Naruto © Masashi Kishimoto
Fanfic by JSYvanilla
H. Sakura, U. Sasuke
Dia
Drama, Romance
Rated T
.
.
.
Disuatu hari tanpa sengaja kita bertemu. Aku yang pernah terluka, kembali mengenal cinta. Hati ini kembali temukan senyum yang hilang. Semua itu karena Dia.
.
.
.
Sasuke melangkahkan kakinya disalah satu mall setelah menerima telepon dari seseorang disana. Meski tidak ada ekspresi yang diperlihatkan, namun aura kemarahan terpancar begitu saja. Dengan langkah lebar ia membelah lantai mall besar ini, mencari seseorang. Kata-kata pria yang menelponnya tadi masih terngiang ditelinga. Membuatnya menjadi tidak fokus pada jalan hingga tubuhnya membentur tubuh yang lain. Akibatnya kaki itu mundur beberapa langkah dengan reflek, dan benda yang dibawa orang tersebut terjatuh kelantai. Ia hendak membungkuk, ingin membantu. Namun helaian rambut orang itu mengingatkannya pada seseorang dimasa lalu. Seseorang yang dulu sempat singgah dihatinya. Dengan perlahan ia menyamai tubuhnya, mata hitam itu masih setia menatap wanita yang kini memunguti barangnya.
Waktu seakan berhenti saat pandangan mereka bertemu. Menimbulkan rasa yang membuncah dihati. Dia, dalam keramaian ini takdir telah mempertemukannya kembali. Membawa kenangan pahit dan rasa sakit dimasa lalu. Beginikah cara Tuhan mempertemukannya kembali?
"M—maaf." Satu kata yang terucap dari bibir peach itu. Menghilangkan kecanggungan yang tercipta diantara mereka. Tubuhnya berdiri, sedikit membungkuk setelahnya. Lalu pergi dengan tergesa-gesa.
Sasuke tidak tau ini apa. Rambut itu, tatapan itu, suara itu, semua masih sama seperti dulu. Membuatnya mengingat kembali masa lalu yang begitu kelam. Menimbulkan segala rasa dihati. Dia, wanita yang dulu dicintainya. Kini mereka telah bertemu kembali. Bukan sebuah kebetulan, tapi memang karena takdir.
.
.
.
Warning! OOC, typo bertebaran, don't like don't read.
Enjoy!
Happy reading..
.
.
.
Takdir seakan telah memainkannya. Sebuah rasa yang selama ini jauh ia kubur didasar hati kembali muncul. Tameng yang ia buat untuk tidak kembali mengenal cinta kini telah hancur. Semua itu hancur saat tatapan teduh itu menyapu retinanya. Hati yang dulu beku dalam sekejap mencair karena tatapan itu. Dan semua itu karena dia.
Sasuke sedikit menghela napas. Melanjutkan lagi jalannya yang tertunda. Berusaha menghapus bayang wajah wanita itu. Berusaha kembali membangun dinding yang berdiri kokoh dihatinya. Tidak, ia tidak ingin rasa itu kembali ada. Sudah cukup rasa itu mempermainkan kehidupannya dulu.
Langkah itu pun terhenti saat tatapannya menangkap sesuatu. Benar dugaannya selama ini, bahwa wanita itu hanya mempermainkannya. Wanita itu hanya menginginkan uangnya, bukan cintanya. Ia pun kembali melanjutkan jalannya menuju wanita itu, namun kali ini dengan langkah yang lebih santai.
"Sekarang aku tau kelakuanmu selama ini." Dengan kedua tangan dimasukkan kedalam kantung, Sasuke berputar menghadap wanita itu.
Wanita itu sedikit terkejut, ah tidak bahkan sangat terkejut. Wajahnya yang seketika pucat menandakan bahwa benar memang dia sangat terkejut. Tubuhnya seketika berdiri, melepaskan genggaman tangan seseorang diseberangnya. Dengan gemetar tangan itu menyelipkan anak rambut kesisi telinga.
"I—ini tidak seperti yang kau pikirkan." Elak wanita bernama Karin itu. Kakinya melangkah mendekati Sasuke yang masih setia pada tempatnya dengan kedua tangan didalam kantung. "Kau bisa menipu ibuku. Tapi tidak untukku."
"Dan mulai sekarang, aku tidak akan membiarkan ibuku ditipu lagi olehmu." Tatapannya bergantian menatap Karin dan lelaki berambut cokelat itu yang kini hanya diam. Seakan tidak menyangkal hubungannya dengan wanita berambut merah itu. Sasuke menatapnya tajam, sangat tajam seakan siap untuk menguliti saat ini juga. Setelah mengucapkan itu, ia memutar langkahnya. Berjalan tanpa menghiraukan Karin yang terus memanggilnya. Yah, lagi-lagi takdir memainkan kehidupannya.
.
.
.
Dengan langkah cepat Sakura berjalan menuju pintu keluar mall. Apa yang baru saja terjadi? Lelaki itu. Setelah bersusah payah ia menghindar selama lima tahun ini, mengapa dengan sekejap ia kembali dipertemukan? Apa salahnya selama ini sehingga ia dipertemukan kembali pada cinta dimasa lalu? Cinta yang membuat hidupnya terasa suram.
"Mengapa dia bisa ada di kota ini?" Katanya lirih. Rasa sakit yang selama ini dikuburnya dalam-dalam kembali mencuat saat melihat wajah itu. Wajah tampan yang dua tahun ini baru bisa ia lupakan.
