OoooO
.
PERHAPS LOVE
.
OoooO
.
Cast:
Chanyeol, Baekhyun beserta orang-orang disekitarnya
~Royal OTP~
.
Chanyeol milik Baekhyun. Baekhyun milik Chanyeol. Baekhyun dan Chanyeol milik orangtuanya. FF ini milik Cactus93
.
OoooO
.
Selamat membaca^^
.
OoooO
.
.
Seminggu ini Byun Baekhyun, si bungsu keluarga Byun selalu merengek ingin belajar naik sepeda dan keinginannya itu belum juga dituruti hingga saat ini.
Baekhyun adalah seorang bocah laki-laki yang berusia dua belas tahun minggu lalu dan mendapatkan kado dari temannya sebuah sepeda. Teman sekelasnya selama enam tahun berturut-turut –Xi Luhan- selalu mengejek Baekhyun bahwa dia penakut yang tak berani belajar naik sepeda beroda dua.
Jadilah saat ini bocah yang genap dua belas tahun itu terus merajuk sambil menuntun sepeda putih dengan beberapa gambar pikachu di sekeliling body sepeda di ruang tamu rumahnya. Sejak awal dikirim oleh Luhan, sepeda itu sama sekali belum pernah keluar dari rumah keluarga Byun. Jika dikatakan takut untuk mencobanya, Baekhyun memang takut. Sangat. Tapi keinginan untuk belajar sangat kuat dibenaknya saat Luhan terus saja menggodanya.
Sayangnya, tak ada seseorang pun yang mau diajak Baekhyun untuk mengajarinya mengayuh sepeda.
Ayahnya?
Sibuk mengurusi para koleganya.
Ibunya?
Lebih memilih menggoreskan pena pada beberapa lembar kertas putih atau pergi ke butik miliknya.
Kakaknya?
Byun Baekbeom tinggal di asrama sekolah dan hanya sesekali pulang kerumah –jika anak sulung itu sedang butuh uang saku lebih-.
Yang tersisa adalah Kim Jongwoon –pengawal sekaligus supir pribadi Baekhyun- dan Kim Ryeowook –pelayan rumah, kedua orang itu pun menolak untuk mengajari Tuan mudanya naik sepeda.
"Kenapa ahjusshi tak mau mengajarikuuu?!" Baekhyun melepas pegangan sepedanya sehingga sepeda itu tergeletak bebas jatuh dilantai dan menghasilkan bunyi keras di sekitar ruang tamu. Bibir Baekhyun mengerucut dengan mata berkaca-kaca, kakinya ia hentak-hentakkan ke lantai.
Jongwoon tetap berdiri tanpa ekspresi melihat Tuan mudanya yang merajuk itu mulai terisak. Hal ini biasa, sudah biasa. Tuan mudanya memang manja dan mudah menangis. Pria usia kepala tiga itu menghirup napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. "Apakah Tuan muda sudah selesai mengerjakan tugas sekolah?" Lebih baik mengalihkan pembicaraan jika berada di situasi ini.
Isakan Baekhyun terhenti. Kepalanya mendongak melihat kearah Jongwoon yang lebih tinggi daripada dirinya. "Aku sudah selesai mengerjakan semua, makanya aku ingin ahjusshi mengajariku belajar mengendarai sepeda…"
Mulai lagi.
Perhatian Baekhyun memang mudah dialihkan dan mudah pula kembali teringat ke permasalahan awal.
"… kenapa aku tak boleh mengendarai sepeda. Aku 'kan sudah belajar sungguh-sungguh. Aku tidak akan menangis jika aku jatuh. Aku tidak akan melaporkankan kepada Eomma dan Appa jika aku belajar naik sepeda dengan ahjusshi. Aku bisa menjaga rahasia, kok."
Itu dia titik permasalahannya. Tuan dan Nyonya besar tidak mengijinkan anaknya untuk belajar naik sepeda karena suatu alasan pasti. Disini Jongwoon harus lebih bersabar. Awalnya Baekhyun memang merengek pada kedua orang tuanya bahwa dia ingin naik sepeda.
"Belajarlah saja bermain piano atau biola. Eomma tak ingin anak kesayangan Eomma akan terluka jika jatuh dari sepeda. Aigoo, kulit halus anak Eomma yang tampan nanti akan berdarah dan meninggalkan bekas."
Begitulah perkataan Hyekyo dan sebagai pengawal pribadi, Jongwoon tak sepantasnya membantah. Jongwoon mendekati Tuan mudanya dan berjongkok. "Ahjusshi percaya dengan anda, Tuan muda. Karena Ahjusshi tahu jika Tuan muda Baekhyun sangat pintar."
"Makanya~ Ayo ajari aku menaikinya!" Baekhyun menghentak-hentakkan kaki mungilnya. Jari telunjuknya mengarah ke sepeda yang tergeletak di lantai.
Tangan Jongwoon terulur, memijit pelipisnya. Ia harus bisa mengulur waktu. Sebenarnya pengawal itu menyalahkan sekolah dasar tempat Baekhyun mengenyam pendidikan. Sekolah elite itu tak biasanya pukul satu siang sudah memulangkan muridnya. Biasanya sekolah itu memulangkan muridnya hingga pukul tiga sehingga tak ada kemungkinan Baekhyun merengek ingin belajar naik sepeda karena biasanya Nyonya Byun sudah pulang kerumah dan anak itu tak bisa berkutik jika orang tuanya dirumah. Haruskah iya menelpon Nyonya besar?
Cklek.
