To You

.

CHAPTER

Warning! YAOI, Undetected-relationship, Typo(s)

Pair! Jaehyun X Doyoung for this chapter

Slight! Johnten/Tenny, Taeyu/Yongta

NCT adalah punya Sment, Saya Cuma pinjem nama dan gejolak cinta yang mereka rasakan satu sama lain (?)

.

Happy Reading.

Doyoung Pov.

Memulai dengan kata yang tepat adalah sesuatu yang merepotkan, membingungkan, melelahkan untuk dipikir terus-menerus. Pada akhirnya aku hanya menatapmu dan kau menatapku. Lalu kita berdua, diam seakan tak ada bahan bicaraan yang bisa kita obrolkan. Aku tetap memandangmu, namun kau berpaling setelahnya. Merasa bahwa apa yang kita lakukan ini membingungkan.

Selalu seperti itu. Aku orang yang tidak pandai memulai pembicaraan, sedangkan kau juga sangat payah setiap membuat lelucon. Kupikir, kita sama sekali tidak cocok.

Lalu bagaimana? Tiba-tiba kita ditugaskan dalam sebuah acara musik yang sama sebelum debut resmi. Aku tidak yakin. Show Champion bukan acara main-main. Setiap minggu harus menampilkan sesuatu yang baru dan berbeda. Sedangkan kita adalah dua orang kikuk yang jika berdua akan menghancurkan dunia.

Tidak ada waktu terlewatkan untuk bertengkar. Semua staff Show Champion sampai tidak heran lagi jika tiba-tiba ruang tunggu kita berubah dingin bak musim salju. Aku sama sekali tidak berpikir itu hal yang baik, Jaehyun-ah. Kenapa kita selalu berdebat untuk hal yang tidak jelas?

Masa itu berlalu dan berganti dengan masa lainnya. Waktu disaat kita akhirnya kembali ke panggung Show Champion sebagai orang lain, bukan MC lagi. Sebagai penyanyi seperti apa yang sama-sama kita impikan selama ini.

Rasanya jadi aneh kembali kesana dengan sesuatu yang berbeda. Juga, setiap saat berpindah-pindah stage untuk menunjukkan lagu dan koreografi yang sama. Sekarang, aku tahu apa itu jenuh.

Sadar pula bahwa semua orang merasakan hal yang sama, termasuk kau. Tiba-tiba kau marah pada Jino dan yang lainnya malam itu. Aku terkejut dengan reaksimu yang benar-benar diluar dugaan. Selama ini kita sering bertengkar, tak sekalipun kau membentakku seperti itu. Aku hanya tidak percaya.

Lalu kita melewati malam yang panjang berdua. Hal yang tak terduga muncul satu-persatu. Semakin mengejutkanku akan bagaimana sebenarnya dirimu. Ayolah, Jaehyun yang annoying tiba-tiba berubah serius dan aku tak tahu harus bersikap bagaimana.

Sampai sekarang kau masih jadi Jaehyun yang annoying, semakin menggangu malah. Tapi dengan cara yang…

Sedikit kusukai.

.

Hari yang indah untuk bertemu fans dan membalas banyak cinta yang telah mereka berikan pada kami. Setelah debut, jujur saja fans kami jadi semakin banyak. Tidak selevel dengan EXO sunbaenim tentu saja. Kami baru setitik debu. Tapi, aku berharap banyak kepada mereka yang mau memberi kami kesempatan untuk terus meraih impian.

Sepanjang fan sign senyumanku tidak pernah luntur. Setiap mereka yang berhenti di mejaku dan menanyaiku sesuatu, sebisa mungkin kujawab dengan jujur. Ya, kupikir kemampuanku untuk melakukan fanservice masih kurang. Aku merasa ada yang janggal setiap kali mereka beralih pada Ten hanya dengan senyuman sunyi.

Kulirik Jaehyun yang duduk jauh di sana. Ia menjawab pertanyaan fansnya dengan begitu santai.

Aku iri.

Kami melanjutkan jadwal dengan mengisi acara Dream Concert setelahnya. Fans menyorakkan Fanchant saat kami tampil. Membuat perasaanku menghangat disela konsentrasi menyelesaikan performance.

"Capeeek!"

Seruan manja Ten muncul begitu pintu mobil kami tertutup. Mark yang ada di sampingnya menanggapi keluhan Ten dengan anggukan malas. Magnae itu menyandarkan kepalanya ke belakang untuk mencari posisi yang pas untuk tidur.

