Your Heart Feel It

HunHan with Haowen, slight ChanBaek & Kai

GS for Uke, OC, OOC, Romance, Family, TwoShoot.

.

This fanfic oneshoot real by Oh Pheonix, don't copy without permission!

.

.

Oh Pheonix present new story

.

.

.

.

Previous..

"Mommy.." Xiao tersentak kaget saat mendengar rengekan Haowen. Wanita itu melihat Haowen yang berusaha menggapainya dari bahu Sehun.

Nenek Ming tersenyum melihat Haowen. Bocah lelaki itu sangat mewarisi wajah ayahnya, namun jika dilihat kelopak mata dan juga hidung bangir itu mirip dengan Xiao.

"Xiao.."

"Hueee Mommyyy~" tangisan Haowen menjadi penyentak Xiao dari acara termenungnya. Dilihatnya Sehun yang kewalahan karena Haowen memberontak dalam gendongannya.

"Ssshhh~ Mommy disini sayang,, Mommy disini.." tanpa Xiao sadari, kakinya melangkah mendekati Haowen dan mengambil alih sikecil dalam gendongannya.

Ajaib! Tangisan Haowen langsung berhenti. Kepalanya terkulai dibahu Xiao dan melesakkan hidungnya diceruk leher wanita yang dipanggilnya 'Mommy' itu, kentara sekali jika bocah ini masih mengantuk.

Sehun dan Jongin jelas terpengarah melihat bagaimana Xiao mendekap erat tubuh Haowen dan menggoyang pelan badannya sembari bersenandung. Haowen sendiri melingkarkan lengannya dileher Xiao dan kembali tertidur pelan.

"Dia benar-benar Luhan.." gumam Jongin tanpa sadar.

"Aku berharap tidak salah.." sahut Sehun pelan.

..

..

..

"Dia tampan.." gumam nenek Ming sambil mengelus surai hitam Haowen yang tertidur. Xiao tersenyum.

"Xiao.."

"Iya, nek?"

"Apa yang kau rasakan saat menggendongnya?"

Xiao terdiam, sekilas ia melihat Sehun dan teman laki-lakinya yang sedang berusaha menenangkan anak laki-laki (Taeoh) yang terbangun. Lalu kemudian melirik punggung Haowen.

"Aku tidak tahu, Nek. Tapi aku merasa ada bagian dalam diriku yang terikat dengan anak ini. Aku merasa bahagia sekali entah kenapa hanya karena memeluknya.." ujar Xiao lirih, tanpa sadar mengeratkan pelukannya.

"Mungkin kau memang ibunya."

"Jadi... Aku benar-benar bukan cucu kandung nenek?" tanya Xiao pelan, nenek Ming tersenyum sendu dan menggeleng.

"Nenek minta maaf sebelumnya, tapi nenek belum bisa menceritakan apapun disaat kondisimu sedang tidak baik sayang.." jelasnya lembut, "Nenek ingin menjelaskan suatu hari, tapi ternyata laki-laki itu telah menjelaskannya lebih dulu." Lanjutnya sembari memandang Sehun yang sekarang sedang mengobrol dengan Jongin. Taeoh sendiri sudah bangun, namun masih dalam proses pengumpulan nyawa dibahu ayahnya.

Tak lama kemudian, kedua lelaki itu menghampiri Xiao dan juga neneknya.

"Ayo kita makan siang.." ajak Jongin riang, "Taeoh dan Haowen juga belum makan, 'kan?"

"Ah! Anda benar! Astaga, kasihan anak-anak ini.."

"Jongin saja, tidak perlu se-formal itu padaku." Ujar Jongin ramah, "Ayo, Nek." Lanjutnya lagi dan mengajak nenek Ming untuk berjalan lebih dulu.

"Ayo, Lu.." ajak Sehun, "Biar aku saja yang membawa Hao-"

"Bo-bolehkah... Aku saja yang membawanya?" tanya Xiao pelan, Sehun tertegun.

Merasa tidak ada tanggapan dari Sehun, Xiao merasa tidak enak dan menggenggam pelan jemari lelaki itu.

"Se-sehun.."

Sehun tersentak, dilihatnya iris rusa itu berkaca-kaca menatap mata elangnya.