Jongwoon langsung berdiri tegap lalu berbalik badan menyambut seseorang yang membuka pintu. Mata segaris Jongwoon mendadak melebar. Entah kebaikan apa yang telah ia lakukan dimasa lalu hingga Tuhan mengabulkan keinginannya.
"Selamat datang Nyonya." Jongwoon membungkuk memberi salam saat Hyekyo berjalan kearahnya.
"Eomma~" Baekhyun menyapa ibunya lirih dan bibir tipisnya ia gigit. Baekhyun menunduk. Jemarinya erat menggenggam ujung kaos kuning dengan bordiran kecil pikachu di dadanya. Akankah ia di marahi ibunya?
Hyekyo dengan gaum selutut berwarna kuning pastel lembut beserta menjinjing tas Gucci berwarna putih berjalan anggun mendekati anak bungsunya. "Mengapa sepeda ini bisa disini? Aigoo~ anak tampan Eomma kenapa ini?" alis Hyekyo terangkat saat melihat mata anaknya yang sembab saat ia hendak mencium pipi anaknya.
Satu hal kebaikan Hyekyo adalah, ia tak pernah memarahi Jongwoon jika Baekhyun menangis. Bukan karena ia memanjakan pengawalnya, tapi Hyekyo tahu jika anak bungsunya itu memang cengeng dan ia sudah hafal segala sifat Kim Jongwoon yang tak mungkin menyakiti atau memarahi anaknya. Tangan lentik Hyekyo itu terulur mengelus pipi anak kesayangannya.
"Omona~ uri Baekhyunnie matanya merah. Kenapa sayang?" kebaikan Hyekyo yang lain adalah sangat mencintai anaknya dan ini yang perlu digaris bawahi, jika ia berada dalam suasana hati yang baik. Sepertinya siang ini.
"Eomma~" Baekhyun mulai mengangkat kepalanya dan menatap manik indah ibunya. Merasakan jika suasana ibunya dalam skala normal berlebih, Baekhyun ingin mencoba merayu ibunya lagi.
"Iya, sayang?"
"Aku ingin belajar naik sepeda~" setelah selesai sengan kalimatnya, bibir Baekhyun menekan kedalam, matanya menyipit penuh harapan ibunya akan mengabulkan keinginannya.
Hening sejenak.
Nampak kerutan di dahi Hyekyo bibirnya tersenyum simpul, "Belajar saja."
Apa?
Baekhyun dan Jongwoon bersamaan melebarkan bola matanya. Terkejut.
Apakah ia lupa dengan perkataannya seminggu yang lalu?
"Benarkah?!" Senyum ceria kini terpampang jelas di raut manis Baekhyun. Kedua tangannya ia kepalkan penuh semangat di bawah dagunya.
"Tapi… Eomma tak ingin kulit anak tampan Eomma terluka. Bagaimana ini?" Hyekyo menarik tangan kanannya dari pipi Baekhyun dan meletakkan ibu jari dan telunjuknya diujung bibirnya, serta tangan kiri terlipat dibawah dada untuk penyokong tangan kanan. Kerutan didahipun muncul lagi pertanda ia sedang berpikir keras.
Semangat Baekhyun surut. Bibir tipisnya cemberut lagi. Pasti ditolak lagi, kata dalam benaknya lirih.
Jongwoon pun ikut mengernyitkan dahi, melihat sikap plin-plan Nyonya Besarnya.
"A~aa~… begini saja. Jongwoon-ah, tolonga antarkan Baekhyun membeli pelindung siku dan lutut serta helm-"
"Yang bergambar pikaaa…chu."
Belum sempat Baekhyun menyelesaikan ucapannya, Hyekyo langsung menatap tajam anaknya sehingga bocah itu melirihkan suaranya diakhir perkataannya. Baekhyun sudah di didik agar tidak boleh menyela perkataan orang, apalagi perkataan orang tuannya. Itu sebabnya Hyekyo memberinya sepasang likiran tajam. Peraturan tetap peraturan. Setelah melihat Baekhyun sudah menyadari kesalahannya, Hyekyo kembali menatap Jongwoon yang sepertinya paham maksudnya tanpa ia meneruskan ucapannya tadi, "Kalian belajar saja di taman kota, tanah di halaman rumah ini tak rata, lebih baik di sekitar area taman dekat sungai Han saja."
"Baik, Nyonya besar."
"Dan kau… anakku yang tampan~" Hyekyo kembali menaruh perhatiannya kearah anaknya yang sudah memasang wajah berbinar tak sabar, "Kau bisa memilih sendiri corak apa yang kau inginkan pada perlengkapanmu." Lanjut Hyekyo sembari mengelus rambut hitam anaknya.
"Um! Iya Eomma~!" teriak Baekhyun penuh semangat.
"Lalu… apakah anakku tersayang melupakan sesuatu?" Hyekyo menaikan sebelah alisnya dan menyeringai. Baekhyun langsung menggelengkan kepala terlalu semangat hingga poni rambut dark brown-nya yang lembut ikut bergoyang.
"Tentu saja aku tak lupa! Umm.. terima kasih, Eomma~" Baekhyun tersenyum manis hingga memamerkan eye-smile andalannya.
"Aigoo~ pintarnya anak Eomma. Kalau begitu kau hati-hati belajar mengayuh sepedanya," Hyekyo mengecup dahi anaknya. "Hmm.. tidakkah sehararusnya sepeda itu dipasang roda dua pengaman juga? Bagaimana menurutmu Baekhyunnnie?"
"Roda dua?" Bekhyun sedikit memiringkan kepalanya ke kanan mengernyit.
"Itu, sayang. Roda yang dipasang di kanan kiri roda belakang agar tidak oleng. Seperti sepeda lamamu."
