WARNING!
GS
Yang dilakukan Seungkwan hanya tidur, namun rasanya dia sangat lelah seperti habis ditiduri seseorang.
#verkwan #seventeen #gs #mature
Wet Dream
Bangun ditemani ereksi pagi bukanlah hal yang aneh bagi Hansol, setidaknya setelah dia pergi berkonsultasi pada dokter dan mendapat jawaban jika hal tersebut normal.
Tak ada yang aneh.
Tak ada masalah.
Benar, memang seharusnya tak ada masalah. Ereksi spontan tanpa rangsangan seksual—menurut pengalaman Hansol—biasanya akan mereda begitu saja setelah dua puluh menit hingga setengah jam. Jadi yang perlu dia lakukan hanyalah menunggunya turun sendiri sambil bermalas-malasan di atas tempat tidur dan gelundungan ke sana-kemari.
Iya, seharusnya begitulah skenarionya. Rutinitas yang dia lakukan hampir di setiap pagi dan selama ini tidak pernah menimbulkan masalah, KETIKA tanpa seorang Seungkwan yang meringkuk tepat di sebelahnya.
Hansol membuang napas banyak-banyak, melirik paras tenang kekasihnya yang berbaring nyenyak dengan sebelah tangan di atas dada dan kepala mengusel tepat di bawah dagunya. Pemuda tersebut bergerak tidak nyaman, merasakan kesemutan di lengan yang ditindih Seungkwan serta ganjalan di dalam bokser yang tidak juga menurun meski sudah lebih dari setengah jam dia membuka mata, berdiam diri di bilik yang menjadi tempat tidur di dalam mobil karavan piknik mereka, dan berkedip kosong menatap langit-langit yang merupakan bagian bawah kasur dari ranjang susun yang ada.
Kembali Hansol menghela napas panjang, tidak habis pikir kenapa Seungkwan bisa berada di sampingnya sebab semalam—seingatnya—gadis itu berteriak-teriak kesal karena tidak mau dipaksa membantu mencuci perkakas makan lalu pergi tidur lebih dulu. Dia berbaring di ranjang atas menghadap dinding, pura-pura tidur dan sengaja tidak menjawab panggilan Hansol yang menawarinya coklat panas. Kalau sekarang Seungkwan berakhir dengan pulas memeluk badan kekasihnya seperti anak kucing mencari perlindungan begini, pasti di tengah malam gadis tersebut dibangunkan suara-suara binatang dari luar karavan (mereka memang sedang piknik di wilayah kemah yang terletak di pinggiran hutan) lalu terjaga karena ketakutan dan memutuskan untuk menyusul Hansol yang tidur di ranjang bawah.
Kesal, Hansol mendengus. Dipandanginya celah gorden karavan yang sudah menunjukkan terang matahari, dia mengira-ira sekarang pasti sudah pukul tujuh atau setengah delapan dan seketika teringat olehnya bagian luar mobil yang tadi malam dia tinggalkan berantakan setelah pesta barbeque. Seungkwan tidak mau diajak kerjasama mencuci perkakas makan dengan alasan dia sudah menyiapkan daging dan memasak bumbu dari sore bahkan juga membantu Hansol memanggang, sehingga sudah sewajarnya kalau si pacar sendiri yang mencuci semua piring serta wadah. Sedangkan Hansol juga lelah karena berdiri berjam-jam untuk memanggang daging jadi dia putuskan akan membuang sampah dan membersihkan semuanya pagi ini.
Ada banyak hal yang harus dilakukan di hari terakhir piknik mereka namun Hansol malah terjebak di pelukan nyenyak Seungkwan dan tenda yang berkedut minta dijamah di dalam celananya.
What a bad luck!
Mendadak Seungkwan bergerak, melepaskan tangan dari tubuh Hansol dan beralih telentang diikuti lirikan kekasihnya. Gadis itu masih memejamkan mata, bergeming, memberi tanda dia tidak akan bangun untuk waktu dekat dan hal tersebut membuat Hansol semakin frustasi. Bisa saja dia sekarang meninggalkan Seungkwan dan pergi keluar, memulai pekerjaannya sendiri namun yang menjadi pikiran adalah bagian selatannya yang jelas-jelas harus dikosongkan lebih dulu baru bisa diajak kompromi. Lalu masalah selanjutnya adalah Hansol bimbang antara menjamah tubuhnya sendiri atau melibatkan Seungkwan—
Aaargh! Bagaimana bisa dia sebodoh ini!? Orang lain pasti sudah akan memutuskan untuk melibatkan pihak kedua apalagi jika dia adalah gadis semolek Seungkwan dengan tubuh gitar yang sempurna dan kulit putih mulus. Namun Hansol teringat pada ancaman yeoja itu sebelum mereka pergi piknik untuk mengisi liburan. Seungkwan mengatakan kalau selama menginap bersama di satu mobil dia tidak ingin mereka melakukan hubungan karena menurutnya bercinta waktu piknik itu sangat mainstream dan dia tidak mau melakukannya. Kalau sampai Hansol melanggar, akan ada sanksi berat yang tidak akan bisa dia bayangkan terjadi pada dirinya nanti.