"Ten-tentu.. Maaf, aku terkejut," ujar Sehun dengan senyum tipis, Xiao mengangguk dan berjalan mendahului Sehun yang masih terdiam ditempatnya sembari memandangi punggung wanita itu dan juga pucuk kepala Haowen bergantian.

"Oh Luhan.." lirih Sehun tanpa suara.

.

.

.

.

.

"Mommyyyyyyyy~" Haowen berlari kencang menerjang wanita yang sedang memakai apron pink itu dengan semangat. Tubuh kecilnya memeluk kaki sang wanita yang ia panggil Mommy. Salahkan badannya yang masih terlalu pendek.

Baekhyun tersenyum, melihat Haowen yang memeluk erat tubuh wanita disampingnya bagaikan anugerah terindah.

Bagaimana tidak? Hampir 7 bulan lamanya tidak mendapat kabar tentang wanita itu, dan sekarang tiba-tiba muncul begitu saja dua hari yang lalu.

*Flashback*

"Tuan Oh Sehun."

Sehun segera berdiri dari tempat duduknya dan menghampiri seorang suster yang sedang tersenyum ramah.

"Ini hasil pemeriksaan tes DNA Ny. Xiao dan Tuan Oh Haowen." Ujarnya ramah, Sehun menggumamkan kata terima kasih dan kembali menghampiri Jongin, Xiao dan Nenek Ming.

"Kau boleh membukanya," ujar Sehun, menyerahkan amplop berisi hasil pemeriksaan itu pada Xiao.

Sejenak Xiao menatap Sehun dengan ragu.

"Aku akan menerima apapun hasilnya." Ujar Sehun lagi, meyakinkan.

"Buka saja, Xiao.." tepukan halus dibahu Xiao menyadarkan gadis itu dari keterdiamannya.

Xiao mengangguk pelan dan mulai membuka perlahan amplop berlogokan gambar rumah sakit terbesar di Seoul itu.

Dilihatnya hasil pemeriksaan itu dengan seksama. Mata rusanya membulat kala melihat satu kesimpulan diakhir kalimat yang ia baca. Sehun, Jongin dan nenek Ming menatapnya dengan heran. Lebih terkejut lagi saat mata Sehun dan Xiao saling bertubrukan satu sama lain.

Entah apa yang dilihat oleh Xiao dikertas itu, namun wanita itu langsung menerjang Sehun dan Haowen (yang sedang digendong Sehun) dan memeluknya dengan erat sembari menangis tersedu.

"L-lu.."

Xiao tidak menjawab, ia malah menangis sesenggukan dan menyebabkan Haowen yang sedang tertidur melenguh dan ikut merengek karena tidurnya terganggu.

"Uhh.. H-hiks.."

Tangisan Xiao mereda, dilihatnya Haowen yang mulai menggeliat resah dipelukan Daddy-nya itu.

Sehun menggoyang pelan tubuh Haowen. Tubuh bocah itu menghangat akibat terlalu lama menangis, akibatnya Haowen merengek setiap tidurnya terganggu.

Xiao menatap tubuh mungil Haowen dan Sehun bergantian, "Se-sehun.."

Sehun menoleh, menatap wajah basah Xiao yang memerah karena menangis.

"A-aku ingin me.. memeluknya.. Bolehkah?"

Bukan hanya bola mata Sehun saja yang membulat sempurna mendengar pertanyaan Xiao. Namun juga nenek Ming dan Jongin. Taeoh sendiri hanya bisa memasang wajah bingung.

"Appa.. Tae mau pulang.." cicit Taeoh pelan, Jongin tersentak dan mengusap pelan surai anaknya itu dengan sayang.

"Sebentar ya sayang? Appa ingin bertanya dengan Ahjussi dan Jumma dulu, oke?" bujuk Jongin, Taeoh mengangguk pelan.

"Sehun.."

Sehun mengalihkan pandangannya dan menatap Jongin penuh tanya, sejenak lupa akan permintaan Xiao.

"Boleh kutahu apa hasil dari pemeriksaan itu?"

Sehun tersentak, 'Benar juga,' batinnya. Ia kembali mengalihkan pandangannya dan menatap Xiao dengan tatapan memohon. Xiao mengulurkan kertas itu pada Sehun.

Sehun membaca dengan seksama, seketika matanya memburam melihat satu kata kunci yang tertera disana.

