Adore U ©Fujimoto Yumi, 2017

Park Jimin X Min Yoongi ©God, themselves

Rated T. / Romance, Fluffy, a lil bit School life.

AU. OOC. SLASH. YAOI. BL. Ficlet. Minim dialog.

Summary : This is just a simple rainy days story in which Min Yoongi doesn't know why he couldn't take his eyes off of Jimin's fingers which always have the way in his wet hair and he found it attractive.

.

.

.o.o.o.o.

.

.

Hari itu, hujan turun lagi. Tetes-tetes air dari langit membasahi jalanan kota Seoul yang lenggang. Yoongi menghela napas memandang awan yang tengah menangis melalui jendela kelasnya, menunggu seseorang menjemputnya. Well, jika orang itu tidak lupa?

Sudah hampir setengah jam dia menunggu di dalam kelas itu. Sesekali melirik ke arah pintu, namun tetap tak ada tanda-tanda kehadiran sosok yang ditunggu. Yoongi menghela napas lagi lalu bangkit untuk menyandang tasnya ke balik punggung. Pun detik setelahnya ia mengambil langkah keluar dari ruangan yang sudah sepi itu.

Kakinya berniat membawanya keluar dari sekolah dan siap menerobos hujan kalau saja tidak ada langkah terburu yang datang dari depannya. Dan saat Yoongi mendongak, dia mendapati kekasihnya, Jimin yang sedang mengatur napasnya di sana. Namun sosok itu tersenyum lembut dengan jemari tangannya yang tengah mengusak rambut basahnya.

"Hei, maaf aku telat?"

Bahkan Yoongi tak benar-benar merasa mendengar suara Jimin sampai sosok di depannya memberinya kecupan di dahi.

"Kau menunggu lama? Tiba-tiba ketua ekskul-ku menambah bahasan dalam rapat, aku tidak bisa mangkir karena aku wakil, well… sorry?"

Jimin berucap demikian dengan tangannya yang lagi-lagi berusaha mengusir butir-butir air hujan yang menghinggapi kepalanya. Walau tidak terlalu basah, namun tetap saja. Gedung rapat ekskul yang berbeda dengan gedung sekolah, cukup membuat rambut Jimin agak lepek serta merta baju pada bagian pundaknya.

Yoongi yang sedari tadi diam pun menggeleng. "Tak apa. Ayo pulang. Aku lapar, Jim."

Seketika Jimin merengkuh Yoonginya sambil terus mengucapkan maaf.

"Sudahlah, sana ambil mobilmu. Ini payungnya," kata Yoongi lagi sambil memberikan payung ke arah Jimin agar sosok itu tidak tambah basah sesaat ia akan mengambil mobilnya di parkiran.

Jimin hanya tersenyum lalu mengecup pucuk kepala Yoongi sebelum meninggalkannya ke arah di mana mobilnya berada. Sedangkan Yoongi hanya diam di sana, namun tak dipungkiri, ada senyum kecil yang tertera di sudut bibirnya.

.

.

.

Sebanyak apapun Yoongi menampik pemikiran akan kharisma yang Jimin keluarkan hanya dengan mengusak atau menyisir rambut entah basah atau keringnya dengan jari-jemari pemuda itu, Yoongi selalu dibuat terpaku saat melihatnya.

Ia tidak bisa mangkir dari kenyataan kalau Yoongi suka melihat Jimin yang tengah melakukan hal itu. Dalam diam Yoongi mengagumi Jimin saat melakukan hal tersebut, dan Yoongi hanya merasa jika aura dominan Jimin benar-benar keluar karenanya. Membuat Yoongi jadi ingin ikut melarikan tangannya di rambut Jimin.

Yah, walau memang kenyataannya, rambut Jimin adalah labuhan ternyaman tangannya ketika mereka berciuman, uhuk. Yoongi jujur soal itu.

Dan hari itu, lagi-lagi hujan turun. Kala itu mereka sedang dalam perjalanan pulang dengan motor sport Jimin sehabis kencan, hujan turun mengguyur keduanya. Mau tak mau mereka menepi dan memilih tempat pemberhentian bus untuk berteduh.

