Your Heart Feel It

HunHan with Haowen, slight ChanBaek & Kai

GS for Uke, OC, OOC, Romance, Family, TwoShoot.

.

This fanfic oneshoot real by Oh Pheonix, don't copy without permission!

.

.

Oh Pheonix present new story

.

.

.

.

"Daddy! Ireona! Palli!" seorang bocah berusia empat tahun melonjak-lonjak girang diatas tubuh pria yang sedang bergelung dibalik selimutnya. Sang pria hanya mengerang dalam hati karena tidurnya terganggu oleh sang buah hati.

"Haowen.." desis Sehun serak, bocah yang dipanggil Haowen itu mengabaikan desisan ayahnya dan terus membangunkan pria itu dengan caranya.

"Daddy! Palli! Daddy janji mau mengajak Haowen bermain ayunan ditaman! Palli! Palli!" serunya riang, setelahnya bocah lelaki itu bertepuk tangan senang dengan ucapannya sendiri.

Sehun dengan segera menarik Haowen hingga sikecil memekik kaget, detik selanjutnya terdengar tawa riang khas anak-anak karena Sehun sedang menggelitikinya.

"Kau berani menganggu tidur Daddy, hm? Anak nakal!"

"Hihihi.. Daddy andwae.. haha geli, Daddy.. hahaha~"

"Aniyo, aniyo.. anak Daddy harus dihukum."

"Hihihi, haha Daddy~"

Tok tok tok

Kegiatan ayah dan anak itu terhenti saat mendengar suara ketukan pintu. Sehun dan Haowen menoleh dan terdiam beberapa saat sebelum Sehun menggumam 'masuk'.

Kepala seorang wanita cantik dengan surai kemerahan menyembul dan tersenyum manis pada keduanya, "Haowen? Kajja kita mandi."

Byun Baekhyun. Adalah nama wanita itu, jika kalian bertanya apakah dia ibu Haowen atau bukan. Jawabannya adalah-

''Haowen mau mandi bersama Daddy, nuna.." jawab Haowen manja.

-Bukan.

Baekhyun adalah pengasuh Haowen, dia dan juga suaminya –Park Chanyeol- adalah sahabat Sehun sejak SMA. Baekhyun hanya seorang gadis miskin yang mendapat beasiswa dan kemudian diperistri oleh Chanyeol setahun yang lalu. Chanyeol sendiri adalah asisten pribadi Sehun dikantor. Alasan mereka berdua tinggal dimansion Sehun sudah pasti karena sikecil Haowen.

"Biar saja, noona. Hari ini Haowen denganku." Ucapan Sehun sontak saja membuat siminiatur ayahnya ini bersorak girang dan bertepuk tangan heboh. Maklum, Sehun adalah workaholic, tapi tetap tidak pernah sekalipun melewatkan momen anak semata wayangnya itu.

"Yeheetttt!"

"Kau senang, jagoan?" tanya Sehun, Haowen mengangguk antusias.

"Ya. Karena Daddy mau bermain dengan Haowen.." jawabnya, Sehun tersenyum dan segera menggendong puteranya kekamar mandi.

"Johaa, kalau begitu mari kita bertemu tuan-tuan larva yang sudah menunggu Haoweeeennnn.."

Baekhyun tersenyum melihat duo ayah dan anak itu sebelum menutup pintu kamar Sehun dan menyiapkan baju Haowen.

Sudah lebih dari 5 tahun Chanyeol dan Baekhyun menetap dimansion mewah Sehun, alasan lain selain karena Haowen adalah karena Sehun berkata rumahnya terlalu sepi. Hanya maid yang berlalu-lalang dimansion itu tanpa ada suara tawa-selain Haowen.

..

..

Sehun selesai mandi bersama putera kesayangannya dan segera turun keruang makan dengan riang bersama bocah itu, sesekali maid yang melihat tuan besar dan tuan mudanya akan membungkuk hormat pada mereka.

"Pagi, jagoan.." sapa Chanyeol begitu melihat Sehun dan Haowen.

"Pagi, Chanyeol hyung.." sahut Haowen dan duduk disamping Chanyeol. Sehun sendiri duduk sebagai kepala keluarga.

"Ini sereal untuk Haowen sebelum pergi bermain bersama dihabiskan, mengerti?"

"Ne, noona.."

"Pintar."

"Bagaimana dengan pendaftaran Haowen, noona? Semuanya lancar?" tanya Sehun sembari mengoleskan selai dirotinya.

