The Miracle Of Love

Disclaimer : Naruto © Mashashi Kishimoto

Author : Namikaze Fansboy

Rated : T

Genre: Hurt-Comfort/ Romance/ Other

Pair : [Naruto X Sakura]

.

.

.


Summary : Semua sudah diujung tanduk dan tidak mungkin dapat dihindari dan hampir membuatnya kehilangan jalan kehidupa, namun keajaiban datang yang membuatnya terus bertahan dalam kerasnya dunia. NaruSaku / MenmaHina Hurt/ Romance.


~XXX~ Chapter 7 : Short Epilogue ~XXX~

Semuanya terkejut mendengar ucapan Shina terutama Naruto dan Menma karena pesan itu ditujukkan untuk mereka.

"Jadi ini artinya satu dari kita harus pergi dari sini?" Tanya Naruto yang mendapat anggukan dari putranya.

Shina menarik nafas. "Itu yang disampaikan Rikudou-jiji karena ini termasuk melanggar hukum ruang dan waktu"

Diantara mereka tak menyadari ada seseorang yang tersenyun teduh.

"Lebih baik kita bicarakan dengan keluarga kita saja Naruto tak baik jika kita membawa keluarga lain" Saran Menma.

"Tentu saja Menma"

"Tunggu dulu aku harus mengembalikan hutan yang hancur rata dengan tanah ini"

[Mokuton : Shin Jokai koutan]

Seketika lubang -lubang besar akibat ledakanpun menjadi seperti sedia kala seperti tak ada pertarungan apapun.

"Ayo kembali! kedamaian sudah terbentuk lagi, Dattebayou" Seru Naruto mengundang senyum dari yang lainnya.

Di kediaman Hokage kini keluarga Naruto dan Menma telah berkumpul akan membicarakan solusi dari masalah ini, namun justru keduanya kini tengah di balkon belakang.

"Aku bukan berasal dari tempat ini maka aku yang akan pergi lagipula Hinata sudah membenciku sekarang"

Naruto menoleh kearah Menma dengan tatapan terkejut.

"Apa kau sudah memikirkan semuanya Menma? Kau tak ingin meminta pendapat Istrimu terlebih dahulu?"

Menma menggeleng. "Meminta saran dari orang yang membenci kita bukanlah hal yang bagus Naru"

"Tapi setidaknya mereka tahu mereka akan kehilangan dirimu"

Tanpa menghiraukan ucapan Naruto, Menma memasuki rumahnya untuk memberitahukan keputusannya.

Tep!

"Kami sudah membuat keputusan" Seru Menma

Semuanya menoleh terutama Hinata, Boruto, dan Himawari kepada Menma.

"Aku yang akan pergi dari sini karena sebenarnya aku bukan berasal dari tempat ini" Menma berucap dengan nada teduh.

Hinata berjalan pelan menuju Menma kemudian menatap wajah teduh suaminya dengan tatapan benci.

"Aku membencimu..."

"Ya aku tahu aku me-..." Ucapan Menma tak terselsaikan.

"Disaat aku mulai menerima kehadiranmu, arti sosok dirimu, berusaha mencintaimu tapi kenapa kau malah mau meninggalkanku?" Hinata berucap tajam yang jarang sekali ketara.

Menma menyentuh pipi Hinata lembut. "Dengar Hinata-chan..."

Hinata menatap lekat Menma antusias.

"Kalau bukan aku yang pergi lalu apa Naruto? Aku tidak bisa berlaku egois dengan menyuruh Naruto meninggalkan tempat dimana ia dilahirkan"

"Lalu apa kau yang harus meninggalkan kami hah?" Hinata berseru keras kemudian memasuki kamar dengan membantin pintu.

Naruto menatap Menma dengan sendu, ia tak tega melihat orang yang diaanggap saudara olehnya merasakan hal seperti ini yang ia bisa lakukan hanya menepuk pundaknya.

"Pikirkanlah matang -matang Menma, aku tak apa jika harus meninggalkan dimensi ini" Ucap Naruto.

Menma menggeleng. "Tidak! Ini waktunya kau dan Sakura bahagia aku tidak ingin berlaku egois"

"Aku mengerti, tapi pikirkanlah terlebih dahulu"

Setelah memberikan saran Naruto membawa keluarganya pergi dari kediaman Hokage karena sebelum mereka mennyelsaikan masalahnya lebih baik memberi waktu untuk Menma dan Hinata.

"Dimana Sarada?" Tanya Naruto setelah sampai dikediaman Haruno.

Sakura mengamati sekitar. "Sepertinya Sasuke membawa Sarada lagipula mana mungkin Karin tak merindukannya"

"Tousan Kaasan kami mau istirahat tubuh kami pasti lelah" Ucap Shina yang diikuti anggukan oleh Hanami.

