N. I. G. H. T

Mr. Actor and Mr. Singer

Warning! Typo(s)!

.

.

.

Malam hari ini memang terasa lebih dingin di bandingkan beberapa hari yang lalu. Hujan lebat baru saja reda ketika jarum jam panjang menunjuk angka 12 tepat, hampir tengah malam -kurang beberapa menit lagi. Dan malam ini ia terpaksa harus menambah lapisan jacket nya agar tidak kedinginan saat bekerja.

Ah ya, mendapat shift kerja di malam hari memang sangat menyebalkan. Tapi ia tidak bisa menolak. Toh ada hal bagus lainnya yang dapat ia lakukan ketika jam istirahat bekerja, seperti saat ini.

"Paman!" ia menyapa riang pada seorang pria berpakaian traditional chef ala Negri Matahari Terbit yang berdiri di dalam kedai. Membuat pria separuh baya itu mengangkat mengangkat kepalanya, melemparkan senyum padanya, dan ia mendaratkan pantat bulatnya di salah satu kursi tinggi yang kosong. Tepat di hadapan pria itu.

"Hari ketiga mu mendapat shift malam Tao" pria itu berujar dengan kedua tangan sibuk meracik beberapa mangkuk ramen sekaligus.

Pemuda bersurai hitam legam yang manis, menganggukkan kepalanya. "Tapi aku jadi bisa menikmati ramen buatan Paman kan?" ia tersenyum manis dengan bibir kucingnya yang lucu, hingga membuat kedua matanya menyipit lucu. Tak lupa kedua tangan yang kini menopang tulang rahangnya.

Paman pemilik kedai terkekeh. "Dasar tukang makan. Baiklah akan ku buatkan, tapi malam ini tidak gratis"

Kini Tao yang tertawa. "Paman tenang saja, aku sudah menerima gaji bulan ini!"

Pria paruh baya itu hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Tao. Sementara si pemuda manis duduk tenang di kursinya menunggu makan malamnya yang sangat amat terlambat. Sembari menunggu ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling kedai kecil yang sederhana itu. Namun meski tempatnya tidak besar, kedai ramen itu sangat ramai, tak peduli jika hari akan berganti. Dan rata-rata para penikmatnya adalah orang-orang yang pekerjaannya menuntut untuk terus terjaga.

Seperti dirinya yang sudah hari ketiga mendapat tugas berjaga di malam hari di sebuah Rumah Sakit yang berada di sekitar sana.

Tao baru saja membenahi letak jacketnya ketika tak sengaja melihat sesosok pria tinggi berambut hitam cepak yang berdiri kebingungan di depan pintu kedai. Pria itu berpakaian resmi ala kantoran, tapi dengan penampilan yang sedikit agak berantakan.

"Disini kosong!" serunya mengangkat satu tangan, melambai pada pria yang sepertinya lebih tinggi darinya itu.

Pria itu menoleh karena mendengar suaranya, terlihat bingung, dan Tao menganggukkan kepalanya ketika pria itu menunjuk dirinya sendiri dengan jarinya yang panjang.

"Hanya disini kursi yang kosong" ujarnya lagi. Tersenyum ramah pada si pria asing yang akhirnya melangkahkan kaki panjangnya mendekat kearahnya.

😅"Boleh?" pria itu dengan suara beratnya yang tajam bertanya sopan. Tao mengangguk.

"Tentu, siapa saja boleh duduk" senyumnya menipis. Pria itu mengangguk kecil, lalu mendaratkan pantatnya diatas kursi yang kosong. Tepat di sisi kanan Tao yang kini kembali sibuk memperhatikan Paman pemilik kedai sedang meracik.

.

.

Yifan kesal. Ia tidak suka jika harus lembur di kantor dan membuat waktu istirahatnya berantakan. Ia adalah pria yang menganut hidup sehat, jadi lembur ataupun begadang bukanlah gayanya. Tapi hari ini ia terpaksa harus lembur di kantor karena asisten pribadinya yang handal mendadak mengalami kecelakaan ketika dalam perjalanan berangkat ke kantor.

Biasanya pukul 8 malam dirinya sudah berada di rumah, bersantai membaca buku atau melihat tayangan menarik di televisi. Tapi malam ini? Jarum jam pada jam tangan mahalnya hampir menunjukkan pukul 12 malam dan dirinya masih berada diluar mengenakkan pakaian kerja.

Dan Yifan lebih kesal lagi saat merasakan lapar dan perutnya yang berbunyi nyaring ketika dalam perjalanan pulang. Di saat seperti itu, tengah malam, hampir tidak ada toko makanan yang buka, akhirnya ia melihat keberadaan sebuah kedai ramen sederhana yang letaknya cukup strategis. Meskipun awalnya ragu, akhirnya Yifan memilih untuk menepikan mobilnya dan mengisi perut laparnya dengan semangkuk ramen panas yang pastinya sangat nikmat di nikmati dalam udara dingin seperti malam ini.