"Tidak mau. Tidak mau!" Bibir Baekhyun langsung cemberut lagi, "Itu sama saja aku belum bisa mengayuh sepedaku sendiri. Aku ingin belajar mengendarai sepeda roda dua, Eomma~ Luhannie sudah bisa mengendarai sepeda dua dengan lancar. Aku juga harus bisa mengendarainya juga~ Apa Eomma tak marah jika anak eomma yang tampan ini dihina begitu saja~"
Hyekyo menggelengkan kepalanya. Sudah rahasia umum jika Luhan dan anaknya gemar sekali berkompetisi. Walaupun mereka berteman akrab tapi persaingan itu tetap ada. Hyekyo tak melarang karena kedua anak itu bergitu menggemaskan saat bertengkar. Sejenak kemudian, ibu dua anak itu menghela napas dan melirik kearah Jongwoon. "Tolong ajarkan Baekhyunnnie dengan baik, ya Jongwoon-ah." Hyekyo tersenyum ramah.
"Tentu saja, Nyonya." Jongwoon sedikit membungkuk menyanggupi perintah Hyekyo.
"Baiklah, hmm sayang…" Perhatian Hyekyo kembali kepada anak bungsunya, "… kau bersiaplah. Cuci wajahmu. Eomma tak ingin wajah anak Eomma yang tampan ini lengket karena air mata."
"Hm! Baik Eomma! Terima kasih!" dalam sekejab Baekhyun langsung berlari kelantai dua letak kamarnya berada.
"Aigoo~ anak itu kapan dewasanya." Hyekyo tersenyum lembut menatap putra bungsunya yang berdendang ceria pada setiap langkahnya menaiki tangga.
OoooO
"Waaa~ ahjusshi! Jangan dilepas! Jangan dilepas!"
Sudah hampir satu jam Baekhyun belajar sepeda di taman kota. Jongwoon sungguh merasa kelahan karena terus saja membungkuk dan memegangi sepeda Tuan mudanya agar tak jatuh. Diusianya yang sudah tak lagi muda, sekarang dia sungguh sangat kelelahan.
Sedari tadi Baekhyun tidak mau mandiri mengayuh sepeda. Sekalinya Jongwoon melepas pegangan sepedanya, Baekhyun dengan curang langsung mendaratkan kakinya ke jalan dan tak mau mengayuh lalu berakhir dengan mata berkaca-kaca menganggap Jongwoon sebagai ahjusshi jahat yang tega membiarkannya jatuh.
"Ahjusshi?" Baekhyun menoleh kebelakang. Matanya membola melihat pengawalnya yang bermandikan keringat. Ia langsung turun dari sepeda dan menstandarkan sepedanya "Ahjusshi lelah ya?" kepala Baekhyun sedikit dimiringkan ke kiri dan mengerutkan dahi dengan bibir cemberut.
Jongwoon hanya memberi senyum lalu membersihkan dahinya yang basah oleh keringat dengan sapu tangan abu yang barusaja ia ambil dari saku celananya.
"Ahjusshi duduk saja. Aku akan membelikan ahjusshi minuman di mini market di seberang."
Mata Jongwoon membola dan langsung menggelengkan kepala. "Tidak perlu Tuan muda. Saya akan membeli minuman sendiri. Anda duduk di kursi bawah pohon saja."
"Tapi-"
"Mari, saya bawakan sepeda anda dan mari kita menepi ke bangku."
Baekhyun langsung mendelik tajam saat perkataannya di potong dengan kejamnya. Ia menghentak-hentakkan kakinya berjalan menuju bangku yang pengawalnya maksud.
"Tuan muda tunggu disini, ya? Saya akan kembali secepatnya." Setelah mengatakannya, Jongwoon berlalu pergi menuju mini market.
Sedangkan Baekhyun yang masih merasa kesal, melepas helm pikachunya dan menaruhnya dengan kasar di kursi. Bibirnya mengerucut maju, lalu tangannya berganti melepas pelindung lutut serta tangannya dan langsung menjatuhkan dirinya pada bangku dibelakangnya.
Baekhyun bosan selalu diperlakukan diperlakukan seperti anak kecil. Beberapa bulan lagi padahal ia akan menjadi siswa sekolah menengah pertama. Tapi melakukan apa-apa selalu saja dilarang.
Baekhyun belum menyadari sikap manjanya. Itulah permasalahannya.
Pandangan matanya menyusuri sekeliling taman yang ramai. Yang tampak mencolok adalah ada sebuah tenda putih besar di seberang taman, Baekhyun tak tahu tenda apa itu. Setahunya itu bukanlah tenda orang camping karena itu terlalu besar, tenda itu seluruhnya berwarna putih dengan gambar plus merah yang besar ditengah-tengannya. Baekhyun mengendikan bahunya, tak peduli itu tenda apa walaupun tenda itu terdapat beberapa orang yang mengantri. Toh selama tenda itu tak mempunyai sesuatu yang manis di dalamnya, Baekhyun takkan tertarik.
Tatapannya kembali melilingi taman. Cahaya matahari mulai surut tapi tak mempengaruhi orang-orang yang berada ditaman untuk kembali pulang kerumah. Bibir tipis Baekhyun melengkung kebawah saat melihat banyak anak-anak yang terlihat sebaya dengannya atau malah lebih muda daripadanya bersepeda melintasi bangku tempatnya duduk. Mereka bisa mengendarai sepeda dengan lancar. Senyum ceria mereka saat mengendarai sepeda itu membuat Baekhyun iri. Baekhyun melirik sepedanya yang tepat berada di samping bangku panjang yang ia duduki.
