"Aku tersentuh dengan suaramu, atau mungkin karena maknanya. Entahlah" Sasuke tersenyum "tapi aku menyukainya" ia meraih kepala Sakura dan mengacak rambutnya yang terurai.
Sakura mengerucutkan bibirnya.
Sasuke sekali lagi terkekeh melihatnya. Sesaat Sasuke memperhatikan wajah Sakura "Apa yang terjadi?" Tangan Sasuke menyentuh pipi kiri Sakura. Ia melihat sesuatu yang membekas disana dan memerah. Sebuah bekas tamparan.
Sakura kembali terdiam. Ia tidak mungkin mengatakan jika ibu tirinya yang sudah menamparnya. "Ah aku harus cepat pulang. Kaa-san ku pasti sudah mencemaskanku karena tidak pulang-pulang. Jaa Sasuke-kun" Sakura berlari kecil seraya melambaikan tangannya pada Sasuke. Ia tidak mau menjawabnya, maka ia memilih pergi dari sana. Tanpa sadar, Sasuke mengepalkan kedua tangannya.
Ketika Sakura sampai di rumah, ia di buat terkejut dengan apa yang di lakukan oleh ibu tirinya. "Aku menjualmu, sayang. Maafkan ibumu ini. Kau tahu kan, ibumu ini butuh banyak uang!" Yura mengelus wajah cantik Sakura lalu menyeringai. "Mereka akan membawamu" Dua orang membawa paksa Sakura. Meski terus berontak, ia tidak sanggup melawannya. Ia tidak bisa melawan mereka. Yang bisa di lakukannya adalah hanya menangis. Sampai kereta kuda itu berjalan dan membawanya pergi jauh dari rumahnya.
Warning : Typo(s) bertebaran, OOC dll ©Masashi Kishimoto.
¤¤¤Happy Reading¤¤
Sekarang gadis yang bersurai merah muda ini hanya bisa terdiam dalam kebisuan. Semua fikirannya kini telah kosong. Padahal, banyak kebahagiaan yang ingin di raihnya, banyak impian yang ingin di wujudkannya. Tapi sepertinya semua memang hanya tinggal mimpi semata. Semua tak akan pernah bisa menjadi kenyataan. Ia tahu, karena ia sekarang berada di kota yang terletak sangat jauh dari desanya. Kota yang asing untuknya. Dan ia ingat, saat ia dibawa paksa oleh orang yang tak di kenalnya, pada saat itu pula ia tahu bahwa hidupnya kini tidak akan sama dengan hidupnya yang dulu.
Semua akan berbeda mulai dari sekarang. Malam ini, ia masih enggan mengistirahatkan matanya walau untuk barang sejenak. Meskipun matanya sudah menunjukkan kelelahan yang berarti, tapi otaknya masih berkuasa penuh pada netranya. Mungkin sudah dua jam lamanya ia terdiam dengan posisi yang sama setelah perjalanan panjangnya berakhir. Pada akhirnya kini ia berada entah dimana. Tapi yang di ketahuinya ia sekarang berada di dalam rumah yang tidak terlalu besar namun cukup luas untuk di tinggali banyak orang. Ia belum bertemu siapapun saat ia tiba. Jadi sementara berdiam dalam kamar mungkin adalah ide terbaiknya.
Lambat laun malam semakin mencekam dan kini matanya-pun mulai terpejam. Keesokan harinya. Terlihat seorang wanita cantik yang memakai furisode mewah tengah berjalan menyuri sebuah lorong. Wanita itu begitu cantik dan elegan. Terlihat berkelas sakaligus mampu membuat siapa saja yang melihatnya langsung bertekuk lutut. Kulit putih porselennya begitu bercahaya. Rambut panjang blonde-nya tergerai mempesona. Wajah tegasnya begitu meluluhkan mata dan bibirnya berwarna semerah darah. Furisode yang di pakainya sedikit terbuka di bagian atas, lebih tepatnya di bagian dadanya hingga memperlihatkan belahan dadanya yang sedikit menyembul keluar. Langkah kakinya meyakinkan sebuah ketegasan. Seolah-olah ada sesuatu yang begitu sangat menariknya dengan kuat. Serta nampak juga dua pelayan berkimono biasa yang mengikuti di belakangnya.
Ia berhenti tepat di depan sebuah kamar. Ia melangkah mundur selangkah, kemudian satu pelayan membuka shoji (pintu geser) tersebut. Ketika sudah terbuka, wanita cantik itu melangkahkan kakinya dengan tenang memasuki kamar tersebut.
"Tunggulah diluar!" Ucapnya tanpa menoleh kebelakang. Kedua pelayan itu mengangguk dan sedikit membungkukkan badannya lalu menutup shoji itu kembali.
