HUNjustforHAN

Present

.

Short Fict

.

I'm listening Z.tao – The Road, right now

.

.

.

.

.

.

18

.

.

.

.

.

.

Nama Luhan sempat menjadi sorotan selama berbulan-bulan saat fotonya dengan gaun merah provokatif terpampang lebar di puncak gedung Over The World Company; perusaan kosmetik nomor satu di London dengan penjualan tertinggi selama lima tahun berturut-turut.

Bukan hanya tentang kecantikannya, dua tahun memulai karir sebagai seorang model catwalk, Luhan berada di grafik tertinggi kejayaannya saat berhasil mencantumkan nama sebagai model ke 18 yang berhasil mendapatkan kontrak fantastis bersama perusahaan itu, perusahaan yang digosipkan punya presdir muda super tampan dengan tubuh kurus berotot, kulit seputih tulang, rahang tegas dan beberapa Lamborghini di basement apartemennya. Bujangan Korea yang laku keras di tanah London.

Goddess of Earth adalah panggilan untuk gadis-gadis terbaik yang dimiliki Over The World Company; impian nyaris seluruh gadis London dan hal paling menarik bagi dunia selain Coklat ataupun bidadari Victoria's Secret. Diberkati benar nasibnya saat di usia keduapuluh Luhan berhasil menyematkan namanya dalam daftar-daftar tersebut tanpa rintangan yang berarti. Keberuntungan itu ada.

Tapi saat Luhan berada di anak tangga terakhir untuk menggapai dunia dalam genggamannya, dia memilih berhenti. Dan itu cukup menjadikannya kembali menjadi topik pembicaraan hangat di media selama dua bulan penuh.

"Berapa lama lagi ?" gadis itu memberenggut, meletakkan sebelah kaki di atas pinggang kekasihnya yang tengah telungkup di ranjang sambil menghadap layar macbooknya, dengan serius. "Aku bosan!" rengeknya, menggerakkan kakinya agar kekasihnya itu terganggu. Tapi dia tidak mendapatkan apapun selain ucapan 'sebentar lagi ya' dari lelaki menyebalkan disampingnya dan kembali sibuk bekerja.

Dia Luhan. Sang model yang menghilang.

Rambut panjangnya yang lurus dengan warna sehitam tinta cumi berserakan diwajahnya. Sesekali dia meniup poninya dengan gerakan malas. Kaos putih longgar transparan membalut kesempurnaan tubuhnya, dengan tambahan g-string hitam genit, dia tidak memakai apa-apalagi selain itu. Namun ternyata itu semua tidak cukup membuat lelakinya berpaling dari pekerjaan. Menyebalkan!

"Sehun! Aku lapar!" rengek Luhan entah yang keberapa kali. Dia melompat menaiki punggung belakang Sehun dan telungkup di atasnya seperti katak, Dagunya terselip di pundak kekar Sehun.

"Sebentar lagi, Luhan."

Si perengek merenggut. "Itu kalimat yang sudah kau ucapkan sebanyak 12 kali sejak 2 jam terakhir." Rajuknya lalu menggigit bahu Sehun. Kekasihnya terkekeh sebentar sebelum meraih wajahnya dan melumat bibirnya kecil seperti biasa. Dan Sehun akan kembali pada pekerjaannya, seperti biasa pula. Lalu yang Luhan lakukan selanjutnya hanya menghitung detik demi detik lewat jemarinya yang bermain di punggung belakang Sehun. Tentang mengapa dia bisa berada disini, mengapa dia bisa berguling kesana kemari di atas ranjang Sehun yang berwarna abu-abu.

Disesapnya lebih dalam aroma tubuh laki-laki itu, ingat pertama kali saat Sehun memberikan senyuman padanya yang kemudian menjadi sesuatu di antara mereka, aroma ini adalah aroma yang sama. Harum dan maskulin, gabungan sempurna bagi penciuman Luhan. Mata gelap Sehun, surainya yang dinaikkan ke atas dan tatapan misteriusnya, Luhan menyimpan itu baik-baik dalam memorinya; hari dimana dia didaulat menjadi Goddes of Earth ke 18 dan Sehun berada disana untuk mengawasinya berkilau dibalik blitz kamera.

