertian dengan antisosial sepertimu! Kalian itu pacaran jarak jauh—kapan terakhir kalinya kalian pergi kencan dengan benar? Dan aku yakin kau itu tipe yang sudah puas hanya dengan email dan tidak pernah menghubungi Sei-chan lewat Skype!"
Mayuzumi membuang muka. Mibuchi memekik horor, "Tuh kan!"
"Langsung saja ke intinya, Reo. Demi Tuhan, telingaku sakit mendengar lengkinganmu," Nebuya yang sudah menyelesaikan urusannya di toilet menyahut, kelingkingnya sibuk mengorek telinga. "Kami sudah menyusun rencana hebat! Itu intinya. Akashi ulang tahun sebentar lagi, kau tahu itu kan?"
Nah.
Mood Mayuzumi yang kacau karena sekarang sudah masuk bulan Desember adalah karena pada bulan Desember ... (Isilah titik-titik tersebut dengan jawaban yang tepat.)
Apartemen Mayuzumi hening sejenak.
Hayama mulai terlihat cemas, salah mengartikan tingkah mantan seniornya yang tidak merespon apa-apa, "Nee nee, Mayuzumi-san. Jangan bilang kau lupa sebentar lagi Akashi ulang tahun..?"
"Aku tahu!" Hardik Mayuzumi kesal.
Ulang tahun bukanlah yang penting, atau begitu pendapat pribadi Mayuzumi. Namun bila mengingat bagaimana Desember tahun lalu Akashi menyibukkan diri dengan latihan dan hanya memikirkan menang menang dan menang yang menggerogoti otaknya seperti racun, mengerahkan segalanya untuk menang karena menang itu sama dengan bernafas, "Tapi—"
(—tapi masih belum cukup, pertandingan berakhir dengan skor 106-105, Seirin keluar sebagai pemenang Winter Cup dan Rakuzan membawa pulang piala juara kedua, membawa kekalahan, Rakuzan kalah pada tahun terakhir Mayuzumi bermain sebagai anggota namun ini lebih tidak adil bagi Akashi karena Akashi seharusnya selalu menang—)
"—Tapi.. apa yang bisa kau berikan untuk orang yang punya segalanya?"
Hening lagi.
(Mayuzumi orang yang sangat tertutup kan? Menurutku bagus untuk jujur pada perasaanmu sekali-sekali.)
...sialan kau, Higuchi.
Mayuzumi menatap telapak tangannya yang terbuka di atas meja, "Kebanyakan orang beranggapan kalau ulang tahun itu hal yang spesial. Mungkin Akashi juga sama. Mungkin Akashi menganggapnya tidak." Tangannya kini dikepal erat-erat, "Tapi apa pun pendapatnya, Akashi punya segalanya. Hadiah seperti apa pun pasti percuma—tidak ada artinya. Kalian mungkin menilaiku cuek dan tidak peduli, tapi pada kenyataannya aku juga memikirkan hal-hal sepele seperti ini."
Ulang tahun, ya..
Sebenarnya, kalau bisa Mayuzumi ingin memberikan sesuatu yang cukup berkesan—bukan sesuatu yang mahal, bukan sesuatu yang klise. Hanya sesuatu yang setidaknya dapat membuat Akashi menyunggingkan senyum... Ya, itu dia; Akashi dan Mayuzumi itu orangnya sama-sama pelit senyum, dia ingin membuat Akashi paling tidak menyunggingkan senyum kecil setiap mengingat hari kelahirannya, mungkin.
...peduli dengan orang lain itu benar-benar merepotkan.
"Lupakan. Yang jelas apa pun yang kalian rencanakan dan kedatangan kalian ke sini itu sia-sia. Masalah ulang tahun Akashi akan kupikirkan sendiri."
"..."
"..."
"...Kotaro, Eikichi," suara Mibuchi memecah keheningan. "Keadaannya rupanya parah sekali. Aku tidak menyangka insecurity-nya Mayuzumi-san sudah sampai sejauh ini."
Tunggu.
Apa-apaan—
"Mayuzumi-san payah! Payaaaah!"
