All Character is Masashi Kishimoto©

Dare ?

.

.

Ino Yamanaka

( X )

Tobirama Senju

RATED : M

.

.

.

Disebuah ruangan kelas, tepat disudut meja bagian paling belakang, tiga primadona kelas tiga terlihat tegang saat botol yang diputar oleh salah satu teman mereka yang baru saja mendapat hukuman berputar diatas meja.

Ketiganya terlihat menyentuh mulut mereka yang siap melayangkan protes saat laju perputaran botol tersebut semakin melambat, selang beberapa detik kemudian mulut botol tersebut berhenti dan menunjuk tepat kearah seorang gadis berambut pirang panjang.

"Aha! Kena kau Yamanaka!"

Gadis berambut pink dengan panjang sebahu menyeringai, sedangkan yang dipanggil Yamanaka memutar bola matanya.

"Uruse!"

"Truth atau Dare?" Gadis berambut pink masih menyeringai.

Gadis berambut pirang kini menimbang-nimbang pilihan yang akan ia jawab, ia memikirkan konsekuensi dari dua pilihan tersebut.

Jika memilih Truth, ia bisa saja lolos dari pertanyaan kaku yang dilayangkan teman yang duduk diseberangnya, Hinata Hyuuga.

Tapi jika berurusan dengan gadis yang saat ini duduk disampingnya, tampaknya ia harus memikir seribu kali lagi untuk memilih satu suku kata itu.

PLAKKK

"It... t– t– Sakura!"

Bukannya merasa bersalah temannya itu malah balik mempelototinya, ditatapi dengan tatapan menyebalkan itu Ino baru menyadari jika dirinya berhutang jawaban pada pelaku pemukulan.

"Hahahaa Gomen Gomen, "

"Cepat jawab!"

"Iya sabar! Em.. aku pilih"

Ino mengetuk-ngetuk dagunya.

"Iya? Kau piih apa?"

Sakura menanti dengan sabar jawaban Ino.

"...Dare"

Jawab Ino sedikit ragu, ia bergidik ngeri sesaat melihat seringaian lebar Sakura, sekilas gadis itu terlihat seperti nenek sihir ketimbang seorang gadis berusia muda.

"Sudah diputuskan! Hinata? Kau ingat tidak dengan pembicaraan kita yang tadi pagi?"

Hinata yang memang pemalu dengan gerakan pelan mengangguk, Ino terlihat penasaran.

"Yang tadi pagi? Apa yang kalian bicarakan tadi pagi? Kalian merahasiakan sesuatu dariku ya?"

Ino menatap bergantian Hinata dan Sakura.

"Betsuni, Ne Ino? apa kau tahu tentang rumor kepala sekolah kita?"

Ino mengerutkan alisnya, akhir-akhir ini banyak sekali rumor yang menyebar dikelas angkatan akhir. Tapi ia separuh lupa dengan Rumor yang beredar.

Tentang kepala sekolah ?

"Rumor yang mana? Aku tidak pernah mendengar rumor tentang kepala sekolah"

Sakura tertawa mengejek, "Kawaisou.. Ne, kupikir kau tahu tentang ini, aku tidak menyangka kau bisa sampai ketinggalan gosip yang menggemparkan seantero kelas tiga seperti ini"

Ino mendesis.

"Memang rumor itu sudah terbukti? Jangan mempercayai kabar yang sumbernya tidak jelas"

"Rumor ini memang tidak memiliki sumber, tapi rumor ini tersebar menurut pengamatan anak-anak kelas tiga. Kau saja yang kemana" Ejek Sakura.

Ino mendecih.

"Begini, Tobirama Sensei itu sudah lama sekali menjomblo, padahal Tobirama Sensei itu kan tampan, pintar, heh– dia memang pintar, tidak mungkin dia bisa menjadi kepala sekolah jika otaknya nol! Tobirama Sensei juga perfeksionis, tubuhnya proporsional, dan hidupnya mapan"

"Tapi sampai sekarang Tobirama Sensei masih sendiri, murid yang tidak sengaja bertemu dengan Tobirama Sensei diluar sekolah bahkan selalu melihat Tobirama Sensei berbelanja keperluannya hanya seorang diri"

Ino menopang dagunya, ia mendengar dengan detail informasi dari Sakura, dan ia juga berusaha mencerna maksud Sakura menceritakan rumor tersebut.