"Iya, begitu. Tidurlah yang banyak agar kau cepat tinggi." Taeyong yang ada di samping Mark menepuk Jahil kepala sang magnae yang membuat empunya menggeram kesal.

Mobil berjalan keluar dari kawasan Stadium Seoul. Para penonton yang baru saja menyaksikanDream Concert secara live keluar dari stadium itu membuat kerumunan bak semut. Kuperhatikan mereka. Banner-banner di tangan mereka.

Aku menghela napas halus. Menenangkan pikiranku yang agak sedikit kacau hari ini. Memaksakan senyum dan terus berpikir positif membuatku lelah sendiri. Pada dasarnya aku hanya lari dari kenyataan.

Beban berat tiba-tiba menyentuh pundak kananku. Aku melirik kearah sana dan melihat Jaehyun yang menyamankan kepalanya di pundakku. Ia bernapas halus tapi kutahu dia tidak tidur. Tangannya meraih tanganku. Memainkannya seperti anak kecil yang bosan. Aku tidak protes. Membiarkannya melakukan apa yang dia mau.

"Hyung, aku lelah."

"Nado Jaehyun-ah."

"Setelah ini kita mandi bersama saja ya. Aku malas menunggu giliran. Kau kan giliran yang paling awal mandi hari ini."

Tak ingin kujawab rasanya permintaan itu. Manager hyung di depan bahkan telah menatapku lewat kaca spion. Mataku bergulir ke namja yang duduk di sebelah kanan Jaehyun. Ia menatapku dengan senyuman jahil di wajahnya yang benar-benar mengganggu.

Sejak hari kemarahan Jaehyun nyaris sebulan lalu, semua orang selalu memandangku dengan tatapan yang sama setiap kali berada di dekat Jaehyun. Tatapan jahil yang kadang-kadang membuatku lelah. Aku tidak tahu kenapa rasanya teriritasi dengan tatapan mereka terhadapku. Baru-baru ini, perasaan itu berkembang semakin kuat.

"Hyuuung…" Jaehyun mengangkat wajahnya hingga menatapku. Kubalas tatapan matanya yang lucu itu dengan sebuah senyuman simpul. Ya. Kuturuti kemauanmu.

.

Sudah sangat larut saat aku bergulung dalam selimut tanpa bisa berselancar dalam mimpi yang kudambakan setiap saat. Tidur di kasur yang empuk menjadi keinginan terbesar setelah makan enak tanpa gemuk semenjak menjalani kehidupan kejam sebagai idol. Dan sekarang aku melewatkan keduanya. Makan malamku tak tersentuh karena napsu makanku hilang.

Kuraih ponsel yang sengaja kuletakkan di samping bantal. Kembali berselancar di internet seperti yang biasa kulakukan. Entah sejak kapan hel seperti ini menjadi kebiasaanku. Menstalk setiap komen fans dari artikel-artikel yang muncul di internet.

Aku tidak pernah bisa menghentikan kebiasaan itu meski sering kali berakhir dengan menelan pahitnya kenyataan. Kenangan masa lalu tentang orang tuaku yang menentangku menjalani kehidupan ini sekali lagi terlintas. Mereka bukan ingin mengekangku, beberapa saat aku sadar apa yang mereka lakukan adalah untuk menjaga perasaanku. Gong Myung hyung sudah lebih dulu masuk dalam dunia entertaimen dan setiap kali ia pulang kerumah, wajahnya tak pernah benar-benar baik. Selalu saja ada yang dikeluhkannya.

Sedikit, aku tahu apa yang dulu ia rasakan.

Sekali lagi kubaca komentar yang bertumpuk pada video performance NCT U di Music Core. Aku mengerang frustasi. Bingung dengan cara apa aku bisa mendapatkan perhatian mereka.

"Doyoung-ah?" Aku menoleh ke ranjang di sebelahku. Taeyong hyung bangun. "Kenapa?"

"Tidak apa-apa, hyung. Tidurlah lagi."

"Iya. Tapi, kau kenapa?"

"Hanya mimpi buruk. Jja, aku juga akan tidur lagi. Jaljja, Taeyong hyung."

Aku membalikkan tubuhku berbaring menghadap tembok. Menghindari pertanyaan-pertanyaan Taeyong hyung yang aku tidak tahu harus jawab apa.

"Ne, Jaljja Doyoung-ah."

Doyoung End Pov.

.

Author Pov.