"Lancar. Haowen sangat senang dengan sekolah barunya.." jawab Baekhyun sambil tersenyum.

"Baiklah, aku akan sekalian membeli perlengkapan Haowen hari ini, oke sayang?"

Haowen mengangguk antusias, "Haowen ingin tas Iron Man!"

"Keurae! Kita akan beli nanti."

"Yeesss!"

Baekhyun, Chanyeol dan Sehun hanya tersenyum saat melihat bocah cilik itu berceloteh panjang dan berubah aktif. Tak ada yang lebih indah bagi Sehun selain melihat buah hatinya tersenyum padanya.

.

.

.

.

.

"Tunggu disini sebentar, ne? Daddy akan belikan eskrim yang Haowen mau.."

"Ne, Daddy!"

Haowen melambai semangat kearah ayahnya yang berjalan menjauh menuju kedai eskrim, bocah itu asyik bermain sendiri dan tidak memperdulikan sekitarnya.

Sementara sang ayah pergi membeli eskrim pesanan anak kesayangannya itu dan menunggu, seseorang menepuk pundaknya.

"Sehun?"

Sehun menoleh, dan mendapati Jongin menyapanya lengkap dengan senyuman.

"Jongin? Sedang apa kau disini?" tanya Sehun heran.

"Menemani Tae Oh, dia bilang ingin main disini. Kebetulan Kyungsoo sedang tidak bisa.."

Sehun hanya mengangguk paham dan menyapa Tae Oh dengan ramah.

"Apa Sehun ahjussi pergi kesini dengan Haowen?" tanyanya antusias, Sehun mengangguk dan tersenyum.

"Lalu dimana anakmu?" tanya Jongin heran.

"Haowen sedang bermain ayunan."

"Appa! Tae ingin main dengan Haowen.."

Kedua lelaki itu beserta Tae Oh dengan segera berjalan menuju taman untuk menghampiri Haowen. Namun Sehun menegang ketika ayunan yang sebelumnya ditempati oleh anak tunggalnya itu kosong.

"Haowen.."

"Ahjussi, katanya Haowen main ayunan?" tanya Tae Oh bingung, bingung karena melihat dua ayunan yang kosong tanpa ada sosok teman sejawatnya itu.

Sehun tidak menggubris pertanyaan bocah itu dan segera menyebrang ke arah taman, pikirannya hanya tertuju pada miniatur kecilnya itu.

'Bagaimana kalau Haowen diculik?'

Sehun segera menggelengkan kepalanya guna mengenyahkan pikiran itu. Sungguh! Jika sesuatu yang buruk terjadi pada anaknya, ia takkan memaafkan dirinya sendiri.

"Haowen!" Sehun menolehkan kepalanya kesegala penjuru dan memperhatikan satu persatu penghuni taman yang memang mayoritas diisi oleh anak-anak. Mencoba mencari Haowen.

Jongin yang menyadari jika Sehun kehilangan jejak anaknya dengan segera menggendong Tae Oh dan menghampiri lelaki itu.

"Sehun! Apa yang terjadi?"

"Seharusnya Haowen ada disini!" nada yang dikeluarkan Sehun terdengar putus asa. Jongin menyadarinya.

"Maksudmu Haowen hilang?!"

"Oh Haowen!?"

"Appa! Appa!" Tae Oh menepuk-nepuk punggung Jongin dan menunjuk antusias kesuatu arah.

"Sebentar sayang, Appa sedang membantu Ahjussi mencari Haowen."

"Itu Haowen!"

Sehun reflek menoleh dan menatap Tae Oh yang menunjuk arah yang membelakangi sang ayah. Dan pada saat itulah ia melihat anak kandungnya disana bersama seorang wanita muda. Wanita itu tampak kebingungan karena Haowen menangis dan memeluknya.

Dan saat wanita itu mendongakkan kepalanya guna mencari siapa orang tua Haowen –mungkin- barulah Sehun menyadari sepasang mata sparkle yang selama ini dia rindukan.

"Luhan.."

..

..

Haowen masih asyik dengan ayunannya selagi menunggu Daddy-nya pergi membeli eskrim diseberang jalan. Mata tajam warisan ayahnya itu menelusuri seisi taman dan tersenyum lebar. Menyadari bukan hanya dia yang menghabiskan waktu ditaman ini, ada beberapa anak seumurannya yang ikut kesini bersama orang tuanya. Tidak hanya bermain, namun juga ada yang belajar.