Hanya Boo Seungkwan, kekasih kesayangan Choi Hansol, yang menolak bercinta di saat momen tersebut dirasanya sudah terlalu umum. Mindset yang hebat.
Dan sampai detik terakhir Hansol memutuskan menahan diri tidak menyentuh Seungkwan, mencoba menunggu hingga puncak tubuhnya turun sendiri kalaupun kemudian tidak ada perubahan, baru dia akan mengangsurkan tangan untuk memberi bantuan. Namun, bukan perjuangan namanya kalau tidak ada cobaan dan tidak ada yang lebih bisa menghentikan napas selain Seungkwan yang kembali mengubah posisi tidur hingga berbaring menempel di sisi badan Hansol dengan sebelah tangan menggaruk ujung pundak tanpa sadar membuat kerah kemeja tidur gadis itu melebar memperlihatkan bahu putih serta bagian atas dada yang tidak dipakaikan bra (Seungkwan tidak pernah mengenakan bra saat tidur yang mana menjadi kebiasaan yang paling disukai Hansol darinya).
"Hegh—" Hansol menutup mulutnya rapat-rapat, menghentikan diri dari mengeluarkan suara erangan di saat dapat dia rasakan sesuatu mengalir nikmat ke bagian selatan tubuhnya. Mata coklat pemuda tersebut melirik horor ke arah kaki dan mengumpat tanpa suara ketika tenda yang sudah menonjol menjadi semakin tinggi bahkan mulai memperlihatkan jejak basah.
Fuck it, Choi Hansol! Dia merutuk dirinya sendiri, menggigiti ujung kuku dengan gelisah dan bolak-balik memandang wajah Seungkwan yang masih terlelap tanpa dosa serta belahan dadanya yang begitu menggoda penuh dosa.
Shit shit shit! Pada akhirnya Hansol menepikan kenyataan pacarnya akan mengamuk dan menindasnya seumur hidup setelah ini selesai nanti.
Hansol memiringkan badan, meraih kepala Seungkwan dan membuatnya menoleh untuk dapat mengecup bibir yang masih terkatup mimpi itu, melumatnya samar, membasahinya sejenak baru kemudian dia menurunkan ciuman menuju dagu dan sisi leher gadis tersebut. Seungkwan bergeming, sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda terpengaruh akan sentuhan di tubuhnya.
Hansol membawa kekasihnya untuk makin mendekat, mengusahakan lengan yang berada di bawah tubuh Seungkwan dapat menangkup sebelah bulatan dadanya dari belakang dan hal itu tidak sulit mengingat gadis mungil tersebut baru saja pamer tentang program dietnya yang berhasil membuat badannya mengecil. Sedangkan tangan Hansol yang lain membuka kancing baju Seungkwan, menurunkan kerahnya, cukup untuk dapat melihat sepasang dada membusung dengan puting merah muda yang masih lembut.
Menggunakan telapak tangan besarnya, Hansol menangkup sebelah dada sang kekasih, meremasnya pelan sementara dia melarikan bibir pada tulang selangka gadis itu. Alis Seungkwan sedikit mengerut, namun kedua matanya masih belum terbuka.
Bibir Hansol sampai di belahan dada lain, mengecupi putingnya, menjilatinya, dan helaan pendek lolos dari celah di mulut pemiliknya. Pemuda itu tidak mau membuang waktu, segera meraup dada Seungkwan lantas menghisapnya, mempermainkan nipple di dalam mulut dengan lidah dan gigi, menggunakan tangan untuk memberikan pijatan lembut sedangkan bulatan yang lain sudah dia manjakan dengan lengan yang masih ditindih sang pacar.
"Ahh..." Seungkwan bersuara, merasa tidak nyaman di dalam tidur. Tubuh gadis itu menggeliat pelan, kedua matanya enggan terbuka masih dikuasai kantuk, dan sepasang tangannya reflek menolak Hansol meski yang kemudian bisa dia lakukan hanyalah memeluk kepala namja tersebut, mematrinya di depan dada sambil sesekali menggenggam surai hitamnya tanpa sadar.
Hansol masih menyusu pada Seungkwan, mempermainkan titik sensitif yang sangat dia tahu tidak pernah gagal dalam membangkitkan hasrat gadis di pelukannya sambil dengan pelan pemuda itu memindahkan tangan menyusuri kulit perut kekasihnya, turun, hingga tiba di daerah pribadi yeoja tersebut yang hanya terbungkus panties ketat—salah satu kebiasaan tidur yang juga menjadi favorit Hansol.