Dorm SMRookies jadi semakin ramai. Kehadiran Kun dan Winwin yang ikut tinggal di sana membuat tempat itu terasa semakin kecil tanpa alasan. Suara berisik tak pernah berhenti terdengar. Ruangan jadi semakin berantakan untuk waktu yang lama dan suara febrezz Taeyong semakin sering terdengar. Beberapa saat lagi, semua member SMRookies akan kecanduan pewangi ruangan itu.

Dapur jadi ramai karena Taeyong menyeret Doyoung, Winwin dan Mark untuk menyiapkan sarapan. Tidak mungkin ia sanggup membuat makanan untuk 15 orang seorang diri meski itu hanya roti isi. Hansol dan Yuta baru keluar dari kamar mandi hingga akhirnya memutuskan membantu para mama di dapur.

"ASTAGA!"

Suara besar Jaehyun tiba-tiba menggelegar di dalam dorm. Semua terdiam karena suara panik seperti itu jarang terdengar.

"Untuk pertama kalinya, Jaehyun hyung berhenti jadi orang sensitif dan telat bangun." Ucap Mark dengan nada lega yang memicu tawa di dapur.

Namja yang membuat keributan pagi-pagi itu datang kedapur lalu masuk ke kamar mandi tanpa mengucapkan salam pada siapapun. Lagipula, tidak ada orang waras juga yang berani mengganggunya disaat seperti ini.

Winwin meletakkan roti isi di atas meja makan lalu memanggil member lain yang masih bersantai di ruang tengah. Ia lalu beranjak ke kamar yang ditempatinya bersama Yuta dan Kun. Membangunkan namja China lainnya.

Doyoung mengambil satu roti diatas meja lalu berniat memakannya di tempat lain. Meja makan tidak muat untuk mereka ber-15 jadi ia memutuskan untuk mengalah. Bukankah, memang dia selalu seperti itu?

Pikiran Doyoung lalu berlari kemalam tadi. Dimana ia melihat komen para fans tentang performance NCT U. Ia memejamkan matanya, menahan kesal dan kecewa.

Jaehyun, Taeyong, Jaehyun, Taeyong. Dua orang itu muncul dimana-mana. Populer, berbakat, tampan. Tidak ada yang mengasingkan mereka sebagaimana Doyoung merasa tersisihkan.

Doyoung akhirnya duduk di ruang tengah bersama Johnny yang menikmati kopi paginya. Mereka berdua diam sambil menonton TV yang tidak jelas menayangkan apa.

"Jadwalmu apa hari ini?" tanya Johnny.

"Kami berangkat ke China nanti malam." Jelas Doyoung lalu menggigit rotinya dengan potongan besar.

"Oh iya? Kalau begitu aku titip Ten ya. Dia agak sakit sekarang."

Mata Doyoung menyipit mendengar perkataan Johnny. Dia melirik dan mendapati namja itu menyeruput kopinya santai seakan yang diucapkannya bukan apa-apa. Tapi itu berarti banyak untuk Doyoung.

Dua minggu yang lalu, Ten sempat harus pulang lebih dulu karena demam parah dan tidak bisa melakukan performnya. Dia dengar, Johnny adalah orang yang merawatnya saat itu. Lalu, seminggu yang lalu tiba-tiba saja Ten menghilang dari mobil saat mereka pulang setelah mengisi acara Music Bank. Semuanya tertidur malam itu dan sampai di dorm dengan pertanyaan yang sama "Mana Ten?". Lalu namja Thailand itu kembali bersama dengan Johnny. Semua membuat Doyoung merasa penasaran.

"Menyingkir!"

Tiba-tiba orang yang tengah dipikirkannya muncul dan duduk di tengah-tengah mereka. Johnny mengacak rambut Ten gemas. Namja yang lebih muda tersenyum cerah karenanya lalu menarik napas berat.

"Ten, kamu pilek?" tanya Doyoung.

Ten memandang Doyoung garang. "Jangan pakai kata itu bisa tidak sih? Aku jadi merasa masih bocah tahu!"

"Oke, jadi kau flu?"

"Iya." Jawab Ten dengan wajah aegyonya.

Doyoung menggeleng frustasi. Menuruti kata-kata Ten selalu sukses membuatnya merasa tidak waras.

Tiga orang itu menonton TV dalam diam. Donghyuk, Yuta, Jaemin dan Mark muncul setelahnya lalu duduk di karpet. Sedangkan Taeyong masuk kembali ke kamarnya.

Beberapa saat mereka diam menikmati acara pagi. Tiba-tiba Jaehyun muncul dengan handuk berwarna oranye yag melingkar di pinggangnya sementara handuk putih bertengger di kepalanya.