"Lagipula aku juga ingin mengurus luka Shina-nii"

Sakura mengangguk. "Tentu saja sayang, kalian untuk sementara bisa memakai kamar tamu"

keduanya mengangguk kemudian memasuki kamar yang ditujukkan untuk mereka.

"Jadi? Sepertinya ada yang ingin kau bicarakan Naruto"

Naruto tertawa pelan. "Bagaimana kau tahu kalau aku ingin membicarakan sesuatu?"

"Menurutmu sudah berapa lama kita saling mengenal satu sama lain?"

"Rasanya sudah sangat lama sekali"

Sakura mengangguk. "Jadi apa?"

"Apa kau tak apa jika aku menitipkan anak -anak padamu Sakura-chan?"

Sakura stuck ditempat ia sudah mengira Naruto akan memilih hal ini tapi tetap saja iia tak rela.

"T-Tentu saja, tapi bagaimana perasaan Hanami dan Shina mereka akan kehilangan sosok ayah!?"

"Aku percaya kau dapat menjadi Ayah dan Ibu untuk mereka seperti aku dulu"

Sakura menggeleng pelan. "Apa kau juga tak pernah memikirkan perasaanku Naru? Apa kau juga tak ingin bahagia?"

Naruto diam sesaat namun akhirnya ia tersenyum tipis namun tulus.

"Jika kau bertanya seperti itu maka aku ingin bahagia, Kau sudah menjadi Ibu dari anakku saja sudah membuatku bahagia apalagi menjadikanmu pendampingku selamanya itu akan sangat sempurna..."

Naruto menjeda kalimatnya sesaat kemudian menempelkan kening mereka. "Tapi aku tahu siapa yang paling membutuhkan dan aku tak bisa berlaku egois"

"Tapi aku mencitaimu Naruto dan aku tak siap jika aku kehilanganmu lagi" Sakura kini tak bisa menahan lelehan likuid dari pelupuk matanya.

"Aku juga mencintaimu Sakura-chan dan aku juga ingin selalu ada untukmu tapi sepertinya takdir berkata lain"

Sakura menjauhkan dirinya dari Naruto kemudian duduk disofa menutup wajahnya, menyembunyikan wajah terisaknya.

"Kumohon jangan menangis Sakura-chan, aku tak bisa melihatmu menangis"

"Bagaimana aku tak menangis jika kau akan meninggalkan kami" Sakura berseu pelan tanpa membuka tangan dari wajahnya.

Naruto meringis mendengarnya tapi apa yang bisa ia perbuat ia hanya manusia yang tak bisa menentang garis hidup yang tertulis untuk dirinya.

"Aku tahu, maka dari itu aku minta maaf karena besok mungkin aku tak bisa bersama kalian lagi" Naruto berucap sendu.

Sakura membuka kukupan tangannya kemudian beranjak memeluk tubuh Naruto erat seolah tak rela jika Naruto pergi meninggalkannya.

~XXX~ The Miracle of Love ~XXX~

Sedangkan dikediaman Hokage tak hentinya sang Hokage memberikan pengertian pada sang Istri namun hanya dianggap angin lalu.

"Hinata-chan"

Mendengar panggilan teduh dari Menma membuat Hinata menoleh tak tega juga mengacuhkan suaminya terus.

"Aku tahu maksudmu Menma-kun, hanya saja aku tak bisa menerima itu" Ucap Hinata lirih.

"Lalu aku harus bagaimana? Aku tak bisa meminta Naruto pergi, ia sudah memberikan kesempatan untukku bahagia dan kini giliranku yang memberikkan kesempatan padanya"

Hinata menatap lekat suaminya. "Apa hiks... tak ada jalan lain?"

"Tidak, seharusnya aku dari dulu sadar bahwa orang yang sama diwaktu yang berbeda tak boleh dalam satu tempat" Menma menjawab sambil menunduk dalam.

"Ini hiks... terlalu berat untukku ataupun Sakura-chan"

Menma mengangguk. "Memang, lagipula waktu kami tidak banyak, lebih baik aku yang pergi daripada kami berdua harus menghilang"

"Lalu hiks... apa yang bisa kulakukan hiks... setelah kau meninggalkanku, Boruto, dan Himawari?"

Menma mengelus rambut Hinata sayang. "Aku yakin kau akan menjadi Ibu sekaligus Ayah yang baik untuk mereka"

"Apa kau tak memikirkan aku dan anak -anak?"

Menma menggeleng. "Ini seperti buah simalakama bagi kami apapun keputusannya tak akan mengenakkaan bagi kami jadi biarkan takdir yang akan berkata"

Ya! Naruto terlebih Menma sekarang tak tahu harus berpikir apa terlebih keputusan mereka akan membuat mereka jauh dari orang yang dicintai dan anak -anak mereka.

