Berdasarkan yang pernah saya baca – karena saya suka sejarah - dan riset kecil-kecilan, setengah dari kaisar Jepang adalah keturunan selir. Bagi permaisuri yang tidak bisa memiliki anak maka anak selir akan diakui sebagai anak permaisuri. Poligami baru dihapus di masa Taisho (1912-1926). Emperor Taisho sendiri adalah anak dari Emperor Meiji dengan selirnya, Yanagihara Naruko, yang diakui sebagai anak dari Empress Shoken. Emperor Meiji memiliki 15 anak, semua dari selir, namun hanya 5 anak yang mencapai usia dewasa.
Disclaimer: I don't own Kuroko no Basket. I don't make money from writing this fanfiction.
Dream of the Red Mansion
Chapter III
"Tetsuya-sama," panggil Aida Riko, "waktunya sudah tiba."
Hari yang ditakuti oleh Akashi Tetsuya akhirnya tiba juga. Hari dimana gundik Seijuurou masuk ke kediaman keluarga Akashi. Hari ini tepat seminggu setelah Seijuurou menjatuhkan bom itu padanya. Seijuurou memberi tahu kalau ia sudah menemukan seorang wanita untuk dijadikan gundiknya. Tetsuya tak bisa berkata apa-apa ketika itu saking kagetnya. Sekujur tubuhnya serasa disiram air dingin. Jantungnya berdebar-debar. Mulutnya kelu. Tetsuya menghabiskan seminggu terakhir dengan pikiran di awang-awang. Tak terasa hari ini telah tiba. Sungguh aneh kalau waktu berjalan sangat cepat ketika ia tidak menginginkan itu terjadi.
"Tetsuya-sama," panggil Riko sekali lagi, "Seijuurou-sama sudah menunggu Anda."
Tetsuya tak bisa menunda lagi. Ia berjalan keluar dari kamarnya dan menemukan Riko sudah menunggu diluar.
"Mari, Tetsuya-sama," ucap Riko. Tatapan matanya penuh pengertian.
Tetsuya hanya mengangguk kecil. Ia tak mempercayai dirinya untuk bicara sekarang.
Mereka lalu berjalan menuju ruang pertemuan yang letaknya di bagian kanan rumah utama. Riko mendorong pintu shoji dan Tetsuya melangkah masuk. Riko lalu menutup pintu itu dan menunggu diluar. Seijuurou sudah menunggu disana. Suaminya duduk di ujung ruangan, sesuai dengan posisinya sebagai kepala keluarga. Tetsuya lalu duduk di sampingnya. Tak ada satupun yang membuka mulut. Keheningan baru terpecahkan ketika pintu shoji kembali terbuka dan seorang wanita muda melangkah masuk. Ia memiliki mata dan rambut campuran warna abu-abu dan biru. Wajahnya cantik tentu saja. Wanitu itu adalah Mayuzumi Chihaya, gundik Seijuurou.
Chihaya menundukkan kepala dalam-dalam, memberi hormat pada Seijuurou dan pada dirinya. Seijuurou yang berbicara duluan baru Tetsuya. Ia memaksa dirinya memberikan beberapa patah kata sambutan. Tapi hanya itu. Selebihnya Tetsuya diam saja. Setelah acara penghormatan selesai, Chihaya kembali ke paviliun yang dialokasikan menjadi tempat tinggalnya, meninggalkan Tetsuya dengan Seijuurou berdua.
Seijuurou akhirnya buka mulut. "Kau masih kesal?"
"Kalau Seijuurou-san sudah tahu, kenapa masih bertanya segala?" balas Tetsuya tanpa tedeng aling-aling.
Pergundikan memang hal biasa bagi kalangan orang kaya dan bangsawan. Apalagi ditambah fakta bahwa Tetsuya tidak bisa memberikan keturunan bagi keluarga Akashi. Tapi itu bukan berarti ia akan menerima ini semua dengan senang hati ataupun dengan senyum. Mana ada istri yang bisa menerima kalau suaminya memiliki gundik dengan lapang dada?
"Kau memang tidak pernah basa-basi ya," komentar Seijuurou, meraih Tetsuya kedalam pelukannya. "Kan sudah kubilang, kau tidak usah cemas. Istriku hanya satu yaitu Tetsuya. Ibu anak-anakku juga hanya satu yaitu Tetsuya."
Tetsuya merengut mendengarnya. Enak saja Seijuurou bicara.
Pelukan Seijuurou makin erat. "Kimono ini pas sekali untuk Tetsuya," ujarnya tiba-tiba.
"Jangan mengalihkan pembicaraan," balas Tetsuya. Memang saat ini ia mengenakan kimono wanita dan Tetsuya juga tahu Seijuurou selalu suka melihatnya berpakaian seperti itu.
"Aku tidak mengalihkan pembicaraan," suara Seijuurou makin dalam. "Tetsuya cantik seperti biasanya." Satu tangannya tahu-tahu saja sudah merayap ke balik kimono Tetsuya yang entah sejak kapan sudah tersibak dan mengelus paha dengan kulit sehalus sutra itu.