Namun dahi Haowen mengerut saat melihat seorang wanita ber-dress biru muda yang duduk disalah satu bangku taman. Wanita itu tampak tenang dengan earphone ditelinganya dan juga buku yang sedang dia baca.

Sejenak Haowen berpikir jika siluet tubuh dan wajah wanita itu –yang hanya bisa Haowen lihat dari arah samping- tampak familiar.

Haowen turun dari ayunannya dan segera berjalan mendekati wanita itu, entah apa yang membuatnya ingin sekali melihat jelas wajahnya. Dan pada saat berada didepan wanita itulah Haowen menyadari siapa dia.

Wanita itu menatap wajah tegang seorang bocah didepannya dengan kening mengerut, dia sedang asyik membaca tanpa tahu kapan seorang bocah tampan ini berdiri didepannya.

"Hai anak manis, apa yang kau lakukan disini?" tanyanya ramah. Haowen berkedip.

"M-mommy?" gumamnya tak percaya.

Kening wanita itu makin mengerut mendengar panggilan bocah itu, "Mommy? Kau mencari Mommy-mu?"

Haowen menggeleng ribut dan langsung memeluk kaki wanita itu dengan tangis. "Mommy~ huaaaa, M-mommy..."

Mata sparkle wanita itu melebar melihat bocah laki-laki didepannya menangis keras, ditambah lagi dengan bocah itu yang memeluk kakinya. Namun saat mendengar tangisan bocah itu, entah mengapa ada satu bagian disudut hatinya yang merasa tersayat.

'Aku seperti mengenal anak ini.'

"H-hei.. jangan menangis, katakan dimana noona bisa mencari Mommy-mu, hhmm?" tanya wanita itu dengan lembut, segera saja ia berjongkok dan mengelus sayang surai hitam Haowen. Namun nyatanya sang bocah malah memeluk erat leher wanita itu.

"M-mommy.. huaaa Haowen rin- hikss –du Mommy..."

Wanita itu makin bingung kala mendengar suara sesenggukan sang bocah dan menengok kesana kemari. Siapa tahu orang tuanya disekitar sini, batinnya.

"Haowen!" wanita itu mendongak kala mendengar suara bocah lelaki lain yang berlari kearahnya diikuti dua orang pria dewasa. Seketika wanita itu menghela nafas lega.

Namun siapa sangka kelegaannya malah berbalik keterkejutan luar biasa saat salah satu dari kedua pria tadi ikut memeluknya dan bocah itu dengan erat.

"Luhan..." pria itu menggumamkan satu nama dengan suara putus asa, "Luhan.."

"M-maaf, Tuan.." wanita itu terdesak, "S-saya bukan Luhan."

Sehun –pria itu- mengangkat kepalanya dan menatap mata sparkle itu dalam-dalam, membuat hati wanita itu sedikit menciut namun juga disaat yang bersamaan ia merasa deja vu.

Perlahan, Sehun melepaskan pelukannya dan menarik Haowen pelan, walaupun sikecil berontak.

"Andwae! Mommy jangan tinggalkan Haowen!" teriak Haowen kalap. Menggapai wanita itu dan kembali memeluk leher wanita itu dengan erat.

"Luhan.."

Wanita itu mendengus, "Sudah kukatakan aku bukan Luhan. Dan sebenarnya ada apa ini? Namaku Xiao."

"Lulu jumma!" pekik Tae Oh senang.

Jongin, Sehun dan Xiao –nama wanita itu- menengok kearah Tae Oh yang sedang bertepuk tangan senang membuat kernyitan didahi Xiao muncul.

"Kau mengingat Luhan jumma, sayang?" tanya Jongin pelan.

Tae Oh mengangguk, "Lulu jumma sering membelikan Tae dan Haowen permen lolipop."

Xiao terpengarah mendengar ocehan bocah digendongan lelaki berkulit tan itu. Tanpa sadar ia merogoh tasnya dan mengeluarkan dua buah permen lolipop.

"Kau mau ini?" tanyanya ramah, Tae Oh mengangguk dan merengek meminta turun dari gendongan Jongin.

"Terima kasih, Lulu jumma!"

Cup!

Sekali lagi, Xiao terkesiap atas perlakuan bocah itu karena dengan polosnya mencium pipinya, 'Tapi aku seperti sering melakukannya,'

"Mommy, jangan tinggalkan Haowen.." bisikan lirih itu terdengar dari Haowen yang masih setia memeluk leher Xiao dan menyembunyikan wajahnya diceruk leher wanita itu.

