.

Fight With Me

.

Pengarang: Kristen Proby

.

.

.

Park Chanyeol

Kim (Byun) Baekhyun

.

.

Ini BUKAN karya Cactus93, Cactus93 hanya ingin me-remake dan berbagi cerita yang Cactus93 sukai. Cactus93 hanya mengganti nama pemeran, mungkin dialog yang sesuai dengan keadaan. Setting cerita ini tidak di Korea.

.

.

.

Hope u will enjoy this remake^^

Sorry for typos

Happy reading!

.

.

MUSIM PANAS

Terdengar suara benturan ringan saat punggungku menghantam dinding, wajah Chanyeol tenggelam di sekitar leherku, tangannya yang kekar meremas-remas pantatku, rok milikku sudah tersingkap keatas hingga melingkar dipinggangku, tubuhku sedikit diangkat sehingga aku bisa merasakan kejantanannya yang mengeras di balik celananya, yang sekarang sedang berada di antara kedua pahaku. Aku berpegangan pada dirinya, mencoba meraih rambutnya dan mengacak hitam legam itu, kemudian menyusuri rambutnya dengan kedua tanganku. Aku belum pernah melihat dia dengan rambut berantakan seperti ini. Sialan, dia terlihat begitu seksi saat rambutnya berantakannya itu. Rambut itu begitu sempurna dan membingkai wajahnya yang tampan. Dia membuat tubuhku bergetar nikmat dan bibirku terasa kering setiap kali dia menatapku.

Dia tidak pernah menatapku seperti ini sebelumnya, saat ini kami berdua sedang berada di sebuah lorong dengan cahaya temaram, di tengah-tengah apartemennya, tepat di depan kamar tidurnya. Mata kecoklatann itu menyala seakan terbakar, saat ia mendorong pinggangnya kearahku.

"Apakah kau tahu betapa cantiknya dirimu, Baekhyunie?" Bisiknya. "Aku menginginkanmu sekarang, tanpa busana." Tangannya masih meremas pantatku, kemudian dia mengangkatku lagi, dan aku melingkarkan tanganku di lehernya. Dia membawaku ke dalam kamar tidurnya, dan tanpa kusadari tiba-tiba aku sudah berdiri dengan kedua kakiku di depannya. Dengan penuh hasrat, tangan kami saling berebut untuk membuka dan melepaskan pakaian kami dengan cepat, dan melemparkannya dengan sembarangan ke lantai kamar. Dia tidak menyalakan lampu kamar, jadi aku tidak bisa melihat dengan jelas seperti apakah wajahnya saat ini. Tapi oh, tangan itu, aku tidak tahu berapa kali aku duduk dalam sebuah rapat bersamanya, melihat tangan kekarnya yang indah itu, membayangkan sentuhannya, dan tangan itu sekarang sedang berada di tubuhku.

Menjelajahi setiap inci bagian tubuhku.

Bibirnya mencium bibirku, tangannya mengacak-acak rambut pirang milikku, ciuman yang begitu membara, sehingga membuat kedua lututku lemas. Dia benar-benar sangat ahli dalam hal ciuman. Begitu sempurna.

Sangat luar biasa.

Dia menggendongku lagi, kali ini dia membuaiku dengan kedua lengannya dan kemudian membaringkan tubuhku dengan lembut di atas tempat tidur. Tubuhku yang telanjang, terbaring di atas seprai tempat tidurnya yang lembut dan dingin, dan aku berharap saat ini aku bisa melihat keindahan tubuhnya. Sejak setahun lalu Chanyeol sudah menjadi bos-ku, dan sejak itu pula aku selalu berkhayal, membayangkan tubuhnya yang telanjang. Aku selalu menduga ada bentuk tubuh yang menawan, yang tersembunyi di balik pakaian bisnis rancangan para ahli yang biasa dia kenakan pada saat dia bekerja.

Chanyeol mengikutiku naik ke atas tempat tidur, dan aku mengulurkan tanganku untuk menyentuh perutnya, lalu merambah ke dadanya, dan naik ke bahunya.

Sialan, dia pria yang berotot, dan kulitnya terasa hangat serta lembut dan... Wow. Kedua tangannya membelai kedua pipiku, dan menciumku dengan sangat lembut, menghisap dan menggigit bibirku, kemudian ia bersandar dengan salah satu sikunya yang berada tepat di samping kepalaku, dan mengulurkan tangannya yang lain, dengan bebas berkelana untuk membelai tubuhku, mulai dari leher, lalu turun ke arah payudaraku, meremasnya dengan lembut, sambil menggoda putingku yang sudah tegang dengan cubitan kecil lalu dengan perlahan tangannya mulai bergerak turun, perlahan namun pasti untuk menemukan sasarannya.