"Seijuurou-san..." Tetsuya bermaksud protes tapi entah kenapa malah keluar jadi desahan.
Seijuurou menyeringai dan lalu merebahkan Tetsuya ke lantai.
XXXXXXXXXXXXXXXXXXX
Waktu berlalu dan Tetsuya belajar beradaptasi dengan kehadiran Chihaya. Hal yang sesungguhnya gampang dilakukan karena ia dan Chihaya tak pernah bertemu lagi sejak hari pertama. Selaku istri, Tetsuya tinggal di rumah utama sedangkan Chihaya tinggal di salah satu paviliun yang terdapat di kediaman Akashi. Dengan halaman yang luar biasa luas, jalan mereka tidak pernah bertemu.
Seijuurou tetap makan pagi bersama Tetsuya setiap hari. Makan malam juga begitu. Perbedaannya adalah setiap beberapa hari sekali, Seijuurou akan menghabiskan malam di tempat gundiknya meskipun ia tetap sarapan bersama Tetsuya keesokan harinya. Seijuurou tetap memperlakukannya dengan baik. Rumah juga tetap diatur oleh Tetsuya. Bahkan kalau gundik Seijuurou mau keluar rumah, ia juga harus minta ijin Tetsuya.
Biasanya Tetsuya akan mengutus Riko untuk bicara dengan Chihaya. Ia tak tahu harus bagaimana berinteraksi dengan Chihaya. Membenci Chihaya itu tidak adil karena Tetsuya tahu ia tak bisa menyalahkan Chihaya saja. Bukankah keputusan mengambil gundik itu diambil oleh suaminya? Artinya ia seharusnya membenci Seijuurou kan? Suaminya sendiri tidak merasa bersalah karena pergundikan memang hal biasa di masyarakat. Sistem yang ada sejak dulu. Tetsuya sungguh bingung. Tapi Tetsuya juga tidak mampu bersikap seperti seorang teman pada gundik Seijuurou. Ujung-ujungnya ia malah mengabaikan saja keberadaan Chihaya.
Sebulan setelah Mayuzumi Chihaya menjadi gundik Seijuurou, ia hamil. Seijuurou yang mengabarkan hal itu pada Tetsuya.
"Sebentar lagi kau akan menjadi ibu, Sayang."
"Apa maksud Seijuurou-san?"
"Chihaya tengah mengandung sekarang," ucap Seijuurou dengan penuh kepuasan.
Kata-katanya bagaikan sambaran petir di telinga Tetsuya.
XXXXXXXXXXXXXXXXXXX
Tetsuya tidak tahu ia harus bicara dengan siapa. Mau bicara dengan teman akrabnya bisa saja tapi mana mereka mengerti. Lagipula Tetsuya malu kalau harus menceritakan masalah rumah tangganya. Ogiwara Shigehiro, tetangga sekaligus teman masa kecil Tetsuya, pasti akan mendukungnya dan memberinya semangat karena begitulah sikap Ogiwara. Kalau Kagami Taiga, teman baik Tetsuya yang satu lagi orangnya temperamental. Bisa-bisa Kagami pergi melabrak Seijuurou. Tetsuya tak bisa membayangkan kalau itu terjadi. Jadi nama mereka berdua terpaksa dicoret dari daftar calon curhat Tetsuya.
Pilihan kedua adalah teman-teman barunya. Karena sering pergi bersama Tetsuya jadi akrab dengan teman-teman Seijuurou. Ia terutama paling akrab dengan Satsuki, Aomine dan Kise. Tapi Tetsuya juga berpikir dua kali kalau mau bicara tentang hal pribadi pada Satsuki. Bagaimanapun kan Satsuki itu temannya Seijuurou duluan. Bisa-bisa Satsuki lalu mengadu ke Seijuurou atau ia bicara pada Aomine dan Aomine keceplosan di depan Seijuurou. Kalau Kise sih tidak usah diharapkan.
Pilihan terakhir adalah orangtuanya. Tetsuya akhirnya mengadu pada ibunya ketika ia pulang kerumah. Rumah mereka sekarang masih ada di lokasi yang dulu, hanya saja bangunan lama sudah dirobohkan dan rumah yang sekarang adalah bangunan baru dan besar. Suami Tetsuya yang membiayai pembangunan rumah baru ini tentu saja. Begitu juga dengan kedai makan keluarga Kuroko sudah berganti rupa menjadi sebuah restoran besar. Bahkan sudah ada beberapa cabangnya juga. Semua adalah berkat bantuan Seijuurou.
"Kenapa Tetsuya?" tanya Kuroko Haruna ketika melihat anak tunggalnya diam saja. Selain mengucapkan salam ketika masuk rumah dan beberapa patah kata, Tetsuya diam saja.
"Okaasan..." lirih Tetsuya. Ia menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya bicara. "Gundik Seijuurou-san tengah mengandung sekarang."
Haruna kaget mendengarnya.
Tetsuya menatap ibunya. "Aku harus bagaimana, okaasan?" tanyanya dengan suara kecil.