Wanita itu melihat seorang gadis yang belum di kenalnya sedang tertidur pulas di atas futon. Ia mengernyitkan dahinya dengan menatap heran pada gadis yang tengah tertidur itu. Matahari sudah terik tapi kenapa gadis itu belum juga membuka matanya. Ia kembali mengingat kejadian tadi malam saat ia melihat gadis itu tiba. Ia mengerti gadis itu pasti tertidur belum lama ini. Maka ia putuskan menunggu gadis itu sampai terbangun.
a duduk di samping gadis itu dengan tenang. Memperhatikan setiap detail pada gadis muda itu. Rambut pink-nya tergerai berantakan di atas bantal. Poninya sebagian menutupi matanya. Serta sejumput rambut yang menempel di bibirnya. Ia akui, jika gadis itu sangat cantik. Terlihat polos dan begitu manis. Tidak lama kemudian gadis itu mulai bergerak.
"Enngh" gadis bersurai merah muda ini sedikit menggeliat kemudian merenggangkan tubuhnya sejenak saat ia sudah benar-benar sadar dari tidurnya.
Wanita itu tersenyum tipis melihatnya. "Selamat pagi"
Gadis merah muda ini tersentak saat mendengar suara seorang wanita. Sepertinya ia belum menyadari jika ia tidak sendirian didalam kamar tersebut.
Ia bangun dengan tergesa-gesa lalu melihat suara siapa gerangan yang menyapanya. "Ma-maaf, anda siapa?" Wajahnya sedikit ketakutan.
"Aku Tsunade. Pemilik Okiya ini. Siapa namamu?"
Tersentak, mendengar kata Okiya sontak membuat Sakura terkejut "Sakura, Haruno Sakura" Sakura menjawabnya pelan dengan menundukkan kepalanya, namun masih terdengar Oleh Tsunade.
Tsunade tahu jika Sakura sedang ketakutan sekarang, ia bisa melihatnya dari ekspresi yang Sakura perlihatkan.
"Angkat kepalamu"
Sakura menurutinya "mulai sekarang kau akan tinggal dan berkerja disini" Wajah Tsunade datar ketika menjelaskannya "Pelayanku akan mengurusmu" Sakura menatap bingung pada Tsunade. Ia belum mengerti apa yang sudah di dengarnya. Tinggal? Berkerja?
"M-maaf maksud Tsunade-sama apa?" Sakura melihat Tsunade yang terlihat begitu cantik dan entahlah. Dia terlihat begitu sempurna dimatanya. Jadi siapa Tsunade?
"Bersiaplah!" Hanya itu Yang Tsunade katakan. Setelah itu ia bangkit dan keluar dari kamar meninggalkan Sakura.
Sedangkan dari dalam kamar, Sakura Melihat Tsunade yang seperti mengatakan sesuatu pada kedua pelayan yang berpakaian kimono biasa. Kedua wanita itu sekali lagi mengangguk dan berojigi Sampai Tsunade berlalu meninggalkan mereka.
Satu pelayan itu masuk menemui Sakura "Emm Hime, mari ikut saya!"
"Sakura, namaku Sakura. Kau bisa memanggilku seperti itu"
"Baiklah Sakura-hime. Mari ikut saya!" Sakura masih bingung dengan perintah wanita ini tapi ia menurutinya.
"Maaf, tapi boleh tahu siapa namamu?"
"Panggil saja saya Sanae" Sakura mengangguk kemudian melihat satu wanita yang berdiri di luar. Seolah-olah mengerti arti tatapan Sakura, Sanae memberitahu "namanya Rena"
Sakura tersenyum. "Sepertinya kalian orang yang baik" Sakura tertawa kecil "tapi sebenarnya ini dimana?" Sakura berpikir mungkin usia mereka tidak berselisih jauh darinya. Tapi ia tahu Sanae dan Rena lebih tua darinya.
"Sakura-Hime, mari ikut kami. Kami akan memberitahu Sakura-hime nanti. Tapi sekarang kami akan membantu membersihkan tubuh Sakura-hime terlebih dahulu"
"Baiklah kalau begitu" .
Di tempat lain. "Aku ingin kalian melanjutkan pekerjaanku ini. Aku pergi sekarang" Neji tersenyum melihat kawan sepekerjanya mengangguk pasti. Sebelum ia melangkahkan kakinya meninggalkan gudang penyimpanan pedang kayu, ia mengamati hasil kerjanya selama ini. Ada begitu banyak pedang kayu yang berjejer rapi disana. Ia tersenyum simpul, lalu dengan yakin ia berlalu dari sana.