"Kenapa roda dua itu susah sekali dikendarai?" bibirnya mengerucut sebal. Baekhyun langsung beranjak dari bangku dan berjalan mendekati sepeda. Ia menggigit telunjuknya. Hatinya ragu mencoba lagi atau tidak, tapi saat bola matanya melihat mereka yang bisa bersepeda dengan riang, semangatnya kembali menggebu. Tanpa pikir panjang, ujung kaki kanan Baekhyun langsung menaikan standar sepedanya lalu bergerak menaiki sepedanya. Kaki mungilnya masih menapak di jalan, ia kembali ragu meletakkan kakinya di pedal sepeda.
"Ayo Lulu bisa, mereka bisa, Baekkie juga harus bisa! Satu… dua… yeah!"
Kedua kakinya terangkat mengayuh sepeda,
sekali ayuh,
dua kali ayuh,
Baekhyun berusaha menyeimbangkan laju sepedanya. Wajahnya berseri merasakan sepedanya bisa melaju dengan usahanya sendiri. Hingga sampai enam kayuhan, mata Baekhyun terpejam saat merasa sudah tak sanggup menyeimbangkan sepedanya lagi.
"U-uwa uwaaaaa!"
Brugh.
Baekhyun jatuh dari sepeda dengan posisi lutut kanannya yang jatuh ke jalan terlebih dahulu. Dia meringis merasakan perih di telapak tangannya yang ia gunakan untuk menahan tubuhnya agar tak ikut roboh. Walau tak sampai berdarah, tapi nampak memar dan bayak butiran pasir menempel disana.
Rasa sakit ini tak pernah dirasakan Baekhyun sebelumnya. Tubuhnya tak bisa ia gerakan karena kakinya terasa kaku. Bibir bawahnya bergetar, matanya berkaca-kaca, "Huweeee!" Baekhyun langsung menangis seketika melihat lututnya berdarah. Makhluk imut itu benci cairan berwarna merah itu keluar dari kulit putihnya. Celana pendek coklatnya tak berhasil melindungi lututnya
Keberadaan Jongwoon belum terlihat dan Baekhyun bingung harus melakukan. Bocah laki-laki itu mau menyeka air matanyanya tapi telapak tangannya saat tertetesi air matanya terasa begitu perih. Ia hanya bisa terisak dan tak mampu melakukan apa-apa.
Tangisan Baekhyun saat ini jelas menjadi pusat perhatian. Beberapa orang berjalan mendekati Baekhyun, tapi ada seorang pemuda yang gesit berlari menuju arah Baekhyun.
"Kau tak apa, adik manis?"
Kepala Baekhyun yang sebelumnya merunduk langsung terangkat begitu mendengar suara di depannya. Tubuhnya terasa ringan karena orang yang menyapanya tadi mengangkatnya dengan mengapitkan tangannya di ketiak Baekhyun lalu mendudukannya di bangku terdekat, sedangkan permuda itu berlutut dibawah memperhatikan luka.
"Wah kaki kamu berdarah. Harus cepat diobati. Pasti ini rasanya sakit, ya?"
Tangisan Baekhyun terhenti, bola matanya mengerjap menatap sosok asing dihadapannya. Wajah sosok asing itu begitu dekat dengannya dan tangan besar itu mengelus pipinya yang basah oleh air mata. Rona merah terpulas dari pipi Baekhyun, matanya kini bebinar saat menyadari sosok pemuda yang baik hati itu sungguh sangat tampan. Tubuhnya itu juga begitu proposional dan ia duduk berlutut dihadapannya ala film Princess Disney yang sering ia tonton. Baekhyun tak pernah menyangka akan diperlakukan seperti ini. Ini seperti habis jatuh, ditolong pangeran berkuda putih! Eh, bukan pangeran berkuda putih, mungkin lebih tepatnya adalah pangeran berbaju putih! Walau hanya bajunya saja yang putih sedangkan celana jeansnya berwarna biru tua. Tapi yang terpenting disini Byun Baekhyun sudah menemukan pangeran impiannya!
Senyuman pangeran itu begitu hangat dan lembut, membuat rasa sakit pada kaki dan tangan yang Baekhyun rasakan seolah sirna. Rambut pangeran itu berwarna hitam legam tertata keatas hingga dahinya terlihat jelas. Berlawanan dengan Baekhyun yang menyukai poni miliknya menutupi dahi. Hidungnya yang mancung. Bibirnya yang tebal tapi menawan. Telinganya yang begitu anti mainstream sebagai ciri khasnya. Woaaa Baekhyun terpesona.
"Prince Charming~"
"Hm?" sosok itu mengerutkan kening, bingung dengan perkataan yang barusan diucapkan bocah yang ada dihadapannya.
"Tuan muda!"
Keduanya menoleh kearah suara yang berada di belakangnya. Jongwoon dengan napas terengah-engah berlari mendekati Tuan mudanya.
"Anda terluka?!"
"Iyaaa, aku jatuh dari sepeda ahjusshi~ Lihat, ada cairan merah menjijikan di lututkuuuu. Telapak tanganku juga sakiiiit." Baekhyun kembali mengerucutkan bibirnya sambil memamerkan luka-luka yang ia dapat. Sosok yang dipanggil Prince Charming oleh Baekhyun itu berusaha menahan tangannya agar tak bergerak mencubit pipi yang menggemaskan itu. Ia melirik laki-laki yang berpakaian formal yang memanggil anak laki-laki yang ditolongnya itu dengan panggilan 'Tuan muda'.
"Mari kita ke Rumah Sakit, Tuan muda."