"Anak manis, maafkan noona.. tapi noo-"

"Kau Luhan."

Ucapan penuh intimidasi itu terdengar dari pria didepannya, Xiao menoleh dan menatap mata elang pria itu.

"Apa?"

"Kau Oh Luhan." Ulangnya lagi.

"Tuan.. ak-"

"Aku yakin kau Luhan." Tegas Sehun. Mutlak tanpa bisa dibantah.

Xiao menutup matanya sejenak dan menarik nafas sebelum akhirnya kembali beradu tatap dengan Sehun.

"Darimana kau bisa menyimpulkan kalau aku adalah Luhan yang kau sebut-sebut itu? Aku bahkan tidak tahu siapa kalian.."

"Karena anakmu merasakannya.." jawab Sehun, menatap sendu punggung Haowen yang masih terisak pelan. "Dia anakmu, Lu.."

Mata sparkle Xiao melebar kaget, dan melirik Haowen.

"Tidak mungkin.." lirihnya tak percaya.

Kali ini giliran Sehun yang menatap sendu kearah Xiao, "Kekuatan batin seorang ibu dan anak tidak pernah salah, Lu. Apa kau tidak merasakannya?"

'Aku jelas merasakannya.'

"Aku harus pulang dan menanyakannya pada bibi Ming." Xiao berusaha melepas pelukan Haowen, namun Haowen malah menjerit dan menangis keras.

"Andwae! Andwae! Mommy jangan pergi!"

"Adik kecil.." Xiao frustasi, bingung bagaimana caranya melepaskan pelukan Haowen yang begitu erat, "Noona mohon lepaskan, hm? Ne?"

Haowen menggeleng ribut, "Haowen mau ikut Mommy!" isaknya.

Sehun masih menatap wanita yang mengaku bernama Xiao itu dengan pandangan sejuta rindu, sementara Jongin dan Taeoh hanya bisa memperhatikan.

"Bagaimana kalau diantar Sehun saja?" usul Jongin, Xiao menoleh dan menatap lelaki tan itu dengan bingung.

Jongin berdehem, "Namanya Sehun," ujarnya sembari menggedik kearah lelaki albino itu. "Karena Haowen juga tidak mau lepas dari anda."

Xiao tampak berpikir sebentar dan menunduk menatap bocah lelaki yang sedari tadi memeluknya seraya bergumam 'Jangan tinggalkan Haowen',

"Namanya... Haowen?" tanya Xiao ragu. Sehun mengangguk kaku, "Dan anda-"

"Oh Sehun."

Sehun sadar jika Xiao sempat terkejut mendengar namanya, mungkin terasa familiar.

"Baiklah, Oh Sehun-ssi, dan..."

"Kim Jongin, dan ini anakku, Kim Tae Oh." Sahut Jongin begitu paham Xiao menatapnnya.

"Baiklah, aku harus pulang.. dan anak ini tidak mau lepas dariku. Jadi bisakah kalian mengantarkanku?" tanya Xiao sopan, Sehun mengangguk.

Melihat respon Sehun, Xiao dengan segera berdiri dan mendekap Haowen dalam gendongannya, sukses membuat Sehun dan Jongin terkesiap.

"H-hiks~ Mommy?"

"Ssstt, sudah jangan menangis lagi.. Noona disini," ujar Xiao lembut, mengelus sayang punggung kecil Haowen hingga sikecil menguap diceruk leher Xiao.

Xiao tersenyum, dan tanpa sadar mengecup pucuk kepala Haowen karena gemas,

"Haowen sayang Mommy.." adalah kalimat terakhir Haowen sebelum ia jatuh tertidur karena lelah menangis.

..

..

"Nenek.. Xiao pulang.." Sehun mengernyit ketika Xiao memakai bahasa mandarin, begitu juga dengan Jongin.

"Xiao.." terlihat seorang wanita paruh baya tersenyum menyambut kepulangannya, dan sedikit menatap bingung kearah bocah lelaki yang sedang digendong oleh cucu perempuannya itu.

Mengerti dengan pandangan sang nenek, Xiao bergumam, "Akan kujelaskan nanti," dalam bahasa mandarin. Membuat neneknya mengangguk paham.

"Masuklah," ujar Xiao sopan, "Dan biarkan anak-anak ini tidur dikamarku." Rujuknya begitu melihat bukan hanya Haowen yang tertidur, namun juga Taeoh.

"Apa tidak merepotkan?" tanya Jongin pelan, Xiao dan neneknya tersenyum dan menggeleng.