Hansol mengulum gemas puting kekasihnya yang sudah mengeras sembari mengusapkan lembut ujung jarinya pada tengah-tengah pangkal kaki Seungkwan, mencoba membelah mahkota itu dan menemukan inti tubuhnya yang dapat membuat si gadis lupa diri.
"Eungh..." Seungkwan mengerang, menggerakkan pinggul dan kedua kaki seolah dia sedang mengalami mimpi basah. Yeoja tersebut memeluk Hansol dengan lebih erat, meraba rambut, leher, dan punggungnya mencari pegangan lalu kembali melenguh panjang.
Hansol menambah tekanan pada usapannya, beralih dengan memijat bagian selatan Seungkwan dan menggesekkan jari di tengah-tengah lipatan yang mulai membasahi kain panties. Gadisnya menggeliat gelisah, mendesah dalam tidur, dan dapat Hansol rasakan kulit tubuh dalam dekapannya itu sudah memanas.
"Hansol—ahh..." setidaknya hal yang terbaik adalah Hansol masih menjadi satu-satunya oknum yang meniduri Seungkwan baik di kenyataan maupun di dalam mimpi. Memikirkan itu saja sudah membuat seringaian tercetak puas di bibir si namja.
Hansol melepaskan dada Seungkwan dari mulutnya, menarik perlahan lengan dari bawah punggung gadis tersebut dan beranjak bangkit untuk menempatkan diri di atas perempuan yang masih tergolek tenang mengira dia hanya dibuai oleh mimpi indah.
Srek, si namja menutupkan tirai yang memang terpasang mengelilingi ranjang bagian bawah, membuat tempat tidurnya gelap karena kekurangan cahaya dan dengan cepat dia menurunkan celana, membebaskan ganjalan yang sedari tadi terasa mengganggu membuat boksernya menjadi dua kali lebih sempit baru kemudian menarik turun panties Seungkwan sendiri. Si gadis masih memejamkan mata tanpa sadar kedua kakinya sudah dibuka lebar dengan ujung benda keras mengacung tegang meratakan diri pada cairan cintanya.
Hansol merundukkan badan, meraih sebelah pipi chubby Seungkwan yang sedikit tirus lalu mengulum bibirnya. Merasa tidak mendapat balasan, pemuda tersebut memindahkan kecupan pada garis rahang gadisnya dan mulai menggambari leher jenjang itu dengan pola sesuka hati sementara di bawah sana dia menempatkan diri pada pintu Seungkwan.
Alis gadis berwajah oriental mengerut, erangan lirih merembes tak nyaman dari celah bibirnya ketika Hansol perlahan menyatukan tubuh mereka, mendorong sedikit demi sedikit miliknya menembus pertahanan gadis itu yang baru beberapa hari tidak dia jamah namun otot dindingnya sudah kembali mengerut seolah mereka tidak bercinta selama berbulan-bulan.
'Ah' keras lolos dari bibir Seungkwan seiring dengan kepalanya mendongak terbenam pada bantal, membiarkan Hansol merasakan sesuatu yang hangat meleleh di dalam sana, memijat bagian tubuhnya disusul oleh sensasi licin. Seungkwan sudah meraih klimaks pertama dengan begitu mudah. Untuk sesaat si namja bergeming, menahan diri, menunggu hingga napas tersengal kekasihnya kembali teratur baru kemudian dia menggerakkan pinggul.
"Hansol—ah...ah...ah..." suara Seungkwan melantun indah di dalam spasi mobil karavan yang sempit, mengiringi bunyi kulit mengenai kulit serta decitan keempat ban yang menahan body kendaraan yang terus-menerus bergoyang seirama dengan hentakan Hansol. Pemuda tersebut melenguh, mengerangkan kepuasaan akhirnya bisa kembali berbagi kenikmatan dengan kekasih tercinta yang sejatinya hanya membuat fraksi memabukkan itu menjadi berkali-kali lipat lebih membius daripada melakukannya sendiri.
Hansol menjatuhkan diri pada Seungkwan, menuntun kedua tangan gadis itu untuk mencengkeram bantal dan selimut di sekitar kepalanya sementara dia membenamkan wajah pada tengah-tengah dada membusung yang bergoyang mengikuti gerakan pinggulnya. Pemuda tersebut menangkup kedua bulatan daging kekasihnya, merapatkannya, menggesekkan seolah mereka adalah dua buah bola lantas meremasnya kuat yang berimbas pada teriakan si pemilik.