Haruna menatap anaknya dengan iba. Menikah dengan keluarga bangsawan memang tidak mudah. Namun tidak mungkin bagi mereka untuk menolak lamaran Akashi Seijuurou. Awalnya, semuanya berjalan lancar. Haruna merasa lega ketika ia melihat Tetsuya tampak bahagia. Namun ia juga cemas. Cemas akan masalah penerus keluarga Akashi. Baik Haruna dan Tetsuya sebenarnya sadar, bahwa cepat atau lambat hari ini akan tiba.
"Bagaimana Seijuurou-san memperlakukanmu?" tanya Haruna hati-hati.
"Tetap seperti biasanya," jawab Tetsuya langsung. "Seijuurou-san baik padaku. Ia juga suka membelikan ini itu. Waktu kubilang mau kesini, ia menitipkan hadiah untuk okaasan dan otousan." Haruna melirik beberapa bingkisan dimeja yang isinya kain sutra dan perangkat minum teh keramik berkualitas tinggi dari Kyoto. Setiap kali Tetsuya berkunjung kerumah orangtuanya, Seijuurou pasti memberikan hadiah.
Haruna menimbang-nimbang. "Dan apakah Seijuurou-san mengatakan sesuatu... tentang gundiknya?"
Tetsuya diam sejenak. "Seijuurou-san dulu bilang kalau aku sebentar lagi akan menjadi ibu."
Mata Haruna membesar.
"Dia juga bilang kalau aku yang akan membesarkan anak-anaknya," lanjut Tetsuya lagi.
Haruna berpikir masak-masak. Ia harus memikirkan kata-kata yang tepat untuk menghibur anaknya tanpa mengabaikan kenyataan. "Tetsuya... tentu kau tahu bahwa separuh kaisar yang memerintah Jepang lahir dari selir, bukan?"
Tetsuya mengangguk. Semua juga tahu hal ini. Demi memastikan bahwa kaisar memiliki pewaris tahta, maka ada banyak selir untuk memberikan anak. Apabila permaisuri tidak bisa memberikan keturunan maka pewaris tahta adalah anak kaisar dengan selir yang diakui sebagai anak permaisuri. Bisa dibilang posisi Tetsuya sama. Ia juga tidak bisa memberikan keturunan bagi Seijuurou. Makanya anak yang dilahirkan oleh Chihaya nanti akan diakui sebagai anak Tetsuya. Itu adalah praktek yang biasa dilakukan di kalangan bangsawan.
"Selama ini Seijuurou-san sangat baik padamu jadi Tetsuya tidak usah bersedih," lanjut Haruna, "kedudukanmu pasti takkan tergoyahkan."
"Okaasan... kedudukan yang takkan tergoyahkan itu tidak cukup. Yang kubutuhkan itu adalah tempat yang tak tergantikan oleh siapapun..." Tetsuya akhirnya kelepasan bicara. Hal yang sesungguhnya paling ia cemaskan adalah kalau Seijuurou kelak lebih menyukai gundik-gundiknya dibandingkan Tetsuya.
XXXXXXXXXXXXXXXXXXX
Kunjungan kerumah orangtuanya tidak membantu banyak. Nasihat ibunya juga tidak mempan untuk menenangkan Tetsuya. Sepulangnya kembali ke kediaman keluarga Akashi, Tetsuya memutuskan untuk berendam di onsen untuk menghilangkan kepenatan. Pertama kalinya tahu kalau di rumah utama ada onsen, Tetsuya sampai kaget. Memang dunia kaum bangsawan itu berbeda.
Ketika ia masuk ke dalam, kolam dari bebatuan alami dengan air hangat menyambutnya. Buah jeruk dan apel sudah dicemplungkan ke dalam kolam agar wangi alami mereka menarik napas dalam-dalam dan lalu melangkah masuk ke dalam kolam. Ia duduk bersandar dan menutup matanya. Airnya enak sekali.
Suara pintu dibuka membuat Tetsuya membuka matanya.
Ternyata itu Seijuurou. Suaminya melangkah masuk dalam kondisi tanpa busana, memperlihatkan tubuh atletisnya.
Tetsuya terdiam sambil memperhatikan Seijuurou yang berjalan kearahnya dan akhirnya masuk ke kolam.
"Riko memberitahu kalau kau ada disini," ucap Seijuurou sambil meraih Tetsuya ke pelukannya. Ia menempatkan Tetsuya dipangkuannya dan melingkarkan kedua lengannya di pinggang Tetsuya dan memeluknya.
Tetsuya lalu bersandar di dada bidang suaminya.
"Bagaimana kabar otousan dan okaasan?" tanya Seijuurou.
"Mereka baik-baik saja."
"Aku menyuruh orang untuk merenovasi kamar di Vila Rosa," beritahu Seijuurou.
Tetsuya berpaling dan menatap suaminya dengan heran. "Untuk apa, Seijuurou-san?"
"Untuk kamar bayi, Tetsuya. Aku lebih suka kalau kita tinggal di Vila Rosa setelah kita punya anak nanti. Lebih nyaman jadinya. Vila Rosa kan sudah modern."
