Kini jelas bagi Hinata, ia telah berdiri di depan altar. Di sampingnya Sasuke berdiri dengan penuh senyuman dan mata yang jernih dengan khidmat mendengarkan ucapan pendeta. Sedangkan Hinata dengan gugup dan perasaan hampa hanya dapat menggenggam buket bunganya lebih erat.

"Sasuke Uchiha, maukah kau menerima Hinata Hyuuga sebagai istrimu dalam keadaan sehat maupun sakit, dalam suka maupun duka tetap saling mencintai dan menghormati sampai maut memisahkan?"

"Bersedia."

Jawaban Sasuke mantap, tak ada garis keraguan.

"Hinata Hyuuga maukah dirimu menerima Sasuke Uchiha sebagai suami dalam keadaan sehat maupun sakit, dalam suka maupun duka tetap saling mencintai dan menghormati hingga maut memisahkan?"

Bisakah aku?

Hinata masih terdiam dengan pandangan kosong, Sasuke yang berdiri di sampingnya melirik pada Hinata dengan gugup.

Ini adalah janji kepada Tuhan, bisakah ia berbohong? Bisakah suatu hari nanti ia mencintai Sasuke? Apakah rumah tangga yang diawali kebohongan ini bahagia?

Para tamu mulai berbisik karena kediaman Hinata.

Pendeta juga terbatuk sekali, mencoba menenangkan yang lain.

Itachi yang duduk di samping orang tuanya hanya bisa tersenyum kecil menatap punggung dan kediaman Hinata.

Jangan ragu, terima saja...

"Apa yang terjadi pada Hinata-chan?" Ibunya Mikoto terlihat khawatir.

Fugaku memegang tangan istrinya lembut. "Yakinlah, mungkin Hinata hanya gugup.

Suara batuk pendeta menyadarkan lamunan Hinata.

"Aku bersedia."

Tidak peduli apa, aku sudah berkomitmen akan hidup dengan bahagia bersama Sasuke. Tidak perlu ragu Hinata... Sasuke sangat mencintaimu, buka hatimu pelan-pelan... Meski tanpa cinta darimu, rumah tangga ini akan baik-baik saja. Kau hanya perlu membiarkan waktu mengikis dan melarutkan kepedihan serta memori yang lalu...

"Maka ku nyatakan kalian sebagai suami istri yang sah. Silahkan mempelai pria boleh mencium istrimu sekarang."

Hinata tidak lagi menundukkan kepalanya, ia mendongak pada Sasuke yang tingginya berbeda satu kepala dari Hinata. Pria yang menjadi suaminya kini penuh dengan gelembung cinta di sekitarnya.

Senyuman pria itu jelas sangat tulus, Hinata bahkan tidak tahu wajah seperti apa yang harus ia tunjukkan pada Sasuke. Rasa bersalah jelas menjerat sanubarinya.

Jemari dingin Sasuke menyentuh pipinya, menangkup wajahnya dan pria itu mendekat. Membawa rasa gugup dan debaran yang membuat kepala Hinata pusing.

Tidak ingin terus melihat onix Sasuke yang penuh damba, Hinata memilih untuk segera menutup matanya.

Sasuke yang melihat kegugupan Hinata merasa lucu dalam hatinya. Betapa manisnya reaksi Hinata hari ini. Tapi melihat mata tidak fokus Hinata menutup, Sasuke dengan ringan menganggapnya sebagai izin.

Bibir lembut Hinata bersentuhan dengan bibir Sasuke. Ciuman yang dikira ringan itu sekarang seolah menuntut. Lidah Sasuke mengusap bibirnya meminta izin untuk memasuki mulut Hinata. Aroma mint dan citrus yang segar terhirup oleh penciuman Hinata. Lidah Sasuke juga menjelajahi gigi dan gusinya, lalu lidahnya mulai menari dengan lidah Hinata. Ciuman khas Perancis itu menciptakan suara decakan yang cabul. Ruangan gereja ini terlalu sepi karena terpana, membuat Hinata malu dengan suara yang dihasilkan. Hinata kewalahan, kepalanya semakin pusing, lututnya melemah dan jantungnya berpacu.

Menyadari ketidakberdayaan Hinata, Sasuke menyerah segera melepaskan bibir Hinata yang memabukkan.

Bibir istrinya sangat lembut, mulutnya beraroma strawberry, juga sangat manis.

Sasuke hanya bisa tersenyum puas, ia memandangi mata Hinata yang berkabut, wajahnya yang memerah cerah, juga bibirnya yang agak bengkak dan mengkilap hasil ulah Sasuke sendiri.

Gemaan tepuk tangan dan sorakan tamu segera menyadarkan Hinata. Dirinya sudah tidak sanggup untuk menegakkan kepalanya. Ia terlalu malu.

Sedangkan Itachi yang melihat ciuman yang sangat lama itu hanya bisa membiarkan dadanya mengkerut sakit. Sebisa mungkin Itachi tetap mempertahankan wajah tidak peduli miliknya. Ini tidak mudah.

Gadis itu bukan lagi miliknya, dengan tangan dan mulutnya sendiri Itachi sudah menyakiti dan membuang Hinata. Meski Itachi berharap bahwa rasanya tidak akan seburuk ini, toh nyatanya sakitnya tetap tidak tertahankan.