Sasuke, Naruto, serta Neji kini tengah melakukan sebuah perjalanan. Perjalanan menuju Konoha. Menuju tempat tinggal mereka. Tidak ada kereta mewah atau prajurit apapun yang mengawal mereka. Karena pada awalnya Sasuke dan Naruto sendiri yang menjemput Neji tanpa pengawalan. Neji adalah seorang pangeran dari kerajaan yang melarikan diri ke Desa Tani. Kenapa Sasuke Dan Naruto bisa mengetahui keberadaan Neji? Itu karena mereka sering saling berkirim surat, namun dengan diam-diam.
Perjalanan mereka begitu tenang. Naruto terlihat sumringah, jujur jika ia merindukan tanah kelahirannya, ia juga merindukan kekasihnya. Ck. Neji sendiri terlihat sedikit ragu akan kepulangannya. Entah apa yang di pikirkannya. Tapi ia berusaha terlihat tenang di depan kedua sahabatnya itu. Sasuke? Wajah Sasuke terlihat dingin dan datar. Ekspresinya bahkan tidak bisa terbaca oleh siapapun. Naruto dan Neji pun tidak bisa memahami Sasuke saat ini. Jadi mereka hanya bisa menebak-nebak isi pikiran Sasuke.
"Dari kemarin, Sasuke bertingkah aneh. Kau tahu itu?" Bisik Naruto pada Neji yang berjalan beriringan dengannya.
Neji sendiri menatap Sasuke yang berjalan tidak jauh di depannya dengan mengedikkan bahu "bukankah dia memang seperti itu" ia kemudian tertawa pelan saat memikirkannya. Ia menoleh ke arah Naruto "Justru kau yang aneh. Kau terlihat ingin tahu sekali apa yang sudah terjadi dengan Sasuke" Neji kembali menatap punggung Sasuke "kita berdua sudah mengenal Sasuke, bukan! Dia memang seperti itu sejak kecil. Tenang, datar dan yah seperti itulah"
"Tapi ini lebih aneh dari sebelumnya" Neji mengangkat satu alis kirinya menoleh sesaat "Apa maksudmu?"
Naruto menghela napas kasar "Sasuke, terlihat frustasi. Tapi entahlah ia seperti sedang kesal dengan sesuatu. Kau pikir dia dari mana saja lalu pulang di tengah malam. Apa saja yang sudah di lakukannya seharian kemarin?"
Neji mendengkus kesal "Sasuke memang seperti itu kan. Akh kau ini " ia cuma melirik sekilas ke arah Naruto lalu kembali fokus menatap punggung Sasuke yang berjalan dengan tenang "Dari dulu dia Sudah seperti itu" jelasnya tenang.
"Akh kau ini, dasar tidak peka!"
"Kau mulai membosankan, Naruto" Naruto yang mendengarnya langsung mendelikkan matanya pada Neji. Namun Neji cuek menanggapinya.
Sekarang lupakan mereka berdua. Mari fokus terhadap Sasuke.
Sasuke melangkahkan kakinya dengan begitu tenang. Matanya fokus pada arah kedepan. Tapi ketahuilah. Pikirannya saat ini sedang bergentayangan kemana-mana. Mulai memikirkan saat pertama kali ia bertemu Sakura, berbicara dengannya dan menyentuh gadis itu. Lalu saat semalam ia sengaja berkeliling desa hendak mencari tempat tinggal Sakura. Entah kenapa ia ingin sekali bertemu dengan gadis itu. Tapi ia tidak bisa menemukannya. Padahal desa itu terbilang kecil, tapi sangat sulit menemukannya.
Ia tidak mengerti, kenapa setiap memikirkan Sakura hatinya merasa sangat gelisah. Kenapa ia tidak bisa melupakan bayangan dari Sakura. Apalagi bayangan saat ia melihat tubuh Polos gadis itu. Walaupun ada bagian yang tertutupi tapi ia melihat semuanya. Serta rangsangan aneh yang merambat pada tangannya saat menyentuh kulit sensitif gadis bersurai senada dengan bunga sakura itu. Semua itu terasa asing baginya, tapi entahlah itu seperti sedikit menyenangkan baginya. Sebelumnya ia sama sekali belum bersentuhan dengan seorang gadis, dan Sakura-lah gadis pertama yang mendapatkan kesempatan itu. Ia tersenyum tipis saat menyadari Sakura menjadi gadis pertama yang di sentuhnya dan bahkan bisa merasakan kenyalnya bibirnya. Tanpa sadar tangan kanannya terangkat dan jari telunjuknya menyentuh bibirnya.
Kedua sahabatnya yang berjalan di belakangnya tidak menyadari dengan gerakan Sasuke yang satu ini. Sasuke masih mengingat jelas bayangan itu. Dan tiba-tiba hidungnya sedikit mengeluarkan cairan merah. Ia mimisan. Ia tersentak kemudian berdecak sesaat dengan apa yang terjadi lalu dengan cepat ia mencoba membersihkan cairan merah itu. Ia terlihat menggeleng-gelengkan kepalanya berulang kali dan gerakkan itu tertangkap oleh mata Neji dan Naruto.