"Kita?"
"Ada apa denganmu beberapa hari terakhir ini?" Seijuurou mengernyit sebelum ia mendadak tampak mengerti. "Apa ini gara-gara Chihaya hamil? Kukira kau akan senang. Kalau ada anak, kau kan tidak akan merasa bosan lagi."
"Aku tidak pernah bilang kalau aku bosan," balas Tetsuya, menghindari topik pembicaraan yang ia tidak inginkan. Tetsuya tak pernah bisa mengerti, mengapa Seijuurou bisa sesantai itu bicara.
"Kau suka mengeluh kalau kau tidak ada kegiatan," balas Seijuurou.
"Kegiatan istri bangsawan hanya merangkai bunga, upacara minum teh, belanja atau berkumpul sambil bergosip yang tidak-tidak. Aku tidak berminat yang seperti itu."
"Itu artinya kau bosan, Sayang."
Urgh. Tetsuya kalah berdebat dengan Seijuurou kali ini. Ia merengut. Menyebalkan sekali.
"Nanti akan kupikirkan kegiatan untukmu." Seijuurou lalu tiba-tiba menyeringai.
Tetsuya tahu maksud seringaian suaminya.
Seijuurou menundukkan kepalanya untuk mencium leher Tetsuya sementara tangannya mengelus tubuh istrinya. "Kulitmu halus sekali..." bisiknya.
Tetsuya menengadahkan kepalanya dan Seijuurou lalu mencium Tetsuya dengan penuh gairah. Tetsuya membuka mulutnya dan lidah Seijuurou masuk ke dalam. Entah berapa lama lidah mereka saling bercumbu namun kebutuhan akan oksigen akhirnya memisahkan mereka berdua.
Tanpa memberi kesempatan Tetsuya menarik napas, Seijuurou mencium leher Tetsuya lagi. Menjilat dan menggigit kecil kulit putih susu tersebut. Satu tangannya mulai merayap ke bawah hingga akhirnya menemukan lubang Tetsuya. Seijuurou memasukkan satu jari ke dalam. Karena mereka ada didalam kolam, air ikut masuk kedalam.
"Aah!" Tetsuya mengerang. Rasanya aneh karena ia bisa merasakan air hangat didalam dirinya. Aneh tapi nikmat. Ia menggeliatkan pinggulnya.
Seijuurou menyeringai kecil. "Kau tidak sabaran sekali, Sayang," ujarnya sambil memasukkan jarinya yang kedua dan mulai melebarkan lubang sempit Tetsuya.
"Aah...Ng... Aaah..." Tetsuya mengerang nikmat.
Setelah dirasanya cukup, jari ketiga Seijuurou ikut masuk kedalam...
Erangan Tetsuya makin kencang. Ketiga jari Seijuurou bergerak dengan liar didalam dirinya, membuat Tetsuya tak tahan. Ia menginginkan yang lebih...ia membutuhkan Seijuurou..
"Seijuurou-san..." terengah-engah, Tetsuya memohon suaminya, "di-didalamku..."
Seijuurou menghujamkan dirinya dalam-dalam ke dalam tubuh Tetsuya. Tanpa memberikan Tetsuya waktu untuk beradaptasi, ia bergerak, cepat dan penuh tenaga.
"Aaaaaaaaaaah!" Dengan satu erangan panjang, Tetsuya mencapai puncak duluan.
Tubuhnya yang menyempit membuat Seijuurou menyusul mencapai puncak. Tetsuya bisa merasakan cairan panas dan kental memenuhi dirinya.
Keduanya terdiam dengan napas masih terengah-engah. Seperti biasanya, Seijuurou yang lebih dulu pulih. "Kau baik-baik saja?"
"Iya," Tetsuya menjawab dengan suara kecil. Ia bersandar dibahu suaminya dan memejamkan mata. Ia tidak merasa baik-baik saja sebenarnya. Fisiknya mungkin tidak masalah, tapi batinnya...
XXXXXXXXXXXXXXXXXXX
Keesokan harinya, orang yang disuruh Seijuurou untuk merenovasi Vila Rosa datang. Suaminya dulu kuliah di Inggris sehingga ketika ia kembali di Jepang, ia memerintahkan untuk mendirikan Vila Rosa. Bangunan bergaya barat berlantai dua itu memiliki banyak kamar dengan jendela besar dan langit-langit tinggi.
"Bagaimana menurut Anda, Tetsuya-sama?" tanya Sato. Ia datang beserta dua orang bawahannya untuk membuat daftar apa saja yang akan direnovasi serta denah rumah.
"Aku ingin tambahan set meja dan kursi makan di ruang konservatori," ucap Tetsuya.
Ruang konservatori adalah ruangan dengan atap kaca dan sebagian dinding dari kaca yang terhubung dengan bangunan utama. Tanaman bisa hidup sepanjang tahun disana. Biasanya ruang konservatori difungsikan sebagai tempat santai.
"Set meja dan kursi makan," Sato mengangguk dan membuat catatan di bukunya.