Pria berdarah campuran itupun meninggalkan jas kerjanya di dalam mobil, lalu keluar setelah memarkirkan mobilnya secara aman di tepi jalan. Dan dengan langkah lebar-lebar menuju kedai ramen yang ramai, karena udara dingin terasa menusuk hingga ke dalam tulangnya.

Sebuah kedai ramen sederhana yang hangat dan ramai, tentu saja. Dan dirinya semakin yakin ingin menikmati seporsi ramen setelah melihat jika kedai tersebut hampir penuh. Semua kursi telah tersisi, dan ia tidak tahu harus duduk dimana.

"Disini kosong!"

Suara lembut yang berseru itu membuatnya menoleh, dan matanya tertuju pada seorang pemuda berambut hitam, berponi, yang duduk menghadap sang juru masak. Pemuda itu tersenyum ramah padanya, membuatnya meragu. Apa dirinya yang sedang di ajak bicara?

Yifan menunjuk dirinya sendiri, dan mendapat jawaban berupa anggukkan kepala dari pemuda yang memiliki senyum manis itu.

Si tampan Wu itu pun melangkahkan kakinya masuk, mendekat kearah pemuda itu duduk.

"Boleh?" tanyanya untuk meyakinkan diri. Pemuda manis itu mengangguk lagi.

"Tentu, siapa saja boleh duduk" suaranya terdengar lebih lembut, dan senyum tipis menghiasi bibirnya yang lucu.

Untuk beberapa detik Yifan menikmati senyum manis yang di tujukan untuknya itu, lalu tersadar dengan cepat ketika si pemilik kedai berseru pada pelaya kedai untuk segera mengantar pesanan ke meja-meja pelanggan. Dan ia mendudukkan dirinya di kursi itu, dan untuk yang pertama kalinya melirik ke samping kanannya dimana pemuda manis murah senyum itu duduk.

.

.

"Pertama kalinya datang kemari?" tanya Tao, tak tahan untuk tidak bicara. Andai paman pemilik kedai sedang tidak sibuk, pasti ia akan mengajak pria itu bicara hingga ramen di mangkuk nya tak tersisa.

Yifan yang terkejut karena tiba-tiba di ajak bicara pun menoleh, kemudian mengangguk. "Ya" jawabnya. Tao tersenyum.

"Pilihan mu tepat! Ramen milik Paman Shoji sangat enak, setelah mencobanya kau akan kembali lagi kemari. Ku jamin!"

"Benarkah?"

Tao mengangguk semangat. "Ya, aku hampir setiap hari melewatkan jam makan malam disini"

"Setiap hari?" Yifan tampak tertarik.

"Hanya saat mendapaf shift malam" seringainya lucu.

Aku tidak pernah pulang selarut ini sebelumnya" kata Yifan. Tao memiringkan kepalanya kecil.

"Lalu apa yang membuat mu pulang selarut ini?"

"Lembur, asisten ku mengalami kecelakaan pagi tadi"

Tao membulatkan bibir kucingnya, seraya mengangguk-angguk paham. "Oh, kau belum memesan!"

"Aku tidak tahu menu andalan di kedai ini"

"Oh oh~ ku sarankan untuk memesan ramen pedas! Sangat nikmat di makan saat udara dingin seperti ini!"

"Benarkah?"

"Ya! Itu menu favorit ku"

"Baiklah. Paman aku pesan 1 porsi ramen pedas"

"Dan teh hijau panas!" Tao menambahi, membuat Yifan menoleh padanya. Dan ia segera menambahkan, "Teh hijaunya juga sangat enak, kau harus coba"

Yifan pun mengangguk sebagai tanda setuju, sementara Paman pemilik kedai mulai menggoda Tao yang sepertinya sangat berbakat mempromosikan kedai kecil miliknya.

"Lalu, apa pekerjaan mu yang membuat mu mendapat shift malam?" Yifan bertanya, memperhatikan wajah Tao dari samping. Dan pemuda itu menoleh padanya.

"Aku perawat, dan sudah 3 hari mendapat shift malam" jawabnya, dengan bangga membuka jacketnya yang berlapis dan menunjukkan seragam bernuansa biru langit yang di kenakannya. Tak lupa identitas perawatnya yang tersimpan di saku dada seragamnya.

"Dan kau? Apa pekerjaanmu?" tanya Tao, merapikan kembali jacketnya. Kini memperhatikan Yifan yang tengah meringkas kedua lengan kemeja putihnya hingga siku.

