Balas review doloohh~~~

Meredy: Hai hai … nih udah lanjot xD maap ga ada scene fight-nya Okiakgu. Author lag imager nulis yang berfight-fight, jadi maaaapppp T^T Tapi moga ga kecewa banget sama ini yaaa. Makasih udah mampir dan jejaakk ^^

.

.

.

OkiKaguFanfiction

Gintama © Sorachi Hideaki.

Beach © Hana Kumiko.

Warning! Typo(s), Ooc. DLDR.

Enjoy reading, aru.

.

.

.

Kagura mungkin memang menyetujui ajakan Sougo untuk jalan-jalan sore di pantai. Tapi bahkan sampai hari sudah sore pun Kagura sama sekali belum bersiap-siap. Yang dikerjakannya sejak kembali ke kamar tadi hanya mondar-mandir tidak jelas. Ditambah lagi dengan pergulatan batinnya yang memperdebatkan ini kencan atau hanya sekedar jalan-jalan biasa.

Blush.

Ah, wajah Kagura memerah seketika. Kagura menggelengkan wajahnya cepat. Kemudian telinganya mendengar suara pintu dibuka bersamaan dengan Shimura Tae yang masuk ke dalam.

"Anego!" seru Kagura. Otae tersenyum, "Ada apa Kagura-chan? Kau terlihat kebingungan."

Kagura jadi salah tingkah, "Eh tidak ada apa-apa, Anego."

Masih dengan senyumnya, Otae berkata, "Ceritakan saja, kita sama-sama perempuan dan mungkin aku bisa membantumu." Semula Kagura ragu, tapi akhirnya dia menceritakannya.

Memang bukan masalah besar. Tapi ajakan jalan-jalan sore di pantai oleh Sougo merupakan masalah yang cukup besar bagi Kagura. Pasalnya laki-laki itu mengajaknya secara normal hanya karena dirinya tidak bisa bermain di bawah matahari. Otae mendengarkan dengan seksama dengan tangan yang sudah saling menggeretak. Tanpa Kagura sadari Otae berjanji akan menghajar Sougo jika laki-laki tersebut memiliki maksud tersembunyi yang akan menyakiti Kagura.

"Begitukah? Kagura-chan sendiri menganggap ini apa?" Kagura mengerjapkan mata ketika mendengar pertanyaan Otae. Kagura menganggap ajakan ini apa? Dia−

"A-aku tidak tahu," jawabnya sembari menggelengkan kepala pelan.

−tidak tahu. Benar, Kagura tidak tahu harus menganggapnya apa. Kagura masih benar-benar baru untuk hal seperti ini. Jika saja kapten divisi satu tersebut mengajaknya bertarung tentu dia tidak perlu pusing memikirkannya. Tapi … ini jalan-jalan. Kalian dengar−eh baca? JALAN-JALAN COY … JALAN-JALAN!

Untung bukan Kagura yang mengetik fiksi, jadi dirinya tidak perlu repot-repot lap keringat karena sudah ber-capslock ria.

Yang jelas Kagura bingung.

"Bagimana ini Anego?" tanya Kagura lagi.

"Tidak masalah Kagura-chan. Jalani saja. Tidak peduli ini ajakan kencan atau bukan, aku akan tetap menghajarnya jika dia berbuat buruk padamu," jawab Otae berapi-api. Lalu melanjutkan, "Lagipula ini kesempatan yang bagus. Jika liburan selesai kau akan kembali terjebak dengan pekerjaan. Nikmati liburanmu!"

Kagura berpikir sejenak. Benar juga. Toh kalau Sougo berbuat macam-macam Kagura akan membuat tubuh sadis itu berlubang. Kemudian senyumannya terbit. Dia memandang Otae dengan senyuman lebar. "Arigatou, Anego!"

Diam-diam dia melirik ke arah pintu yang ada di belakangnya. Tempat di mana dua laki-laki yang menjadi rekan sekaligus keluarga angkatnya. Karena mereka berdualah Otae berada di sini. Mereka kebingungan ketika melihat Kagura yang dari tadi termenung, merona untuk kemudian kembali termenung. Dilihat sekilas mereka tahu kalau masalah Kagura adalah masalah gadis remaja. Dari sana mereka meminta bantuan Otae.

