Kuroko Tetsuya, pemuda manis berambut biru langit, minim ekspresi, memiliki hawa keberadaan tipis dan tak pandai bersosialisasi.

Dia memasuki tahun keduanya di SMA, namun karena pekerjaan ayahnya, dia terpaksa harus pindah rumah sekaligus pindah sekolah ke Kyoto. Jauh dari tempat tinggalnya dulu di Tokyo.

Sehingga disinilah dia sekarang, berdiri di depan gerbang SMA Rakuzan, SMA-nya yang baru. Kuroko menghela nafas berat, ini pertama kalinya dia menginjakkan kakinya di sekolah tersebut. Apalagi dia tidak mengenal seorangpun disana. Dengan langkah gontai dia memasuki area SMA Rakuzan, dia berjalan melewati koridor. Dia benar-benar bingung tak tau arah, apalagi sekolah tersebut begitu luas. Hendak bertanya kepada segerombolan siswa namun dia hanya dilewati begitu saja. Dia melihat seorang pemuda berambut crimson, sedang berdiri di depan kelas sendirian. Dengan perasaan sangsi karena khawatir tidak dinotice, Kuroko terpaksa memberanikan diri bertanya. Kuroko menepuk bahu pemuda tersebut dengan pelan, yang ditepuk bahunya berjenggit kaget dan menoleh kearah Kuroko.

"Ano, sumimasen. Saya ingin bertanya." Kuroko berkata dengan sopan.

"Kalau kau ingin bertanya dimana ruang guru, kau tinggal lurus, nanti di ujung koridor belok kiri, ruang guru tepat disebelah ruang OSIS." Jawab pemuda tersebut.

Kuroko sedikit terkejut, karena dia belum mengatakan apapun yang ingin dia tanyakan.

"Arigatou." Kuroko membungkukan badan. Pemuda itu hanya mengangguk.

Kuroko berjalan pergi meninggalkan pemuda itu. Dia merasa terus ditatap oleh pemuda itu namun Kuroko tidak ambil pusing. Seperginya Kuroko, pemuda itu menyeringai.

Kuroko no Basuke Fujimaki Tadatoshi

Pair: Akashi Seijuro X Kuroko Tetsuya

Other Chara: Kiseki no Sedai

Rate: T

Genre: Friendship & Romance

Warning: Flashfic, Boys Love, Rakuzan Setting, Two Shot.

Satu minggu telah berlalu, Kuroko sudah memiliki beberapa teman di kelasnya yaitu Kise Ryota dan Aomine Daiki, dua pemuda dengan sifat yang bertolak belakang. Kise Ryota pemuda cantik yang hiperaktif dan selalu terlihat ceria. Dia seorang model dan juga pemain basket. Sedangkan Aomine Daiki, pemuda yang sangat cuek dan urakan, dia juga pemain basket regular di SMA Rakuzan seperti Kise.

"Kuroko-chi ayo kekantin~" teriakan melengking Kise terdengar kepenjuru kelas. Kuroko yang dipanggil hanya menampakkan ekspresi datar seperti biasa.

"Berisik Kise, kau mengganggu!" protes Aomine yang duduk di depan Kuroko.

"Aomine-kun juga bersisik!" kata Kuroko datar. Aomine speechless sedangkan Kise tertawa terbahak-bahak.

Tiba-tiba seorang pemuda masuk kelas, dan berdiri tepat di depan kelas.

Pemuda tampan dengan manik heterokrom itu bersidekap dada dengan pandangan tajam menuju ke Aomine dan Kise. Kise dan Aomine yang menegtahui kedatanggannya langsung berdiri.

"A-akashichi kenapa kau datang kesini-suu?" Tanya Kise gemetaran, keringat menetes dari pelipisnya.

"Datang kegym sekarang juga!" perintah pemuda yang diketahui bernama Akashi Seijuro kapten basket, sekaligus ketua OSIS SMA Rakuzan.

"Jangan seenaknya saja memerintah." Protes Aomine.

"Oh kau membantah Daiki." Pemuda bernama Akashi itu menyeringai menakutkan. Aomine meneguk ludahnya sendiri.

"Bu-bukan seperti itu, tapi kenapa tiba-tiba begitu Akashi. Bukannya latihanya habis pulang sekolah seperti biasa, kan?" Aomine berkata dengan gemetaran. Kise sih hanya diam tidak berani ikut campur. Kuroko yang tidak peduli tidak menghiraukan, dia lebih memilih membaca novel kesukaannya. Meskipun dia ikut merasakan aura menakutkan yang dikeluarkan dari Akashi.

"Sekarang atau…" Aomine dan Kise langsung ngibrit melihat kapten mereka mengeluarkan gunting dari saku seragam yang dia gunakan. Sepeninggal mereka Akashi mengehela nafas aura meneyeramkan tiba-tiba lenyap begitu saja. Akashi hendak pergi, namun dia teringat dengan alasan utama dia datang kekelas ini. Akashi berjalan mendekati Kuroko yang masih asyik membaca novel. Saking asyiknya, Kuroko tidak menyadari kalau Akashi sudah berdiri di depannya sekarang.

