Sasuke bertarung untuk gadis masa kecilnya―Hyuuga Hinata―gadis yang sampai saat ini perasaannya diacuhkan oleh Naruto.
Naruto bertarung untuk pujaan hatinya―Haruno Sakura―kunoichi yang tidak pernah dianggap kehadirannya oleh Sasuke.
Naruto, dan Sasuke.
Mereka saling bertarung untuk membela perasaan gadis yang mereka anggap penting.
Dan,
Waktu berputar, iringan zaman membuat ukiran sejarah baru yang diawali dengan badai besar yang mengguncang lembah kematian.
Di mana mereka berdua saling bertarung dengan kekuatan yang mereka miliki.
.
.
.
Disclaimer is Masashi Kishimoto
.
.
.
Sasuke pernah berharap memiliki satu ingatan indah yang ingin dia ingat sampai akhir hidupnya. Tentang Aniki, kepala klan Uchiha―Tou-sama, dan wanita yang berjasa dalam hidupnya―Kaa-sama. Saat masih menjadi murid di akademi, Sasuke pernah tidur seharian di ranjang kamarnya, tidak berangkat ke tempat yang seharusnya dia datangi dengan alasan tubuhnya panas―tentu saja itu bohong, Sasuke hanya malas bertemu dengan orang-orang yang ada di sana. Tou-sama dan Kaa-sama percaya, namun Anikinya tidak.
Sasuke berbaring, dengan mata terpenjam dan satu tangan yang menutupi kedua matanya yang tertutup. Musim panas berlangsung cukup lama, bagi Sasuke. Anikinya―Itachi, masuk ke kamarnya dengan membawakan sebuah es krim dengan rasa cokelat. Tentu saja dengan menyelinap, tidak ada orang demam yang dibawakan es krim bukan?
Sasuke menerimanya dengan senang. Aniki mengertinya dengan sangat baik.
Musim panas masih berlangsung. Itachi semakin sibuk, dan Sasuke kembali memasuki akademi dengan bosan.
Naruto bocah yang berisik.
Sakura dan Ino adalah dua orang hiperaktif yang memperebutkannya.
dan―
Gadis dengan mata kelabu yang menyorot sendu pada si baka dobe Naruto adalah eksesitas bola mata kelamnya.
Masih pada musim panas.
Saat kaki mungilnya melangkah memasuki jalanan setapak hutan yang jarang dimasuki orang biasa, matanya mengedar untuk melihat lingkungan sekitar. Sasuke berniat melatih kemampuannya yang menurutnya sudah lebih baik. Sasuke membawa shuriken, kunai, dan beberapa pisau yang tersimpan dengan rapi di kantongnya. Sasuke sudah mempersiapkan itu tadi pagi sebelum berangkat sekolah, agar siang ini―setelah pulang dari akademi, Sasuke dapat langsung berlatih.
Belum berakhir,
―saat tangannya baru saja membuat segel, telinganya yang tajam dapat mendengar isak tangis yang cukup samar.
Terdengar pelan, tapi menyakitkan.
Suaranya masih berada di sekitar hutan, maka kakinya yang mungil meninggalkan tempat yang seharusnya dipakai untuk latihan.
Sasuke mengikuti instingnya yang masih ragu. Dengan wajah kebingungan dan tatapan mata polosnya, Sasuke berjalan dengan cukup cepat mengikuti suara isakan lembut yang menyedihkan itu. Hantu tidak mungkin ada di siang bolong seperti ini 'kan?
Di balik pohon besar di pusat hutan yang cukup luas itu, gadis mungil yang menjadi teman satu kelas akademi nya duduk dengan memeluk lututnya sendiri. Suaranya masih terasa samar meski kini Sasuke hanya berjarak 2 meter dari tempatnya berada. Seberapa tajam kah pendengarannya? Sasuke kembali melangkah dan mengurangi jarak di antara mereka.
Iris matanya yang berwarna gelap memperhatikan sosok yang menyandar pada batang pohon itu dengan lekat. Memperhatikan apa yang terjadi dengan gadis itu sehingga isak tangisnya mengundang dirinya untuk mencari.
Sasuke penasaran.