Dengan segera ia menyerahkan surat pemeriksaan itu pada Jongin dan memberikan Haowen pada Xiao.

"Luhanku.." gumam Sehun sembari memeluk Xiao dan Haowen bersamaan. Bibirnya tak henti-hentinya mengucap syukur kepada Tuhan, Xiao sendiri mulai kembali terisak dan memeluk Haowen lebih erat.

Jongin tersenyum membaca surat itu, setelahnya ia memberikan surat itu pada nenek Ming.

"Terima kasih, Nyonya.." gumam Jongin lirih, nenek Ming tersenyum.

"Nyonya.." wanita paruh baya itu menoleh dan terkesiap karena Sehun memeluknya.

"Terima kasih banyak.." bisik Sehun terisak, "Karena telah menjaga isteriku.."

"Berbahagialah kalian.." gumam nenek Ming tak kalah pelan dan mengelus sayang punggung lebar Sehun.

Selamat siang.

Kami dari Rumah Sakit Internasional Seoul, ingin melaporkan hasil pemeriksaan Ny. Xiao dan Tuan Oh Haowen.

Dengan segala serangkaian tes yang telah kami lakukan serta pengujian sampel darah kedua pasien. Dan semua hasil tes juga pengujian mengarah kepada kata positif.

Maka dari itu kami menyatakan bahwa Tuan Oh Haowen adalah anak kandung dari Ny. Xiao.

Terima kasih.

*Flashback end*

.

.

"Na.."

"..noona.."

"Noonaaaaaaaa!"

Baekhyun tersentak dari lamunannya ketika mendengar suara nyaring Haowen yang mengejutkan indera pendengarannya. Wanita itu menoleh dan mendapati Haowen yang sedang cemberut dibawah kakinya,

Baekhyun tersenyum dan kemudian berjongkok dihadapan Haowen, "Kenapa sayang?" tanya Baekhyun lembut.

"Hari ini Haowen mau beli tas Iron Man yang dijanjikan Daddy kemarin.. Daddy janji akan belikan hari ini."

"Ahh, keurae? Kalau begitu Haowen harus mandi dan sarapan, setelah itu Chan hyung akan menjemput Haowen untuk bertemu Daddy."

Haowen mengangguk, setelahnya bocah itu berbalik dan menarik-narik kecil ujung baju wanita lain yang sedang sibuk memasak.

"Mommy.." wanita itu menoleh, memandang Haowen yang sedang menatapnya.

"Ya, Haowennie?"

"Mommy ikut dengan Haowen, 'kan?"

"Kemana?"

"Ke kantor Daddy.."

..

..

..

"Selamat pagi, Presdir Oh. Saya ingin menyampaikan pesan dari Tuan Park jika Tuan Muda Haowen akan datang."

"Ya. Terima kasih."

Sehun segera membereskan berkas yang sedang ia tandatangani dan memanggil sekretarisnya untuk segera mengambilnya. Setelahnya pria 27 tahun itu segera turun kelantai dasar untuk menyambut sang buah hati.

Dilain tempat, sebuah mobil berwarna hitam baru saja tiba didepan pintu utama gedung Oh Corp. Para petugas dengan sigap membukakan pintu untuk sang tamu.

"Selamat datang, Tuan Muda.."

"Chan hyung, mana Daddy?"

"Daddy ada didalam, sayang.. Mari, Nyonya." Chanyeol membungkuk sopan pada wanita yang menggandeng lengan Haowen.

Wanita itu mengangguk dan berjalan beriringan memasuki gedung mewah itu.

Haowen sudah melihat siluet sang ayah tepat pada saat pria itu keluar dari lift.

"Daddy!"

Suara nyaring Haowen menggema dilobby gedung itu, beberapa karyawan memekik gemas dengan Haowen yang begitu tampan. Namun ada juga yang berbisik-bisik tentang wanita yang digandeng Haowen.

"Apa itu pacar baru Presdir?"

"Presdir tidak pernah membawa wanita kekantor."

"Mungkin saja itu pengasuh Tuan Muda Oh."

Sehun berdehem pelan, namun dalam suasana yang sedang hening seperti ini cukup membuat para penggosip itu terdiam dan mengkeret takut.

