PinkuPinkuHunnie present

.

.

.

.

.

"Something about 30 years old Lady"

.

.

.

.

.

Main Cast :

Oh Sehun

Xi Lu Han

Kim Jongin (Kai)

Kyungsoo

Kim Minseok

Park Chanyeol

.

Zhuyi

.

.

Other Cast :

Other EXO's member

SM Ent artist

.

Gender Switch for all 'uke' Character

.

.

.

WARNING!:

RATE M! NC

Maybe full of Dirty Talk and Sorry for Typo(s), OOC, abal abal story and other

Huruf Italic/cetak miring dalam cerita = flashback.

.

.

.

.

.

.

Jangan lupa review ya :*

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Chapter Six

.

.

.

.

.

.

.

.

Semenjak perilisan majalah yang semakin dekat, aku beberapa hari ini tidak tidur di rumah, ah maksudku tidak tidur di kediaman junmyeon hyung. Chen Hyung bilang dia akan selesai dalam dua hari lagi. Aku sendiri banyak membantu Yixing Noona, Kai dan Minseok Noona. Meskipun bukan di bidangnya, aku cukup mengerti pekerjaan mereka. Sedangkan pekerjaanku sendiri? Aku ragu bisa menyelesaikannya kalau begini terus. Omong omong semenjak kejadian sex tidak manusiawiku pada Luhan, Kyungsoo jarang terlihat di Kantor. Dan Luhan? Dia sakit.

Hari itu aku baru saja selesai membantu Kai, karena Kyungsoo tidak kunjung memunculkan batang hidungnya di Kantor sampai hari ini. Kami memutuskan makan siang bersama. Aku, Chen Hyung dan si hitam arang itu memesan beberapa porsi jajangmyeon dan tidak lupa beberapa potong ayam. Kami makan siang di Studioku sambil bertukar pikiran sesama lelaki.

"Kemarin aku melihatmu makan malam lagi dengan modelku." Chen Hyung buka mulut, sambil menyumpit jajangmyeonnya.

"Sudah ke tiga kalinya sejak hari itu. kupikir Chen Hyung tidak tahu." Aku melirik sambil tersenyum miring pada Kai.

"Kenikmatan Duniawi." Kai menyeruput Jajangmyeonnya.

"Yak! Kau pikir itu Ramyoon hah?! Menyembur dasar idiot!" Aku menggoyangkan kepalanya.

Dia tertawa keras sekali. "Baekhyun bilang pacarnya sibuk sekali , jadi ia tidak dapat jatah sexnya. Untung untung menghiburnya , aku menawarkan diri."

Aku dan Chen Hyung melotot. "Bagaimana rasanya?" Chen Hyung bertanya tanpa setitikpun nafsu di wajahnya.

"Lebih nikmat dari apapun. Dia jago sekali! Aku beberapa kali 'keluar'. biasanya satu kali keluar , aku sudah tidak mood karena lawan mainku tidak handal." Kai bicara dengan entengnya.

Benar benar penjahat kelamin ya laki laki ini! Begitu pikirku.

"Kau tidak melupakan kondommu bukan? Aku bisa kerepotan kalau dia hamil." Chen hyung menyeruput lagi jajangmyeonnya.

"Satu kali permainan menggnakan kondom dan sisanya tidak." Kai terus terang.

"Heh Hitam Legam! Kau fikir kau punya apa untuk membiayai super model seperti dia hah?!" aku memukul kepalanya.

"Baekhyun yang memintanya, dasar albino sialan!"

"OHOK OHOK!" Chen Hyung buru buru mengambil minum. "A—apa?! Baekhyun yang memintanya?!"

"dia bilang lebih bagus kalau dia hamil. Itu akan memudahkan pernikahan ia dan kekasihnya. Katanya sih begitu. Aku oke oke saja. Kapan lagi bisa menghentak vagina seindah itu."

Aku dan Chen Hyung memukul kepalanya bersamaan.

"Bagaimana bisa kau mengatakan hal se vulgar itu?! kita sedang makan idiot!"

"Sehun benar Kai! Kau harus di kebiri nampaknya!"

Kai mulai geram. "Ku rasa sedari tadi kita ,membicarakan hal yang tidak pantas untuk dibicarakan saat makan siang."

"Benar juga sih." Aku manggut manggut.

Kai masih saja melahap daging ayam goreng favoritnya. Jam makan siang belum berakhir jadi kami masih berkumpul disini.

"Aku boleh tanya sesuatu?" Tanyaku pada Chen Hyung sambil membuka kaleng sodaku.

"Silahkan."

"Zitao. Apa dia gadis yang sama seperti , maaf sebelumnya. Seperti baekhyun?"