Meskipun Seijuurou menyebutnya dengan renovasi, sesungguhnya kata itu kurang tepat. Soalnya hanya ada kamar tamu yang diubah menjadi kamar bayi. Sisanya hanya mengganti desain dalam ruangan sesuai dengan selera Tetsuya. Suaminya membebaskan Tetsuya untuk memutuskan desain dalam rumah sesuka hatinya. Ia bahkan punya perpustakaan pribadi sekarang. Memang, dari segi materi ia tak pernah kekurangan apapun.
XXXXXXXXXXXXXXXXXXX
Setelah renovasi selesai, mereka pindah tinggal di Vila Rosa. Ternyata tinggal di rumah bergaya Barat dengan segala peralatan yang modern nyaman juga. Mereka bahkan memasang telepon di rumah. Tetsuya sangat takjub ketika pertama kali menggunakan telepon. Bagaimana mungkin suara orang bisa dibawa melalui kabel kecil?
Lalu mereka sekarang tidur sekamar dengan ranjang dan bantal berisi bulu angsa. Bukan menggunakan futon lagi. Ternyata tempat tidurnya empuk sekali. Akhirnya Tetsuya naik ke atas tempat tidur dan mulai meloncat-loncat. Wah. Seru sekali. Ia seperti memantul di tempat tidur. Karena keasikan, Tetsuya tidak sadar kalau Seijuurou sudah masuk ke kamar dan menatapnya dengan geli.
Ia baru sadar beberapa saat kemudian. Wajah Tetsuya langsung merona merah. Ia malu sekali tertangkap basah bertingkah laku seperti anak kecil. Seijuurou hanya tertawa melihat Tetsuya yang salah tingkah.
"Kenapa Seijuurou-san tertawa? Apanya yang lucu?" tanya Tetsuya setelah Seijuurou tak berhenti juga tertawa.
"Kau yang lucu, Sayang."
Tetsuya merengut sebal. Dan entah apa yang merasukinya, tahu-tahu saja ia sudah meraih bantal dan melemparnya ke wajah Seijuurou. Namun, suaminya berhasil menangkap bantal itu sebelum mengenai wajahnya.
"Nyalimu besar sekali ya," gumam Seijuurou.
Gawat. Apa Seijuurou jadi marah padanya? Selama ini Seijuurou belum pernah marah padanya. Tapi Tetsuya tahu karakter suaminya yang tanpa ampun itu.
"Oop!" Tetsuya kaget karena Seijuurou ternyata melempar kembali bantal tersebut dan mengenai wajah Tetsuya dengan sangat telak.
Seijuurou menyeringai.
Rasa kaget dan takut berganti sebal. Tetsuya melempar bantal itu kembali, yang berhasil dihindari oleh Seijuurou. Tak putus asa, dengan secepat kilat Tetsuya meraih bantal-bantal didekatnya dan menjadikannya peluru untuk perang bantal.
Setelah setengah jam, kamar tidur mereka sudah dipenuhi oleh bulu angsa yang beterbangan dari bantal-bantal yang koyak. Kedua belah pihak yang sudah lelah akhirnya berbaring di atas tempat tidur sambil tersenyum dan tertawa bahagia.
Di saat-saat seperti inilah, Tetsuya bisa lupa kalau ia bukanlah yang satu-satunya lagi di hati suaminya.
XXXXXXXXXXXXXXXXXXX
Waktu berlalu dengan sangat cepat. Tak terasa sembilan bulan telah berlalu. Seisi kediaman Akashi telah sibuk dari jauh-jauh hari menantikan hari dimana penerus keluarga Akashi akan lahir. Dokter telah memperkirakan hari persalinan namun ternyata Chihaya melahirkan sehari lebih cepat. Ia melahirkan sepasang bayi kembar laki-laki. Anak laki-laki...bukan hanya satu tapi ada dua...
"Seijuurou-sama sudah berada di Paviliun Rembulan," beritahu Riko.
Tetsuya bingung. Apa yang harus ia lakukan? Apakah ia harus menyusul Seijuurou dan mengucapkan selamat? Namun ia tak perlu lama-lama berpikir karena pintu perpustakaan pribadi Tetsuya terbuka dan Seijuurou melangkah masuk. Wajah suaminya berseri-seri. Tetsuya tak pernah melihat ekspresi itu diraut wajah Seijuurou sebelumnya.
"Seijuurou-san..." Bukannya suaminya ada di Paviliun Rembulan, kenapa bisa ada disini?
"Tetsuya! Kenapa kau masih duduk santai disini? Ayo temui Shigeru dan Kazuya."
Tetsuya bangkit berdiri dari kursinya dan mengikuti suaminya. Shigeru dan Kazuya? Pikirannya penuh tanda tanya.
Seijuurou membawanya ke kamar bayi, yang terletak persis di samping kamar tidur Seijuurou dan Tetsuya. Sudah ada dua ibu susu disana. Mereka berhenti tepat di boks bayi bercat biru muda. Tetsuya menatap sepasang bayi kembar itu. Mereka berdua jelas-jelas anak Seijuurou. Sekali pandang saja sudah cukup untuk memastikannya. Dua kepala mungil dengan rambut merah tipis, merah seperti warna rambut Seijuurou. Bentuk alisnya, tulang pipinya dan dagunya semuanya adalah replika mini dari Seijuurou.