Dan sepertinya mereka sudah bisa sedikit tenang. Iya, sedikit tenang.

Kagura baru saja akan keluar ketika sebuah ketukan pintu terdengar. "Iya, sebentar, aru."

Dengan langkah santai seolah tidak peduli dengan orang yang sedang menunggunya Kagura berjalan membukakan pintu. Dan dia terpana dengan kehadiran sosok Okita Sougo. Bukan karena dia lebih tampan dari biasanya−meski Kagura tidak akan pernah mengakuinya−melainkan Sougo menjemputnya lebih cepat dari dugaannya.

Sougo mengangkat sebelah alisnya. Manik crimson-nya mengamati penampilan Kagura. Gadis yang berusia empat tahun di bawahnya tersebut terlihat berbeda. Gadis itu mengenakan gaun halter dengan kerah 'V' yang tidak terlalu rendah namun cukup untuk memperlihatkan kalau Kagura memiliki melon yang bertumbuh di baliknya.

"Kau−ehem!" Sougo berdehem ketika suaranya menjadi serak. "Kau mau ke mana?"

Kagura tercengang dengan perkataan Sougo. Apa baru saja laki-laki itu mengatakan kalau dirinya salah kostum? Dia mengamati penampilannya sendiri kemudian penampilan Sougo. Pemuda itu mengenakan t-shirt putih dengan celana ¾ berwarna abu-abu. Memang lebih sederhana daripada Kagura. Tiba-tiba saja dadanya terasa nyilu. Ingin menangis entah karena apa.

"O-oh, aku akan ganti baju dulu." Kagura segera berbalik ketika air matanya merangsek keluar. Namun belum sempat Kagura masuk ke dalam, tangannya sudah diraih oleh kapten divisi satu tersebut. Kagura terkesiap. Dirinya segera berbalik dan menatap Sougo yang juga tengah menatapnya. Crimson datar bertemu sapphire berkilau. Mereka seolah mengatakan sesuatu lewat pandangannya.

Tujhe dekha to yeh jaana sanam~

Pyar hota hai deewana sanam~

Ab yahan se kahan jaaye hum~

Teri baahon mein mar jaaye hum~

Tujhe dekha to yeh jaana sanaaammm~*

Baru saja Yamazaki lewat dengan membawa radio yang tengah mengalunkan musik India. Benar-benar backsound yang pas.

Kembali ke Sougo yang kini tengah berdecak ketika melihat Kagura berkaca-kaca. Belum lagi dengan pipinya yang merah. Bukan maksudnya untuk berkata seperti itu. Dia hanya tidak tahu harus mengatakan apa ketika melihat penampilan Kagura yang berbeda tersebut. Keterpanaannya menumbuhkan sesuatu yang terpendam jauh dalam dirinya.

"Lupakan. Kita akan terlambat kalau kau harus ganti baju lagi." Ujar Sougo sembari berbalik membelakangi Kagura. Dia berjalan tanpa menoleh, namun tangannya menggenggam tangan Kagura. Mereka pergi meninggalkan penginapan tanpa peduli bahwa ada beberapa pasang mata yang ikut mengiringi kepergian mereka.

Kagura bingung melihat ke man Sougo membawanya. Sebuah restoran outdoor pinggir pantai.

"China!" seru Sougo ketika merasa orang yang dibawanya kemari berhenti. Benar saja, Sougo mendapati Kagura sedang termangu. Lantas Sougo menarik Kagura ke salah satu tempat duduk yang ada di luar restoran. Dan dengan terpaksa Kagura mengikuti Sougo. Di sana mereka bisa melihat laut yang berada di bawah sana. Masih tampak beberapa orang masih bermain di pantai. "Sedang apa kita di sini, Sadist?" tanya Kagura mengalihkan perhatian Sougo.

"Hm? Tentu saja makan. Aku yakin kau belum makan siang," jawabnya. Kagura melebarkan matanya. "Bagaimana kau bisa tahu, aru ka?"