"Aku bekerja di Storm Office, kau tahu? Gedung yang paling tinggi"

Tao membentuk huruf O, "Pasti jabatanmu tinggi"

Yifan mengangkat bahu samar. "Bekerja di kantor akan membuatmu terlihat lebih cepat tua"

Tao tertawa. "Tapi kau tidak terlihat tua"

Yifan tak menperlihatkan reaksi khusus ketika Tao masih asyik tertawa, meski begitu kedua matanya masih tertuju pada si manis Tao yang kini entah berceloteh tentang apa. Pemuda itu cukup banyak bicara,type yang tidak bisa diam dan dapat membuat orang-orang di sekelilingnya merasa nyaman. Sekalipun itu orang asing.

"Kita belum berkenalan. Nama mu?" ucapan Yifan membuat Tao menghentikan cerita tentang tempat kerjanya. Pemuda manis itu tersenyum, tak lupa mengusap tangan kanannya ke jacket, lalu menyodorkan tangannya itu di hadapan Yifan.

"Huang Zi Tao, Zitao atau atau Tao saja cukup. Kau?"

"Wu Yi Fan" ia menjabat tangan yang terulur itu. Terasa lembut, seperti senyum pemiliknya.

"Senang berkenalan dengan mu Yifan-ssi~"

Yifan bukannya tidak bisa balas tersenyum seperti yang di lakukan Tao, tapi lelaki itu hanya terlalu kaku dan tidak bisa bereaksi lepas seperti orang kebanyakan. Dan yang ia lakukan hanya memperhatikan lawan bicaranya itu ketika berbicara.

"Ya! Ini ramen pesanan kalian, silahkan di nikmati!" Paman Shoji meletakkan 2 mangkuk ramen porsi sedang di hadapan Yifan dan Tao. Membuat kedua orang yang tengah mengobrol itu -meski yang aktif berbicara hanya Tao- menghentikan obrolan mereka.

"Woah~ baunya enak sekali Paman~ benar kan gege?" Tao menoleh pada Yifan tanpa di duga. Si tampan yang baru saja membagi sumpit menjadi 2 itupun menoleh, kemudian mengangguk.

"Ya, baunya enak" setujunya.

"Cepat di makan, sebelum dingin" kata Paman Shoji.

"Mari makan!" Tao berseru riang, tak sabar untuk segera menyantap ramen nya yang masih mengepulkan uap.

Tepat saat Tao menyuapkan mie ramen ke dalam mulutnya, seorang pelayan datang mengantar 2 gelas teh hijau panas. Tidak ada yang bicara selama menikmati semangkuk ramen, kuah ramen yang panas dan sensasi pedasnya yang agak menyengat sukses membuat kedua wajah lelaki itu memerah.

Berbeda dengan Tao yang terlihat tergesa menuang segelas air putih untuknya pada gelas yang telah di sediakan, Yifan menikmati ramen nya dengan tenang. Hal itu membuat si manis Huang menoleh pada Yifan yang tak bersuara, masih dengan tepian gelas yang menempel di bibirnya, ia melihat bagaimana Yifan menikmati ramen nya yang telah berkurang cukup banyak.

Lelaki yang baru saja di kenalnya itu memang sangat tenang, bahkan saat wajahnya yang putih dan tampan kini memerah karena makanan yang pedas. Membuatnya tertawa kecil, yang memancing tolehan Yifan yang tengah menyeruput mie ramen nya.

"Ini, minumlah. Pelan-pelan saja, teh panas bisa membuat rasa pedasnya sedikit reda" kata Tao, memberikan segelas teh hijau panas milik Yifan yang segera di terima oleh lelaki itu.

Tao hanya merasa lucu, karena Yifan terlihat sangat dewasa dan cuek, tapi wajahnya bisa memerah lucu karena rasa pedas dari makanan yang tengah mereka nikmarti. Dan meskipun begitu Yifan tetap terlihat tampan, dengan wajah memerahnya, dan bibir tebalnya yang merona karena efek cabai.

"Kau terlihat baik-baik saja memakan ramen sepedas ini" ucap Yifan, meletakkan gelas tehnya setelah meneguk cairan hijau itu beberapa kali.

"Aku tidak baik-baik saja, tapi aku sudah beberapa kali makan disini dan mulai beradaptasi dengan rasa pedasnya"

"Ini pertama kalinya untuk ku makan makanan sepedas ini" Yifan meraih selembar tisu, kemudian menyeka bibirnya yang memerah.

"Kalau begitu kau harus datang lagi kemari"

"Aku akan datang kalau kau mau menemani ku"

Senyum di bibir kucing Tao mengembang, si manis itu mengangguk. "Dengan senang hati. Kau pasti tidak bisa melalui makanan pedas ini sendirian" ia terkekeh kemudian.

Yifan meraih gelas teh yang belum tersentuh, dan menyodorkannya pada Tao. Si manis yang asyik menyeruput habis kuah ramen nya itu buru-buru menelan kuah di tenggorokannya, lalu menyambar gelas teh yang di berikan Yifan padanya. Segera saja ia menegam cairan hijau itu perlahan, dan terlihat mengernyit saat rasa panas menyengat di dalam mulutnya.