"Oh Tuhan." Tubuhku melengkung keatas ketika dia memasukkan dua buah jarinya ke dalam daerah pribadiku, dengan lembut ibu jarinya membuat gerakan memutar pada klitoris-ku.

"Oh, Kau begitu basah. Ini begitu sempit. Sudah berapa lama kau tidak melakukannya, sayang?"

Yang benar saja! Haruskah dia menanyakan hal itu kepadaku sekarang?

"Terlalu lama hingga aku tidak bisa mengingatnya lagi." Aku menjawab singkat sambil mengangkat pinggulku mengikuti gerakan jarinya. Ya Tuhan, pria ini sangat ahli bermain-main dengan tangannya.

"Sialan! Aku sangat menginginkanmu. Aku menginginkanmu bahkan sejak pertama kali aku melihatmu." Bibirnya menemukan bibirku, menciumku dengan penuh hasrat, lidahnya mengeksplorasi mulutku, menjilat dan menghisap, gerakan lidahnya ini mencerminkan apa yang sedang dilakukan oleh jari-jarinya di daerah pribadiku. Aku benar-benar terlena, aku memang sudah begitu lama menginginkan dirinya.

"Kita seharusnya tidak melakukan ini," Bisikku, tidak yakin dengan ucapanku sendiri.

"Kenapa tidak?"

"Karena...Ooh Tuhan! yeah di sana." Pinggulku bergerak mencari kenikmatan, aku membiarkan tanganku meremas-remas pantatnya yang keras dan berotot itu. ohh itu adalah pantat yang begitu seksi.

"Dan kau tadi mengatakan?" Dia berbisik menggoda, sambil menggigit lembut leherku.

"Kita berdua bisa dipecat. Kebijakan di perusahaan kita."

"Sekarang ini aku tidak perduli dengan kebijakan apapun." Bibirnya memainkan puting payudaraku, membuatku kehilangan akal sehatku. Chanyeol menjilat dan menghisap, diseluruh bagian perutku, berhenti untuk memberikan perhatian lebih di pusarku, sebelum akhirnya ia tiba di pubisku yang "untung saja" baru saja aku wax – terima kasih Tuhan! –dan sekarang, dia sedang memainkan lidahnya di situ.

"Sialan." Pinggulku bergerak dan tidak bisa diam, aku bisa merasakan dia tersenyum, sebelum akhirnya dia mengeluarkan jarinya dari dalam area kewanitaanku, membuka pahaku lebih lebar, dengan lembut mencium area sensitifku, lidahnya menerobos dan berputar melewati lipatan bibir kewanitaanku dan masuk ke rongga sensitifku. Aku membenamkan jariku ke dalam rambutnya yang tebal, dan ketika aku berpikir aku sudah tidak sanggup lagi menahan gejolakku, Ia menjilat clit-ku, dan memasukkan jarinya ke area kewanitaanku dengan membuat gerakan "mari datang kemari" yang membuatku semakin menggila, gemetaran sambil menghentakkan kakiku di tempat tidur, bergerak maju untuk memberikan akses bagi lidah Chanyeol yang berpengalaman untuk masuk semakin ke dalam area sensitif milikku.

Saat aku tersadar dan kembali ke bumi, aku mendengar suara Chanyeol merobek sebuah kemasan, lalu ia menciumi seluruh tubuhku, menghisap puting payudaraku, dan akhirnya berhenti untuk mencium bibirku. Aku bisa merasakan diriku di bibirnya, aku mengerang, melingkarkan kakiku di pinggangnya, dan mengangkat pinggulku, bersiap untuk menerima dirinya ke dalam diriku. Tapi dia tidak melakukan apa-apa, dia hanya berada diatas tubuhku dengan menggunakan tangannya sebagai tumpuan, kejantannya tepat berada di pintu masuk organ intimku. Nafasnya terengah-engah, andai saja kami tadi menyalakan lampu, aku pasti bisa melihat mata kecoklatannnya itu.

"Chanyeol, aku menginginkanmu."

"Aku tahu."

"Sekarang, sialan!"

"Kau sangat menggairahkan." Ia berbisik, lalu mengecup keningku.

"Aku ingin kau berada didalam diriku." Aku mengulurkan tanganku dan meraih kejantanannya yang sudah ereksi. Sialan, kejantanannya begitu besar. Batang kemaluannya keras dan lembut, dan dia belum memakai kondom. Tanganku mengelus batang kemaluannya, dan….

"Astaga! apa itu?"

Dia terkekeh, menunduk untuk menciumku. "itu adalah 'apa'." Bisiknya.

Di ujung kejantanannya ada sebuah palang logam dengan dua bola kecil di setiap ujungnya, aku benar–benar tidak menyangka. Chanyeol, pria yang terlihat konservatif dengan setelan jasnya, selain seorang bos yang mempunyai rambut yang selalu rapi, ternyata dia juga memiliki tindik di organ intimnya?