"Aku tidak terlalu tahu. Tapi Zitao lebih pemalu. Dia agak tertutup, dan lebih pendiam. Prilakunya baik dan orang nya penuh kehati-hatian."

Aku mengangguk ngangguk tanda mengerti.

"Dia pernah bilang padaku kalau dia suka laki laki yang rentang usianya jauh dengannya."

Aku hampir saja menyemburkan sodaku.

"Overall, jika disuruh memilih. Aku lebih memilih Zitao dari pada Baekhyun." Chen Hyung menutup botol air mineralnya.

"Aku lebih suka yang bisa di ajak 'main'. Jadi aku pilih Baekhyun." Kai membuang tulang ayam ke empatnya.

"Tapi kalau diminta memilih Lagi. aku lebih memilih Luhan." Chen dan Kai mengatakannya bersamaan, dan aku hanya memutar bola mataku.

.

.

.

.

Seusai makan siang, Minseok Noona memaksaku untuk menengok Luhan. Kalau bukan karena wanita menyeramkan itu aku tidak mau bertemu dengan Luhan. Tapi aku rasa menjauh takkan menyelesaikan masalah. Apalagi aku terikat pekerjaan dengannya. Aku memarkirkan mobil di basement apartemen, dan menaiki Lift untuk bertemu dengan wanita itu.

Aku menekan bel, namun pintu tak kunjung terbuka. Aku menekannya lagi dan sebuah suara mucul. "Tungguu~!"

Pintu terbuka, dan seonggok manusia kecil (nan cengos) itu muncul.

"Mana Ibumu?" Tanyaku Sinis.

"Mama di rawat di rumah sakit, dan malam ini pulang." Dia cemberut.

Kau pernah tersayat pisau yang baru di asah? Aku pernah. Dan begitulah rasanya hatiku saaat mendengar ia masuk ke rumah sakit.

"Sendirian?"

"Kyungsoo Noona merawat mama." Pantas saja si pinguin itu tidak pernah muncul.

"Kalau begitu aku akan kembali lagi besok."

"Sehun Ajusshi tunggu." Zhuyi menggenggam tanganku cepat.

"Zhuyi lapar. Zhuyi belum makan.. Zhuyi bosan sendirian dirumah. hiks.. huweee-." Dia menangis sejadi jadinya, dan entah kenapa hari ini aku tidak bisa mengabaikannya.

"Baik, sekarang ganti bajumu dan kunci rumah. Aku menunggu disini" Aku tersenyum sambil mengusap air matanya.

Dia dengan girang berari kedalam, dan tidak lama ia keluar lagi dengan pakaian rapinya. Aku mengulurkan tangan untuk ia genggam.

Ia meraih tanganku, sambil tersenyum. "Sehun ajusshi. Gendong!" Katanya ceria. Keparat, kalau dia bukan anak kecil. Mungkin sudah kulempar dari lantai tujuh.

"Aku sudah makan. Zhuyi mau makan apa hmm?" aku masuk dan menekan tombol ke basement di Lift.

"Zhuyi mau makan banyaak! Zhuyi mau ayam! Zhuyi mau kentang goreng! Semuanyaa-!" Aku tertawa.

Lift berhenti satu lantai. Seorang wanita paruh baya masuk. Dia tersenyum melihatku menggendong Zhuyi.

"Aigoo, seorang lelaki tampan sepertimu menggendong anaknya~!"

Aku tersenyum kecil, merasa tersanjung. Tapi tunggu dulu, anak katanya?!

"Papamu tampan sekali ya nak. Kalian benar benar mirip. Aigoo, aigoo~!" Si nenek itu makin banyak bicara.

"Anakku?" Aku melihat kearah Zhuyi.

"Papa?" Zhuyi melihat kearahku.

Kami saling tatap tatapan, dan nenek itu tertawa. Dia turun dilantai tiga. "Semoga kalian semakin bahagia ya." Itu lah katanya sebelum turun.

Setelah nenek itu pergi Zhuyi kembali kebingungan.

"Zhuyi mirip Sehun Ajusshi? Zhuyi pikir Zhuyi lebih tampan dari Sehun Ajusshi." Anak itu mengusap dagunya.

Belajar dari mana anak ini?! Banyak sekali gayanya!

Aku sengaja memasang lagu yang mudah di mengerti oleh anak seusia Zhuyi. Kami bahkan bernyanyi bersama. Lagu anak anak yang pernah mengisi hari hariku ketika kecil kuputar kembali. Dan Zhuyi menikmatinya. kami berbegi canda tawa sepanjang perjalanan. Dia banyak menceritakan kehidupan taman kanak kanaknya.