"Ini enak sekali! Aku benar kan?" Tao mengipas-ngipas wajahnya yang memerah, terseyum lucu pada Yifan yang memperhatikannya. Yifan mengangguk.

"Ya. Di cuaca sedingin ini memang tepat menikmati makanan pedas"

"Ramen Paman Shoji jjang!" ucapnya mengangkat kedua ibu jari, mengundang tawa si pemilik kedai.

Yifan merogoh saku celananya ketika ponsel Tao berdering dari dalam saku dada seragamnya. Si manis itu buru-buru mengambil benda tipis itu dan segera mengangkat telepon. Dan selagi Tao berbicara dengan seseorang di sebrang telepon, Yifan mengeluarkan dompetnya untuk membayar makanan dan minuman mereka.

"Aku harus segera kembali Paman! Berapa totalnya?" Tao bangkit berdiri, terlihat terburu-buru ketika merogoh saku jacketnya.

"Teman mu sudah membayar semuanya" kata Paman Shoji.

"Eh?" Tao yang baru saja mengeluarkan dompetnya menatap bingung si pemilik kedai. Kemudian menoleh pada Yifan yang terlihat bersiap. "Gege yang membayarnya?" tanyanya. Yifan mengangguk.

"Anggap saja sebagai ucapan terima kasih ku sudah memilihkan menu dan menemani ku mengobrol" ucapnya, tenang.

"Baiklah, kalau begitu lain waktu aku yang akan mentraktir gege!"

Yifan mengangguk kecil. "Oke, ku tunggu"

"Ah, aku pergi Paman! Terima kasih ramen nya enak sekali!" Tao berseru, melambaikan tangannya pada si pemilik kedai yang kembali sibuk meracik ramen.

Paman Shoji menyahut dari balik dapur mini nya, Tao dan Yifan keluar dari kedai sederhana itu. Dan sebelum Tao memisahkan diri, Yifan lebih dulu bersuara.

"Boleh aku minta nomor ponsel mu?" tanyanya, menatap Tao begitu mereka berada diluar kedai.

"Tentu saja" Tao tersenyum, kemudian mengeluarkan ponselnya. Ia memberikan nomor ponselnya yang segera di catat oleh Yifan di ponsel pintarnya.

"Aku bisa menagih traktiran mu nanti" kata Yifan. Tao tertawa kecil.

"Aku tidak akan kabur gege. Ya sudah, sampai bertemu lagi! Hati-hati di jalan gege!" Tao berkata penuh kegembiraan, melambai pada Yifan sebagai salam perpisahan mereka malam ini.

"Mau ku antar?" tanya Yifan menawarkan. Tao yang baru saja melangkah terpaksa harus membalikkan tubuhnya.

"Tidak perlu, Rumah Sakit tempat ku bekerja hanya beberapa meter dari sini. Sampai bertemu lagi!" Tao melambai lagi, kali ini lebih bersemangat.

Pemuda manis itu membalikkan tubuhnya kembali, melangkah lebih cepat seraya menyimpan kedua tangannya di dalam saku jacket. Ia berjalan cepat dengan senyum tak pudar dari bibir kucingnya, serta rona merah muda segar di pipinya. Mungkin karena udara yang dingin dan juga rasa senang akan pengalaman makan ramen malam ini yang berbeda dari malam-malam sebelumnya.

Yifan masih berdiri disana, di samping mobilnya yang terparkir, memperhatikan Tao yang semakin menjauh dengan langkah riang. Hingga sosok tinggi bersurai legam itu semakin menjauh dan sosoknya menghilang di balik bayang-bayang pepohonan. Sebuah senyum teramat samar muncul di sudut bibirnya, bergerak membuka pintu mobil sembari berkata,

"Mungkin aku harus lembur lagi dalam waktu dekat"

Senyumnya yang sangat irit itu kemudian berubah menjadi segaris senyum yang bermain di bibir tebalnya.

Tentu Kris akan mencari kesempatan untuk lembur lagi, dan Tao sudah tidak sabar untuk mendapat tugas shift malam untuk minggu depan. Karena malam mereka akan lebih menyenangkan setelah ini.

END

Yohoo~ selamat menunaiikan ibadah puasa bagi yang menjalankan, termasuk saya :)

Ada yg inget oneshoot berjudul 'Beautiful Hangover'? Nah, oneshoot pendek ini awal pertemuan Yifan dan Tao :3

Padahal rencana mau di post kemarin sebelum puasa, eh ternyata belum jadi, wkwk

Btw, gw juga bikin ff di wattpad, jangan lupa main2 ke sana ya~ :3

Id: SkylarOtsu

Regards, Skylar