"Sebuah - a - apa?" Jemariku menyusuri batang kemaluannya kemudian aku mengarahkan jari telunjukku di sekitar ujung kejantannya, Chanyeol menarik nafas dari sela-sela giginya yang bergemeretak.

"Sebuah apadravya –sebuah tindikan logam yang melewati kepala kejantanan pria secara vertical dari atas ke bawah, biasanya diletakkan di tengah-tengah kepala kejantanan-. Sialan, sayang."

"Kenapa kau menindik kemaluanmu?" Aku tak menyangka akan menanyakan hal seperti itu, andai saja aku bisa melihatnya.

"Kau akan mengetahuinya sebentar lagi." Aku merasakan senyuman dalam nada suaranya, dan merasakan gerakan tangannya diantara tubuh kami, memasang kondom di kejantanannya yang panjang dan mengesankan itu. Dia menciumku lagi, lebih bernafsu, sambil membenamkan tangannya di rambut pirangku. Aku mengangkat pinggangku, bersiap menyambutnya dan merasakan ujung organ intimnya, dan dua bola logam itu tepat di pintu masuk area sensitifku, dengan pelan, oh dengan sangat lembut, dan mudah memasuki tubuhku.

YA TUHAN.

Aku bisa merasakan bola logam itu menyentuh dinding kewanitaanku ketika masuk kedalam tubuh ku, lalu ia berhenti, tenggelam di dalam tubuhku, mulutnya tak berhenti menciumiku.

"Sialan! Aku sangat suka betapa sempitnya dirimu." Kata-katanya membuatku semakin mengencangkankan pelukanku, melingkarnya kakiku di pinggangnya, dan membenamkan jemariku di rambutnya yang indah.

Dia mulai menggoyang pinggulnya, bergerak keluar dan masuk dari dalam tubuhku, sensasi seperti ini tidak pernah ku rasakan sebelumnya. Aku bisa merasakan logam di alat vitalnya yang mengagumkan. Mulutnya juga melakukan hal yang membuatku gila, dan aku merasa tubuhku mempercepat gerakanku, keringat mulai membasahi seluruh tubuhku. Dia semakin mempercepat gerakannya, membuat gerakan berputar seperti sebuah bor dan gerakan itu membuatku kehilangan akal sehatku.

"Ayolah sayang, lepaskanlah." Dan itulah yang kulakukan, orgasme yang begitu dahsyat. Aku berteriak dalam kenikmatan ketika ia mendorong dengan keras alat vitalnya ke dalam area sensitifku, lebih keras dan cepat, dan kemudian pada akhirnya dia pun menyerah pada kenikmatannya sendiri.

"Oh sialan."

ooOoo

Aku baru saja bercinta dengan bosku.

Chanyeol melepas kondomnya, mengikatnya, dan membuangnya kelantai.

"Apa kau baik–baik saja?" Dia bertanya.

Tidak. "Ya."

"Apakah kau membutuhkan sesuatu?" Ia membelai pipiku, aku berharap dia menyalakan lampu, namun di sisi lain, aku bersyukur dia tidak menyalakan lampu itu, karena aku merasa sangat malu, aku tidak pernah merasa malu seperti ini sebelumnya. Suara Chanyeol terdengar begitu jauh, seakan dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan dengan diriku, dan jujur saja aku juga tidak tahu apa yang harus kulakukan dengan diriku sendiri.

"Tidak, terima kasih."

Ya Tuhan, apa yang telah kulakukan? Aku baru saja menikmati seks yang paling fantastis di sepanjang hidupku dengan satu-satunya pria di dunia yang jelas tidak bisa kumiliki sepenuhnya. Ketika ia mengundangku untuk minum di sini, di tempat tinggalnya setelah makan malam dengan kolega kami, seharusnya aku menolaknya tadi, tapi aku tak sanggup melakukannya. Aku sudah menginginkannya sejak hari pertama aku bertemu dengannya, namun perusahaan tempat kami bekerja mempunyai peraturan yang sangat ketat mengenai hubungan sesama pegawai, dan aku juga memiliki peraturan untuk diriku sendiri: jangan pernah bercinta dengan rekan kerja.

Namun, disinilah aku sekarang, tapi aku tidak hanya merasa malu berada di atas tempat tidur bos-ku, di dalam apartemennya yang mewah. Di sisi lain, aku juga merasa sangat bahagia.

Sialan.

"Apa kau ingin aku menyalakan lampu?" Aku menarik tangannya ketika Chanyeol beranjak menjauh dariku.

"Tidak perlu."

"Kau tidak terdengar seperti dirimu. Apa kau yakin kau baik-baik saja?"

"Aku tidak apa-apa, sedikit lelah, mungkin karena terlalu banyak minum anggur."