Aku memarkirkan mobilku di parkiran sebuah restoran cepat saji. Zhuyi tak bisa berhenti tersenyum padaku.

"Sehun Ajusshi tidak makan juga?"

"Aku baru saja selesai makan siang."

"Kalau begitu makan ini." Zhuyi menyuapkan kentang goreng ke mulutku, dan aku melahapnya sambil tersenyum.

Zhuyi makan dengan lahap, seperti baru kali ini menemukan makanan. Aku sesekali mengelap bibirnya dan menyuapinya.

"Zhuyi jarang makan di luar?" Tanyaku setelah membantunya mencuci tangan.

Dia mengangguk, sambil duduk kembali di kursinya.

"Pasti karena Mama mu sibuk ya?"

Zhuyi mengangguk suram. "Mama pernah bilang , kalau mama sudah lelah bekerja. Mama ingin istirahat, tapi mama selalu memikirkan Zhuyi."

"Mama bilang setelah menikah mama akan berhenti bekerja."

"Menikah?" ah, dengan si Park itu.

"Iya. Tapi Zhuyi tidak mau Mama menikah dengan orang itu. Zhuyi takut. Dia jahat." Zhuyi meminum jus jeruknya sambil cemberut dan mata berkaca kaca, oh tuhan kasihan sekali malaikat kecil ini.

"Jahat? Apa yang membuatmu berpikiran seperti itu?"

"Chanyeol Ajusshi tidak pernah mau mengobrol sama Zhuyi. Tatapannya seperti penjahat di film kartun kesukaan Zhuyi."

Aku diam sejenak. Memang Di film kartun ada penjahat ? ah sudahlah, biarkan dia berfantasi sesukanya.

"Zhuyi harus terima apapun keputusan Mamamu."

"Tidak mauuu! Zhuyi tidak mau mama menikah dengan orang itu."

"Zhuyi, kau tidak mengerti.."

"Tidak mauuuu!"

"Zhuyi kau harus—"

"Tidak mauu!"

"Zhuyi—"

"TIDAK MAUU HUEEEE SEHUN AJUSSHI JAHATT! SEHUN AJUSSHI TIDAK MAU MENDENGARKAN ZHUYI."

Dia menangis sekencang-kencangnya, dan aku hanya menepuk jidat. Semua orang menatap ke arahku, aku hanya tersenyum pada mereka. sambil berjalan kearah Zhuyi , dan menggendongnya.

"Mau Ice Cream?"

"..." Zhuyi mengusap air matanya.

"Jangan menangis, oke?"

"..." dia memeluk leherku dan mengangguk di ceruk leherku.

"Duduk disini dengan manis ya. Oke?" aku memberikan telapak tanganku dan ia menepukkan nya dengan telapak tangannya. Tangan kami benar benar punya ukuran yang jauh berbeda. lucu sekali rasanya.

Kakiku kembali melangkah pada meja Zhuyi sambil membawa satu cone Ice Cream. Dia sedang mengobrol dengan anak gadis disana, entah siapa.

"Papamu datang." Kata anak gadis itu, sementara Zhuyi hanya bingung. Mungkin karena ia tidak tahu apa arti papa.

"Pa-pa?" Zhuyi mengulang perkataan anak gadis itu.

"Whoaa—papamu tampan sekalii! Seperti orang orang di televisi."

Aku menghampiri Zhuyi dan memberikan Ice Cream itu padanya. Aku tersenyum pada anak kecil itu, dan dia berlari malu malu.

"Siapa dia?"

"Namanya Yujie." Zhuyi menjilat Ice Creamnya.

"maksudku, dia temanmu? Zhuyi kenal dia?"

"Mana ku Tahu." Ucapnya sok Keren. Hampir saja aku naik pitam dan meninggalkannya di restoran.

Aku mengemudikan mobilku ke arah apartemen Luhan. Bersama Anak China bernama Zhuyi yang masih saja aik dengan Ice Creamnya.

"Sehun Ajushhi."

"Hmm?' Aku menyahut tanpa menoleh ke arahnya.

"Papa itu apa?"

"Papa itu pasangan Mama. Seorang pria yang akan melindungimu, menmbiayaimu, dan selalu ada bersamamu."

"Mama selalu melindungi Zhuyi, membiayai Zhuyi dan ada bersama Zhuyi."

"Papa itu seorang lelaki. Pria sejati. Lebih kuat dari Mama. Tampan , dan akan menjadi pelindungmu."

"Zhuyi tidak mengerti."

Aku tetap fokus pada kemudi mobil. "Semua orang punya sepasang orang tua. Papa dan Mama."

"Singkatnya, Papa itu pasangannya Mama. Seseorang yang sangat serasi dengan Mama. Seseorang yang mama cintai."