"Sepertinya kau benar, Naruto. Sasuke terlihat aneh" Ucap tiba-tiba Neji pada Naruto.
"Akhirnya kau percaya padaku kan. Sasuke memang aneh, dasar" suaranya cukup keras sampai terdengar di telinga Sasuke. Sasuke menoleh dan Naruto merasakan aurah dari Sasuke yang begitu berbahaya. "Kyaaa, Teme maafkan aku.."
"Ini sentuhan terakhir" "Wah, Sakura-hime terlihat sangat cantik. Lihatlah" Ada senyum kepuasan di wajah Sanae dan Rena. Rambut Sakura tersanggul cantik dan Ada sebuah konde bermotif Bunga Sakura yang menahannya. Konde ini lebih cantik dari konde milik Sakura sebelumnya. Ada sejumput rambut yang bergelombag di sisi pipinya. Bibirnya terpoles lipstik warna merah muda yang senada dengan rambutnya. Make-up minimalis yang begitu cantik. Ia sebelumnya menolak riasan Make-up yang terlihat berlebihan dari Sanae dan Rena, sehingga mereka berdua merubahnya menjadi minimalis. Dan inilah hasilnya. Sakura terlihat begitu cantik. Tsunade bahkan hampir tersaingi dengan kecantikan Sakura saat ini.
Sakura menatap wajahnya di cermin dan disana ia bisa melihat dirinya yang lain. Sosok gadis yang sangat cantik. Sangat berbeda dari dirinya yang sebelumnya, yang dimana keadaannya terlihat lusuh setiap harinya. Jika dulunya ia sebuah ulat, kini sekarang ia sudah bermetamorfosa menjadi kupu-kupu yang sangat cantik dan indah.
"Silahkan berdiri dan saya akan mengantar Sakura-hime ke ruangan Tsunade-sama"
"Kenapa kesana?" Sakura menatap bingung pada Rena. Tapi Sanae langsung menjawabnya "Sakura-hime akan tahu nanti" Wajah Sakura terlihat sedikit ketakutan.
Sanae dan Rena tersenyum mengerti. "Tenang Sakura-hime, Tsunade-sama adalah orang yang baik. Percayalah!" Sanae dan Rena membantu Sakura berdiri. Wajah Sakura sedikit tenang kembali.
Saat Sakura berdiri, nampaklah Furisode indah yang menempel di tubuhnya. Warna merah dengan motif batang bambu berdaun. Sangat cantik terpakai olehnya. Tapi ini berbeda dengan furisode Tsunade sebelumnya. Setidaknya milik Sakura tertutup, tidak terbuka seperti yang di Pakai Tsunade. Sanae dan Rena berjalan di depan menggiring Sakura keruangan Tsunade.
Dan di sepanjang lorong, Sakura mengedarkan pandangannya ke beberapa kamar yang sudah di lewatinya. "Semua terlihat sama seperti kamar yang aku tempati tadi malam" ucap Sakura tiba-tiba. Sanae dan Rena berhenti setelah mendengar ucapan Sakura.
"Ada apa Sakura-Hime?"
Sakura menggeleng "Tidak apa-apa"
Ada seorang wanita yang baru saja keluar dari sebuah kamar. Sakura menatapnya aneh. 'Ternyata ada gadis yang sebaya denganku disini'
"Selamat pagi Shion-Hime" sapa Sanae dan Rena. Namun gadis yang di panggil Shion hanya diam saja tidak menanggapinya. Ia kemudian berlalu begitu saja meninggalkan mereka.
"Siapa dia?" Sakura bertanya pada Sanae dan Rena.
"Namanya Shion, Sakura-hime. Dia seorang Geisha disini. Mari kita bergegas, Tsunade-Sama pasti sudah menunggu Sakura-hime" Sanae dan Rena segera melangkahkan kakinya kembali sebelum Sakura bertanya lebih banyak lagi. Sedangkan Sakura terkejut setelah mengetahui Shion adalah seorang Geisha. Tentu ia tahu siapa Geisha itu. Seorang wanita yang berkerja untuk melayani Tuannya. Berkerja dalam arti melayani kebutuhan biologisnya. Sakura mulai berkeringat dingin. Langkah kakinya pun berubah menjadi kaku. Ia berjalan pelan dengan kepala tertunduk. Tangannya mencengkram erat sisi Furisode-nya. Apakah ia akan di jadikan Geisha disini? Tidak, Ia tidak mau menjadi seorang yang nampak seperti pelacur.
¤¤¤To be continued¤¤¤