"Halo, jagoan.." sapa Sehun pada Haowen, "Hai, Lu.."

"Harimu baik, Sehun?"

"Tentu. Dikunjungi isteri dan anakku menjadi sangat baik."

Luhan tersenyum.

Ya. Wanita itu Luhan. Atau lebih tepatnya Xiao.

Luhan bersedia 'pulang' bersama Sehun dan Haowen setelah tahu siapa kedua lelaki beda generasi ini untuknya.

Meski amnesia yang melanda Luhan masih belum pulih benar, namun Luhan berjanji akan mengingat secepatnya tentang mereka semua.

"Daddy, kapan beli tas Iron Man-nya?" tanya Haowen dengan semangat.

Sehun tersenyum dan berjongkok guna menyamakan tingginya dengan Haowen, "Sekarang?"

"Sungguh?!"

"Tentu!"

"Yeheeetttt~"

Haowen dengan segera memeluk leher ayahnya dan dibalas belaian punggung oleh pria itu, sementara Luhan tersenyum melihat interaksi duo ayah-anak itu.

Sehun berdiri dan mendekap Haowen dalam gendongannya. Sementara tangannya yang lain merangkul pinggang Luhan dengan erat hingga membuat wanita itu memekik kaget.

"Sehun!"

"Aku hanya ingin menyampaikan satu informasi kepada semua orang disini," ujar Sehun. Membuat fokus semua orang yang berada dilobby itu beralih padanya. Bahkan Haowen dan Luhan ikut memperhatikan.

"Wanita ini.." ia menatap Luhan sebentar sebelum melanjutkan, "..adalah isteriku."

Pekik terkejut dan wajah kecewa mulai hadir satu persatu diwajah para pekerja wanita yang kebetulan ada disana.

"Mungkin kalian belum tahu jika aku sudah menikah 7 tahun yang lalu, aku harap kalian bisa menghormatinya dan juga anakku." Ujar Sehun.

Sontak saja ucapan Sehun membuat semua pekerja dilobby tersebut membungkukkan badan 90 derajat.

Sehun bukannya tidak tahu tentang gosip apa yang tersebar dikalangan para karyawan. Bahwa Haowen adalah anak diluar nikah.

Jelas, Sehun memulai kariernya dengan menjabat sebagai staf biasa 8 tahun yang lalu. Selain itu tidak ada yang tahu jika Sehun adalah pewaris tunggal Oh Corp karena selama ini Oh Kyuhyun dan Oh Hankyung, ayah dan kakeknya, tidak pernah mempublikasikannya.

Sehun tidak keberatan sama sekali, ia memang dididik seperti itu dikeluarganya.

Baru 3 tahun yang lalu ia diangkat untuk menduduki posisi Presdir mengantikan sang ayah yang memilih pensiun sekaligus mengumumkan bahwa ialah pewaris utama.

Permasalahan pernikahan Sehun yang tertutup juga atas permintaan Sehun sendiri. Ia menikahi Luhan diumur 20 tahun dengan hasil kerja paruh waktu semasa sekolah.

Para karyawan langsung bungkam. Malu sekaligus takut karena telah menyebar gosip tak berdasar, dan takut akan nasib mereka selanjutnya.

"Kalian boleh kembali bekerja sekarang."

Perintah Sehun adalah mutlak. Maka dari itu setelah satu kalimat terlampir Sehun ucapkan, mereka semua langsung membubarkan diri dengan cepat.

Sehun menghela nafasnya dengan pelan dan melempar senyum tipis pada Luhan yang sedari tadi menatapnya tanpa berkedip.

Chanyeol yang melihat itu semua sedari tadi tersenyum, "Kau merasa lega sekarang?"

"Ya."

Chanyeol –dan juga Baekhyun- jelas tahu apa yang menjadi beban Sehun selama ini. Haowen dianggap anak diluar nikah karena Sehun tidak pernah membawa Luhan kekantornya. Atau mungkin, Luhan yang tidak ingin datang.

Dulu –sebelum Luhan menghilang dan lupa ingatan- Luhan selalu membuatkan bekal makan siang untuk Sehun dan menitipkannya pada Chanyeol. Jikapun Sehun ingin makan bersama Luhan, maka Sehun yang akan pulang kerumah.