"Berarti Sehun Ajusshi Papa?" Zhuyi menunjuk kearahku.

"Aku juga akan menjadi seorang papa nantinya."

"Sehun Ajusshi Papa Zhuyi!"

Aku nyaris saja menerobos lampu merah. anak ini, tidak tahu apa kalau aku sedang menyetir?!

"Bukan Zhuyi."

"Tapi Sehun Ajusshi dan mama sangat Cocok. Mama juga pasti mencintai Sehun Ajusshi bukan?"

Oke, sekali lagi anak ini membuatku kebingungan. Masih pantaskah Luhan ku perlakukan seperti di awal? Dan masih pantaskah aku meminta suatu hal semacam, permintaan maaf?

.

.

.

.

.

Aku kembali lagi ke kantor sekitar pukul enam sore. Kyungsoo mengatakan ada yang harus ia bicarakan. Aku sempat menanyakan kepulangan Luhan, dia menjawab Luhan sudah pulang, dan dia sudah istirahat di rumahnya. Syukurlah.

"Kenapa wajahmu?" Aku menatap Kai dari ujung kaki hingga ujung kepala, dan berhenti di wajahnya.

"Kyungsoo menamparku."

"Pffft—kenapa lagi hmm?" aku menahan tawa.

"Jangan tertawa albino keparat!"

"Baik baik, aku tutup mulut."

Kai menghela nafas. Dia berbisik, "Aku berciuman dengan Baekhyun di kamar mandi dan Kyungsoo melihatnya."

"Lalu?" Aku kaget, kaget sekali.

"Setelah Baekhyun keluar, Kyungsoo menamparku keras sekali. Kau Lihat pipiku sampai merah begini."

"Merah? kalau kulitmu seputih kulitku sih aku percaya itu berwarna merah. tapi karena kulitmu lebih hitam, kurasa itu jadi ungu."

"Kenapa kau senang sekali menghinaku, albino keparat?"

"Karena aku sahabatmu, hahaha." Aku menepuk pundak Kai lalu pergi begitu saja, dan dia hanya mendengus kesal.

Aku berjalan santai kearah Studio, sambil memutar kunci studio dan sebelah tangan merogoh saku. Kunciku jatuh ketika ku lihat Kyungsoo dengan wajah sembabnya di depan pintu studioku.

"Akhirnya kau muncul juga, cepat buka pintu studiomu dan biarkan aku menamparmu keras keras!"

Aku menelan ludah sambil berjalan mendekat, membuka studio itu pelan pelan. Dan mempersilahkan dia masuk.

"Aku mau bicara. Soal Luhan."

"Mau ikut campur?" Tanyaku enteng.

"Maksudku soal prilakumu pada Luhan kemarin."

"Dia mengadukan sesuatu padamu hm?" tanyaku, sinis.

PLAK-! Kyungsoo menamparku keras sekali.

"Kenapa kau bisa sekejam itu hah?! Apa yang membuatmu sekejam itu?!"

"..."

"Apa karena usianya?"

"..."

"Atau karena statusnya dengan Chanyeol?!"

"..."

"Jawab Sehun! Jawab!" Kyungsoo menitikkan air matanya.

"Kau tidak tahu bagaimana hubungannya dengan Chanyeol?! Kau Tidak tahu bagaimana Chanyeol bermain di belakang dengan Baekhyun?! Luhan sudah punya firasat tentang itu semua! Aku yakin Ia tahu! Tapi apa yang bisa ia lakukan?! Ia terlalu sabar!"

"—Dia berfikir untuk melupakan Chanyeol dan mulai memikirkanmu. Tapi apa?! kau malah seperti ini?!"

"—Kau tidak keadaan dia! Kau jahat! JAHAT!" Kyungsoo memukul dadaku."

"Jawab aku OH SEHUN!" Ia menarik rambutku.

"Kau marah marah padaku karena Luhan? Atau karena Kai?"

Kyungsoo diam. Ia mengepalkan tangannya, dan mengusap air matanya. "Aku harus pulang." Katanya sesenggukkan.

Kyungsoo berjalan cepat sambil menghentak hentakkan kakinya. Dia masih menangis. Dan aku? hanya diam sambil memikirkan semua kata katanya.

.

.

.

.

Setelah melihat semua hasil foto Chen Hyung, aku benar benar tidak bisa berkutik. Sempurna. Terlebih lagi ia punya team. Sial ! Pikiranku kacau dan sekarang dalam dua hari aku harus menyelesaikan bagianku, yang tentu saja lebih banyak porsinya ketimbang milik Chen Hyung. Kalau bukan karena Luhan, mungkin aku tidak akan se-stress ini.