Kedua tangan Itachi mengepal ketika melihat bagaimana adiknya sendiri merengkuh dan mencium Hinata dengan instensif. Bahkan Itachi yakin bahwa di masa lalu ia dan Hinata hanya bisa berciuman dengan ringan.

Tapi ini pilihannya bukan?

Mengobati rasa sakitnya sendiri, Itachi memilih untuk segera meninggalkan kursinya, pergi dengan sangat tenang dan menikmati sebatang rokok di luar.

Ini jelas tidak membantu. Rasa sakitnya tetap tidak lenyap.

"Bodoh..." Itachi bergumam.


Hari sudah sangat larut ketika upacara pernikahan digelar. Masing-masing keluarga sudah pulang, mereka kembali ke kamar hotel yang telah dipesan. Begitu juga dengan Sasuke yang membawa Hinata ke kamar pengantinnya hari ini.

Gadis itu tengah mandi terlebih dulu, suara pancuran air terdengar oleh Sasuke yang tengah duduk di sisi tempat tidur.

Sasuke terus melayangkan pandangannya menyapu seisi kamar. Ruangan ini cukup luas, dengan gaya Eropa dan tatanan khas untuk kamar pengantin. Ada lilin aromaterapi, guguran kelopak bunga di lantai, dan juga tumpukan bunga lainnya di tempat tidur. Ini memang cukup sempurna untuknya menggulung seprei dengan Hinata.

Tak lama pintu kamar mandi terbuka, Hinata keluar dengan rambut basah dan jubah mandi yang menutup tubuhnya.

"Giliran mu, Sasuke."

Sasuke hanya mengangguk bangkit untuk mendekati Hinata dan mencium keningnya.

Aroma gel mandi dan shampoo yang segar membuat Sasuke mabuk. Dirinya sudah tidak tahan untuk segera menyerang Hinata dan membuatnya memohon di bawah tubuh Sasuke.

"Lekas keringkan rambutmu, kau bisa masuk angin nanti." Sasuke hanya melayangkan sebuah senyuman, dan puas ketika dengan patuh Hinata mengangguk.

Hinata kini yang gugup, ini adalah malam pertama pernikahannya dan sangat jelas bahwa mereka berdua akan melakukan itu. Bagian akhir penyempurna pernikahan.

Hinata panik, tidak tahu harus berbuat apa. Namun ia segera menenangkan hatinya. Ini jelas kewajibannya. Apa yang salah dengan melakukannya? Mereka telah menikah hari ini. Sasuke hanya meminta haknya, dan Hinata harus memberikannya.

Lagi Hinata termenung, selama pernikahan tadi Hinata hanya melihat Itachi sekilas. Pria itu tampaknya menghilang di tengah acara.

Seharusnya ia tidak memikirkan lagi Itachi, ya kan?

Hinata tersenyum masam.

"Aku sudah menjadi nyonya Uchiha."

Itu cita-cita yang terwujud, tapi siapa yang menyangka bahwa suaminya adalah Sasuke? Pria itu tidak pernah masuk lebih dari sekedar teman di hati Hinata. Seperti inilah takdir begitu penuh dengan kejutan.

Hinata memandangi cincin yang terpasang di jarinya, pengikat pernikahannya dengan Sasuke.

Pria itu, yang selalu melakukan hal yang kikuk dan tak bisa ditebak mungkin sejak lama menyukainya.

Mungkin nanti Hinata bisa bertanya : Sejak kapan Sasuke mencintai Hinata? Apa yang disukai Sasuke dari Hinata?

"Tidak apa Hinata, kau harus tetap maju. Berbahagialah dengan pria yang mencintai dirimu."

"Hime?" Lamunan Hinata berhenti ketika suara itu jatuh.

Sasuke mendekatinya, mengambil seuntai rambut panjang Hinata dan mengernyit. "Kau belum mengeringkan rambutmu?"

Hinata seperti linglung awalnya, namun tetap menjawab dengan menggeleng.

Sasuke tersenyum nakal, ia mencengkeram pundak Hinata yang tengah duduk di sisi tempat tidur, segera mendorong Hinata dan jatuh. Dengan sangat mudah Sasuke sudah mengukung Hinata di bawah tubuhnya.

Wajah bingung Hinata menjadi hiburan untuk Sasuke.

"Hime, aku akan melalukannya dengan lembut," Sasuke berujar takut bahwa Hinata akan menolak.

Tapi tanpa diduga Hinata hanya menggumamkan "um" rendah.

Sasuke terkekeh senang. "Aku mencintaimu, istriku..."

TBC

Fiuh, akhirnya ini cerita yang udah berlumut di Fanfiction bisa Ritsu garap juga... Sengaja ya TBC nya pas mau mantap-mantap hehehe 😂

Oke semoga terhibur~ Maafkan cerita yang lain belum Ritsu up. Mengikuti mood swing Ritsu soalnya...

Pokoknya makasih buat para pembaca, dukungan review, komentarnya~~~

Dukung terus Ritsu yaaaaa Salam peluk dan cium SeeU~~ 😘❤️❤️❤️