Dua gelas anggur jelas tidak berpengaruh apapun bagiku, tapi hanya itulah alasan yang aku miliki saat ini. Kami berdua bertingkah sangat kikuk, dan aku membenci itu. Aku tidak tahu apa yang aku harapkan dari dia, aku juga tidak terlalu mengenal dia. Dia selalu bertindak sopan dan sangat professional di tempat kerja, hingga malam ini, aku tidak pernah mengira bahwa ternyata dia memiliki sedikit ketertarikan pada diriku.

Dia memiliki poker face* yang begitu meyakinkan.

Chanyeol mengecup keningku dan menarik selimut untuk menutupi tubuh kami, kemudian tidur meringkuk di belakang tubuhku.

"Tidurlah, kita akan berbicara lagi besok pagi."

Bicara? Berbicara tentang apa?

Aku tidak menjawab, hanya berbaring dan menunggu hingga dia tertidur. Setelah dia tertidur, aku menunggu lagi selama sepuluh menit, untuk memastikan ia benar-benar telah tertidur dengan lelap. Kemudian dengan hati–hati aku melepaskan diriku dari lengannya yang berat … jeez ia begitu berotot!.

Setelan yang biasa dia kenakan di tempat kerjanya benar–benar telah menyembunyikan bentuk tubuhnya dengan baik. Aku berjalan dengan meraba–raba dinding, mencari jalan keluar sambil berdoa agar aku tidak terjatuh dan membangunkannya. Aku menghidupkan lampu koridor, mengumpulkan pakaianku yang berserakan di lantai dan mengenakannya kembali dengan cepat, kemudian aku menyambar tasku dan pergi meninggalkan ruang tamu Chanyeol yang luas dan indah karena ditata oleh para ahli itu.

Aku menelepon taksi dari lobby sebuah bangunan apartemen mewah di kawasan bergengsi di seattle, dan menunggu datangnya taksi itu agar aku bisa kembali ke kantor untuk mengambiil mobilku yang kutinggalkan disana.

ooOoo

Akhirnya aku sampai di depan rumahku. Aku tinggal bersama sahabatku Luhan di rumah ini. Rumah yang terletak di tepi pantai Alki. Aku melihat sebuah mobil Lexus Convertible yang tak kukenali, terparkir di depan dan melihat lampu dapurku masih menyala.

"Luhan?"

"Di dapur!"

"Apakah kau sedang bersama seseorang?" Aku sedang tidak memiliki keinginan untuk bertemu dengan teman baru Luhan.

"Yeah." Dia menjawab.

"Aku akan menemuimu besok pagi, aku akan pergi tidur sekarang." Aku naik tangga untuk menuju kamarku yang ada di lantai atas, masuk ke dalam kamar dan menutup pintunya, lalu mandi dengan air hangat. Kulitku masih terasa sensitif setelah pergulatanku di tempat tidur Chanyeol tadi, aroma tubuh seksi Chanyeol yang maskulin masih melekat di tubuhku. Ada sedikit rasa penyesalan dalam diriku saat ini. Mungkin, mungkin saja jika aku tetap tinggal, kami akan bersenang senang kembali hingga fajar menjelang.

Dan kemudian keesokan harinya kami akan berbicara.

Ough tidak, terima kasih.

Aku benar–benar tidak ingin mendengar pembicaraan Chanyeol mengenai kejadian malam ini dengan mengatakan bahwa kami berdua telah melakukan hal yang kurang bijaksana.

Aku yakin kami berdua tidak akan bisa menghadapi pagi yang aneh keesokan harinya, lebih baik berpura–pura tidak pernah terjadi apapun di antara kami berdua, dan kembali bekerja seperti biasa.

Aku mengenakan celana dalam warna pink ku, dan kamisol berwarna putih. Mengeluarkan handphoneku dari tas kerjaku lalu berjalan menuju ke tempat tidurku. Tidak ada pesan masuk di sana.

Dia mungkin merasa lega seperti diriku saat ini.

Semalaman aku tidak bisa tidur, hanya berbaring, dan mencoba memikirkan apa yang akan terjadi besok pagi, ketika aku menelponnya dan mengatakan bahwa aku tidak bisa masuk kerja karena sakit.

ooOoo

.

AKHIR MUSIM SEMI

Aku mencintai pekerjaanku. Aku mencintainya. Ya Tuhan, kadang aku memang membenci pekerjaanku. Aku membaca sebuah email yang berisi pesan singkat dari bosku, Park Chanyeol untuk kedua kalinya, kemudian aku menelan ludah dengan susah payah.

- - - - - - - - - -
Jumat, 26 April 2016 13:56
Dari: Park Chanyeol
Kepada: Kim Baekhyun
Hal: Kerja lembur
Baekhyunie,

Tolong kumpulkan semua berkas mengenai laporan Radcliffe dan temui aku di kantorku nanti pada pukul 18.00. Aku membutuhkanmu untuk bekerja lembur bersamaku malam ini, mungkin hingga akhir pekan kedepan.

