"Terkumpul banyak juga" Gadis cantik ini tersenyum manis. Ada kelegaan yang ia rasakan. Meski wajahnya sedikit lusuh, tapi tetap tidak bisa menyembunyikan kecantikannya.

Gadis bersurai merah muda panjang ini mulai mengikat ranting-ranting dahan kering yang sudah di pungutinya menjadi dua bagian. Dan menjinjingnya dengan kedua tangannya.

"Waktunya ke pasar" ia pun mulai meninggalkan hutan dan menuju pasar hendak menjual apa yang sudah di perolehnya pagi ini.

.

.

.

Dc : Masashi Kishimoto

Warning : Many's Typo, OOC, dll

.

.

¤¤¤Happy Reading¤¤¤

.

.

"Kau bodoh. Kenapa kau tak pernah becus berkerja, huh" Mata wanita ini berkilat tajam pada seorang gadis remaja yang sudah menangis sesenggukkan dari tadi. Ia mulai menjambak rambut gadis yang lebih muda darinya.

"Aaggkk maaf Yura-sama. Hari ini memang pelanggan sedang sepi" Gadis ini merintih kesakitan saat rambutnya di jambak dengan kuat oleh wanita yang di panggil Yura.

"Sakura sayang" kata-katanya melembut namun matanya masih berkilat tajam "Sekarang pergilah ke hutan dan cari kayu lebih banyak lagi. Ingat besok aku harap bisa menerima uang lebih dari hari ini" ada desisan pada suaranya yang penuh dengan penekanan.

"Tapi ini sudah malam Yura-sama" wajah gadis yang ternyata bernama Sakura ini terlihat panik dan ketakutan.

"AKU TIDAK PEDULI, KAU HARUS PERGI SEKARANG ATAU KAU TIDAK AKAN MENDAPAT MAKANAN APAPUN MALAM INI" bentakan itu mulai membuat Sakura pasrah dan akhirnya ia menganggukkan kepalanya. Yura tersenyum puas namun terkesan sinis.

Brrak

Pintu kamar Sakura mulai tertutup rapat setelah mendapat bantingan dari Yura.

Sakura kemudian mulai merapikan rambut panjangnya yang berantakan karena ulah Yura dan menggulungnya lalu menyelipkan sebuah konde bermotif bunga sakura disana. Dengan langkah berat ia mulai meninggalkan rumah mungilnya untuk segera menuju hutan yang tidak jauh dari desanya.

Karena perintah Yura, Sakura setiap harinya selalu mencari kayu bakar di hutan lalu ia menjualnya pada orang yang membutuhkannya atau ke pasar. Jika Sakura tidak bisa memberikan Yura uang yang banyak, Yura akan menyuruh Sakura lebih banyak lagi mencari kayu bakar dan menjualnya sampai habis. Jika masih ada sisa dalam penjualannya, Yura kerap kali menyiksanya hingga Sakura sering mendapat luka lebam di tubuhnya.

Bukankah Yura adalah ibu dari Sakura? Tapi Yura sedikitpun tidak pernah menganggap Sakura sebagai anaknya. Karena memang Sakura bukan anak kandungnya. Sedangkan Ibu kandung Sakura sendiri sudah meninggal saat Sakura berumur 9 tahun. Dulu, Yura datang dalam hidup Sakura saat Sakura berusia 10 tahun. Malam itu ayah Sakura, Kijazhi pulang dari berlayar membawa seorang wanita yang ia temukan tergeletak di pantai. Karena Kijazhi mengasihani Yura, maka ia membawa Yura ke rumahnya. Tiga bulan kemudian, Kijazhi pun akhirya menikahinya. Yura dulunya bersikap sangat baik pada Sakura, tapi setelah kematian Kijazhi, sikap Yura berubah 180 derajat. Ia kerap bersikap kasar dan mulai semena-mena terhadap Sakura. Dan sampai sekarang, Sakura menjadi alat pencari uangnya, namun Sakura sama sekali tidak pernah mendapat imbalan apapun dari Yura.

Desa Tani itu terpencil namun tidak terlalu kumuh. Semua berkecukupan hanya saja mereka harus berusaha mendapatkan apa yang ingin mereka makan. Mulai dari memancing ikan di sungai atau harus berburu di hutan. Jika mereka membutuhkan air, mereka bisa mengambilnya di sumur besar yang desa Tani miliki. Namun desa Tani hanya memiliki satu sumur sebagai sumber mata air mereka, jika sumur mengalami kekeringan maka mereka harus mengambilnya ke sungai yang jaraknya membutuhkan waktu setengah hari untuk bisa sampai kesana.

.

.