Pertemuan formal, kontrak kerja, makan malam dan menghadiri pesta atas nama perusahaan telah mereka lakukan. Sampai di malam ketika Sehun mengantarkan Luhan pulang, dia tidak tau kenapa malah mencium wanita itu tepat di depan pintu apartemennya; dengan mesra dan bernapas rendah.

Dua bulan setelah ciuman itu, setelah Luhan memberikan password apartemennya pada Sehun, ataupun setelah dia menginap untuk pertama kalinya di kamar Sehun, laki-laki itu malah memberikannya pilihan sulit yang membuat mereka tidak bicara selama seminggu.

"Berhenti menjadi model dan hidup bersamaku, atau ….. kita akhiri hubungan ini. Sejujurnya Luhan, aku adalah jenis lelaki kuno yang tidak suka mengkomersialkan kecantikan wanitanya."

Tujuh hari yang dibutuhkan Luhan demi melerai perang antara batin dan logikanya. Awalnya dia lebih memilih karir daripada seorang lelaki, tapi satu hari di awal minggu bulan Oktober, saat dia menemukan Sehun dengan setelan hitam jahatnya sedang bersandar di kap mobil yang sama sialnya ditambah satu senyuman miring, Luhan menghela napas dalam. Dia mengangkat tangannya tinggi-tinggi ke udara sebelum menghajar Sehun dengan pelukan dan ciuman bertubi-tubi.

Nyatanya Luhan lebih memilih lelaki tampan yang sukses dan kaya alih-alih kesuksesan dirinya sendiri.

"Berapa lama lagi kau membuatku menjadi wanita yang mengiba perhatian kekasihnya seperti ini," keluh Luhan akhirnya menggulingkan tubuh turun dari punggung Sehun. Kakinya menjuntai di sisi ranjang sementara rasa jenuhnya sudah sebagus ukiran pensil di alisnya. Luhan menggumpulkan rambut dan menyimpul helainya membentuk sebuah cepolan berantakan yang manis. "Dosamu sangat besar karena mengabaikan titisan surga sepertiku," desis Luhan kecil dan Sehun terkekeh dibelakangnya. Hanya itu.

Bulu lentik matanya mengerjab beberapa kali selagi tangannya menekan kusen jendela dan memandangi kota London dengan bosan. Dari apartemen Sehun yang berada di lantai 12, Luhan bisa mengamati dengan jelas kesibukan di coffee shop perempatan jalan. Sensasi pahit dan manis pancake coklatnya berhalusinasi dipikirannya, merayu Luhan untuk segera turun atau dia tidak akan mendapatkannya sama sekali.

Liur Luhan bahkan sudah terasa pahit karena terlalu lama menunggu Sehun yang terus berkata 'tunggu sebentar..nanti ya.. sedikit lagi..' dan itu sudah berlangsung selama berjam-jam.

Dia memutar tubuh, bersedekap dada lalu menyampirkan bokong kenyalnya pada kusen jendela. Dalam matanya, Luhan mendapati lemari pakaian di pojok kanan, meja rias beserta tas-tas belanja yang berserakan di sudut kamar, Sehun yang sibuk mengetik pada macbooknya di ranjang, sweater moca tergantung di balik pintu dan hotpants tergeletak di samping nakas.

Beberapa kali Luhan mengajari dirinya sendiri bahwa menjalin hubungan dengan Sehun berarti siap untuk menjalin hubungan secara mandiri. Sehun hanya punya waktu tidur 30 jam selama seminggu, termasuk di dalamnya agenda kencan mereka. Selebihnya, tidak ada yang keparat kaya itu bisa lakukan selain bekerja.

Tapi Luhan juga tidak bisa memungkiri bahwa Sehun bahkan masih terlihat mempesona ketika dahinya berkerut karena grafik turun naik di layar macbooknya. Hanya saja, Luhan adalah spesies wanita yang menginginkan weekend menonton film romantis di bioskop, ataupun bermanja-manjaan seharian di tempat tidur dengan kekasihnya. Sayangnya waktu Sehun sangat terbatas, jadi Luhan memutuskan mengenakan hotpants dan sweaternya dengan ringkas daripada menjadi seonggok kaleng plastik sisa disini.