Chanyeol

Sialan!

Selama delapan bulan ini aku sudah mencoba menjaga jarak dengan bosku, dan aku tahu bahwa diriku sudah cukup beruntung karena tidak perlu bekerja lembur bersamanya, namun karena belakangan ini departemen kami telah kehilangan rekan kerja junior kami yang lain, maka akhirnya hanya tersisa aku dan Chanyeol.

Aku bisa merasakan kupu-kupu yang besar dan liar mulai berterbangan di dalam perutku.

Sejak apa yang terjadi pada kami di salah satu malam di musim panas yang lalu itu, aku dan Chanyeol telah mencoba untuk tetap bekerja secara profesional di tempat kerja kami. Dan aku merasa sangat bangga pada diriku yang bisa bekerja secara profesional, karena setiap kali aku melihatnya, aku selalu merasakan getaran yang memberikan sensasi aneh di antara kedua pahaku. Aku memang sudah pernah mengundangnya untuk melakukan kencan ganda bersama Luhan dan suaminya Sehun pada saat pemutaran perdana film yang disutradarai oleh Sehun, namun saat itu aku berusaha sekuat tenaga untuk menjaga agar malam itu tetap berjalan normal.

Dan itu hampir membunuhku.

Aku sangat menyukai pekerjaanku dan aku selalu melakukan pekerjaanku dengan baik hanya untuk kepuasan diriku sendiri. Dan sejak kejadian di malam itu, aku selalu menjaga jarak dengan tuan sex on legs –sebutan untuk seseorang yang sangat menarik secara seksual-.

Dan dia memang telah mencoba untuk mendapatkan diriku kembali dan mengisi tempat tidurnya lagi. Pagi berikutnya setelah kami melakukan hubungan seks terhebat di sepanjang sejarah kehidupan umat manusia, dan kemudian setelah hubungan seks yang luar biasa itu, aku menyelinap pergi meninggalkannya, dia benar–benar marah padaku. Dia menelpon dan mengirim pesan kepadaku untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi pada diriku, dan selama dua minggu aku mengabaikannya seperti tidak pernah terjadi apa-apa. Aku hanya melakukan komunikasi dari rumah dan mengambil jatah liburanku.

Akhirnya dia berhenti melakukannya. Di kantor, kami berdua selalu menjaga diri dan bekerja secara profesional, dan selama itu juga kami tidak pernah membicarakan masalah pribadi, hanya urusan pekerjaan saja.

Dan hari-hari itu benar-benar membuatku merasa sangat marah.

Dan sekarang, aku harus berkerja lembur bersama Chanyeol, hanya karena orang–orang bodoh yang mengundurkan diri dari pekerjaannya hanya karena tidak mampu mengimbangi jadwal kerja kami yang begitu padat.

Brengsek.

Aku menyandarkan diriku di kursi kerjaku dan melihat kearah jam. Jam 17.30. Aku melepaskan kacamataku dan kemudian meletakkannya di meja kerjaku, dan kemudian dengan kedua tanganku yang bertumpu di meja, aku memegang kepalaku. Banyak yang bisa kulakukan di akhir pekan ini, mungkin dengan es krim dan sebuah buku yang menarik untuk dibaca, pikirku.

Aku pasti bisa melakukan ini. Kumpulkan keberanianmu Kim. Aku sudah melakukan pose telanjang untuk cover majalah lebih dari satu kali. Aku juga sudah pernah makan malam dengan para kolongmerat dan juga bergaul dengan para bintang film yang begitu terkenal. Aku punya empat saudara laki-laki yang selalu menggangguku, dan yang sudah mengajariku bagaimana menendang pantat dengan cara yang benar.

Aku pasti bisa kalau hanya menghabiskan waktu beberapa jam bersama pria terseksi yang pernah kutemui di sepanjang kehidupanku, tanpa perlu melepaskan pakaianku didepannya dan melakukan hal yang aneh bersamanya.

Aku rasa aku bisa melakukannya.

Atau mungkin tidak.

Aku kembali mengumpulkan keberanianku, memeriksa ulang untuk memastikan semua panggilan dan email akan langsung dialihkan ke iPhone milikku, kemudian aku pergi ke kamar mandi untuk mempersiapkan diriku menghadapi malam ini.