Selain itu, beban yang diberikan Kyuhyun kepada Sehun sendiri pastilah membuat laki-laki banyak menyimpan pikiran. Namun sepertinya beban itu terangkat sekarang.

"Ayo, kita berangkat sekarang. Chanyeol, setelah mengantarkanku, jemput Baekhyun noona dan kita makan siang bersama."

"Call!"

Chanyeol tersenyum sumringah. Ia sangat tahu watak Sehun meskipun pria itu dingin luar biasa. Didalam hatinya, terdapat kehangatan yang hanya bisa dirasakan oleh orang-orang tertentu saja.

.

.

.

Saat ini, dua keluarga kecil itu tengah berjalan-jalan disekitar pusat perbelanjaan dengan ceria. Baekhyun dan Luhan mengobrol banyak hal –kebanyakan mengingatkan Luhan hal-hal yang ia lupakan- dengan Haowen ditengah-tengah mereka. Sedangkan Sehun dan Chanyeol dibelakang mereka.

"Aku tidak menyangka akan bertemu dengan Luhan dalam keadaan begini." Ujar Chanyeol pelan, Sehun melirik sekilas dan kembali memandangi punggung Luhan sembari berjalan santai, "Kau menemukan cahayamu, Hun."

"Haowen yang menuntunku," tutur Sehun.

"Haowen anak yang pintar."

"Tentu saja! Dia anakku!" ujarnya bangga.

"Mommy! Mommy! Haowen mau ini!" percakapan kedua pria itu terinterupsi oleh pekikan Haowen. Dilihatnya Haowen menunjuk satu set perlengkapan sekolah bergambar Iron Man yang dipajang dietalase toko.

Luhan tersenyum, melihat bagaimana Luhan tersenyum mau tak mau menimbulkan senyuman lain pada ketiga orang dewasa disana.

"Haowen mau yang ini?" tanya Luhan, Haowen mengangguk antusias.

Luhan menoleh kearah Sehun, sekilas pria itu terkejut melihat Luhan menoleh kearahnya, namun beberapa detik kemudian sebuah senyuman tipis disertai anggukan pelan hadir diwajah pria itu.

"Keurae! Kita beli yang ini," sambut Luhan. Haowen jelas berteriak girang dan mengecup pipi sang ibu.

.

.

.

.

"Lu.."

Luhan berjengit kaget saat suara husky menginterupsi kegiatannya dalam menyiapkan makan malam, diliriknya Sehun yang tengah bersandar pada pintu kulkas dengan melipat kedua tangannya didepan dada. Memperhatikan kinerja Luhan dengan intens.

"Ya?" jawab Luhan kalem, kendati detak jantungnya berdebar tak karuan, ia masih bisa mengontrolnya dengan mengeluarkan suara setenang mungkin.

"Dimana Haowen?"

"Bermain dengan Baekhyun dan Chanyeol ditaman belakang."

Sehun menganggukkan kepalanya mendengar jawaban Luhan, lelaki itu tetap diam ditempat dan memperhatikan Luhan. Tersenyum kecil saat melihat dengan jelas jika Luhan sedang gugup.

Bagaimana tidak gugup, jika kau diperhatikan dengan begitu intens oleh seorang laki-laki yang mengaku sebagai suamimu? Luhan bisa gila, pikirnya.

Pada akhirnya, Luhan meletakkan pisau yang dipegangnya dan berbalik untuk menatap Sehun yang malah menyamankan posisinya.

"Sehun?"

"Hm?"

"Bagaimana jika.." seketika kalimat yang ingin Luhan katakan menggantung diujung lidah begitu saja. Bingung harus darimana ia memulai, Luhan melirik Sehun dengan pandangan waspada, yang mana malah menimbulkan kernyitan di dahi lelaki itu.

"Bagaimana jika?" tanya Sehun, mengulang kalimat Luhan yang mengambang begitu saja. Luhan menggigit bibirnya dengan raut wajah ragu, bibir mungil lebih sering terbuka seakan ingin mengeluarkan sebuah kata namun detik itu juga kembali menutup. "Ada apa, Lu?"

"Sehun.." panggilnya lagi, Sehun tak menjawab melainkan hanya menatapnya tanpa ekspresi berarti, "Bagaimana jika aku tidak bisa mengingatmu ataupun Haowen?" tanyanya dengan suara terbata.