"Hm? Lalu?" Tanyanya setengah penasaran.

"Banyak murid kelas tiga yang menduga jika Tobirama Sensei itu..."

Ino menunggu jawaban Sakura yang terkesan sok misterius.

"Homo"

Ino mengerutkan alisnya.

"Hah?"

Ino mengibaskan tangannya didepan Sakura.

"Tidak mungkin, bisa saja Tobirama Sensei menjalani hubungan jarak jauh dengan kekasihnya, lagipula kita tidak tinggal serumah dengan Tobirama Sensei kan ?" Sanggah Ino.

"Siswa perempuan dari kelas sebelah pernah bertanya pada Kakak kandung Tobirama Sensei! Dan kau tahu apa? Hashirama Sensei mengatakan jika Tobirama Sensei tidak memiliki kekasih!"

Ino melongo, siswa kelas tiga ada yang senekat itu ? sampai-sampai menanyakan urusan pribadi kepala sekolah mereka pada Hashirama Sensei ? yang notabenenya mantan kepala sekolah mereka ?

What ?

Untuk apa para siswa wanita itu ingin mengetahui urusan pribadi Tobirama Sensei ?

"Karena kau sudah memilih Dare, aku dan Hinata sepakat menantangmu untuk membuktikan sendiri kebenaran rumor itu"

Ino menautkan alisnya, "Apa maksudmu?"

"Hari ini kepala sekolah tidak ada rapat, em– pokoknya hari ini kepala sekolah Free, menurut informasi yang kudengar dari anggota osis, biasanya jika tidak memiliki urusan kepala sekolah akan berada didalam ruangannya sampai jam pulang"

Hinata tersenyum geli, Ino yang melihatnya bertanya-tanya, ia kini gantian menatap Sakura yang tertawa nista.

"Hah? –"

.

.

.

Sakura tanpa peri kemanusiaan mendorongnya masuk keruangan penerima tamu kepala sekolah, sambil mengeluarkan ekspresi ingin membunuhnya Sakura membawa Hinata pergi meninggalkannya sendiri.

Ino mendesis illfeel, disisi lain ia tidak keberatan melakukan Dare extream ini, lagipula kepala sekolah muda mereka itu tampan.

Hanya saja saat mengingat tatapan dingin yang selalu dilayangkan kepala sekolah mereka itu pada tiap siswa membuat nyalinya menciut.

Bagaimana bisa kepala sekolah itu cepat mendapatkan pendamping hidup jika tatapan yang seolah menusuk itu saja dilayangkan juga pada gadis-gadis?

Atau Apa mungkin tatapan itu hanya sebuah topeng? Padahal sebenarnya Tobirama Sensei mereka orang yang baik?

Bisa jadi seperti itu kan?

Ino jadi penasaran.

Tapi tetap saja ia takut, tapi..

Tapi...

Aaaaaa!

Ia jadi bingung sendiri.

Tapi..

Ia harus mencoba, lagipula ini hanya sekedar pembuktian, bukan sebuah pernyataan.

Ino melepaskan ikatan rambutnya, dan menghurainya rapih, ia menyelipkan poninya disamping telinga, lalu berkaca dilayar ponselnya.

Yosh! Dirinya cantik seperti biasa.

Ia kemudian melangkah, hingga sampai didepan pintu ruangan kepala sekolah, sambil menahan debar dijantungnya Ino mengetuk pintu.

Tokk Tokk Tokk

Setelah dua kali mengetuk, ia baru mendengar suara datar dari seseorang didalam merespon.

"Masuk"

Wow, cukup singkat, padat dan jelas. Mungkin saat mengandung kepala sekolah itu, sang ibu lebih memilih mengonsumsi es daripada nasi.

Bagaimana tidak, selama dua tahun menjabat sebagai kepala sekolah di SMA ini, dirinya tidak pernah sekalipun melihat secara langsung kepala sekolah itu tersenyum.