~XXX~ The Miracle of Love ~XXX~

Mengabaikan dinginnya malam pemuda bersurai pirang dengan iris Green Forest menatap pemandangan indah desa dengan raut muka tak terbaca.

"Apa yang harus kulakukukan untuk Tousan dan Menma-Jiisan?" Gumam Shina memikirkan jalan keluar dari masalah ini.

'Lebih baik aku bertanya pada mereka saja'

Shina mengambil posisi bersila bersiap memasuki alam bawah sadarnya menemui hadiah yang diberikan oleh Rikudou-sennin.

[Mindscape]

"Ada apa Gaki kenapa malam -malam begini menemui kami?"

Baru sampai ia dialam bawah sadarnya ia mendapat salam tak mengenakkan dari burung raksasa berakses api ini.

"Apa ini sambutanmu eh Suzaku?" Tanya Shina memicingkan matanya.

Suzaku mengedik. "Entahlah, tapi untuk apa kau datang kemari?" Tanya Suzaku.

"Aku hanya ingin mencari solusi tentang Tousan dan Menma-Jiisan, apa kalian memiliki solusi?" Tanya Shina pada empat makhluk didepannya ini.

Genbu mendekat kearah Shina menyentuhkan cakarnya yang tajam kedada Shina. "Jawabannya ada apa dirimu sendiri Shina"

"Apa maksudmu?" Tanya Shina tak mengerti.

Suzaku menghela nafas. "Aku akan memberi tahu metode tapi caranya kau senndiri yang mencari tahu, dahulu sebelum adanya kami ada satu makhluk yang menjaga 4 mata angin sekaligus soal kemampuan dia setara bahkan lebih dari Juubi namun ia meninggalkan dimensi ini setelah eksistensinya disini menghilang..."

"Lalu apa hubungannya?"

Suzaku geram. "Jangan memotong Baka! Dia adalah Kirin penguasa petir Abadi yang di beri julukan Absolut, Jadi yang perlu kau lakukan adalah menggunakan kami sebagai Metode untuk menentukan lokasi"

Shina mengangangguk. "Jadi artinya aku harus pergi kedimensi dimana kirin berada?"

Keempat makhluk itu mengangguk. "Benar, dengan begitu kau bisa tetap bersama keluargamu"

Mendengar itu Shina langsung cerah sepertinya ia harus berterimakasih pada Rikudu-jiji karena memberikan hadiah yang dapat memecahkan masalahnya.

"Satu yang perlu kau ingat Kirin sangat membenci kami dan Rikudou-sennin, jika ia memgetahui keberadaanmu sudah dipastikan pertarungan besar akan menantimu"

Shina mengangguk. "Aku siap apapun resikonya, terlebih tak mungkin kami berada disini dimana dunia ini tak mengenal aku dan Hanami sebagai putra Nanadaime Hokage"

"Aku berharap Kaasan juga ikut dengan kami" Lanjut Shina tersenyun teduh.

Semuanya tersenyum menyadari Ayah dan Anak memiliki tekad yang mutlak dimana sekali berucap ia akan teguh memegangnya.

"Tapi apa kau sudah tahu caranya?"

Shina menyeringai. "Kau jangan meremehkan Master Fuinjutsu dan Ahli Jikkukan Ninjutsu Suzaku"

"Terserah dirimu yang terpenting aku sudah memperingatkanmu"

Shina mengangguk kemudian pergi menuju alam sadarnya tak sabar memberitahu yang lainnya kalau ia sudah memecahkan masalah yang ia buat.

~XXX~ The Miracle of Love ~XXX~

Pagi hari menyingsing suara burung sudah terdengar dimana -mana pertanda mereka harus siap melakukan kegiatan sehari -hari.

"Hoaaaam..." Shina terbangun menengok kesamping tak ada siapapun.

Shina beranjak kemudian menuju ruang tamu yang ia tak sangka akan seramai ini melihat kehadiran sang Hokage beserta keluarganya dikediamab Haruno.

"Jadi kau sudah memutuskan Menma?" Tanya Naruto melirik Hinata yang nampak sembab.

Menma mengangguk. "Aku yang akan pergi, maka dari itu aku meminta kau untuk menjjaga Hinata dan An-.."

"Lupakan itu Menma-jiisan, kami yang akan pergi"

Ucapan Menma tak terselsaikan karena dengan cepat Shina memotongnya.

"Apa maksudmu Shina?" Tanya Menma.

"Aku sudah memiliki solusinya bahwa aku, Hanami, dan Tousan yang akan pergi menampakkan kaki didimesi lain"

Semuanya terkejut tak menyangka Shina memiliki solusi dari masalah mereka.