"Selamat menjadi ibu, Sayang," ucap Seijuurou dengan senyum.
Namun Tetsuya tak mendengarkan karena fokusnya adalah pada Shigeru dan Kazuya. Tanpa sadar tangan kanannya terangkat untuk membelai pipi salah satu dari mereka. Ia tidak bisa membedakan mana yang Shigeru dan mana yang Kazuya. Secara tak terduga, satu tangan bayi – yang ada di bagian kanan – naik dan menggenggam jari telunjuk Tetsuya. Tetsuya menahan napas. Rasanya hangat. Bayi satunya lagi tertawa. Suaranya bagaikan bunyi lonceng. Tetsuya jatuh cinta pada sepasang bayi mungil tersebut.
XXXXXXXXXXXXXXXXX
Tujuh hari setelah bayi dilahirkan adalah hari pemberian nama. Sebenarnya Seijuurou sudah menamai mereka dari jauh-jauh hari tapi ini adalah upacara formal bagi keluarga dan juga teman dekat. Orangtua Tetsuya tentu saja datang dan juga teman-teman Seijuurou serta teman-teman Tetsuya. Keluarga Chihaya sendiri absen dari acara.
"Mereka kecil sekali," komentar Aomine ketika pertama kali melihat si kembar.
"Bayi itu memang begitu," ujar Midorima.
"Begitu ya..."
"Kau itu bagaimana sih?"
"Aominecchi payah," Kise ikut nimbrung dan mulailah keributan kecil diantara mereka bertiga. Murasakibara sendiri tak peduli dengan adu mulut antara Aomine dan Kise.
Tetsuya juga mengabaikan trio itu dan berfokus pada anak-anaknya. Ya, anak-anaknya. Shigeru dan Kazuya adalah anak-anaknya sekarang. Tetsuya menyayangi mereka bagaikan anak kandungnya sendiri. Tadinya ia tak mengira itu akan terjadi. Namun kenyataan berkata lain.
Disisi Tetsuya ada Satsuki yang matanya berbinar-binar gembira. "Ya ampun... Mereka berdua manis sekali! Aku jadi ingin memeluk mereka!"
"Tidak boleh!" seru Aomine, Kise dan Midorima bersamaan.
XXXXXXXXXXXXXXXXXXX
Setelah itu ada upacara Omiyamairi yang bertujuan untuk menolak roh jahat dan untuk meminta berkah agar bayi senantiasa diberi kesehatan dan keselamatan. Omiyamairi dilakukan pada ke 31 hari dari kelahiran bayi.
Pada hari pelaksanaan Omiyamairi, pagi-pagi sekali juru foto sudah datang ke kediaman keluarga Akashi untuk mengabadikan hari penting ini. Juru foto tersebut juga ikut dengan mereka sampai ke kuil. Baik Shigeru dan Kazuya sudah mengenakan kimono yang terbuat dari habutae yaitu kain sutra tenun polos berwarna hitam bersulam rajawali. Orangtua Tetsuya,teman-teman Seijuurou dan teman-teman Tetsuya semuanya hadir di kuil sambil membawa hadiah bagi Shigeru dan Kazuya.
Sepulangnya dari kuil, mereka berkumpul di Vila Rosa sambil mengobrol hingga sore sebelum pamit pulang ke rumah masing-masing.
XXXXXXXXXXXXXXXXX
Dua bulan berlalu. Shigeru dan Kazuya sudah berusia tiga bulan. Mereka begitu lucu dan menggemaskan. Tetsuya tak pernah bosan. Sejak adanya si kembar, Satsuki jadi sering datang bermain karena Tetsuya menolak keluar rumah. Ia lebih suka menghabiskan waktu bersama dengan kedua putranya.
"Mereka begitu menggemaskan," komentar Satsuki.
Sore ini, Satsuki datang berkunjung. Tetsuya lalu mengajaknya duduk sambil minum teh dan makan kue-kue kecil di konservatori. Kata Seijuurou, kalau di Inggris ini disebut 'afternoon tea'. Tentu Satsuki juga tak lupa untuk melihat si kembar.
Tetsuya hanya tersenyum mendengarnya.
"Tapi aku masih belum bisa membedakan yang mana Shigeru dan yang mana Kazuya," keluh Satsuki.
"Tadi itu, Shigeru yang kanan dan Kazuya yang kiri."
"Percuma saja. Keduanya kelihatan sama bagiku."
"Ada perbedaannya, Satsuki-san."
"Kau kan ibu mereka, ya tentu saja kau bisa membedakan mereka."
Tetsuya terdiam. Ia bukan ibu kandung Shigeru dan Kazuya. Mereka adalah anak kandung Mayuzumi Chihaya yang hingga saat ini bahkan belum pernah melihat kedua anaknya karena anaknya dirampas oleh Tetsuya. Betapa jahatnya Tetsuya. Bagaimana ia bisa seegois dan setega ini? Bagaimana bisa ia bahagia di atas penderitaan orang lain?