"Kau baik?" Chen Hyung melihat ke bingunganku, ia mengeluarkan sapu tangannya dan memberikannya padaku

"Aku baik Hyung, terima kasih." Aku menelan air liur.

"Kau sudah selesai melihat?"

"Hmm."

"Kalau begitu aku permisi. Semagat Sehun-ah!" Chen Hyung tersenyum, dan kemudian berlalu.

Baru saja beberapa saat Chen Hyung keluar, Yixing Noona justru masuk. Sambil membawa pakaian pakaian berbagai macam model. Dan dengan entengnya nyengir, padahal sudah jelas aku terlihat frustasi.

"Luhan?"

"Tidak tahu."

"Hmm begitu." Dia menyimpan pakaian pakaian itu dengan menggantungnya rapi.

Yixing Noona membuka coatnya. Memberikan sekaleng kopi padaku.

"Tenanglah Sehun. Hasil Chen memang spektakuler. Tapi ingat kita punya model yang punya nilai jual tinggi. Luhan! Kita punya Luhan!" Ucapnya sambil menepuk nepuk pundakku.

"Ayo kita test kameramu!"

Aku tersenyum kecil sambil membuka kaleng kopi pemberiannya, meminumnya sedikit dan menaruhnya di meja.

"Sudah lama sekali tidak bertemu denganmu." Ucapku pada tas hitam berisi kamera dan lensa lensa yang tajam.

"Noona bisa berdiri di Spot utama?"

"Tentuu~." Yixing Noona berdiri di tengah tengah lapak putih yang biasa di gunakan untuk spot utama pemotretan.

Aku percaya dia mantan model, buktinya ia tahu dimana posisi yang baik.

CKREK-!

Satu Jepretan terbentuk dengan indahnya. Aku bisa menyelesaikan semua ini, aku yakin.

"Sore ini kita lakukan pemotretan di kolam berenang Kantor!"

"Hah?! Yang benar saja Noona?!"

"Kita harus memperkenalkan kantor kita sendiri Sehun-ah~. Ingat! Nilai jual bukan tergantung pada seberapa indah tempatnya! Tapi seberapa indah tangan pemotretnya!"

Aku tertawa, sambil menyisir rambut ke belakang dengan jemariku. Terima kasih Noona, sudah membuatku kembali percaya diri.

"Aku sudah meminta staff untuk menghias kolam, jadi kau tidak perlu khawatir. Banyak orang orang untuk figuran juga."

"Hmm.. baguslah."

"Mereka semua orang barat, hanya Luhan wajah Asia, jadi dia akan dengan mudah di tonjolkan bukan?"

"Hmm."

Luhan mengetuk pintu Studioku kemudian masuk ke dalam. Dengan fisik yang seperti nya masih terlalu buruk untuk pemotretan. Rambutnya diwarnai sewarna cokelat hazel, seperti cokelat susu yang diberikan zhuyi padaku tempo lalu. Hanya saja lebih terang. Kau tahu? Kakiku ingin melangkah menghampirinya, tanganku ingin menariknya kedalam pelukanku, mataku ingin menatap matanya dengan tulus, mulutku ingin menciumnya dan berkata 'aku minta maaf'.

"Jie jieee—!" Yixing Noona menerjang Luhan dan nyaris saja mereka jatuh.

"Ahh maaf. Jie jie pasti masih lemas sekali ya-!"

Luhan hanya tersenyum kecil. "Aku baik baik saja." Ia menatapku dengan tatapan sendu.

Yixing Noona membawa Tas make upnya dan menentengnya keluar dari studioku sambil memberi aba aba bahwa kita harus ke luar. Luhan mengangguk, dan Yixing noona berlalu. Meninggalkan aku dan Luhan berdua di dalam sini.

"Kau baik?"

"Hmm?" Suara lembutnya bisa ku dengar lagi, walaupun lebih lemah dari biasanya.

"Kau baik baik saja kan Luhan?" Aku berjalan menghampirinya.

Luhan hanya mengangguk. Ia membuka jaketnya dan menatapku. "Lihat aku Sehun." Ucapnya sedikit menggoda.

Aku menolehkan kepalaku padanya. Luhan dengan spontan membuka kausnya, dan menyimpannya asal. Aku membulatkan mataku, dan ia membuka ikatan rambutnya dengan sensual, sembari mendekat padaku. Aku sendiri tidak mengerti apa maksud dari semua ini. Dia terus mendekat dan mengikis jarak antara tubuhku dan tubuhnya. Luhan mengalungkan tangannya di leherku, ketika kakiku sudah menabrak meja. Luhan menatapku dengan nakal, kemudian salah satu tangannya memeluk tubuhku, dan sebelah tangannya lagi mengelus ngelus dadaku dari luar kaus hitamku. Dia menciumi leherku dengan seduktif, sabil sesekali mendesahkan namaku. Aku masih mencerna pikiranku, apa yang ia mau sebenarnya?