"Kuroko Tetsuya!" Kuroko berjengit kaget dan menoleh kesumber suara. Akashi sudah berdiri didepannya dengan angkuhnya.

"Ha"i. Ada yang bisa aku bantu, Akashi-kun?" Kuroko menjawab dengan ekspresi datar, padahal dalam hati sudah menjerit ketakutan.

Kuroko tahu laki-laki bernama Akashi Seijuro ini. Bagaimana dia tidak tahu kalo pemuda didepannya adalah pemuda yang paling terkenal di SMA Rakuzan. Tidak hanya karena dia ketua OSIS dan kapten tim basket, dia juga pemuda paling digandrungi cewek-cewek hampir senatero sekolah. Pemuda tampan, jenius dan multitalent, bagaimana perempuan tidak jatuh hati padanya. Meskipun dengan sikapnya yang suka memerintah dan tidak mau dibantah.

Kuroko juga bertemu dengannya saat pertama kali dia menginjakkan kakinya di SMA Rakuzan, namun Kuroko belum pernah berkenalan langsung dengannya. Kuroko sebenarnya sedikit kaget karena Akashi bisa menyadari keberadaanya yang memiliki hawa keberadaan tipis, bahkan Kise dan Aomine yang sering bersamanya juga terkadang tidak sadar ada Kuroko disana. Tiba-tiba Akashi tersenyum misterius. Membuat Kuroko merinding melihatnya.

"Aku dengar kau pemain basket di sekolahmu yang dulu, Tetsuya." Belum apa-apa sudah memanggil Kuroko dengan nama kecil.

"Ha'i." jawab Kuroko berusaha bersikap biasa.

"Kalau begitu maukah kau bergabung dengan tim basket sekolah kita?" itu bukanlah ajakan, tapi perintah mutlak yang harus dipatuhi.

"Tapi aku tidak ingin bergabung dengan tim basket disini." Jawab Kuroko datar, namun sebenarnya dia sangat ingin pergi dari hadapan Akashi.

"Oh jadi begitu.." Kuroko menghela nafas lega.

"Kalau begitu apa aku perlu memaksamu untuk bergabung, Tet-su-ya!" Akashi tersenyum menyeringai, membuat Kuroko merinding.

"K-kumohon beri aku waktu untuk berpikir Akashi-kun!" merasa nyawanya terancam bahaya Kuroko terpaksa memohon padahal dia jarang memohon pada orang lain.

"Baiklah karena Tetsuya yang meminta. Datanglah kegym sabtu ini, aku akan menunggu jawabanmu!" Kuroko mengangguk mengerti. Akashi berbalik dan berjalan meninggalkan kelas. Kuroko menghembuskan nafasnya lega, dia menghirup nafas sebanyak-banyaknya dia merasa akan mati kehabisan nafas tadi.

Kuroko mondar-mandir di depan gym, dia bingung antara masuk kedalam atau kabur saja dari tempat itu. Ini adalah hari sabtu, seperti yang sudah dijanjikan Kuroko dating ke gym untuk memberikan jawaban. Di dalam gym para pemain basket sedang sibuk berlatih, begitu juga Akashi, Kise dan Aomine. Pintu gym tiba-tiba saja terbuka, dan menampakkan sesosok pemuda tampan bernama Akashi seijuro. Akashi mengenakan kaos tanpa lengan menampakkan otot bisepnya yang terbentuk sempurna. tubuhnya juga dipenuhi dengan keringat, Kuroko sampai terpana dibuatnya.

Akashi kini sudah berdiri tepat di depan Kuroko.

"Aku sudah menunggumu, Tetsuya." Akashi tersenyum manis, murni tanpa ada niat apapun.

Kuroko terpaku melihat senyuman Akashi yang ditujukan padanya.

Kuroko belum mau membuka suara, sehingga keheningan tercipta di sana. Sedangkan Akashi terus menatap Kuroko, menunggu jawaban dari pemuda manis di depannya.

"Akashi-kun, aku…" Kuroko menghirup nafas dalam-dalam sebelum melanjutkan ucapannya.

"Menolak!" Kuroko menatap Akashi yang masih diam, belum merespon.

"Hee. Ini pertama kalinya aku ditolak seseorang!" ucap Akashi penuh dengan makna.

"Kalau begitu…" Akashi mendekati Kuroko sehingga jarak diantara keduanya hanya tinggal sejengkal. Akashi memegang pundak Kuroko. Kuroko mendongak menatap Akashi yang sedikit lebih tinggi darinya. Mata heterokomatik milik Akashi menatap tepat ke mata Kuroko, dia menatapnya lekat-lekat tanpa mengucapkan sepatah katapun. Kuroko-pun tidak berani untuk buka suara, lututnya mulai lemas. Dalam hati dia terus mengucapkan mantra, dia sangat ketakutan meski wajahnya tidak menunjukan ekspresi apapun.

Akashi melepaskan tangannya dari pundak Kuroko, kemudian dia menghela nafas pelan.