Aku sangat senang ketika melihat bayanganku yang ada di cermin. Rambut pirang milikku yang panjang masih terlihat ikal. Aku menggulung rambutku pagi tadi untuk membuat rambutku terlihat sedikit ikal dan berlombang. Make up yang kugunakan sangat sederhana dan elegan dan membuat mataku yang berwana biru terlihat lebih indah. Aku memoleskan lipgloss pada bibirku. Kemudian merapikan pakaian kerjaku yang berpotongan sederhana dan berwarna cranberry, lalu sekali lagi menatap bayanganku di cermin. Aku memang diberkati dengan genetika yang bagus. Tubuhku memang tidak seseksi Luhan yang memang diberkati dengan bentuk tubuh yang berlekuk-lekuk seperti sebuah gitar spanyol, namun aku memiliki sepasang buah dada yang cukup besar dan pantat yang kencang. Dan bentuk tubuh inilah yang berhasil mengantarkan aku untuk menjadi cover majalah playboy sebanyak tiga kali. Aku selalu berlatih rutin untuk menjaga bentuk tubuhku tetap seperti ini.

Merasa puas dengan penampilanku, aku berjalan dengan cepat untuk kembali ke ruang kerjaku dengan mengenakan sepatu Louboutin warna hitam milikku, mengambil iPhone milikku dan semua berkas yang diminta oleh Chanyeol. Setelah itu keluar dari tempat kerjaku dan berjalan melewati koridor menuju ke kantor Chanyeol. Asisten pribadi Chanyeol, Nyonya Glover sedang duduk di meja kerjanya. Dia adalah seorang wanita paruh baya dengan rambut yang sudah mulai memutih dan mata tajam yang berwarna coklat. Senyumannya tidak pernah bisa dibaca. Cara kerjanya begitu efisien dan kemampuannya untuk mengantisipasi segala keinginan Chanyeol kadang kala membuatku merasa terintimidasi.

"Halo nona Kim, anda bisa langsung ke dalam."

"Terima kasih." Aku mengangguk dan tersenyum kepadanya. Lalu kemudian aku berjalan menuju ke ruang kerja bosku, mengetuk pintunya sebanyak dua kali kemudian membuka pintu tersebut untuk masuk ke dalam.

"Masuklah Baekhyun, terima kasih sudah datang kemari." Chanyeol berpaling dari komputernya, wajahnya nampak datar.

"Tentu saja." jawabku, lalu melihat sekeliling, ruang kerja Chanyeol sangat luas dengan dihiasi perabotan mewah berwarna gelap. Sebuah kursi berlapis kulit berwarna hitam. Sebuah rak buku yang berukuran besar menjulang tinggi hingga menyentuh langit-langit ruangan ini dan rak itu dipenuhi ratusan buku dan folder yang tersusun rapi menurut abjad. Tidak diragukan lagi bahwa itu semua pasti hasil kerja Nyonya Glover, dia memang seorang wanita yang sangat cekatan. Di belakang meja kerjanya yang mewah ada sebuah jendela kaca besar dengan pemandangan Space Needle –symbol dari kota Seattle, yang merupakan salah satu bangunan yang terkenal di dunia- dan sungai Sound.

Sangat indah.

Aku tidak yakin apakah Chanyeol pernah memperhatikan pemandangan itu.

Aku melangkah mendekat ke tepi kursi warna hitam yang berada di depan meja kerjanya, menyusun berkas yang kubawa tadi ke atas meja kerja Chanyeol, dan berharap dia segera masuk ke dalam pokok pembicaraan.

"Bagaimana kabarmu?" Tanyanya dengan suara lembut.

"Uhm...aku baik–baik saja, terima kasih." Apa-apaan ini?!

"Aku minta maaf karena pemberitahuan yang mendadak ini." Chanyeol mencondongkan badannya kedepan, kedua sikunya bertumpu diatas meja kerjanya, kedua jari tangannya saling bertautan, dan dia menatapku dengan begitu intens. Ya Tuhan, mata kecoklatannnya itu benar-benar menggangguku. Hampir sama seperti tangannya yang juga selalu mengganggu pikiranku, dan dengan cara yang begitu menggiurkan dia...

Cukup! hentikan pikiran kotormu itu sekarang juga Baekhyun.

"Ini adalah bagian dari pekerjaanku." Aku membuka berkas itu dan mencoba mengabaikan pipiku yang merona. "Jadi, ada masalah apa dengan laporan ini ?"

"Bagaimana kabar Luhan dan Sehun ?"

"Mereka baik-baik saja." Aku duduk di kursi hitam itu dan mencoba memahaminya. Mengapa kami berbicara masalah pribadi sekarang? "Luhan akan melahirkan beberapa minggu lagi."

"Itu hebat sekali, bagus untuk mereka berdua." Chanyeol tersenyum, senyuman seksi yang begitu menghanyutkan dan bisa membuat celana dalamku basah, tanpa sadar aku telah membalas senyumannya. Seperti biasa Chanyeol merapikan rambutnya kebelakang, sehingga wajahnya terlihat jelas, dengan dagu yang bersih dan tercukur dengan rapi, dia mengenakan setelan jas berwarna hitam dan kemeja dengan warna senada dilengkapi dengan dasi berwarna biru. Sesaat aku begitu penasaran mengapa dia tidak pernah melepaskan atau menggulung lengan jasnya, namun aku kembali mengingatkan diriku agar tetap berada pada topik pembicaraan kami.