"Tidak mauuu!" Baekhyun langsung mengalungkan tangannya keleher Prince Charming-nya. Mata pemuda itupun membulat terkejut, tapi tangannya bergerak menyentuh punggung Baekhyun saat anak itu dengan tak terduga malah duduk dipangkuannya.
Tatapan Jongwoon beralih menilai laki-laki yang dipeluk Tuan mudanya, "Maaf, anda siapa?"
Pemuda itu membalas tatapan Jongwoon, "Um.. saya Park Chanyeol, tadi saya tak sengaja lewat dan melihat um.."
"Baekkie~" Baekhyun berbisik lalu menyembunyikan kembali kepalanya di tengkung sosok asing yang benama Chanyeol.
"… melihat Baekkie …terjatuh dari sepeda dan langsung menolongnya."
"Baekkie?" Jongwoon mengernyit melihat Tuan mudanya yang masih saja merangkul Chanyeol. "Terima kasih sudah menolong Tuan muda." Jongwoon sedikit membungkukkan badan, "Tuan muda, mari lekas kita pergi berobat." lanjutnya
"Tidak mau! Aku mau bersama dengan Prince Charming!" Baekhyun semakin mengeratkan pelukannya.
"Tapi anda terluka, Tuan muda."
Dahi Chanyeol berkerut. Sebagai orang asing diantara mereka berdua, ia ragu untuk bertindak lebih. Apalagi dengan kondisi bocah kecil yang mengaku bernama Baekkie terus saja bersembunyi diceruk lehernya, sebenarnya itu membuat ia sedikit merasa geli karena Baekhyun mengedus-endus lehernya dan ia yakin mendengar kekehan dari anak ini. Pandangan matanya kini terarah pada sosok laki-laki yang berpakaian formal di depannya. Raut wajah sosok itu terlihat seperti mencurigainya.
Jantung Chanyeol berdebar-debar, bukan jenis debaran menyenangkan. Tapi debaran cepat seorang pelaku kejahatan karena ia merasa seperti pelaku pencuci otak anak laki-laki yang gemar mengendusnya ini. Otaknya berpikir keras. Jika pria yang berpakaian formal itu menyebut Baekkie dengan panggilan Tuan muda, berarti Baekkie anak orang kaya. Chanyeol harus bersikap sopan jika tidak tidak dituduh macam-macam. Bisa-bisa malam ini ia harus mendekam balik jeruji besi.
"Ba-bagaimana jika Baekkie, ikut bersama saya saja?" ucapan Chanyeol sedikit terbata.
Mendengar itu, Baekhyun sedikit melepaskan pelukannya dan menatap Chanyeol dengan mata berbinarnya. "Dengan senang hari Princess Baekkie mau ikut bersama Prince Charming~" ucapnya dengan penuh keceriaan. Sedangkan Jongwoon terlihat semakin mencurigai Chanyeol.
Mati aku! Sepertinya Chanyeol salah bicara.
"Tuan mu-," perkataan Jongwoon terhenti saat menerima lirikan tajam dari Tuan mudanya. Jongwoon berdeham membersihkan rongga tenggorokannya, "Maaf Chanyeol-sshi, tolong bantu saya membujuk Tuan muda untuk pergi berobat." Jongwoon menyerah. Sebaikanya ia meminta bantuan orang yang dipeluk erat Tuan mudanya itu. Ia takut semakin menunda penanganan infeksi lukanya akan tambah parah.
Alis Chanyeol tertarik keatas. Sepertinya pengawal Baekhyun tak seganas apa yang tadi ia perkirakan. Bibir Chanyeol tak kaku lagi, iya tersenyum kearah pengawal itu dan menganggukkan kepalanya.
Baekhyun merasakan tepukan lembut diujung kepalanya, ia menatap Prince Charming-nya. Wajah Prince Charming-nya begitu dekat dengannya membuat jantung bocah itu berdebar-debar lagi dan lagi.
"Lebih baik kita obati dulu lukamu, ya adik manis."
"Jangan! Jangan panggil aku adik manis, Prince Charming~ Panggil aku Princess Baekkie~ dan. Princess Baekkie. tak. mau. pergi. ke. dokter~"
Jongwoon hambir tersedak air liurnya sendiri saat mendengar perkataan Tuan mudanya. Reaksi Nyonya besarnya pasti akan lebih heboh lagi jika mendengar tentang ini. Sedangkan Chanyeol bingung dengan maksud bocah yang kini gemar menggelayuti lehernya. Sepertinya hari ini akan menjadi hari paling melelahkan baginya. Haruskah dia mengikuti panggilan menggelikan itu?
Chanyeol mengambil napas dalam dan menghembuskannya perlahan.
"Princess Baekkie takut dokter?"
"Iya. Dokter itu menakutkan." Baekhyun berucap dengan memonyong-monyongkan bibirnya seolah meyakinkan Prince Charming-nya bahwa apa yang ia katakan itu benar.
"Padahal Prince Charming seorang dokter. Berarti Prince Charming menakutkan?" Chanyeol berpura-pura memasang wajah cemberut. Seumur-umur ia tak pernah berurusan dengan anak kecil. Ia hanya mempunyai seorang kakak dan bahkan kakaknya belum mempunyai anak. Jadi tak ada seorang anak kecilpun yang berada disekitarnya. Ini pengalaman baru baginya. Sepertinya tak bururk juga. Toh anak kecil yang berada dipangkuannya begitu terlihat imut, lembut, empuk dan menggemaskan. Sebentar. Sepertinya otak Chanyeol lah yang dicuci oleh Baekhyun secara tidak sadar.