"Tidak apa-apa, silahkan.."

"Terima kasih,"

"Sehun-ssi, duduklah dulu. Aku akan menidurkan Haowen sebentar. Jongin-ssi, mari ikut saya.." Jongin dan Sehun mengangguk hampir bersamaan dan membungkuk sopan pada sang nenek. Sementara nenek Ming tersenyum dan bergumam akan mengambilkan minuman untuk kedua tamunya.

..

..

"Jadi, apa yang terjadi?" tanya nenek Ming begitu mereka berempat berkumpul diruang tamu.

"Sebelumnya, ada yang ingin Xiao tanyakan pada nenek.." ujar Xiao, menatap manik mata sang nenek dengan serius, "Sebenarnya... Siapa aku?"

Nenek Ming terkejut mendengar pertanyaan itu, itu adalah pertanyaan yang selama ini dihindarinya. Atau jangan-jangan dua lelaki ini...

"Nenek? Xiao mohon jawab dengan jujur.." ujarnya memelas,

Sehun dan Jongin hanya saling berpandangan sesaat sebelum akhirnya memilih untuk diam, tidak sampai wanita paruh baya itu menoleh kearah mereka berdua.

"Kenapa kau menanyakan hal seperti itu, hm? Apa ada hubungannya dengan mereka dua pria dan dua anak tadi?" tanya nenek Ming dalam bahasa mandarin, Xiao mengangguk.

Sehun hanya diam, meskipun tanpa Xiao dan nenek itu sadari bahwa Sehun mengerti apa yang mereka bicarakan.

"Saya datang kesini karena wanita ini adalah isteri saya, Nyonya." Ujar Sehun dalam bahasa mandarin yang sopan, cukup membuat dua wanita beda generasi itu terkejut.

"K-kau mengerti?"

"Ya."

Jongin tersenyum tipis, 'bukankah dulu kau yang mengajari Sehun dan Haowen bahasa mu, Lu?'

"Apa ada bukti jika Xiao adalah isteri anda?" nenek Ming bertanya pelan. Bukan. Jangan berpikir jika nenek Ming tidak percaya, ia hanya ingin memastikan saja.

Sehun mengeluarkan ponselnya dan membuka galeri foto yang menampilkan potret kebersamaan dirinya bersama wanita yang mengaku Xiao itu dan juga Haowen. Foto itu diambil setahun yang lalu.

"I-ini.."

"Ya, itu kau.. Oh Luhan."

"Oh Luhan?"

"Namamu."

Xiao mengerutkan dahinya dan menatap penuh intimidasi pada pria bernama Sehun itu, mencoba mencari kebohongan atau sekadarnya. Ia belum terlalu percaya apa yang terjadi. Namun Sehun seolah tak gentar dan terus menatap manik mata dengan iris rusa dihadapannya.

"Maaf, Tuan.." ketiga pasang disana mengalihkan atensinya pada wanita paruh baya yang baru saja menginterupsi mereka, "Benarkah jika Xiao adalah isteri anda?"

"Saya yakin, Nyonya. Karena bukan hanya saya yang merasakannya, tapi juga Haowen."

"Haowen?"

"Anak laki-laki yang tadi digendong oleh ibunya sendiri." Jawab Sehun dan kembali memandang Xiao. Nenek Ming mengangguk paham.

"Jadi itu anakmu?"

Sehun mengangguk, nenek Ming tersenyum tulus dan beranjak dari tempat duduknya untuk duduk disebelah Sehun dan menggenggam jemari pria dingin itu.

"Aku mempercayaimu, anak muda. Tapi akan lebih baik jika kita melakukan tes DNA. Itu akan sangat meyakinkan bukan hanya untukmu, namun juga untuk Xiao."

Jongin mengangguk setuju, "Itu benar, Sehun. Sebaiknya kita lakukan tes DNA."

"Dan jika hasilnya positif, kau boleh membawa pulang isterimu."

"Nenek!"

Sehun membulatkan kedua matanya dan menatap syok kearah wanita itu, "N-nyonya.. serius?"

..

..

..

Dan disinilah keempat orang dewasa itu berada, rumah sakit Internasional Seoul, bersama dua bocah yang masih terkantuk-kantuk.

Setelah perdebatan panjang –antara Sehun dan wanita itu- pada akhirnya, Xiao mau untuk dites. Namun tetap saja itu membuatnya memajukan bibir mungilnya karena ia benci rumah sakit.