Sakura kembali menghentikan langkahnya, menatap mobil diseberang sana. Dalam diamnya ia mengambil napas dalam, menetralkan deru napasnya yang memburu. Ia tidak bisa seperti ini saat memasuki mobil itu.
"Tenang Sakura. Dia hanya masa lalu."
Karbon dioksida dikeluarkannya melalui mulut. Bibir itu dengan perlahan terangkat, berusaha menciptakan senyum ceria seperti biasa. Kakinya mulai melangkah kembali, dan mendekati mobil tersebut.
"Lama sekali, ma. Aku ingin segera membuka mainanku." Protes seseorang saat ia mendudukkan dirinya disamping kemudi. Ia tidak menjawab hanya memberikan senyuman lebar.
"Sudah ada bukunya?" suara baritone menggema dalam mobil itu. Sambil memutar kunci ia melirik sekilas wajah Sakura.
"Yeah. Dari tiga hari yang lalu. Tinggal satu." Sakura mengangkat sebuah novel dari tumpukkan buku yang dibelinya tadi. Menunjukkannya pada orang itu. Ia tersenyum lebar, lalu menyenderkan tubuhnya pada jok mobil.
Pikirannya kembali mengingat kejadian singkat tadi. Menghela napas pelan setelahnya. Mengapa hal itu terjadi? Mengapa orang itu kembali muncul dihadapannya? Percuma saja selama ini ia berusaha melupakan, namun dalam sekejap berakhir dengan sia-sia.
Wajah itu kembali mengganggu pikirannya. Wajah itu kembali mengungkit kenangan-kenangan yang tersimpan jauh didalam memorinya. Tidak bisa, ia tidak akan bisa hidup dengan bayang-bayang masa lalu. Semua itu hanya masa lalu. Masa lalu yang harus ia kubur didasar hati. Namun masa lalu itu terlalu indah jika dilupakan, tapi terlalu sakit jika diingat. Apa yang harus ia lakukan jika takdir kembali mempertemukannya? Dan rasa ini, bisakah ia kembali menguburnya? Mengapa takdir sekejam ini pada kehidupannya?
"Sakura?" panggilan disana membangunkannya dari bayangan masa lalu. Bola mata hijau itu berkedip beberapa kali sebelum menoleh kesumber suara.
"Kenapa melamun?" Sakura sulit menelan salivanya sendiri. Apa yang harus ia lakukan? Bercerita dengan Naruto? Sepertinya itu tidak mungkin. Karena sama saja ia menyakiti hati lelaki itu.
"Tidak. Sudah sampai ya."
Kakinya segera menuruni mobil tersebut. Mengambil barang belanjaan dibagasi. Berusaha mengalihkan tatapan Naruto yang begitu mengintimidasi. Langkahnya terhenti sesaat pada daun pintu. menggantungkan kunci disana.
"Kau mau minum apa Naruto. Biar ku buatkan." Sakura bertanya setelah menaruh belanjaannya dikamar, menoleh ke lelaki itu sesaat. "Apa saja." Ia tersenyum lalu menggerakkan kakinya menuju pintu dapur saat lelaki itu mulai mendudukkan bokongnya disofa.
.
.
.
Sakura mendudukkan dirinya disofa dekat Naruto. Mengambil makanan ringan yang terdapat dimeja. Atensinya masih tertuju pada puteri kecil disana yang kini sedang bahagia memainkan mainan masak-masakkan yang baru saja dibelinya. Lagi-lagi ia teringat dengan kejadian tadi. Membuatnya kembali menghela napas pelan. Apa yang harus ia katakan jika nanti Sasuke kembali bertemu dengannya? Apa mungkin ia harus mengatakan yang sejujurnya tentang puterinya itu? Tapi, hatinya masih ragu kala mengingat kejadian lima tahun silam. Namun ia juga tidak seharusnya menyembunyikan ini semua dari lelaki itu. Apa yang harus ia lakukan?
"Lagi-lagi kau melamun. Apa yang kau pikirkan?"
Sakura menoleh seketika. Naruto kini tengah menatapnya dalam. Membuatnya merasa bersalah karena telah menyembunyikan sesuatu darinya. Ia memberikkan senyuman tipis, namun hal itu mengundang helaan napas dibibir Naruto.
"Kau tidak bisa berbohong padaku. Aku yakin ada sesuatu yang kau sembunyikan. Tapi, jika kau tidak ingin mengatakannya sekarang tidak apa. Aku akan memahaminya." Senyum tulus terulas dibibir Sakura. Inilah yang membuatnya menyukai Naruto. Lelaki itu tidak pernah memaksakan keinginannya.
"Kalau waktunya sudah tepat. Akan ku ceritakan." Bukannya ia tidak mau menceritakan. Ia hanya tidak ingin Naruto merasa sakit setelah apa yang lelaki itu lakukan padanya selama ini.
"Aku mencintaimu." Sakura tersenyum menyambutnya. "Aku tau."
Masih menatap dalam mata hijau disana. Naruto kembali berucap. "Aku ingin melanjutkan hubungan ini kearah yang lebih serius." Namun senyum Sakura seketika menghilang, digantikan ekspresi tak terbaca saat ini.
"Aku ingin menikah denganmu."
.
.
.
To be continue
Lanjut?
Review.
Thanks.
See you again..