"Tetsu-kun..."
"Ah, maaf, Satsuki-san. Aku tadi melamun."
Satsuki menatapnya dan kemudian menghela napas. "Ini pasti tidak mudah bagimu. Kau bukan berasal dari kalangan bangsawan jadi kau pasti tidak terbiasa dengan semua ini." Satsuki diam sejenak. "Rumah Daiki dan rumahku bersebelahan. Bisa dibilang kami sudah saling kenal sejak bayi. Kami adalah sahabat baik sebelum akhirnya saling menyukai."
Tetsuya sudah tahu tentang ini.
"Ketika ia melamarku, aku bilang hanya akulah yang akan menjadi istrinya."
"Bagaimana respon Aomine-kun?" tanya Tetsuya penasaran. Kalau cerita yang ini, Tetsuya baru dengar sekarang.
"Daiki menatapku seakan-akan aku gila dan berkata 'tentu saja.' Tapi yah, kami dari dulu selalu hanya berdua. Ia sahabatku yang paling akrab. Tidak ada rahasia diantara kami." Satsuki tersenyum ketika menceritakannya, seakan-akan ia teringat kenangan indah.
"Tapi Ayah Satsuki-san juga tidak punya gundik."
"Keluarga kami bekerja di pemerintahan selama berabad-abad. Ayahku sekarang menjabat Menteri Keuangan. Jadi tidak ada anggota keluarga yang memiliki gundik. Kau tahu kan memiliki gundik bagi pegawai pemerintahan dilarang karena berpotensi menyebabkan korupsi."
Tetsuya mengangguk.
"Aku juga tidak suka dengan sistem ini. Hanya sayangnya, kita hidup di jaman dimana ini dianggap hal biasa."
XXXXXXXXXXXXXXXXX
Mayuzumi Chihaya belum pernah sekalipun menatap kedua putranya dari jarak dekat apalagi menimang mereka berdua. Akashi Seijuurou telah menyerahkan anak-anaknya pada istri resminya. Setelah melahirkan, Seijuurou hanya datang sekali melihatnya.
"Aku berterima kasih padamu," ucap Seijuurou ketika itu, "kau telah berjasa pada keluarga Akashi."
Seijuurou juga tak lupa memberikan hadiah baginya. Barang-barang bagus dan perhiasan mewah yang tak ada artinya. Hati Chihaya terasa begitu hampa. Setelah itu Seijuurou tak pernah datang ketempatnya lagi. Mungkin ia sudah bosan. Mungkin ia juga sudah memperoleh apa yang diinginkannya. Chihaya tidak peduli. Yang diinginkannya hanya anak-anaknya. Ia tahu bahwa dengan menjadi gundik Seijuurou maka sama saja ia merelakan anak-anaknya.
Tapi mengetahui hari ini akan datang dengan merasakan hari ini tiba sungguh berbeda. Rasanya begitu menyakitkan. Apa ia satu-satunya yang merasakan hal ini? Bagaimana dengan gundik-gundik lainnya? Bagaimana dengan selir-selir kekaisaran? Apakah semuanya hanya bisa pasrah dan menerima karena inilah kewajiban mereka?
Chihaya bahkan diam-diam pergi mengintip ke taman dan juga Vila Rosa untuk bisa melihat anaknya. Dari kejauhan juga tidak masalah daripada tidak sama sekali. Ia sempat berencana memohon kepada Seijuurou agar diijinkan bertemu Shigeru dan Kazuya. Namun pada akhirnya, ia tidak berani. Ia takut Seijuurou akan menjadi tidak senang dan marah. Ia juga sempat ingin pergi memohon pada Tetsuya tapi ia juga takut Tetsuya akan menganggapnya tak tahu diri. Akhirnya, rencana itu diurungkannya.
Sampai suatu hari, Aida Riko, pelayan pribadi Tetsuya datang ke Paviliun Rembulan pagi-pagi.
"Silakan ikuti saya, Chihaya-sama," ucap Riko.
"Ada apa, Riko-san?" tanya Chihaya bingung. Ada urusan apa Tetsuya dengannya? Selama ini belum pernah sekalipun Tetsuya bicara dengannya.
"Anda akan tahu nanti, Chihaya-sama."
Akhirnya, ia mengikuti Riko. Tanpa disangka Riko membawanya ke taman. Chihaya baru hendak bertanya lagi untuk apa ia dibawa ke taman ketika ia melihat Shigeru dan Kazuya yang tengah berjemur sinar matahari sambil dijaga oleh dua ibu susu. Apakah ini artinya ia boleh melihat kedua anaknya?
"Silakan, Chihaya-sama," ucap Riko.
Chihaya berpaling. Matanya basah. "Terimakasih," ucapnya dengan suara bergetar, "terima kasih."
Riko mengangguk dan berjalan pergi.
Chihaya menghambur ke arah Shigeru dan Kazuya. Ia rindu sekali akan dua anaknya. Akhirnya, ia bisa memeluk mereka...