Sougo mengedikkan bahunya. "Sudahlah cepat pesan makanan. Kau benar-benar sudah terlambat, China."

Gadis bersurai vermillion itu berkedip. Hmm, jadi ini telat makan siang ceritanya? Diam-diam Kagura tersenyum dan mulai memesan makanan. Tidak perlu ditanya apa saja yang di pesan Kagura. Gadis Yato tersebut memesan hampir semua makanan yang disajikan di restoran tersebut. Sementara Sougo memesan segelas es kopi dan dua porsi seblak pedas level mati. Iya, seblak.

Sougo menghabiskan waktu sedikit lebih lama di restoran. Tentu saja, lihat siapa yang sedang bersamanya sekarang? Ratu makan Kabukichou. Dan ketika meminta tagihan sudah tentu banyak nominal yang harus dibayar Sougo. Beruntung Hijikata sudah menyiapkan banyak uang untuk-coret-dicopet-coret-Sougo.

Setelahnya makan Sougo tidak langsung mengajak Kagura pergi. Dia menyuruh Kagura untuk tetap di sana terlebih dahulu sementara Sougo pergi ke suatu tempat. Saat sedang mengamati pantai yang semakin lama semakin sepi, sebuah benda menimpa kepalanya. Kagura meraba benda tersebut dan diketahui sebagai topi lebar.

"Masih belum terlalu sore untuk mengenakan topi," ujar Sougo melihat sebuah pertanyaan dalam mata Kagura.

"Matahari seperti ini tidak akan membunuhku, Sadist. Tapi terima kasih." Gadis itu tersenyum sampai matanya menyipit. Sebuah senyuman terima kasih.

Sougo mendengus. Ternyata gadis itu paham akan maksudnya. Entah siapa dulu yang mulai keduanya larut dalam obrolan. Mereka membicarakan banyak hal. Tentang keluarga, teman, bahkan asmara. Sougo bahkan mengejek Kagura yang begitu bodoh karena mau saja berpacaran bahkan hampir menikah dengan seorang Titan. Mengatakan bahwa gadis itu membutuhkan kacamata kuda. Kagura yang kesal jelas melayangkan tinjunya pada laki-laki itu namun Sougo bisa menghentikannya.

Kemudian mereka mempertanyakan tentang tipe idaman mereka. Kagura bilang dirinya ingin memiliki kekasih yang baik−tentu saja−banyak uang dan mampu memberinya makanan banyak. Sementara Sougo ingin pasangan yang bisa diajak SM dan pintar memasak. Dan berakhir dengan saling mengejek bahwa tidak akan ada satupun pria atau wanita yang mau dengan keduanya.

Keduanya berbicara dan tertawa seperti orang normal untuk pertama kalinya. Hingga tanpa terasa waktu telah beranjak. Sudah waktunya matahari untuk istirahat. Menyisakan warna jingga di atas daratan berpasir.

Sougo mendesah, "Aku berniat mengajakmu jalan-jalan, tapi yang ada aku malah mengajakmu berbicara panjang lebar di sini."

"Tidak apa Sadist," sahut Kagura sambil terkikik.

Sudut bibir laki-laki itu terangkap ke atas. Tanpa Kagura sadari tanga Sougo bergerak untuk kembali menggenggam tangan mungil Kagura bersurai jingga tersebut.

"Tidak, mungkin inilah waktu yang tepat. Ayo!" Sougo berdiri ikut serta membawa Kagura. Berjalan untuk lebih dekat dengan laut. Berjalan dengan langkah santai meski terkadang sedikit kesulitan karena pasir yang menenggelamkan kaki mereka.

Hanya berjalan saja tanpa harus berlari berkejaran seperti drama televisi sudah menciptakan chemistry di antara mereka. Ketika dirasa sudah waktunya berhenti, Sougo mengajak kagura untuk duduk di sebuah gazebo kecil dengan meja kayu di dalamnya.

"Woah, aku tidak tahu kalau ada yang seperti ini di sini, aru," seru Kagura takjub.

"Begitulah. Aku menemukannya tadi siang," sahut Sougo. Memang benar, Sougo sempat menjelajahi pantai sebelum bersenang-senang dan menemukan gazebo ini. Posisi gazebo tersebut sangat pas untuk melihat matahari tenggelam.