"Eh?" kedua alis Baekhyun terangkat. Prince Charming adalah seorang dokter? Baekhyun menutup mulutnya dengan kedua tangannya dengan mata membulat imut. Sepertinya ia salah bicara.
Melihat wajah Baekhyun yang begitu menggemaskan ketika terkejut, Chanyeol sontak tertawa dan mencubit pipi Baekhyun.
"Tidak sekarang, tetapi suatu saat nanti." Chanyeol meletakkan kedua tangannya di masing-masing ketiak Baekhyun, lalu berdiri beserta mengangkat tubuh Baekhyun dalam gendongannya. Perlakuan Chanyeol ini sungguh membuat Baekhyun kegirangan dan kembali memeluk erat leher Chanyeol. Chanyeol hanya menepuk bahu Baekhyun lalu terkekeh denagn sikap manja Baekhyun.
"Ahjusshi," ada keraguan saat Chanyeol memanggil nama sosok yang berpakaian formal itu, tapi ia melanjutkan ucapannya saat sosok itu mengangguk, "Mari ikut saya. Saya saat ini bertugas sebagai panitia donor darah di tenda seberang sana. Saya akan mengambil perlengkapan P3K disana dan mengobati luka Princess Baekkie." Chanyeol terkekeh dengan panggilan terakhirnya itu dan sepertinya Jongwoon menyadari itu hanya bersikap maklum.
"Darah?" pekikan keras dari Baekhyun terdengar saat mendengar kata 'darah'. "Aku tak suka darah! Aku benci melihatnya!" Baekhyun yang meronta ingin turun dari gendongan itu membuat Chanyeol beserta pengawalnya kelimpungan jikalau Baekhyun jatuh.
Dengan sigap Chanyeol mengeratkan gendongan ala koalanya dan mengelus bahu Baekhyun. "Kaki Princess Baekkie bahkan ada darah yang sudah mengering?"
"Tapi… tapi-" Bibir Baekhyun langsung mengerucut sebal. Prince Charming-nya menepuk-nepuk bahunya, dia tak bisa berkutik. Harus jaga sikap. Setidaknya ia merasa sangat senang berdua dengan pangerannya. Tunggu sebentar. Berdua? Otak Baekhyun berpikir keras.
"Ahjusshiii!" Baekhyun yang kembali tenang, memanggil pengawalnya.
"Iya, Tuan muda?" Jongwoon bersiap mendengar perintah Tuan mudanya.
"Ahjushi tolong masukkan pikachini ke mobil. Aku tak mau dia dicuri."
Bukan hanya Jongwoon yang dahinya berkerut bingung, tapi Chanyeol pun juga demikian. Setahu mereka, tak ada orang lain lagi.
"Itu lho ahjusshi~ sepedaku~" Jongwoon dan Chanyeol memutar kedua bola matanya. Nama apalagi itu. "Aku ikut bersama Prince Charming dan ahjusshi masukkan itu, itu dan itu ke mobil. Jangan ganggu aku dengan Prince Charming dulu kkk~" jemari Baekhyun yang tadi menunjuk perlengkapan sepedanya ketika menjelaskan, kini jemari lentik itu ia letakkan di depan bibirnya berusaha menutup tawanya.
Chanyeol menggelengkan kepala. Dia bingung sebenarnya anak laki-laki yang digendongnya itu makhluk jenis apa. Dirinya yang sebenarnya juga kaya saja tak mempunyai sifat manja tak tertolong seperti ini. Untung saja Baekhyun tipe menggemaskan natural. Chanyeol ok ok saja.
"Baik, Tuan muda. Nanti saya susul." Derita Jongwoon yang hanya bisa menuruti semua perintah Tuan mudanya.
"Iya~ tak usah cepat-cepat ya, ahjusshi~" Baekhyun kembali terkikik –tak tahu- malu.
Chanyeol menaruh rasa simpati padanya yang lebih lama bersama Baekhyun. Atau mungkin perasaan iri?
Sepertinya untuk saat ini belum. Tunggu saja waktunya.
"Chanyeol-sshi, saya titip Tuan muda sebentar. Maaf merepotkan."
"Tak apa-apa ahjusshi. Kalau begitu saya duluan." Kaduanya saling berbungkuk sopan dan menjalankan tugas masing-masing yang secara garis besar tugas itu bermuara pada Baekhyun. Dari balik punggung Chanyeol yang berjalan menuju tenda, Jongwoon melihat Tuan mudanya masih sempat-sempatnya melambaikan tangan dengan senyum ceria seperti itu. Sepertinya Tuan mudanya mendapat target buruannya dan sepertinya tugasnya akan semakin berat.
OoooO
"Prince Charming~"
"Iya, Princess Baekkie?" Sepertinya Chanyeol sudah terbiasa dengan panggilan itu.
Baekhyun terkiki malu-malu, "Apakah Princess Baekkie berat?"
"Tidak, Princess Baekkie sangat ringan."
Baekhyun tertawa bahagia, "Kenapa Prince Charming tidak menggendong Princess Baekkie ala pengantin baru seperti eomma dan appa di foto mereka?"
Langkah Chanyeol mendadak terhenti, sebenarnya tinggal beberapa langkah lagi menuju tenda tapi perkataan Baekhyun sungguh tak terduga, "Saya kira anda sendiri yang ingin digendong seperti ini, Princess Baekkie."
Baekhyun menatap pangerannya malu-malu dan menggigit bibirnya, "Princess Baekkie tak mengira akan digendong Prince Charming seperti ini~" ia kembali menyembunyikan wajahnya diceruk leher Chanyeol. "Princess Baekkie malu~"
Chanyeol mengerutkan keningnya, "Kenapa malu?"