"Kau baik Hmm?" aku berbisik sambil melingkarkan sebelah tangan di pinggangnya.

Dia dengan perlahan menggapai bibirku, memberikan cumbuan paling bernafsu darinya, yang baru ku rasakan. Ia melumat bibirku habis habisan, dan menghisapnya pelan pelan, terlalu sensual! "Pelacur harus di perlakukan seperti pelacur. Pelacur harus bersikap selayaknya pelacur. Benar bukan?"

Ia berbisik ke telingaku. "Oh Se-Hun?"

"Arghh-!" aku mendongakkan kepala saat tangan lembut Luhan mulai menyentuh selangkanganku dan meremasnya pelan pelan.

Dia melepaskanku begitu saja dan tersenyum nakal sambil menggigit bibirnya, menjauh dariku. Berengsek!

.

.

.

.

Aku mengatur lighting, bersama dengan Chen Hyung, kami harus menciptakan pencahayaan yang sama.

"Tidak pernah terpikirkan konsep Pool Party di otakku." Aku lagi lagi menyisir rambutku dengan lima jari, kau perlu tau karena pikiranku terus pada wanita cantik bernama Luhan itu, hari ini aku tidak memakai pomade, dan tidak menonton film porno.

"Aku tidak Yakin ini otak Kyungsoo."

"Padahal dia polos sekali." Aku menggerutu.

"Kenapa mengambil gambar di sore hari menjelang malam begini? Kenapa tidak mengambil langsung di Malam Hari saja?"

"Lihat saja nanti Hyung. Ideku memang sederhana, tapi akan meledak ledak hasilnya." Aku tersenyum bangga.

"Bilang saja kalau konsepmu itu terlalu vulgar untuk di katakan." Chen Hyung memukul kepalaku pelan.

"Ahahaha, bukan Oh Sehun namanya.."

"..Kalau tidak mesum." Chen Hyung melanjutkan. Aku hanya nyengir, dan dia memukul kepalaku. Lagi.

"Aku tidak bisa menemanimu sampai larut, jadi mungkin aku akan pulang." Chen Hyung mengambil sesuatu. Lebih tepatnya menggulung sesuatu.

"Apa itu?"

"Tumblr Light."

"Aku butuh itu."

"Sungguh? Berapa meter?"

"Semuanya, simpan saja di studioku."

"Aku tidak mengerti mau kau apakan lampu lampu ini." Chen Hyung geleng geleng.

"Lihat saja Nanti Hyungku yang manis."

Chen Hyung lagi lagi menggeleng gelengkan kepalanya. Ia menggulung semua lampu yang tidak terpakai itu.

Aku meminta dentuman musik tetap menyala, supaya pada model figuran itu bisa tetap berjoget dengan natural. Luhan nampak tidak nyaman dengan pakaiannya, apa bikini terlalu vulgar baginya? Atau ia malu karena aku yang memotretnya? Atau karena ia mengingat pertemuan pertama kami ? dia menatapku ragu, aku melihat sekeliling dan rupanya Baekhyun ada di sudut sana, dekat pintu keluar bersama Zitao yang sedari tadi mencuri –curi pandang ke arahku.

"Kau baik Lu?" aku menggoyangkan tangannya pelan.

Dia mengangguk.

Aku menyentuh kedua pipinya, tersenyum sambil berbisik. "Aku minta maaf soal kemarin, jadi bersemangatlah Luhan. Kau bisa lebih dari mereka! setelah ini aku perlu bicara empat mata denganmu. Mengerti?" Aku tersenyum.

Dia mengangguk dan tersenyum kecil.

"Bagus." Aku mengecup bibirnya, seratus persen aku yakin tidak ada yang melihat kami. si figuran sibuk berjoget dan yixing noona sibuk membereskan alat make up. Dan dua orang di ujung sana? aku tidak peduli.

"Lakukan yang terbaik Luhan!" Aku berjalan mundur.

"Perlahan lahan buka jaket jeansmu. Berikan aku jeda waktu lima detik sampai itu semua terbuka dan kibaskan rambutmu setelahnya. pasang wajah ceria terbaikmu! arrasseo?!" aku sedikit berteriak, tidak ada salahnya menyemangati dia bukan? Lagipula seumur hidup aku tidak pernah seperhatian ini pada modelku. Aku bahkan hanya bicara Yes, sure, of course, dan kata kata singkat lainnya.