XXXXXXXXXXXXXXXXX
Setelah hari itu, setiap harinya Chihaya bisa bertemu dengan kedua anaknya. Antara ia dan Tetsuya tercipta semacam jadwal dimana mereka bergantian bersama dengan Shigeru dan Kazuya. Kalau Chihaya bersama dengan si kembar pada pagi sampai siang, maka Tetsuya yang akan bersama si kembar dari siang sampai sore. Begitu juga kebalikannya. Namun, Shigeru dan Kazuya tetap tinggal bersama Tetsuya. Begitu juga di hari Sabtu dan Minggu ketika Seijuurou ada di rumah.
Chihaya tahu bahwa Tetsuya melakukan ini diam-diam tanpa sepengetahuan Seijuurou. Dan ia sangat berterima kasih. Chihaya tidak menuntut terlalu banyak. Untuk saat ini, bisa bersama kedua putranya sudah lebih cukup dari apapun. Selain itu, ia juga cemas kalau mereka akan ketahuan oleh Seijuurou.
XXXXXXXXXXXXXXXXX
Waktu terus berlalu. Musim silih berganti. Tanpa terasa, Kazuya dan Shigeru akan menginjak satu tahun. Tak banyak perubahan yang terjadi di kediaman keluarga Akashi dalam setahun terakhir kecuali kelahiran si kembar. Chihaya masih menjaga kedua putranya bergantian dengan Tetsuya. Adapun untuk Akashi, ia tak pernah mendatangi Chihaya lagi.
Chihaya tengah merajut topi wol untuk kedua anaknya ketika pelayan pribadinya, Eri, berjalan masuk dengan tergesa-gesa.
"Ada apa, Eri?" tanyanya heran.
"Seijuurou-sama menyuruh Anda untuk bersiap-siap besok," jawab Eri.
"Besok? Bukankah ulang tahun Shigeru dan Kazuya masih seminggu lagi?" Ya, tak terasa si kembar akan menginjak usia setahun seminggu lagi. Sungguh waktu berlalu begitu cepat.
"Akan ada gundik baru yang masuk."
Jarum rajut yang dipegang Chihaya terjatuh. "Gundik baru...?"
Eri mengangguk. "Kali ini, gundik Seijuurou-sama seorang wanita bangsawan."
Chihaya sampai terkesima mendengarnya. "Apa kau yakin?" tanyanya ragu. Apakah ada wanita bangsawan yang mau menjadi istri ketiga kalau ia bisa menjadi istri resmi bangsawan lainnya?
Eri mengangguk tegas. "Ia memang dari keluarga bangsawan. Hanya saja keluarga Furihata sudah jatuh miskin dari beberapa generasi yang lalu."
Lagi-lagi masalah uang. Masalah uang jugalah yang sampai membuat ayah Chihaya tega menjadikan dirinya sebagai gundik. Chihaya jarang bertemu dengan wanita bangsawan. Satu-satunya yang sering ia temui paling hanyalah Aomine Satsuki. Oleh karena itulah, mendapati wanita bangsawan menjadi gundik rasanya aneh.
XXXXXXXXXXXXXXXXXXX
Namun, Chihaya ternyata keliru. Ia bisa melihat dari gerak-geriknya kalau Furihata Kaori, gundik baru Seijuurou ternyata menyukai Seijuurou. Keluarga Kaori mungkin menginginkan uang tapi Kaori ternyata menginginkan Seijuurou. Hal itu terlihat jelas sekali dari sorot matanya saat ia memandang Seijuurou. Sebaliknya, Kaori tidak menyukai Tetsuya dan menganggapnya sebagai saingan.
Seperti ketika pertama kali bertemu dengan Chihaya dulu, Tetsuya juga hanya bicara beberapa kata sambutan pada Kaori. Setelah itu, ia hanya diam. Dalam hal ini, ia dan Tetsuya berbeda. Chihaya tidak mencintai Seijuurou. Tidak sekarang dan tidak akan pernah. Ia tidak peduli apakah Seijuurou akan punya dua gundik atau seratus gundik sekalipun. Di sisi lain, Tetsuya sungguh-sungguh mencintai Seijuurou.
Chihaya tak bisa membayangkan perasaan Tetsuya, yang terpaksa menyambut gundik suaminya sendiri dan menerima kedatangan wanita lain ke dalam rumahnya. Rasanya sukar dipercaya, tapi ia lebih kasihan pada Tetsuya dibandingkan pada dirinya sendiri karena disakiti oleh orang yang dicintai itu lebih menyakitkan.
Author' Note:
Chihaya disini terinspirasi dari kasus beberapa tahun lalu ketika seorang politikus ditangkap karena korupsi. Ia ternyata punya 3 istri dan istri ketiganya itu masih anak SMA. Bahkan ayah anak SMA itu usianya lebih muda dibandingkan politikus koruptor itu. Tapi pas diwawancara, ayahnya sama sekali ga merasa bersalah. Malah terkesan bangga karena anaknya kawin, meskipun jadi istri ketiga dengan orang kaya (yang tua dan perutnya buncit).