¤¤kimi no iru machi¤¤

.

.

Tring Trang Treng

Pedang mereka saling beradu satu sama lain. Tak ada satu pun dari mereka yang mau mengalah. Dan Katana itu siap menebas apapun yang ada di hadapannya.

Hiyyaaakkhh

"Kalian hanya bandit murahan" Mata Pria ini berkilat tajam namun wajahnya terlihat lebih tenang dari semua bandit-bandit yang menjadi lawannya, yang terlihat menyeringai buas.

"Kau akan mati di tangan kami" Seringai kejam dari bandit itu perlihatkan, namun sama sekali tidak bisa membuat takut lawannya. Bandit ini kemudian mendecih karena lawan yang ia hadapi saat ini tengah tertawa mengejek.

"Kalian terlalu banyak bicara"

Tring Trang

Pedang mereka kembali saling beradu.

Pria yang jadi lawan para bandit ini sesaat menengadah ke arah langit yang nampaknya siang ini tidak lama lagi akan turun hujan. Pria ini mulai tidak bermain-main lagi. Dan dengan cepat, ia sudah membunuh ketiga bandit yang menghadang perjalanannya.

Mata pria ini memandang rendah ketiga raga yang tak bernyawa di depannya. Dan kemudian ia berlalu pergi dari sana.

"Kau ini dari mana saja, Teme? Kau tahu, aku sudah mencarimu dari tadi huh!" Pria berambut jabrik ini mendengus karena tak mendapat tanggapan dari sahabatnya.

"Hei aku sedang bertanya"

"Ck, ada serangga yang harus ku musnakan"

"Oh jangan-jangan kau yang membunuh para bandit itu!"

Sasuke tau ini sebuah pernyataan.

"Hn"

"Kita tidak boleh terlalu mencolok disini. Ingat tujuan kita yang sebenarnya, Teme!" Mata ini tajam namun yang di ajak bicara seperti tidak peduli sama sekali.

"Kita lanjutkan perjalanan kita saja, Dobe. Kita sudah tidak aman"

"Ini kan gara-gara kau sendiri. Padahal aku masih sangat lapar dattebayo" Naruto terlihat kesal, sedangkan Jalal hanya memutar mata bosan. Mereka berdua pun berlalu dari kedai Ramen dan melanjutkan perjalalanan ke desa berikutnya. Desa Tani.

.

.

¤¤kimi no iru machi¤¤

.

.

.

Konoha

Di sebuah Okiya, dalam suatu ruangan terdapat beberapa lelaki yang menikmati sebuah tarian dengan iringan musik tradisional. Nampak wajah para lelaki disana terbuai dengan apa yang mereka nikmati. Nyanyian, musik serta kemolekan tubuh dari Geisha yang mempertontonkan bakatnya.

"Anak-anakmu memang berbakat, Tsunade"

Senyum manis tersuguh dari wajah Tsunade "Terima kasih Dan-san" wanita berambut blonde ini menuangkan teh untuk lelaki disampingnya. Sedangkan lelaki yang bernama Dan ini terus memperhatikan wajah Tsunade dengan senyuman tipis.

.

.

¤¤kimi no iru machi¤¤

.

.

"Sakura pergilah cari buah-buahan di hutan"

"Tapi Yura-sama ini sudah malam dan di luar juga sedang hujan"

"Tidak ada bantahan, Sakura. Pergilah sekarang!"

Braakk

Dan untuk ke sekian kalinya, Sakura menangis di malam yang pekat ini. Padahal tubuhnya sedang lemas sekarang, ia belum makan apa-apa dari tadi pagi tapi ia harus terus berkerja demi memenuhi kebutuhan Yura.

Akankah ada seseorang yang bisa menolongnya dari semua penderitaanya selama ini?

Sakura sudah menerobos hujan pergi ke hutan. Walaupun harus basah kuyup tapi sama sekali tidak mengurungkan niatnya kesana. Mungkin ia bisa sedikit makan dari buah yang ia peroleh nanti di hutan. Dan dengan pelan Sakura mulai melangkahkan kakinya memasuki hutan yang kini sudah ada di depan matanya.

Sakura bisa melihat kegelapan yang menyelimuti hutan itu. "Semua akan baik-baik saja Sakura. Kau sudah terbiasa dengan ini" Sakura mencoba menghilangkan rasa takut yang menghinggapinya dengan memberi sugesti-sugesti positif pada dirinya sendiri. Ia harus mencari sungai, karena yang di ketahuinya buah yang tumbuh ada banyak di sekitar perairan sungai. Dan ia harus kesana. Butuh waktu berjam-jam agar sampai disana. Akhirnya ia memilih jalan pintas agar cepat sampai disana dan bisa pulang tepat waktu.