Sehun terdiam dengan satu alis terangkat, manik mata hitamnya seakan menembus pandangan Luhan, tangannya yang sedari tadi terpapar didepan dadanya mulai terurai dan memasuki setiap sisi saku celananya, dengan langkah kaki yang mulai terbentuk untuk menghampiri Luhan yang terlihat gugup, jemari mungil Luhan terlihat mencengkeram sisi kitchen set dibelakangnya seiring dengan jarak mereka yang semakin menipis.

Sehun hanya menyisakan beberapa senti antara jarak dirinya dengan Luhan, postur tubuhnya yang jelas lebih tinggi dari Luhan ia sejajarkan hingga manik matanya bisa menatap langsung bola mata dengan kilat rusa dihadapannya.

Keduanya hanya terdiam dengan posisi seperti itu selama beberapa detik, sebelum akhirnya Sehun mengukung wanita itu dengan tangan yang berada dimasing-masing sisi pinggang Luhan, menempelkan keningnya dengan kening perempuan itu.

"Tidak mungkin," bisik Sehun lirih, Luhan sempat terpejam mendengar suara husky itu dalam jarak sedekat ini. Gila! Luhan merasa pening sekarang.

Perlahan, Sehun mulai menipiskan kembali jarak diantara mereka dan memiringkan kepalanya, mencoba menyambar benda kenyal berwarna pink alami milik Luhan. Tangan kanannya ia gunakan untuk menahan dagu wanita itu, mencegah penolakan Luhan.

Namun alih-alih menolak, Luhan malah kembali memejamkan matanya dan menerima pagutan Sehun dengan rela. Sebuah penyatuan indah disertai lumatan-lumatan lembut yang mampu memicu letupan-letupan kembang api didalam perut Luhan, menggelitiknya dengan begitu hebat.

Hingga pada saat laki-laki itu memberi jarak sepanjang 2 sentimeter, barulah Luhan kembali merasakan oksigen memenuhi paru-parunya.

"Karena hatimu yang akan mengingatnya," suara Sehun kembali terdengar, kali ini sedikit serak karena buah hasil penyatuan mereka, "Hatimu yang akan mengingatku dan Haowen." Lanjutnya yakin.

Luhan mengangguk, lebih memilih mempercayai omongan Sehun dan suara hatinya. Sehun baru saja tersenyum dan hendak mengajak perempuan itu kembali mereguk sebuah penyatuan indah jika saja suara deheman penuh malu-malu tak terdengar.

"Ehem, maaf menganggu. Tapi perlu kuingatkan jika ini adalah dapur dan orang lain bisa saja lewat dan melihat kegiatan kalian."

Luhan berjengit, kepalanya secara reflek menoleh pada sumber suara dan terlihatlah Baekhyun yang sedang berdiri diambang pintu dapur dengan Haowen disampingnya. Reflek selanjutnya yang Luhan lakukan adalah mendorong dada Sehun sekuat mungkin dan bergegas menghampiri Haowen yang sedang memberengut.

"Haowen sayang melihat Mo-"

"Haowen juga mau poppo!" rengekan Haowen memutuskan kalimat yang ingin Luhan ungkap, Luhan meringis pelan dan melirik Baekhyun yang malah memasang raut wajah 'salahmu melakukan ditempat umum' padanya.

Sehun sendiri sudah terlepas dari masa disorientasinya dan ikut membawa langkahnya menghampiri Haowen.

"Keurae! Poppohae!" Sehun berjongkok dan sengaja memajukan bibirnya didepan Haowen yang langsung disambut sebuah kecupan riang oleh bocah itu.

"Mommy, poppohae!" rengek Haowen lagi. Luhan tersentak dan menatap wajah polos Haowen yang memelas. Perempuan itu terkikik dan lekas memberikan sebuah kecupan dengan bunyi nyaring untuk putra semata wayangnya.

Haowen tersenyum ceria dan membalas perbuatan Luhan dengan kecupan yang tak kalah nyaring, membuat Sehun dan Baekhyun yang melihatnya tidak bisa menahan senyum.

"Lanjutkan saja dikamar, sana. Biar aku yang mengurus makan malam," suara Baekhyun terdengar setelah sesi kecup-mengecup keluarga kecil itu telah selesai. Luhan tersenyum ramah dan mengangguk, menggandeng lengan Haowen menuju ruang keluarga.