"Tangan Prince Charming menyentuh pantat Princess Baekkie." Baekhyun semakin memeluk erat leher Chanyeol.
Saat ini Chanyeol benar-benar bungkam dengan mata membulat maksimal. Memang benar kedua tangannya terletak pas dibawah pantat semok nan empuk bocah yang ia gendong. Tapi, ia tak menyangka Baekhyun begitu frontal. Mata bulat Chanyeol mengerjap. Ia tak tahu harus membalas apa.
"Chanyeol-ah! Kau kemana saja?" sosok berambut hitam dengan mata sipitnya mendekati Chanyeol. Kedua alisnya terangkat saat melihat ada anak laki-laki yang berada di gendongan Chanyeol.
Untunglah Chanyeol mendapatkan bantuan. Ia menghela napas dan tersenyum lega. "Maaf aku ketoilet terlalu lama, Yixing hyung. Anak ini tadi terjatuh dari sepeda dan bisa tolong ambilkan kotak P3K sekarang?"
Yixing yang paham situasi setelah melihat luka di lutut si bocah langsung melesat kembali masuk tenda.
Mata Baekhyun mengerjap saat Chanyeol melepaskan pelukannya dan mendudukannya di kursi plastik tepat di bawah payung besar di samping tenda. Bocah itu memincingkan matanya melihat keadaan sekitar.
"Prince Charming, di-dimana darahnya?" Baekhyun berucap takut-takut jikalah nanti mendadak ada luapan darah menenggelamkannya.
Chanyeol berjongkok menghadap lutut Baekhyun. Rasa lega Chanyeol rasakan lagi saat ucapan Baekhyun kembali membicarakan hal yang normal. "Darahnya di dalam kantong dalam kotak putih itu, Princess Baekkie ingin melihatnya?" jari Chanyeol bergerak membersihkan butiran pasir di kaki Baekhyun.
Gelengan cepat sebagai jawaban dari pertanyaan yang Chanyeol berikan. Sebaiknya tak usah membahas darah saja. Itu sangat horror.
"Chanyeol-ah, ini." Yixing ikut-ikutan jongkok di samping Chanyeol, siapa tahu ia bisa membantu.
"Nah, Princess Baekkie. Sekarang Prince Charming akan mengobati lukanya. Jangan bergerak dulu, ya."
Sayangnya Yixing malah mendengar dialog drama tak terduga.
OoooO
.
"Jongwoon-ah, kenapa dia bisa begitu?"
Hyekyo mengendikan dagunya ke arah anak bungsunya yang terduduk di karpet depan tv yang menampilkan siaran Disney Channel langganannya. Anak itu memeluk erat boneka pikachu yang besarnya hampir setengah lebih dari ukuran badannya sendiri dan sepertinya ia mengabaikan siaran tv kesayangannya itu. Kebiasaan Baekhyun sesudah makan malam langsung duduk menonton tv, tapi yang membuat Hyekyo mengernyit bingung adalah Baekhyun terus memeluk erat bonekanya sambil tersenyum penuh kebahagiaan. Bahkan Hyekyo bisa melihat ilusi bunga-bunga bertebaran di sekitar anaknya.
Baekhyun menenggelamkan kepalanya ke boneka yang dipeluk dan menggeleng-gelengkan kepala gemas. Mengabaikan tangan dan kakinya yang terluka. Jarang terjadi hal seperti ini. Biasanya jika Baekhyun terluka, dia akan sangat manja. Minggu lalu saat jari telunjuknya tak sengaja terjepit pintu, anak itu sampai bolos sekolah dan bermanja-manja diatas kasur, serta mewajibkan keinginannya untuk dipenuhi. Jika tidak, selamat menikmati dendang suara mencekik telinga. Maka dari itu, Nyonya Byun mewanti-wanti anaknya jangan sampai terluka. Tapi lihat kelakuannya sekarang.
Sebenarnya Hyekyo tadi sudah harap-harap cemas akan direpoti anaknya saat melihat Baekhyun yang pulang dengan lutut terbalut kain kasa, tapi setelah melihat anaknya yang seperti kesurupan setan bahagia, ia memustuskan tak bertanya secara langsung. Mungkin Baekhyun lupa kalau dirinya terluka. Maka dari itu pilihan amannya, ia bertanya pada pelayan anaknya.
Jongwoon menaikan sebelah alisnya mendengar pertanyaan Nyonya besarnya. Laki-laki itu berdiri di samping sofa tempat Hyekyo duduk. Membawa nampan berisi secangkir kopi pesanan Nyonya besarnya. Ini adalah tugas sampingannya selain menjadi pengawal dan supir Baekhyun. Karena Ryeowook –yang seharusnya bertugas- sedang sibuk mencuci piring kotor bekas makan malam tadi. "Tuan muda tadi bertemu Prince Charming impiannya, Nyonya."
"Prince Charming?" Hyekyo memekik terkejut, menoleh kearah Jongwoon. "Wow. Anak itu benar-benar dewasa sebelum umurnya." desisnya. Ia menatap ke arah anaknya kembali dan entah kebetulan atau tidak, Baekhyun juga menatap ibunya dengan mata berbinar.
Apakah dia mendengar? Saat ini juga Hyekyo dan Jongwoon merasakan sebuah firasat buruk. Keduanya menelan ludah dengan paksa saat melihat Baekhyun berdiri dan berjalan pincang kearah Hyekyo sambil menyeret boneka pikachunya. Matanya berbinar, "Eomma tahu Prince Charming?" ia menaiki sofa panjang yang diduduki ibunya lalu mendudukan dirinya di pangkuan Hyekyo.