"Eeeuunggh~" Haowen menggeliat dalam dekapan Sehun, mata tajam warisan ayahnya itu sempat mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya menatap sayu sang ayah.

"Haowen lelah, sayang?" tanya Sehun lembut. Maklum saja, Haowen menangis tadi pagi dan tertidur hampir 3 jam. Dan belum makan sama sekali.

"Mommy..?" bukannya menjawab pertanyaan sang ayah, Haowen justru melemparkan pertanyaan baru dengan suara seraknya.

Sehun tersenyum, diusapnya kepala Haowen dengan sayang dan mengecup pelan pipi bulat itu, "Mommy sedang diperiksa didalam. Haowen disini saja dengan Daddy, ya?"

"Mommy sakit?"

"Aniyo.. Mommy hanya sedang diperiksa saja, seperti Haowen setiap bulan.." Sehun menjawab dengan sabar, "Nanti setelah Mommy selesai diperiksa, kita akan makan bersama Mommy. Otthe? Dengan Tae juga."

Haowen mengangguk pelan, kepalanya kembali terkulai dibahu Sehun, Sehun sendiri hanya menepuk-nepuk pelan bokong bocah itu.

"Uhh, Eommaaa~" lagi, suara rengekan pelan tercipta. Kali ini dari Taeoh yang mulai menggeliat dipangkuan Jongin.

"Sstt~ Appa disini sayang.." Jongin menggoyang pelan tubuh mungil anaknya yang mengigau memanggil ibunya itu.

"Kau sudah menghubungi Kyungsoo, Jong?" tanya Sehun,

Jongin menoleh dan mengangguk, "Aku sudah menghubunginya,"

"Aku minta maaf karena kau dan Taeoh harus tertahan disini.." sesalnya, Jongin tersenyum.

"Tidak apa-apa, aku senang." Jawabnya tulus.

Sehun mengangguk, tak lama kemudian pintu ruangan terbuka, menampilkan sosok Xiao dan nenek Ming (Xiao bersikeras minta ditemani).

"Bagaimana?"

"Dokter bilang hasilnya keluar 1 jam lagi." Sahut nenek Ming lembut.

Sehun dan Jongin mengangguk, "Bagaimana kalau kita makan dulu?"

"Makan?"

"Ya, Nyonya. Hasilnya baru akan keluar 1 jam lagi, dan saya pikir ada baiknya kita makan dulu."

Xiao menatap Sehun yang sedang berbincang dengan neneknya dan juga memandang Haowen dengan seksama, 'Apa benar dia anak dan suamiku?' batinnya.

Ingin rasanya Xiao menolak, namun entah mengapa ada sebuah titik terjauh dihatinya yang mengatakan bahwa Haowen dan Sehun memang terikat dengannya. Lagipula setelah dipikir-pikir, 'Anak itu mirip denganku, meskipun jika dilihat sepintas sangat menjiplak ayahnya.'

"Mommy.." Xiao tersentak kaget saat mendengar rengekan Haowen. Wanita itu melihat Haowen yang berusaha menggapainya dari bahu Sehun.

Nenek Ming tersenyum melihat Haowen. Bocah lelaki itu sangat mewarisi wajah ayahnya, namun jika dilihat kelopak mata dan juga hidung bangir itu mirip dengan Xiao.

"Xiao.."

"Hueee Mommyyy~" tangisan Haowen menjadi penyentak Xiao dari acara termenungnya. Dilihatnya Sehun yang kewalahan karena Haowen memberontak dalam gendongannya.

"Ssshhh~ Mommy disini sayang,, Mommy disini.." tanpa Xiao sadari, kakinya melangkah mendekati Haowen dan mengambil alih sikecil dalam gendongannya.

Ajaib! Tangisan Haowen langsung berhenti. Kepalanya terkulai dibahu Xiao dan melesakkan hidungnya diceruk leher wanita yang dipanggilnya 'Mommy' itu, kentara sekali jika bocah ini masih mengantuk.

Sehun dan Jongin jelas terpengarah melihat bagaimana Xiao mendekap erat tubuh Haowen dan menggoyang pelan badannya sembari bersenandung. Haowen sendiri melingkarkan lengannya dileher Xiao dan kembali tertidur pelan.

"Dia benar-benar Luhan.." gumam Jongin tanpa sadar.

"Aku berharap tidak salah.." sahut Sehun pelan.

..

..

..

..

..

To be continue

Review aja yaa, penjelasan dan info2 di chap selanjutnya :)))

.

.

Oh Pheonix 2016