Saat membuka Handle pintu ini bahkan, setelah pintu terbuka sepenuhnya, ia nyaris memekik terkejut saat tatapan datar Senseinya itu menyapa indera penglihatnya.

Tatapan menusuk itu seolah mengulitinya.

Ia jadi berpikir dua kali untuk merayu pria seperti ini.

"Ada keperluan apa denganku ?"

Pertanyaan barusan setidaknya membuat setitik keberanian muncul di benak nya.

Sembari menarik nafas Ino masuk, dan memutuskan untuk bersandar sebentar dibelakang pintu, disana satu tangannya bergerak mengunci Handle pintu.

Melihat tingkah anehnya kepala sekolah itu menatap penuh tanya kearahnya, sedangkan yang ditatap menelan gugup salivanya, lalu melangkah mendekati meja sang kepala sekolah.

"Ano..."

Kepala Sekolah yang disapa akrab dengan panggilan Tobirama Sensei tersebut mengangkat sebelah alisnya.

"S Sumimasen.. Tobirama-sensei"

Ino membungkukan kepalanya lalu kembali berdiri tegak.

"Hn? Untuk apa?" Tanya pria itu keheranan.

iris Carneliannya kini memperhatikan gerak gerik Ino yang terlihat tidak nyaman.

"Ano.."

Ino menyentuh pinggiran meja yang menjadi pembatas antara ia dan Tobirama, lalu berjalan dengan gerakan sensual seraya melepas satu kancing bajunya.

Tobirama yang belum paham sama sekali masih diam, dan memperhatikan tubuh Ino yang kini mendekatinya.

Hingga tubuh siswa cantik itu menduduki pangkuannya Tobirama baru mengerti. Baru saja ia ingin menyuarakan keterkejutannya bibirnya sudah terlebih dahulu dibungkam oleh Ino.

"Ap– MMmmppph.. !"

Kedua tangan gadis itu memeluknya, sembari meremas bagian tubuhnya kini tangan gadis itu turun meraba bagian pinggulnya.

Gadis itu tidak memberikannya kesempatan untuk mengeluarkan sepatah katapun, bibir gadis itu kini gantian meraup bibirnya dengan ganas.

Tobirama terlihat kualahan dan akan terbuai jika saja tidak menyadari tempat mereka adalah sekolah.

Sedangkan Ino masih melancarkan aksinya, tidak peduli saat mendapat penolakan dari Tobirama, Ino masih berusaha menyatukan bibirnya dengan Tobirama.

Namun pria itu tidak menyerah, pria itu masih berusaha melepaskan ciumannya, bahkan kini pria itu mendorong wajahnya hingga tautan bibir mereka terlepas.

Deru nafas Tobirama terdengar tersengal.

Melihat Tobirama yang hendak mengucapkan sesuatu, Ino bergerak mencium lehernya, hingga berhasil membuat Tobirama menggelinjang.

"Apa yang kau la –ku sshh.. ahh"

Ino kembali mencium bibir Tobirama, menciumnya bergantian hingga membuat nafas pria tersebut tersendat-sendat.

Tanpa melepaskan ciumannya Ino membuka bajunya dengan tergesa-gesa, setelah puas bermain dengan bibir Tobirama, Ino membenamkan wajah Tobirama didadanya.

"Ahhh~ Sensei.. nghh"

Tobirama masih berusaha meloloskan diri darinya.

Ino menyipitkan matanya, padahal sudah sejauh ini, Tobirama Senseinya masih saja mencoba untuk menolak.

Rumor itu ternyata benar ya ?

Jika Sesnseinya itu normal, ia tidak mungkin menyia-nyiakan keuntungan ini.

Ino membiarkan Tobirama mendorong dadanya, kepala sekolah itu berusaha meraup udara sebanyaknya.

Ino meraba wajah tampan Tobirama, mengusap sebagian saliva yang tercecer didagu Tobirama.

Namun ditengah aktifitasnya yang memperhatikan ekpresi Tobirama, Ino merasakan sesuatu dibagian bawah Tobirama mengeras.