Wanita mandiri kan ?

"Mau kemana ?" Tanya Sehun saat Luhan menarik tudung sweater menutupi kepalanya.

"Beli makanan." Jawabnya cuek.

"Tidak bisakah menungguku selesai ?"

Luhan mengambil dompet di meja rias sementara Sehun turun dari ranjang. "Sudah 2 jam. Keterlaluan sekali jika kau tidak menganggapnya sebagai waktuku menunggu," ketusnya bergegas menuju pintu. Tapi begitu dia memutar knopnya, Sehun datang untuk mengunci pintunya dan melemparkan kuncinya ke atas lemari pakaian; tempat dimana Luhan akan sulit menjangkaunya.

Luhan mengerang. "Oh Sehun! Apa yang kau lakukan ?!" teriaknya. Namun yang Sehun lakukan malah menarik tangannya dan membuat Luhan jatuh menelungkup di tempat tidur.

"20 menit lagi, aku janji," otot-ototnya yang ketat mengukung Luhan, menjadikan Luhan bantal guling di bawah tubuhnya yang akan menemaninya membereskan satu grafik lagi untuk presentasi hari senin. Gadis itu menggeliat dan Sehun malah semakin mendekapkan tubuh mereka sementara jari-jarinya sibuk bekerja dan mulut Luhan sibuk mengoceh. Tapi setiap kali Luhan mengeluarkan ocehannya, maka dengan gemas Sehun akan mencium puncak kepala wanita itu hingga dia diam. "Selagi menunggu, searching saja tempat makan siang yang kau ingingkan," Sehun memberikan ponselnya pada Luhan.

Luhan mengabilnya.

"Searching tempat makan Luhan, bukan mengecek kotak masuk dan akun pribadi kekasihmu."

Luhan mendengus nyaring.

Beginilah mereka. Sehun di atas sibuk menyelesaikan pekerjaan dan Luhan di bawahnya sibuk mencari restoran-restoran keren. "Aku mau makan di tempat paling mahal! Karena hari ini kau sudah membuatku menunggu sangat lama." Bibirnya cemberut.

"Apapun yang kau mau, sayang. Asal jangan memilih sesuatu yang asam, kau punya riwayat magh, ingat ?"

"Tentu saja. Mulutmu seperti alarm yang selalu berdering saat aku menyentuh cuka makan."

"Selain itu …"

"Apa ?"

"Ganti hotpantsmu. Ini sangat pendek, sungguh pendek dan bahkan terlalu pendek untuk dikatakan sebuah celana. Panjangnya tidak lebih dari empat jari."

Sehun geleng-geleng kepala.

"Sedang ngetrend tau." Luhan membela diri. "Baekhyun bahkan dibelikan pacarnya bikini keluaran terbaru Victoria's Secret. Kau tidak mau membelikanku satu ?"

"Kalau begitu aku akan membeli sebuah pulau lebih dulu."

"Untuk ?"

"Kau berjemur."

Luhan tersenyum kecil. "Tidak perlu berlebihan begitu. Aku tidak masalah berjemur di pantai biasa, tidak akan membuatku alergi kok," katanya; percaya diri.

"Bukan begitu. Aku hanya menyediakan tempat dimana tidak ada orang lain yang bisa melihatmu memakai bikini selain aku."

"Apa?!"

Sehun mendelik disamping bahu Luhan, "Kenapa ?" tanyanya curiga, "Kau mau pamer tubuh di depan laki-laki lain ?"

Luhan menggeleng, saaaaangat pelan.

"Kalau begitu pakai bramu. Aku sudah selesai," pungkas laki-laki itu sebelum menutup macbooknya. "Dan jangan pernah bepergian keluar tanpa bra," peringatnya kemudian mengangkat sedikit tubuh dan membiarkan Luhan membalikkan badan sebelum menduduki selangkangan wanitanya (lagi).

Luhan ikut duduk.