Otak Hyekyo mencoba berpikir dengan cepat. Jangan sampai Baekhyun membahas Prince Charming yang asli jika tidak, kerepotan bertubi akan datang padanya. Sejak dulu Hyekyo membenci suaminya yang terlalu memanjakan anak bungsunya. Berusaha memasang senyum lembut, "Itu pangerannya Cinderella, kan? Tentu Eomma tahu hahaha" Hyekyo berusaha mengalihkan pembicaraan dan tertawa kaku diakhir kalimatnya. "Baekhyunnie mau boneka pikachu baru? Appa 'kan sedang berada di Jepang, mungkin Baekhyunnie ingin oleh-oleh?" tangannya bergerak mengelus surai hitam Baekhyunnie yang lembut.
Sayangnya Baekhyun yang masih dengan senyum berbinarnya itu menggelengkan kepala. "Prince Charming, Eomma~" keluarlah aegyo andalan anak bungsunya. Anaknya benar-benar keracunan Disney Channel.
Dengan berat hati, sang ibu menghela napas. Semakin besar anaknya ini, semakin neko-neko keinginannya. "Ada dengan Prince Charming?"
Baekhyun langsung menggenggam tangan ibunya, "Prince Charming sangat tampan."
Nyonya Byun mengangguk.
"Prince Charming sangat tinggi."
Nyonya Byun mengangguk lagi.
"Prince Charming sangat baik."
Nyonya Byun kembali mengangguk.
"Aku ingin menjadi Princess untuk Prince Charming! Aku adalah Princess Baekkie!"
Hyekyo hampir mengangguk tapi langsung terhenti setelah memahami kalimat terakhir anaknya. "A-aigoo Baekhyunnie anak eomma yang tampan. Anak eomma seharusnya menjadi Prince juga. Bukankah begitu?" Jika tidak dalam situasi seperti ini, Hyekyo pasti akan tertawa cekikikan. Sayangnya keadaan berkata lain.
Bibir Baekhyun langsung melengkung kebawah. "Jika aku juga menjadi Prince juga, Prince Charming akan bersama Princess yang lain. Dan Baekhyun tak sukaaaaa. Pokoknya aku mau jadi Princess titik!"
Mata Hyekyo berotasi, "Apakah eomma perlu membuatkan Princess Baekkie beberapa gaun yang cantik."
Tubuh Bekhyun menegang. Haruskah Princess mengenakan gaun? Kalau pakaian pink, Baekhyun memeng mempunyai beberapa baju warna itu. ia tak keberatan. Tapi pakaian berenda dan melambai seperti ibunya pakai ketika pergi shopping? Baekhyun bergidik langsung menggelengkan kepala.
Dan Hyekyo menyeringai. Ia tahu anaknya anti memakai pakaian melambai sejak kejadian itu. Rencanyanya berhasil. "Baiklah besok eomma akan menyuruh pegawai eomma untuk membuatkan beberapa gaun untuk anak tampan.. ups maksud eomma, untuk anak cantik eomma~" Hyekyo menahan tawa saat melihat wajah anaknya seperti orang lingling dan pucat. "Tapi mungkin bulan depan baru bisa jadi. Eomma baru sibuk mengurus projek baru eomma. Bagaimana, sayang? Apakah kau keberatan?"
"Tidak!" Baekhyun berteriak horor.
"Oh, tak apa ya? Aigoo~ anak eomma sangat pengertian." Hyekyo menggigit bibirnya.
Kepala Baekhyun menggeleng dengan kencang, "Aku tidak mau gaun!"
"Eh, katanya Baekhyunnie ingin menjadi Princess?"
"Tapi aku benci gaun! Besok aku akan menemui Prince Charming! Aku akan bertanya langsung Prince Charming suka Prince atau Princess!"
Keinginan jahil Hyekyo langsung surut. Matanya membulat terkejut. "Kau sudah janjian dengan Prince Charming–mu?" sebenarnya Hyekyo sedikit penasaran tentang sosok Prince Charming yang dimaksud anaknya. Apakah dia seperti om-om mesum?
"Tidak." Baekhyun mengerucutkan bibirnya, "Tapi aku besok aku akan ketaman lagi, mungkin Prince Charming disana."
Hyekyo memijat pelipisnya. Anaknya ini kecil-kecil sudah mewarisi bakat menguntitnya. Mungkin ini dosanya dimasa lalu yang menjadi penggemar rahasia laki-laki yang sekarang sudah menjadi suaminya saat ini. Dia harus sering menyempatkan diri ke gereja setelah ini untuk pengakuan dosa masa lalu.
Bola mata indah Baekhyun bergulir menatap pelayannya yang sedari tadi memperhatikan pembicaraannya dengan sang ibu, "Ahjusshi~ besok tolong antarkan Baekkie ke taman ya~"
Jongwoon dan Hyekyo hanya menghela napas pasrah. Baekhyun benar-benar pandai merayu.
.
OoooO
a/n
Karena aku pengen buat yang Baekhyunnya unyu di bulan puasa dan hadirlah ff absurd ini hahaha
Aku menaruh rate M ini sebagai warning chapter kedepannya yang rate akan semakin naik. Dosa ditanggung masing-masing ya~
Tapi selama sebulan depan, rate aman dulu. Kacian Princess Baekkie macih kecil~ lagian biarin pdkt ma pangeran dulu~ ulala~
Silakan beri kritik dan saran di kolom review ya^^
last
.
TBC/DELETE?
OoooO
.