"Kenapa?" Suaranya seperti tertahan. Sasuke bertanya. Entah mengapa Sasuke merasa aneh kepada dirinya sendiri karena bertanya dengan nada gugup kepada orang yang tidak dikenalnya tersebut. Hanya teman sekelas, tidak lebih. Yang Sasuke tahu tentang gadis itu adalah dia yang keturunan Hyuuga. Hyuuga Hinata―itu namanya.
Gadis mungil yang berada di depan Sasuke tersebut mengangkat kepalanya. Satu tangannya mengucek matanya sendiri yang berair. Hinata―itu memang namanya.
Mata kelabunya yang mirip seperti Hyuuga lain bersibobrok dengan mata kelam khas Uchiha. Sasuke tidak tahu apa yang dia lakukan saat tubuh kecilnya berjongkok dan mengulurkan tangan mungilnya untuk menghapus butiran air yang menuruni mata seindah mutiara yang dimiliki oleh Hinata. Itu refleks bentuk simpati.
"Tou-sama m-melarangku memelihara A-aoi-chan." Suaranya rendah, lirih, dan hampir tidak terdengar jika pendengaran Sasuke berkurang.
Tangan Hinata yang sebelumnya melingkari lututnya terlepas, saat itu Sasuke dapat melihat Kelinci kecil berwarna putih yang tengah duduk di pangkuan gadis Hyuuga itu. Sasuke memperhatikan wajah Hinata. Amethystnya masih sendu, namun pipinya agak sedikit memerah. Karena bertemu dengan orang asing 'kah? Yang Sasuke dengar gadis di dekatnya ini cukup pemalu.
Namanya Aoi―Sasuke mengingatnya dalam hati.
Matanya terfokus pada mata gadis Hyuuga itu yang kini kembali berair.
"Jangan menangis. Halaman belakang rumahku luas, mari merawat bersama-sama."
Sasuke kembali mengulurkan tangannya untuk menghapus butiran air mata yang menuruni pipi gembil Hyuuga kecil itu. Bibir tipisnya mengukir senyum kecil setelah melihat mata kelabu yang menatapnya dengan tatapan tidak percaya. Sasuke semakin memperlebar senyumannya hingga matanya menyipit setelah melihat senyum kecil yang manis terukir di bibir pink kemerahan milik Hinata. Saat itu entah kenapa atau mungkin... mengapa?
Ada perasaan hangat yang menutupi celah dingin di sudut hatinya yang terasa kosong. Sasuke suka Hinata.
Tidak―
―Sasuke menyayangi Hinata.
Itu ingatan yang akan Sasuke ingat sampai akhir hidupnya. Hal yang satu itu.
Sasuke akan mengingatnya.
*o*
Sasuke membuka matanya.
Yang diingatnya pertama kali adalah pertarungannya dengan Naruto―sang pahlawan desa―di lembah kematian. Tubuhnya mati rasa, susah di gerakan dan kepalanya pening adalah hal yang dirasakannya saat dia mencoba bangun.
Sasuke mengedarkan iris kelamnya ke sekeliling penjuru.
Bukan kamar rumah sakit Konoha yang dilihatnya pertama kali, melainkan ruangan dengan lapisan emas, dan hiasan yang menakjubkan yang membuat Sasuke terpana melihatnya. Ada vas bunga besar yang dilatakan di sudut ruangan dengan lukisan abstrak yang menawan. Jendela besar yang hampir memenuhi dinding yang terletak tidak jauh dari ranjang yang tengah dia tempati. Gorden berwarna putih dengan tirai yang disingkap membuat cahaya perlahan-lahan masuk dari celah jendela. Kepalanya memutar, mengamati kembali isi yang ada di kamar―yang tidak ia tahu ini.
Ini bukan Konoha―
Bukan.
Sasuke mengamati selimut yang kini menutupi kakinya. Bahannya yang selembut sutra dan memiliki corak tersendiri.
Tidak ada yang memiliki selimut seperti ini di Konoha―Sasuke bergumam dalam hatinya.
"Sudah bangun?"
Sasuke tidak dapat mengatakan apapun saat matanya menangkap tubuh kurus berbalut gaun indah berwarna biru muda itu tengah berjalan mendekati dirinya dengan membawa nampan dengan mekanan di atasnya. Sasuke belum pernah melihat makanan seperti itu. Gaunnya menyapu lantai, membuat irama gesekan tersendiri yang mendayu.