"N—ndee-!"

"Ready?! – 1! 2! 3!"

-CKREK! Luhan menatap lensa kamera dan tersenyum padaku, malaikatku kembali. Pesona nya memancar, seakan ia sedang melebarkan sayapnya dan membuat semua wanita menatap iri padanya. Lima detik terakhir sampai ia membuka jaketnya, memperlihatkan semua keindahan dalam tubuhnya. Luhan terus berganti pose sambil menikmati dentuman musik, wajah cerianya terbingkai dengan indah di kameraku. Selamat datang kembali Luhan. Malaikatku.

Luhan mengganti pakaiannya dengan satu pasang bikini berwarna kuning dengan tali di belakang leher. Suasana menjadi Hening karena ini waktunya aku mengambil gambar Luhan seorang diri. waktu menunjukkan pukul delapan malam, tidak ada orang selain aku, Luhan dan Yixing Noona disini.

Luhan duduk terapung diatas ban bebek sambil memeluk leher si bebek. Hahaha lucu sekali, dia seperti anak kecil.

"Lakukan dengan cepat, aku tidak mau rambutku ikut basah." Luhan cemberut

"Iya sayang." Dan, yixing Noona spontan melotot ke arahku.

" Tetap Diam-!"

CKREK-! Luhan si hazel dan bibir merah nya terlihat manis saat memeluk si bebek.

"Kakimu di antara kepala nya." Aku mengarahkan Luhan sambil membuka dua jariku.

Luhan mengangguk dan menaruh kakiknya diantara kepala bebek itu. CKREK-Ckrek—Ckrekk!

Sesi foto kedua di akhiri dengan Luhan yang menarik tali Bikini di lehernya, kau perlu tahu bahwa aku menahan sesuatu diantara kakiku. Menahan agar ia tidak memintaku untuk memangsa vagina Luhan lagi.

.

.

.

.

"Kau bisa mengurusi sesi terakhir sendirian?"

"Aku tidak tahu, tapi kurasa bukan masalah."

Yixing Noona memicingkan maat. "Kau yakin tidak perlu bantuanku? Kau yakin tidak mau aku disini?"

"Kalau Noona mau orgasme bersamaku atau self servis silahkan saja. Noona akan basah melihatnya."

"Yak! Bicaramu itu terlalu vulgar sekali eoh?!" Yixing Noona menendang kakiku dan mengambil Coatnya.

Aku hanya meringis sambil mengusap-usap kakiku.

"Lu Jiee-! Kau akan baik baik saja berdua dengan orang ini?! Aku tidak yakin, aku takut sesuatu terjadi padamu, Lu jie." Yixing Noona berteriak.

"Yixing, aku memang hanya berduaan dengan Sehun di sini. Tapi di luar masih banyak orang bukan? Aku yakin Minseok dan beberapa kepala tim lembur sampai perilisan pertama majalah.

"Hmmm. Baiklah, kalau begitu kutinggal ya?" Yixing Noona kelihatan cemas. Tetapi ia tetap saja pergi.

Luhan mengganti pakaiannya dan berjalan ke arahku sambil malu malu. Aku sedang mengurusi lampu wana warni yang Chen Hyung sebut dengan apa tadi, Tumblr Light? Apapun namanya aku tidak terlalu peduli.

"Sehun.." Luhan duduk di kursi bar.

"Hmm?"

"Maafkan aku, soal yang tadi.. aku tidak tahu kalau kau akan minta maaf secepat ini." Aku tersenyum, manis sekali malaikatku ini.

"Ah, iya Luhan." Aku berdiri di hadapannya.

"Aku minta maaf, sudah meninggalkanmu hari itu. juga sudah melakukan hal yang tidak pantas padamu hari itu."

"Kau janji tidak akan sekejam itu lagi?" Luhan menatapku dalam.

"Janji." Aku mengulurkan kelingkingku.

"Kau janji tetap berada di sampingku?" Luhan mengulurkan kelingkingnya juga.

"Janji,"

Ia tersenyum dan menyambut kelingkingku. Kami berciuman dengan kelingking yang masih bertautan. Luhan melepaskan ciuman kami dan tersenyum, ia meraih kedua pipiku dan kembali menempelkan bibirnya.

"Sehun.."

"Hmm?"

"Aku ingin kau berjanji padaku.." Luhan memainkan jemariku.

"Berjanji untuk apa?"

"Berjanjilah kau akan selalu disisiku..

Dan selalu mencintaiku...

Sehingga perlahan lahan aku bisa menutup hatiku untuk Chanyeol. Dan membuka lagi hatiku padamu."

Aku tertawa kecil, dan mengangguk.