..

Di tempat lain, di hutan yang sama. Dalam sebuah tenda.

"Untung saja tanah disini tidak becek, Teme"

"Hn"

"Aku tidak bisa tidur, sialan. Teme, kau jangan tidur dulu ya. Jika kau tidur, tidak akan ada yang bisa aku ajak bicara"

"Hn"

"Hei katakanlah sesuatu. Jangan 'hn hn' saja dari tadi. Kau mulai menyebalkan dattebayo"

"Kau terlalu berisik, dobe" Sasuke mulai memejamkan matanya dan tidak memperdulikan sahabat yang berbaring di sebelahnya mengoceh tidak jelas. Ia terlalu lelah untuk hari ini.

..

Sakura masih berusaha berjalan dengan baik saat ia melewati tanah yang berlumpur. Ia terlihat kepayahan saat berjalan, dan hampir membuatnya oleng terjatuh.

Tanah becek yang di pijaknya seperti bercampur dengan lem sehingga membuat kakinya untuk berat melangkah.

Pandangan mata Sakura juga memburam. Ia tidak bisa melihat dengan jelas karena tetesan hujan yang sangat deras. Tubuhnya juga sudah sangat menggigil. Bibirnya terlihat bergetar hebat. Dan Sakura tidak sadar jika satu meter di depannya, terdapat jurang yang cukup curam.

Satu langkah

Dua langkah

Tiga langkah

Empat langkah

Dan

Kyaaaaaa...

Tubuh Sakura terperosot ke bawah kemudian terguling- guling membentur tanah serta bebatuan yang membuatnya kesakitan luar biasa.

Dan semua menjadi gelap.

.

.

¤¤kimi no iru machi¤¤

.

.

Matahari mulai menampakkan sinarnya. Tetesan embun pun masih juga terlihat sejuk. Hijaunya hutan juga terlihat lebih indah dari pada semalam yang di guyur hujan deras.

Sasuke mulai membuka matanya. Dan terlihatlah onyx sepekat malam itu. Ia menoleh ke arah sahabatnya yang masih mendengkur, lalu ia menatap langit-langit tendanya. Setelah semua nyawanya sudah berkumpul ia bangkit meninggalkan Naruto keluar dari tenda. Sedikit merenggangkan ototnya sesaat lalu ia bergegas menuju sungai yang berada tidak jauh dari tempat ia mendirikan tendanya.

Sampai di sungai, Sasuke bergegas membasuh wajah dan lehernya. Terlihat sebuah uap yang keluar dari mulutnya saat ia menghela napas yang menandakan suhu disana sangat dingin sekali.

Sreeek Sraak krrek

Terdengar suara gemerusuk dari arah selatan. Tepatnya di semak-semak yang tidak jauh dari arah kirinya. Sesaat Sasuke tidak memperdulikannya, namun ia melihat banyaknya binatang kecil seperti kelinci dan tupai berlarian ke arah semak-semak tersebut sedikit membuat Sasuke penasaran.

Dan satu kelinci manis berhenti tepat di depan Sasuke, menoleh melihatnya lalu pergi ke arah semua teman- teman kelincinya yang seperti mengarah ke suatu titik.

Akhirnya Sasuke memutuskan untuk mengikuti kemana para binatang kecil itu pergi. Sasuke mulai mendekat dan semakin dekat. Ia menyibak semak-semak tersebut dan Ia sangat terkejut dengan apa yang di lihatnya. Sasuke melihat sesosok tubuh perempuan tergeletak tak berdaya. Yukata yang sobek di beberapa bagian sehingga memperlihatkan kulit putihnya. Luka goresan serta lebam di seluruh tubuh perempuan itu yang terlihat cukup parah.

Sesaat Sasuke bingung harus melakukan apa. Karena ia merasa tidak ada kaitan dengannya, maka ia putuskan untuk tidak peduli dan berlalu begitu saja dari sana.

Entah kenapa perasaan Sasuke berubah gelisah saat ia sampai di tenda. Bayangan gadis yang terluka tadi terus membayangi otaknya. Sungguh ia tidak ingin peduli, namun di satu sisi, ia merasa harus menolong gadis itu.

Jadi apa yang harus di lakukannya?

.

.

.

.

.

¤¤¤TBC¤¤¤

Ket :

Okiya : Rumah para geisha pada satu tempat. Yah, kayak asrama gitu wkwk

Sebelumnya fic ini sudah saya publish sampai chap 3, tapi karena ada perbaikan cerita, jadi saya publish kembali. Chap selanjutnya mungkin besok saya publish.

ARIGATOU