Mata kelabu yang melihat Sasuke dengan tatapan ceria itu membuat tenggorokannya tercekat, senyum riang yang mengembang di bibir gadis itu membuat matanya terasa panas. Sasuke tidak mempercayai pengelihatannya.
Ini ilusi.
Ini genjutsu.
Tolong seseorang hentikan ini!―suaranya tercekat di tenggorokan.
"Hi-hinata..."―bukankah kau sudah mati?
*o*
"A-ah, aku sudah mendengar kabar itu! Pewaris Hyuuga kini tinggal Hanabi-san bukan? Neji-san sudah meninggal pada peperangan Ninja 1 tahun yang lalu."
"Yah, begitulah. Aku tidak menyangka Hinata-san meninggal. Jenazahnya sekarang akan dimakamkan di komplek Hyuuga."
"Ini pencobaan bunuh diri kan?"
"Banyak yang bilang dia patah hati karena Naruto-san akan menikah dengan Sakura-san."
"Benarkah?"
Hentikan!
Tolong Hentikan!―omong kosong!
Biar kuhanguskan kalian semua yang membicarakan Hinata-ku!
"Eh, itu Uchiha-san!"
Ya!
Pergilah!―pergilah seperti seorang pengecut brengsek!
Hinata-ku mati bukan karena si dobe brengsek itu, melainkan karena dia tertekan dengan aturan keluarganya. Tetua brengsek dan Ayahnya itu menuntutnya terlalu jauh―jadi jangan sok tahu!
Tapi Hinata tidak mati, dia hanya tertidur dan menunggu aku datang menjemputnya―dia sudah janji akan menikah denganku!
Sasuke menggeram marah, iris kelamnya kini berubah menjadi tomoe tiga yang membuat orang di sekitarnya yang mendengarnya terpekik kaget karena geraman menakutkan yang berasal dari ke-frustasian seorang Uchiha terakhir itu. Lihat, bahkan hanya mendengar Hinata-nya dilecehkan orang saja, sharingannya bangkit.
*o*
"Kenapa kau terlihat kaget sekali saat melihatku, Sasuke-kun?"
―kun?
Sasuke mencengkram erat selimut berwarna emas dan marun yang kini menutupi kakinya. Matanya menatap lurus pada mata sewarna kelabu yang memandangnya dengan tatapan menantang. Hatinya bergetar, ada sesuatu yang sesak yang berdetum dengan keras. Sasuke menggeram dalam hati ketika tangan kurus dan berwarna putih itu menyodorkan sendok―menyuapinya―dengan makanan yang sebelumnya belum pernah dia makan. Sasuke berusaha menutup mulutnya, namun seolah terhipnotis, mulutnya bergerak sendiri menerima suapan.
Bahkan dulu bertatap mata 'pun dia enggan!―Sasuke menggeram dalam hati
"Berhentilah berpura-pura perduli, Hyuuga." Nada suaranya dingin―Sasuke ingin cepat-cepat pergi dari sini
Dalam hati Sasuke merapalkan jutsu dengan harapan tangannya akan membentuk segel, namun yang didapatkan oleh kenyataan adalah tangannya yang terpaku di atas selimut tebal membungkus tubuhnya. Apa lagi ini? Sejak kapan Hinata punya jutsu sekuat ini untuk menaklukannya? Bahkan senyum sendu yang terpajang di bibirnya 'pun membuat Sasuke terbungkam paku. Astaga, apa ini?
Ini genjutsu.
Mugen Tsuyukomi telah berakhir dan Madara ataupun Kaguya tidak ada lagi di dunia ini. Jadi, bagaimana mungkin segala kejadian tidak logis ini didapatkan olehnya?
Sasuke menyentak dalam hati.
Ini palsu!
Gadis bergaun cantik itu kembali menarik tangannya. Tatapannya berubah lara, ada senyuman tidak enak yang bertengger di bibirnya yang tipis―dan demi Tuhan!―Sasuke benci melihatnya seperti itu!
"Sebulan lagi kita akan menikah Sasuke-kun, jadi coba terbiasalah denganku yah."
Sebulan?
―Drama macam apa ini?!
Thanks for reading-,