"A– Apa yang kau lakukan? Kau bisa mendapat– Ahhh!"

Ino menghentakan tubuhnya diatas selangkangan Tobirama untuk memastikan sesuatu, dan perkiraannya benar saat melihat Tobirama mendesah frustasi.

Ino tersenyum nakal.

Ino mencoba melepaskan ikat pinggang Tobirama, namun tangannya dihentikan oleh Tobirama yang kini mendorong tubuhnya hingga turun dari pangkuan Tobirama.

Tobirama berdiri seraya menatapnya, "Apa kau sadar perlakuanmu padaku barusan sangat tidak pantas?"

Tobirama terlihat melonggarkan celananya.

"Keluarlah, sebelum aku berubah pikiran"

Ino menahan senyumnya, lalu mendekati Tobirama yang menatap horror dirinya.

"A– Apa yang mau kau lakukan?"

Tobirama mundur selangkah kebelakang.

"B– Berhenti disitu!"

Ino meraih kerah Tobirama, lalu mendorongnya hingga ia beserta Tobirama jatuh tepat disebuah sofa, tanpa membuang waktu sedikitpun Ino secepat mungkin melepas ikat pinggang Tobirama.

"O Oi? Apa yang – Ah!"

Ino menurunkan semua bawahan Tobirama hingga sesuatu yang menggembung dicelana Tobirama terlihat mengacung tegak, pria tersebut kini menepuk dahinya dan berusaha melepaskan diri, namun pergerakannya terhenti saat Ino menyentuh bagian bawahnya.

Ino memandangi Tobirama yang balas menatapnya, "Kenapa kau ingin sekali melakukannya ?"

Ino memasang senyum jahilnya, "Hanya ingin... membuktikan sesuatu~" Jawab Ino setengah menggoda.

Tanpa diduga Ino berdiri, menurunkan rok beserta dalamannya dihadapan Tobirama yang tercengang, lalu menaiki tubuh Tobirama, dan memasukkan benda yang sedari tadi mengacung tegak kedalam lubangnya.

"Ahhh.. Sen.. seihhh"

Tobirama menyeringai, "Kau.. sudah tidak.."

Tobirama mulai menggerakan miliknya, "Perawan ?"

ooOoOoo

"HAHH!? NANIII!?"

PLAKK !

Ino mendaratkan lima jarinya dibahu Sakura, meski sudah mendapat imbalan atas pekikan terkejutnya, mulut Sakura masih menganga lebar.

"SSSSSssstt! Sakura! Pelankan suaramu nanti ibuku dengar!"

"Hai Hai, tapi Ino apa kau tidak gila? Kami bilang kan hanya merayu, bukan bercinta"

Pipi Hinata memerah.

Ditempatnya Sakura tertawa terbahak, sedangkan Ino mendesis kesal.

"Saat aku rayu, dia beberapa kali menolakku, jadi.. ya.."

"Kono Baka Ga! Jika Tobirama Sensei menolak sudah terbukti jika Tobirama Sensei memang homo" Ujar sakura setengah berbisik.

Ino diam sejenak, lalu kemudian menggeleng.

"Tidak Sakura, Tobirama-sensei tidak homo"

Sakura menarik senyum dibibirnya, "Sou desu ka ~ "

"Aku serius!"

"Hai Hai, berarti memang Tobirama Sensei yang masih betah sendiri"

Ino mengangguk dan kembali terdiam, Sakura yang melihatnya jadi kebingungan.

"Ino kau kenapa?"

Sakura memperhatikan ekspresi resah yang ditimbulkan Ino.

"Masaka ? omae wa ? Setelah bercinta dengan Tobirama Sensei kau jadi jatuh cinta padanya?"

Ino mendelik.

"Hahahahaa! Sudah sudah, lupakan soal Tobirama Sensei "

"Bukan begitu, tapi ponselku tertinggal diruangan Tobirama Sensei"

"NANIIII?"

.

.

.

END

FF perdana TobiIno saya :y

Ada yang suka pair ini gak? :v

Kalo gak Dont Read deh.