"Tunggu.." Suara bass berat itu datang dari arah pintu

"Menutup Hatimu Untuk Siapa Luhan?" Chanyeol berdiri dengan wajah murkanya di dau pintu studioku yang terbuka.

Luhan menatap Chanyeol takut. Ia menggenggam tanganku semakin kuat. Aku bisa melihat, Luhan masih punya setitik rasa pada lelaki bertelinga lebar itu, atau mungkin lebih?

"Menutup hatinya untukmu, Park." Ucapku enteng, membuat ia lebih geram.

"Se—sehun.." Luhan menggeleng padaku, ia melarangku menantang laki laki ini.

"Dia milikku, Sehun. Lepaskan." si Park menatapku penuh emosi.

"Milikmu? Hah-! Omong kosong Playboy!"

Dengan sengaja aku membawa Luhan ke pelukanku dan mencium bibirnya mesra. Membuat si Park melotot ke arahku. Ciumanku pada Luhan semakin intim, sampai Luhan mendorong dadaku. Dan si Park menarik Luhan ke pelukannya.

BUGGGHHH-! Satu hantaman dari kepalan tangannya jatuh di pipiku. Dan Luhan menutup mulutnya.

"Ikut aku!" Chanyeol menarik tangan Luhan, namun Luhan menepis tangan lelaki itu.

Luhan terus bersikukuh ingin lepas dari cengkraman si Park. Karena ia ingin menghampiriku.

Si Park menatap sinis padaku yang berada di bawahnya. Ku balas tatapannya dengan tatapan benci, dan

DUAKH-! Ia menginjak kepalaku, keras sekali. Hingga hidung dan mulutku berbenturan dengan lantai, dan tetesan air merah itu keluar.

Si Park menarik Luhan keluar dari studioku. Namun kulihat dengan ujung mataku Luhan tidak ingin pergi. Kulihat Luhan memanggil namaku pelan, Meneteskan air matanya dan terus menggumamkan

'Mianhae..Sehunnie...'

.

.

.

.

.

.

.

.

To Be Continue

.

.

.

.

.

.

.

.

.

OKE PINKU ga akan banyak bacot wkwkwkwkwk

Sebenernya/seharusnya FF ini di upload tepat tengah malam, namun karena author malah asik Rpan jadi baru beres jam 06:44 Bwahahahahaa.

Ini Update berjamaah sama author Hunhan GS indo.

Kakak kakakku tercinta :

BaekbeeLu

LolipopSehun

Xiugarbaby

HunhanSlays

Dedek emesh FujoAoi

Dan si teman per 'mesuman' Dark Eagle's Eye

Wkwkkwk MIANHAE AKU TELAT BWAHHAHAHAHAHHAHAHAHAHHAHA.

.

.

.

.

Ah iya! aku ada UAS dari tanggal 05 s/d tanggal 12. Jadi Mohon doanya!

Setelah UAS aku punya jatah libur lagi 2 minggu menuju semester 2 wkwkwk. Jadi tenanggg bakal update2 lagi kok.

Sekarang aku pengen nuntasin Something about 30 years old lady nihh. Tapi snow white tears masih tetep lanjut kok!

Buat info FF ini bakal ada 9 Chapter. Kalau snow white teras gatau, soalnya otu cem sinetron banyak sedihnya.

Tetep bantu pinku dengan review review kalian ya... pinku butuh itu. sumpah..

Pinku benar benar berterima kasih buat kalian yang sempat berkomentar soal Chapter baru, pinku suka readers yg cerewet ^^.

.

.

.

.

Makasih Buat para readers baru yang udah niat banget ngebut baca FF abal abal ini /bows/ Pinku cinta kaliaan

.

.

Makasih buat kak KIM124 yang udah bikin aku sadar dan mengembalikan rasa bertanggung jawabku pada para readers. Makasih ka i love you muaaach. Aku bakal tamatin ini kok ^^

.

.

.

.

Buat semuanya makasih ya.. Pinku lelah, mau bobo :( piku belum tidur nih, gaar gara ngetik ff ini wkwkwkwk.

.

.

.

Pinku bakal mengusahakan dengan sebisa mungkin agar bisa update setiap 2 minggu satu kali. Atau satu minggu satu kalii :''( pinku ngga mau kehilangan jiwa nulis(?)

.

.

.

Btw, pinku sedih di chapter 5 sedikit banget reviewnya :'') tapi gapapa pinku tau kok itu karena pinku kelamaan..

.

.

.

Terakhir pinku mau terima kasih yg sebanyak banyaknya buat kalian, Pinku ngga aada artinya tanpa kalian.. Pinku sayang kalian MUACHHH /tebar cipok/