"Kenapa ?" dahi Sehun mengernyit saat lirikan mata Luhan berubah liar. Lalu tanpa aba-aba wanita itu menyentak baju kausnya ke atas, menggoyangkan kepala hingga cepolannya terurai dan membiarkan Sehun meneguk liurnya. "A-apa yang kau lakukan, Luhan ? K-katanya mau makan di restoran ?" Sesungguhnya Sehun gelagapan setengah mati.

Payudara sintal Luhan menggantung bebas dihadapannya.

"Memangnya kenapa ?" goda Luhan menjengkelkan.

"Kenapa melepas bajumu ?"

"Kau menyuruhku untuk—"

"Memasang bra, sayangku. Bukan half naked dan menggoda kekasihmu seperti ini." Frustasi Sehun dengan pandangan tidak lepas dari dada kekasihnya.

Luhan tertawa kecil. "Pikiranmu, Oh Sehun," kikiknya kemudian meraih sesuatu di atas bantal dan memamerkannya pada Sehun. "Aku memang mau memakai bra ku, Tuan."

Salah tingkah lelakinya memang yang terbaik. Luhan menyukai bagian dimana Sehun menggaruk tengkuknya dan tertangkap basah. Dia mulai melingkarkan bra itu pada tubuhnya, tapi pada saat Luhan hendak mengaitkan kaitannya,

"Tunggu sebentar," Sehun menahannya.

Mata hitam laki-laki itu, napasnya yang sengal dan tangannya yang dingin, Luhan tau apa yang akan terjadi selanjutnya saat Sehun mendorong pelan bahunya sampai terjatuh di empuknya bantal.

"Ada apalagi, Oh Sehun ?"

"Bisa tunggu sebentar lagi ?" sebelah alis Sehun terangkat, bernegosiasi.

"Kau mau membuat kekasihmu mati kelaparan ya ?"

Senyuman licik di wajah lelakinya, Luhan mengutuk itu karena pada akhirnya dia meletakkan sebelah lengan menutupi matanya, berkata "10 menit. Oke ?" dan membiarkan Sehun menggumuli payudaranya selama waktu yang telah disebutkan. Itupun jika Sehun tidak ingkar janji.

Lapar Luhan bisa menunggu untuk itu.

Untuk kebejatan Sehun yang membawa kebahagiaan dan kepuasaan duniawi baginya, yang membuat dia tersenyum seperti orang sinting dan membusungkan dada setinggi apa yang lelakinya inginkan.

.

.

.

.

.

.

.

.

END

.

.

.

.

.

.

.

Plis. Jangan ngamuk karena gue malah publish shortfict ini daripada melanjutkan BLACK PIANO. Sumpah, lagi gak mood ngelanjutin ff BP, gak tau kenapa. Mungkin karena gue belum punya inspirasi untuk ngebangkitin feel hurt di chapter depan. Lagi pengen bikin sesuatu yg so sweet sebelum bulan puasa tapi gue terlalu males mau bikin oneshoot yang panjang kekekeke.Lagipula gue lagi sibuk banget minggu ini. Baru beberapa minggu lalu ujian dan minggu ini sama minggu depan gue ujian lagi. Dan untuk bulan puasa, gue baru inget kalo sebentar lagi puasa, jadi adegan anu-anunya dikurangi ataupun ditiadakan dulu ya. /Muke Lu para Mesyumers, gue tau gue tau! Tobat dulu napa sana! Dijadiin kerak neraka baru tau lu pada. Hahahahaha / Itupun kalo gue sempet

.

.

Sebenernya shortfict ini cuma mau gue publish di FB kayak biasanya, tapi kayaknya akun FFN gue terlalu lama dibiarin terbengkalai. Jadi anggep aja ini pengganjal sementara sambil nungguin BP apdet ya. Kekekeke

.

.

Oh iya, gue mau Tanya, diantara readers gue disini, ada gak sih yang dari Pontianak, setidaknya Kal-Bar gitu. Siapa tau ajakan kita satu kampus tapi gak saling kenal.Kan asik juga kalo gue bisa bahas HunHan di kampus. Wkwkwkwk

.

.

.

.

.

Oke. Maaf kalo mengecewakan.

AI LOP YU :*