"Oi-"
Suara gebrakan meja memotong kata-katanya, "Aku tidak percaya kau bilang begitu! Kau ini laki-laki, kan!? Laki-laki! ! Apanya yang laki-laki kalau mundur sebelum mencoba!"
"Tolong pelankan suaramu. Dan jangan ceramahi aku tentang menjadi laki-laki sambil memamerkan otot-ototmu itu—"
"Kau ini LAKI-LAKI kan! !" ...muncrat, Nebuya, Demi Tuhan—
"Aku benar-benar kecewa, Mayuzumi-san," kali ini Mibuchi yang menimpali, menggelengkan kepala seperti ibu mertua yang... yah, kecewa. "Kupikir kau lebih percaya diri dari itu. Tapi aku kurang lebih mengerti, perasaan ragu dan kecemasan itu semua pasti karena kau memang benar-benar tulus menyayangi Sei-chan... Melihat matamu yang biasanya kosong seperti ikan mati menjadi frustasi seperti ini menyegarkan juga rasanya."
Yang benar saja—"Berisik, Mibuchi! Jangan bicara macam-macam denganku!"
"Perasaan cemasnya Higussan ternyata karena ini ya!? Baguslah kita datang jauh-jauh ke Tokyo seperti ini~!"
"Yosh! Meski mengecewakan, kau tetap teman kami, Mayuzumi," yang dipanggil namanya memutar bola mata, "dan seperti yang kubilang tadi kami sudah menyusun rencana! Reo, kau sudah memutuskan lokasinya kan?"
"Aku belum sempat memesan tiket untuk tanggal 20 nanti, tapi kurasa lebih baik serahkan saja pada Mayuzumi-san," Mibuchi mengangguk mantap. "Kita tidak bisa bolak-balik dari Kyoto ke sini terlalu sering, tapi akan kuusahakan untuk menyiapkan sisanya."
Hah. Tiket. Tiket apa? "Oi, aku sudah bilang kan!? Apa pun rencana kalian, aku tidak ikut. Jangan ajak aku kalau mau mengadakan kejutan."
"Apa!? Ini juga untuk kebaikanmu dan Sei-chan tahu—"
"Mayuzumi-san, Mayuzumi-san!" Hayama tiba-tiba memajukan wajahnya, tersenyum makin lebar melihat Mayuzumi yang tersentak mundur karena ruang personalnya dijajah sembarangan, "Apa kau tahu—Akashi punya masa kecil yang saaama sekali tidak menyenangkan karena selalu dituntut jadi sempurna dan harus belajar ini dan itu, kau tahu kan? Kau lihat seperti apa dia sekarang, kelewat dewasa dan membosankan, tapi terlalu sempurna di saat yang bersamaan kan!?"
"Mundur. Langsung ke intinya saja."
Hayama memajukan wajahnya lagi. Mayuzumi tersentak mundur lagi. "Sudah jelas kan!? Dibalik sosok Kapten yang absolut itu, pasti ada sisi kekanak-kanakkannya—sisi anak-anak yang tidak pernah diperlihatkannya ke siapa pun! Karena itu di hari ulang tahun Kapten Akashi nanti, kau akan mengajaknya kencan ke taman hiburan!"
"..."
Mayuzumi tidak mau terdengar seperti kaset rusak, tapi sekali lagi: dia benar-benar benci hidupnya.
.
.
.
.
tbc
a/n: HAPPY BELATED BIRTHDAY akashi & kichiroo! XD ini semacem belated bday gift untuk kalian berdua huehehe... dan afuroz katanya kangen berat sama mayuaka ya? :'D
ini baru prolog/pembuka... HAHAHA gaada akashi nya. kasian deh yg nungguin akashi *ditabok*
fic mayuaka dufan AU ini (yes ini beneran judul file saya dilaptop) rencananya bakal langsung tamat chapter depan. masih ada yang demen mayuaka kan? kan? kan? semoga shipper mayuaka belum minggat semua...
sampai ketemu di chapter depan! mohon doa biar koko ga wb ya :'3