"Bagaimana caranya?" Tanya Naruto pada putranya.

Shina tersenyum. "Dengan kemampuan Hiraishin tentunya dengan variasi Fuinjutsu"

Shina tak mau menceritakan tentang perseteruan antara Suzaku, Seiryu, Genbu, dan Byako dengan Kirin.

"Benarkah?" Tanya Menma tak percaya.

Shina mengagguk. "Jangan meragukan cucu dari Hokage tercerdas"

"Semuanya persiapan sudah dilakukan, kita hanya perlu bersiap"

Pandangan Shina tertuju pada sang Ibu. "Apa Kaasan akan ikut dengan kami?"

Duak!

Sakura memukul kelala Shina kemudian memeluknya erat. "Dasar anak bodoh, tentu saja Kaasan ikut"

Semuanya tersenyum melihat cengkrama dari Ibu dan Anak itu.

Menma mendekati Shina. "Terimakasih"

"Terimakasih? Terimakasih untuk apa?" Tanya Shina.

"Terimakasih karena dirimu aku dapat bersama keluargaku selalu"

Shina mengangguk. "Itu sudah sepatutnya karena mana mungkin kalian yang pergi karena akan sangat janggal jika tiba -tiba kami hidup bersama Kaasan, itu akan menjadi kesalah pahamman didesa nanti"

Poft!

Muncul sebuah Scroll ditangan kanan Shina. "Ini adalah hasil karya fuinjutsu terhebatku dengan mengaplikasikan kemampuan Limbo, Hiraishin, Jikkukan, dan Fuinjutsu ini bisa direalisasikan"

"Apa itu tak memiliku resiko?"

Shina mengedikkan bahu. "Itu masalah utamanya karena ini tidak bisa melalui fase Uji Coba melainkan praktek langsung"

Tep!

Naruto mendekat kemudian menepuk pundak putranya. "Tak masalah kami dimana dan apapun keadaannya selama kaami bersama itu bukan menjadi masalah"

Naruto berucap yakin yang diikuti anggukan Sakura dan Hanami yang saling memeluk.

"Jadi kapan kalian akan berangkat?" Tanya Menma pada Shina.

"Sekarang!"

Menma dan Hinata membola. "Kenapa harus sekarang?" Tanya Hinata.

"Karena bukan sekarang maka chakra Senjutsu yang aku miliki tak akan cukup jika aku menunggu besok maka akan terlambat"

Mereka mengangguk mengerti kemudian Naruto mendekati Menma diikuti Sakura yang mendekat kearah Hinata.

"Menma aku titip dunia Konoha daan Dunia Shinobi pada dirimu dan Sasuke, katakan maaf aku tak bisa pamit padanya dan juga teman -teman"

Menma mengangguk menyanggupi permintaa Naruto.

"Dan hiduplah sebagai Uzumaki Naruto"

Kemudian Naruto menengok kearah Sakura dan Hinata yang sama dengannya memberikan salam terakhir.

"Aku titip salam pada yang lainnya terutama Sarada katakan maaf aku tak bisa memberikan salam perpisahan dan minta Ino menggantikkan posisiku"

Shina merasa sudah waktunya dengan segera ia membuka Scrollnya yang memunculkan huruf kanji yang melingkar.

"Aku titip salah pada Boruto, maaf tak bisa beradu kekuatan dengannya seperti yang aku janjikan"

Keduanya mengangguk menjauh dari lingkaran yang mulai bersinar terang yang mengelilingi Naruto, Sakura, Shinachiku, dan Hanami.

"Sayounarra Minna"

Zring!

Lingkaran kanji itu memudar menjadi butiran cahaya diikuti keempat sosok itu yang melebur menjadi cahaya.

'Sampai bertemu lagi Uzumaki Naruto, Haruno Sakura ahh.. mungkin sebentar lagi menjadi Uzumaki Sakura dan Saudara kembar Uzumaki Shinachiku dan Hanami' Batin Menma seraya tersenyum mengiring kepergian mereka.

~XXX~ The End Of Short Epilogue ~XXX~


Akhirnya Epilognya selesai juga sebenarnya Chapter ini nyambung dengan Chapter kemarib tapi sengaja aku potong hehe... bagaimana endingnya gantung lagi ya?

Memang aku buat gantung karena akan ada Sequel tapi Crosscover tapi masih bingung mau Cross ama DxD, One Piece atau Fairy Taill... tapi aku paling hafal DxD ama One Piece kalau tidak ,mungkin Percy JO... tapi kemungkinan besar DxD

ahhhh... bingung aku yang minat tunggu aja yang penting ini Happy Ending...

oke Jaa ne... :D