"Yeah, mereka sangat senang. Aku akan menjadi tuan rumah pada acara baby shower –sebuah pesta yang diadakan untuk merayakan kedatangan bayi yang akan segera tiba dengan cara memberikan hadiah kepada orang tua mereka- mereka minggu depan."

"Aku berjanji untuk tidak membuatmu bekerja pada hari itu." Chanyeol berkata sambil mengedipkan matanya kepadaku, membuatku hampir terjatuh dari tempat dudukku karena begitu terkejut akan tingkah lakunya.

Siapa pria ini, dan apakah yang telah dia lakukan pada bosku?

"Bagaimana dengan berkas ini?" Bersamaan dengan pertanyaanku, nyonya Glover mengetuk pintu.

"Makan malam sudah tiba, Tuan."

"Terima kasih Jenny, bawa makanan itu kemari." Chanyeol bangkit dari tempat duduknya dan mengambil dua buah bungkusan besar dari tangan asistennya.

"Rasanya cukup untuk hari ini, kita akan bertemu lagi pada hari Senin."

"Selamat menikmati akhir pekan Tuan, dan kau juga nona Kim." Dia mengangguk sopan kepada kami berdua, lalu berjalan keluar ruangan dan menutup pintu.

"Aku tadi memesan makanan Korea. Aku memesankan makanan yang biasanya untukmu," Chanyeol tersenyum lalu duduk kembali di kursinya sambil mengeluarkan apa yang ada dalam bungkusan itu. Malam ini dia kelihatan begitu bahagia, dan itu membuatnya lebih mudah dijangkau dan sangat bersahabat, berbeda sekali dengan dirinya yang aku kenal selama delapan bulan ini.

Permainan apa yang ingin dia lakukan saat ini?

"Terima kasih." Aku menjawab, dan menyadari bahwa aku memang sedang lapar. Aku mengambil piring dan mengisinya dengan nasi, ayam kimchi dan eggs rolls, kemudian kami berdua makan dalam suasana yang hening selama beberapa menit. Aku merasakan mata Chanyeol sedang menatapku. Akhirnya aku mengambil inisiatif untuk membuka pembicaraan.

"Jadi, ada masalah apa dengan laporan ini?" Aku menanyakan pertanyaan itu sambil menggigit ayamku.

"Aku tidak tahu, Aku hanya ingin makan malam berdua denganmu, dan hanya cara inilah yang terpikirkan olehku untuk bisa melihatmu lagi."

Astaga.

Aku berhenti mengunyah makananku, mataku terbelalak memandang wajahnya yang serius. "Maksudmu?"

"Kau sudah mendengarnya tadi."

Sambil mengerutkan dahi, aku meletakkan piringku di meja kerjanya dengan hati-hati "Jadi, kita tidak akan mengerjakan laporan ini ?"

"Tidak."

"Aku tak mengerti."

Chanyeol meletakan sumpitnya, kemudian membersihkan mulutnya dengan serbet dan kembali bersandar di kursinya, menatapku dengan seksama.

"Baekhyunie, Aku hanya ingin makan malam bersama dirimu."

"Kenapa?" Dan kenapa dia tetap memanggilku Baekhyunie?

"Haruskah aku mengatakannya alasannya?"

"Aku rasa itu lebih baik."

"Aku menyukaimu, aku senang saat melihatmu berada di dekatku." Dia mengangkat bahunya, terlihat ada sedikit rasa tidak aman dan takut, aku tidak terbiasa melihat emosi tersebut di wajahnya yang tampan.

"Tapi kau adalah bosku."

"Lalu?"

"Lalu kita berdua akan dipecat."

"Baekhyunie, ini hanya sebuah makan malam."

"Kau tidak terlihat seperti hanya menginginkan makan malam denganku Chanyeol."

"Menurutmu bagaimana caraku melihatmu?" Chanyeol menatapku dan tersenyum dengan manis, menggodaku.

"Seperti ingin bercinta denganku di atas meja kerja ini." SIALAN...Apakah aku baru saja mengucapkannya tadi?

"Jaga ucapanmu." Senyuman Chanyeol perlahan menghilang seiring matanya yang mulai menyipit menatapku.

Aku mulai panik dan menelan ludahku.

"Ada banyak tempat dimana aku ingin bercinta denganmu, termasuk meja kerja ini, namun saat ini, yang aku inginkan hanyalah menikmati makan malam denganmu."

"Jaga ucapanmu." aku berbisik dan dia kembali tersenyum.

"Memerintah bosmu?"