"Terima kasih, Baekhyun."

"Sama-sama."

Ketiganya segera beranjak menuju ruang keluarga, dengan Haowen yang berada ditengah-tengah mereka. Haowen melenggang senang karena diapit oleh ibu dan ayahnya, 7 bulan berpisah dengan sang ibu bukanlah hal mudah untuk anak seusia Haowen. Dan Luhan sedikit demi sedikit mulai mengingat seberapa berarti dua lelaki beda generasi yang sekarang ada didepannya ini. Tanpa sadar Luhan tersenyum.

"Bagaimana sekolah hari pertama? Menyenangkan?" Sehun mengawali percakapan mereka dengan sebuah pertanyaan. Haowen memang telah memulai taman kanak-kanaknya hari ini setelah sebelumnya meminta satu set perlengkapan sekolah bergambar Iron Man seminggu lalu.

Haowen mengangguk antusias, "Ya. Haowen punya banyak teman baru, Dad!" serunya senang.

"Apa saja yang Haowen pelajari hari ini?"

"Banyak," bocah laki-laki itu memasang pose seakan sedang berpikir keras, "Oh! Daddy, Haowen juga dapat cokelat!"

"Cokelat?" Luhan dan Sehun membeo bersamaan, Haowen mengangguk dan berlari menuju kamarnya, 2 menit kemudian ia kembali dengan sebatang cokelat digenggamannya.

"Ini, Haowen dapat cokelat dari Chelsea."

Sehun mengerutkan dahinya semakin dalam, ia memperhatikan bagaimana Haowen dengan antusias meminta Luhan untuk membukakan cokelatnya yang langsung ditolak secara halus dengan alasan Haowen belum makan malam. Bocah itu merengut dan memeluk permennya dengan posesif, Sehun terkekeh geli dan seketika tersadar jika anaknya sama-sama populer sepertinya.

"Kenapa kau tersenyum seperti itu?" Luhan bertanya heran, Haowen yang mendengarnya menoleh dan menatap sang ayah dengan polos.

Sehun tersentak dan menggeleng, "Sepertinya Haowen mewarisi kepopuleranku," ujarnya, seketika Luhan memutar bola matanya dengan jengah.

"Ya ampun, kau masih mengingat masa SMA mu?"

DEG!

Sehun seketika menoleh dengan pandangan kaget kearah Luhan, raut lukis wajahnya susah diartikan saat mendengar kalimat gadis itu.

"Ka-kau.. apa? Kau bilang apa tadi?" tanya Sehun kalut, Luhan mengernyit dan menggenggam jemari Sehun.

"Sehun, kau baik?"

"Ulangi lagi apa yang kau katakan tadi, Lu," kejar Sehun, "Kau mengingatnya!"

Luhan tercenung, memikirkan kembali apa yang diucapkannya beberapa detik lalu sampai akhirnya kedua mata itu mendelik kaget.

"Sehun!"

Tanpa ragu-ragu lagi, Sehun segera memeluk Luhan dengan erat, menumpahkan semua perasaan senangnya pada wanita itu, sedangkan Luhan mulai menangis dipelukan Sehun.

Kedua sejoli itu tidak memperdulikan Haowen yang memandang dengan iri dan wajah memberengut kesal.

"Daddy! Mommy!"

.

.

.

.

.

.

END

Gatau ini apa, endingnya gantung banget yah? Hehe

Pheo iseng aja bikin disela-sela kesibukan tugas,

Sekedar info, mungkin chap selanjutnya utk I'm Sorry agak lama ya, bisa jadi pheo hiatus selama bulan puasa, karena pheo sebentar lagi ujian akhir semester dan deadline pengumpulan tugas akhir. Jadi mohon maaf readers. Gantinya pheo update ff absurd ini utk kalian.

Mungkin utk squel Strength Love dan lanjutan Lie juga akan sama nasib nya, tapi pheo gatau juga. Kita lihat nanti.. yang pasti pheo minta maaf karena harus nyelesain urusan dunia nyata dulu. Oke?

Sekian..

Annyeoooonngg~

Review juseyoooo~

.

.

Oh Pheonix 2016