Memang tidak terlalu lepek, namun berhasil membuat keduanya menggigil. Entah bagaimana, air hujan berhasil masuk dan membuat basah rambut mereka. Dan lagi-lagi Yoongi dihadapkan pada situasi itu, situasi di mana Jimin mengusak rambutnya lalu menyisirnya dengan jemarinya.

Tanpa berkedip Yoongi terus menatapi kekasihnya yang berdiri di sampingnya. Jimin yang merasa diperhatikan menoleh dan hanya tersenyum lalu melarikan tangannya menyingkirkan poni basah Yoongi ke belakang, lalu menaruh kecupan di dahinya.

"Kenapa? Aku setampan itu sampai kau lupa berkedip, Yoon?"

Yoongi hanya terus berkedip, dengan mata yang memperhatikan rambut Jimin.

"Yoon?"

"Huh?"

"Kau baik-baik saja? Kedinginan? Kenapa melamun? Aku memang tampan, tapi tidak harus—"

"Berisik."

Yoongi langsung mengalihkan pandangannya lalu melepas tangan Jimin padanya. Jimin langsung tertawa dan keduanya kembali melihat ke arah jalanan yang masih diguyur hujan. Namun memang dasarnya Yoongi yang seolah ditarik magnet kasat mata, pandangannya kembali melihat ke arah Jimin, dan disaat itu Jimin kembali melakukan hal yang sama.

'Ugh… aku ini kenapa? Apa aku punya kink aneh di mana aku menganggap Jimin yang menyisir atau mengusak rambutnya dengan jari-jemarinya itu seksi? Rasanya aku mau… bergabung dengan jarinya…'

Entah apa yang merasuki Yoongi, dia memegang lengan Jimin dengan tangan yang bebas tak memegang helm, membawa pandangan kekasihnya ke arahnya lalu agak berjinjit dan menempatkan kecupan di bibir tebal Jimin. Detik setelahnya, Yoongi membiarkan helm yang ia pegang jatuh, kemudian membawa lengannya melingkari leher Jimin, dilanjut dengan jemarinya yang beralih mencengkeram rambut Jimin dan memperdalam ciumannya.

Jimin yang dihadapkan pada Yoongi yang agresif awalnya terkaget, namun lambat laun ia memanfaatkan itu dengan ikut menjatuhkan helmnya dan memeluk pinggang Yoongi posesif. Mengambil alih ciuman yang dimulai Yoongi membuat si submisif mengerang dalam ciuman mereka dengan tangan Yoongi yang meremas-remas rambutnya sensual.

Keduanya benar-benar menghayati ciuman yang mereka bagi pada hari hujan di bawah kanopi halte bus yang sepi. Di mana satu tangan Jimin sudah beralih meremas bokong Yoongi membuat sosok dalam rengkuhannya mempererat cengkeramannya pada rambut Jimin, dan makin merapatkan tubuhnya membuat bagian bawah mereka saling bergesekan.

Jimin menggeram dalam ciumannya, dan hal itu berakhir dengan bibirnya yang melumat dan meraup rakus bibir tipis Yoongi dalam pagutannya.

Karena sejujurnya, Yoongi hanya terlalu mengagumi segala hal yang Jimin miliki. Dan dia mencintai Jiminnya dengan apapun keadaannya.

.

.

.

The End.


Yumi's note :

Apaan dah ini? Tidak jelas, ya? Tapi lagi coba nyemangatin diri sendiri yang ngerasa makin lama makin ga bisa nulis. Nah, jadilah ff ini. Yumi gatau apakah feelnya nyampe atau cuma setengah atau malah ga nyampe. But, terima kasih kalau ada yang mampir baca dan review hehe.

Btw, terima kasih untuk semua yang sudah dan selalu baca ff Yumi. Thanks a lot. Terima kasih juga review-reviewnya. And mohon maaf jika Yumi ada salah, mau puasa ni hehe. Next abis lebaran mudah-mudahan niat buat post ff terealisasi (anyway ini ff agak menjurus, tadinya mau dipost kemarin tapi ga jadi) so, see you again, everyone.

Until next time! Review, anyone?

Lav.

Yumi.