"Jadi itu alasannya kau menolakku, Tetsuya. Gara-gara seorang pemuda bernama Kagami Taiga." Seketika Kuroko membelalakan matanya tidak percaya, hilang sudah wajah tanpa ekspresi andalannya. Kini terlihat jelas keterjutan disana.

"Bagaimnan Akashi-kun bisa tahu tentang Kagami-kun. Apa mungkin Akashi-kun bisa membaca pikiran orang lain?" Tanya Kuroko polos. Hal tersebut membuat Akashi tertawa begitu keras.

"Mana mungkin ada hal seperti itu di dunia nyata Tetsuya, kau terlalu banyak menonton anime. Aku sudah mengetahui semua tentangmu, Kuroko Tetsuya." Jelas Akashi.

Kuroko menghela nafas lega, tunggu kalau begitu…

"Akashi-kun mencari tahu tentang privasi orang lain? Itu namanya tidak sopan Akashi-kun!" oh berani sekali kau Kuroko, sudah menolak sang raja dan sekarang kau menasehatinya pula.

"Apapun akan kulakukan untuk mendapatkanmu, Kuroko Tetsuya." Kuroko merasa darahnya berkumpul diwajahnya dan siap meledak, wajahnya sudah benar-benar memerah seperti tomat yang sudah masak.

"Jadi kau benar-benar menolakku, Tetsuya?" Tanya Akashi sekali lagi untuk memastikan.

Kuroko mengangguk pelan.

"Tetsuya, aku tahu Kagami itu teman dekatmu, tapi jangan karena dia berada di sekolah yang berbeda denganmu, mebuatmu menghindari basket. Kau takut suatu saat nanti kau akan berhadapan dengannya, bukan? Tapi Tetsuya… apa hanya segitu saja kecintaanmu terhadap basket? Ku pikir kau adalah tipe orang yang sangat mencintai basket lebih dari orang lain." Mendengar perkataan panjang Akashi, membuat Kuroko sedikit goyah.

"Baiklah aku akan menunggu sampai kau siap. Tapi kalau kau masih seperti ini aku benar-benar akan memaksamu, Tetsuya." Akashi berbalik meninggalkan Kuroko, dan kembali masuk ke dalam gymnasium. Ternyata teman-temannya dari tadi sudah ada di depan pintu, menguping pembicaraan mereka.

"Aku tidak pernah tahu kau menerima penolakan Akashi." Ucap pemuda berambut hijau lumut. Midorima Shintaro. Sang shooter andalan tim SMA Rakuzan, sekaligus wakil ketua OSIS.

"Kuroko-chi benar-benar berani-suu!" timpal Kise.

"Mungkin dia sudah bosan hidup." Komentar pemuda tinggi berambut ungu. Murasakibara Atsushi, center tim basket.

Pemuda gangguro berambut biru tua hanya menguap menanggapi. Aomine Daiki, sang ace.

Bersama Akashi sang kapten, keempat pemuda tadi dijuluki generasi keajaiban. Karena mereka sudah menjuarai kejuaraan Winter Cup dan Interhigh tahun lalu, pada tahun pertamanya di SMA.

"Cepat kembali berlatih!" perintah Akashi sambil mendelik. Yang lain hanya bisa menurut.

Kuroko sering melamun akhir-akhir ini. Kata-kata Akashi terus mengiang-ngiang dipikirannya. Dia tak mengiraukan Kise dan Aomine yang sedang ribut di depannya.

"Kuroko-chi kau benar-benar tidak ingin berubah pikiran-suu.? Padahal aku sangat ingin bermain basket denganmu!" Kise duduk di depan Kuroko. Aomine menguap dan ikut duduk.

"Ini sudah tiga hari sejak kau menolak ajakan Akashi. Dia bukan tipe orang yang suka menunggu, Tetsu."tambah Aomine.

Kuroko jadi teringat perkataan Midorima kemarin. Midorima bersama Murasakibara tiba-tiba datang kekelasnya dan menasehatinya untuk menerima ajakan Akashi saja, daripada dia akan terkena masalah yang lebih besar nantinya. Kuroko tidak menyangka wakil ketua OSIS seperti Midorima ternyata peduli juga padanya.

"Aku tahu itu, Aomine-kun." Kuroko menundukan wajahnya, dia benar-benar bingung dan gelisah.

Derrrt, derrt

Hp yang ada disaku celananya bergetar, menandakan ada pesan masuk. Dan ternyata pesan itu berasal dari sang kaisar. Kuroko membuka pesan dengan gugup.

Tetsuya aku tunggu kau diatap sekolah. Sekarang!

Kuroko langsung berdiri dari kursi yang didudukinya.

"Ada apa, Tetsu?" Tanya Aomine penasaran.

"Aku harus pergi." Kuroko langsung berlari, pergi meninggalkan Kise dan Aomine yang terus berteriak memanggil namanya.

To be continued

Semoga berkenan meninggalkan review

chapter berikutnya ditunggu nanti malam, see you~