Hansol mengurangi gerakan, mengganti dengan slow motion erotis yang mengandung hujaman keras tepat di titik terdalam Seungkwan, tanpa sadar membuat si gadis makin melebarkan kaki seolah memberi jalan dan tak lama kemudian tubuh elok itu kembali menegang. Namja berwajah campuran Asia-Amerika tersebut tidak menghentikan gerakan meski tahu klimaks menghantam hebat gadis bersurai coklat di bawahnya hingga kedua bahu serta sekujur badannya mengejang, dinding bagian dalamnya ikut berkedut kuat, dan Seungkwan merengek meminta waktu untuk pelampiasan namun Hansol tidak memberikan kesempatan.
Sebaliknya, pemuda itu malah memperdalam tahtanya pada mahkota gadis yang beberapa bulan lebih tua, menyarangkan tubuh hingga ke penghabisan lorong sang kekasih sampai Seungkwan membusurkan punggung dan mencengkeram kuat kain sprei membiarkan buku-buku jarinya memutih.
"Han...sol...!" Seungkwan berteriak tertahan, merapatkan kaki menjepit tubuh namjanya sementara Hansol mengerang keras merasakan dinding panas yeoja tersebut kembali berkedut, melumat kuat anggota badannya, memaksa untuk memeras habis air cinta yang tersimpan dan dia datang seperti itu, membenamkan diri jauh pada tubuh Seungkwan, mengisi setiap rongga gadis tersebut dengan segenap kepuasan yang membuncah sama seperti yang dia rasakan.
Hansol terengah, meringkuk di atas kekasihnya yang tak kalah diburu napas, menyangga badan dengan dua siku yang mulai goyah kehabisan daya mengikuti tubuhnya di dalam Seungkwan yang melemas kehabisan benih. Setelah beberapa saat terdiam, pemuda tersebut bergerak, mencoba bangun dari gadisnya yang masih memejamkan mata, agaknya akan tertidur lagi karena kelelahan.
Namja bersurai hitam tersenyum, merunduk sekali lagi untuk mengecup bibir merah Seungkwan, melepasnya setelah meninggalkan bisikan "I love you, Babe."
.
Seungkwan muncul di pintu karavan dengan penampilan acak-acakan, rambut panjang kusut, wajah mengantuk, dan kemeja oversize yang memiliki bekas lipatan di sana-sini. Gadis itu menguap, menutupkan telapak tangan di atas matanya untuk menghindari silau cahaya matahari yang menyengat kornea.
"Hansol-ah," panggilnya serak pada namja yang sedang membereskan peralatan memanggang daging. Si empunya nama menoleh dan seketika tersenyum.
"Good morning, Babe~" sapa Hansol.
Seungkwan menggaruk lehernya yang terasa gatal, menggesekkan kuku tepat di tanda cinta yang ditinggalkan Hansol di sana.
"Apa kau menyetubuhiku waktu aku tidur?" gadis itu bertanya langsung membuat gerakan kekasihnya terhenti. Pemuda blasteran menelan ludah, mencoba memikirkan apapun yang dapat menyelamatkan dirinya.
"T-tidak." Hansol menggelengkan kepala, mengerjabkan mata, dan memasang senyuman lebar sepolos mungkin sementara Seungkwan hanya memicingkan pandangan.
"Benarkah?"
"Tentu saja!" Hansol menjawab terlalu cepat. "Aku mana mungkin melakukannya? Kau bilang kau tidak mau berhubungan selama piknik 'kan? Ehehehe."
"Tsk." Seungkwan berdecak, dia menggaruk kepala yang tidak gatal. "Berarti aku memang bermimpi," desisnya.
"Memang kau mimpi apa?" Hansol berjalan mendekat.
"Mimpi basah!" cetus si gadis begitu saja lantas berbalik masuk kembali ke dalam mobil.
"Yah! Jangan tidur lagi, bantu aku! Seungkwan-ah!" seru Hansol.
"Tidak mau! Aku capek!" balas Seungkwan keras dari dalam mobil.
Hansol hanya tersenyum, tidak bicara lagi dan berbalik begitu saja melanjutkan pekerjaannya membuang sampah.
Di dalam karavan—lebih tepatnya di tempat tidur bawah dari sepasang kasur susun—Seungkwan bergelung membungkus tubuhnya dengan selimut Hansol. Dia menghela napas.
"Padahal aku cuma tidur, tapi kenapa rasanya capek sekali ya..." gadis itu menggumam heran.
-END-
Edisi males ngedit
Maklumi kalo ada typo dan kalimat yg ga nyambung ya, huhuhu
Sempat diprotes, "VERKWAN BELUM LEGAL MALAH DIKASIH FF RATE M MULU!"
"Ya kali, di 2017 nanti kan mereka udah legal. Anggap aja ini sebagai pemanasan/?"
Dan seketika Myka dilemparin cimol