Kagura duduk menopang dagu. Ini bukan pertama kalinya Kagura melihat sunset seperti ini. Tapi entah kenapa hari ini rasanya berbeda. Ah, tanpa sadar Kagura jadi senyum-senyum sendiri. dan tentunya hal tersebut tak luput dari pengelihatan Sougo. Dia jadi geli sendiri. Bukan senyum manis yang Kagura tampilkan. Lebih pada cengiran kecil dan terkadang terkikik. Sougo mendengus. Hell yeah, Sougo bertanya-tanya setan apa yang merasukinya tadi siang?

"Aku sering melihat sunset bersama ane-ue dulu," celetuk Sougo. Kagura menoleh. "Aku juga ingin melihat matahari bersama Baka aniki dan papi nanti."

Dan Sougo baru ingat kalau masa kecil gadis Yorozuya tersebut tidak mudah. Tapi paling tidak kini gadis itu sudah bisa benar-benar tersenyum, bukan? Keluarganya telah kembali meski tidak sedang bersamanya saat ini.

"Lain kali ajaklah keluargamu kemari," ucapnya.

Kagura mengangkat kedua alisnya kemudian menggeleng beberapa kali dengan yang bergerak mengikuti kepalanya. "Itu tidak mungkin, aru. Ini sebuah keberuntungan ketika Soyo-chan memberikan kita liburan di sini. Untuk selanjutnya aku tidak yakin, aru ne."

Sougo menyeringai, "Aku yakin Hime-sama akan mengizinkannya suatu hari nanti. Apalagi kalau Kamui yang minta."

Kagura menelengkan kepalanya bingung. Sementara Sougo hanya tersenyum penuh misteri. Sepertinya gadis itu sama sekali tidak mengikuti perkembangan kakaknya dengan baik.

"Lupakan. Lihat, mataharinya sama sepertimu!" Reflek Kagura menoleh ke arah Sougo yang kini tengah menunjuk santai matahari. Wajahnya merah sempurna ketika mendengar perkataan Sougo. Kepalanya mendadak pening. "S-Sadist!"

"Hm?" Sougo mengedip sekali dan menyadari apa yang baru saja dia katakan. "Ah, sama seperti rambutmu! Ya, itu maksudku."

Sougo merutuki mulutnya yang bisa salah bicara seperti tadi. Dia berdehem. Ekor matanya menangkap gerakan Kagura yang menjadi canggung. Gadis itu menolak untuk melihat Sougo. Tentu saja, kalau Sougo menjadi Kagura dia akan bersikap seperti itu.

Sougo mendengus. Apa-apaan ini? Kapan cerita ini berakhir? Ah tentu saja tidak akan berakhir. Karena setelah semuanya selesai nanti mereka akan melanjutkan cerita mereka yang lain. Entah berhadapan dengan duo Yorozuya yang sedari tadi mengikuti mereka atau sibuk menutup telinga dari ocehan−godaan−anggota Shinsengumi.

Terserah yang mana saja, namun diam-diam keduanya menikmati cerita hari ini.

.

.

.

Fin.

.

.

.

Note.

Tujhe dekha to yeh jaana sanam dipopulerkan oleh Sakhrul Khan. (Eh, Sakhrul Khan kan?)

.

YOSSSHHAAAAAA! SELESE VROOOHHHH! /belicik. Ada yang nunggu? Ada dong XD Makasih buat Sasha yang sudah neror. Tanpamu fanfic ini terlupakan. Aku aja lupa kalau punya ini fanfic. Tapi karena terlalu lama ga update jadi harap maklum kalau ada satu ato dua fakta yang beda. Tapi moga tetep nyambung sih ya wkwkkw Xd

Makasih buat yang udah baca, review, favo, dan follow. Bahkan buat sider juga. I lap yuuu :* haha. Ini fanfic twoshoot pelepas dahaga, jadi santai dan sama sekali ga berat. Okeh, kritik dan saran diperlukan.

Sampai jumpa di fanfic berikutnyaaaa :*

Hana Kumiko ^^