"Entah kenapa aku tidak merasa bahwa kita sekarang sedang berbicara dalam konteks antara bos dan pegawai." Aku menggelengkan kepalaku dan menatap pria yang ada dihadapanku. "Apa maksud dari semua ini, dan kenapa sekarang ?"

"Makanlah." Jawabnya dengan singkat.

"Tidak, terima kasih. Aku sudah tidak lapar lagi sekarang."

"Hiburlah aku sayang."

"Kenapa kau selalu memanggilku Baekhyunie?" Aku bertanya sambil mengambil sepotong ayam lagi.

"Karena itulah namamu." Matanya menatap mulutku dan aku tersenyum pada diriku sendiri saat aku mengambil sebuah egg roll dan memakannya.

"Semua orang memanggilku Baekhyun."

"Tidak denganku. "

"Kenapa?" aku bertanya lagi.

"Karena nama Baekhyunie lebih cocok untukmu." dia mengangkat bahu sambil menggigit makanannya.

"Tapi aku lebih suka saat kau memanggilku Baekhyun."

"Baiklah Baekhyunie, " Dia mengerlingkan matanya dan tersenyum lebar sebelum menggigit makanannya lagi.

"Aku berani bertaruh, ketika kau masih kecil dulu, gurumu pasti Taoirim surat pemberitahuan kepada orang tuamu yang berisi, 'Tidak bisa bermain bersama anak yang lain dengan baik'."

Chanyeol tertawa dan membuat perutku terasa tegang. "Mungkin saja."

Ketika aku menyadarinya, ternyata aku telah menghabiskan makanan yang ada diatas piringku, aku membuang piring kotor yang tadi kugunakan ketempat sampah, membungkus sisa makanan yang ada dan bersiap untuk pergi meninggalkan dia. "Oke, aku sudah makan, terima kasih atas makan malamnya dan semoga akhir pekanmu menyenangkan." Aku bangkit dari tempat dudukku dan hendak keluar dari ruang kerjanya, saat Chanyeol mencegahku.

"Jangan pergi dulu."

"Kenapa tidak?"

Chanyeol menjilat bibirnya, memasukkan tangannya ke dalam saku celananya dan melangkah mundur, terlihat sedikit gugup. "Tinggallah bersamaku akhir pekan ini, di tempatku."

Aku mungkin sedang berada di dunia lain, atau aku sedang berada di acara super trap. Yeah, ini pasti super trap! aku mulai melihat sekeliling ruang itu mulai dari belakangku hingga ke ujung ruang kerjanya.

"Apa yang sedang kau cari?" Chanyeol bertanya karena heran melihat tingkahku.

"Kamera."

"Kamera apa?"

"Aku pasti sedang berada di dalam acara super trap atau mungkin aku sedang dijebak, agar kau bisa memecatku."

Chanyeol tertawa, tawa kecil yang menggelitik bagian dalam tubuhku. "Kenapa kau berpikir seperti itu?"

"Karena selama ini kau tidak pernah menunjukkan rasa ketertarikanmu kepadaku, dan aku tidak mempermasalahkan hal itu. Namun jika aku tinggal di tempatmu selama akhir minggu ini, kita berdua akan kehilangan pekerjaan kita."

Senyumannya menghilang dan mata kecoklatannnya yang besar itu mulai menyala-nyala, "Pertama, aku tidak perduli dengan peraturan perusahaan. Apapun hubungan yang aku jalani dan dengan siapa aku menjalaninya, itu bukan urusan mereka! Dan yang kedua..."

Dia memegang daguku di antara ibu jari dan jari telunjuknya dan menarikku mendekat, menggesekkan bibirnya di bibirku, dengan lembut menciumku, menggunakan lidahnya untuk menggoda bibirku agar terbuka. Aku jadi mengingat kembali betapa ahlinya pria ini dalam berciuman.

Dia pasti pernah mengambil kursus mencium.

Aku meleleh di dalam pelukannya, berpegangan pada pinggangnya yang ramping, jari-jarinya membelai rambutku, dan dia terus menciumku dengan penuh hasrat. Tubuhku mulai menerimanya dan tidak lagi melakukan perlawanan, aku menyerah dalam nafsu yang murni. Aku berada di dalam pelukannya dan merasakan munculnya sedikit rasa lega di dalam hatiku, karena mengetahui bahwa Chanyeol ternyata masih meyimpan perasaan untukku.

"Aku selalu berpikir bahwa kau adalah wanita yang sangat menarik, sayang." Dia membisikkan kata-kata itu di keningku dan mendaratkan ciuman lembut di sana.

Chanyeol membelai pipiku dengan buku jarinya dan mata kecoklatannnya melembut. "Jadi, bagaimana menurutmu? Maukah kau menghabiskan akhir pekan ini bersamaku?"

.

.

ooOoo

TBC

ooOoo

.

.