Doyoung tidak bisa menahan matanya untuk tetap dalam kondisi normal.

"Heh! Banyak anak kecil disini. Kenapa kau keluar nyaris telanjang begitu?"

Yuta menyuarakan protesannya. Ia melihat kearah Donghyuck dan Jaemin yang tersenyum penuh arti sambil menatap tubuh Jaehyun. Pemuda Jepang itu mengerang karena adik-adiknya sudah terlanjut terkontaminasi. Sementara Mark hanya diam saja.

"Wow, Jaehyun-ah. So Hot!" Ten cekikikan sambil memainkan kaos tipis yang Johnny gunakan.

"Aku lupa bawa baju." Setelah itu Jaehyun masuk kedalam kamarnya.

Beberapa saat terdiam, Doyoung berdiri. Menyusul namja berkulit terlalu putih itu masuk ke dalam kamar.

Blam!

Meninggalkan mereka yang ada di ruang tengah.

"Mereka mau apa?" tanya Mark entah pada siapa.

.

Doyoung menutup pintu kamar di belakangnya hingga menimbulkan bunyi Bam yang keras. Jaehyun nyaris terjungkal saking kagetnya. Ia baru saja akan menarik celana boxernya keatas saat namja itu tiba-tiba datang dan berniat menghancurkan pintu kamarnya. Cepat-cepat, ia memasang celananya dan menghadap Doyoung.

"Hyung, aku tahu kau suka tubuhku. Tapi, tidak dengan cara seperti ini, Ok? Kau bisa minta baik-baik."

Namja yang lebih tua cepat-cepat mendekat dan menghadiahi kepala Jaehyun dengan jitakan.

"Aduh!"

"Kenapa kau pakai handukku?!" Doyoung meraih handuk putih yang tergeletak di tempat tidur Jaehyun. Ditatapnya namja itu tajam. Tidak suka.

Kesensitifan Doyoung pada Jaehyun sedang tinggi sejak beberapa hari yang lalu. Kejadian tadi malam semakin membuatnya sensitif. Entah kenapa, yang dilakukan Jaehyun sekarang-meski selepe- membuat kekesalan Doyoung tersulut.

"Maaf. Aku asal ambil tadi."

"Tapi kenapa harus punyaku! Hah menyebalkan. Aku jadi tidak sudi memakainya lagi!"

Mendengar perkataan Doyoung, Jaehyun mengkerutkan dahinya. Heran dengan sikap sang kakak yang menyebalkan. Itu bukan masalah besar –menurut Jaehyun-. Hanya meminjam handuk untuk mengeringkan rambutnya, tidak lebih.

Sifat kekanakan Jaehyun muncul. Ia tidak suka dimarahi dengan cara seperti itu. Apalagi oleh Doyoung yang memang sudah sangat sering 'mengajaknya' bertengkar.

"Hyung, aku tidak punya penyakit kulit! Kenapa kau berlebihan?"

"Tetap saja kau memakainya. Aku kan tidak tahu kau memakai handukku dimana saja."

Mata Jaehyun membulat. 'dimana saja'? Apa maksud dari kata-kata itu?

"Yang pasti aku hanya memakainya untuk mengeringkan rambutku. Memang kau pikir aku akan memakainya dimana? Penisku?!"

Nada bicara Jaehyun meninggi. Semakin tinggi di kata terakhir.

Napasnya memburu bak habis lari keliling komplek. Ditatapnya namja kelinci yang kini terdiam dengan wajah yang berangsur memerah. Awalnya Jaehyun heran dengan perubahan sikap Doyoung. Matanya berkedip cepat saat Ia berusaha mengingat sesuatu.

Lalu wajah Jaehyun ikut memerah setelah mengingat apa yang sudah dia katakan.

Doyoung tidak tahu harus bagaimana. Jantungnya berdetak terlalu cepat, kakinya terasa berat untuk diangkat. Wajahnya terasa panas sampai-sampai ia merasa air matanya akan meleleh karena itu. Pikirannya kacau, terlebih karena Jaehyun terengah dihadapannya. Mulut yang setengah terbuka, titik-titik air meluncur dari rambutnya yang basah menuju dada bidangnya yang… Telanjang.

NOOOOOOO!

PAAK!

"ARGHT!"

Handuk putih yang tadi hendak dibawanya keluar, mendarat di wajah Jaehyun setelah sebelumnya sempat menyabet wajah tampannya.

"YA BOCAH TENGIK! KENAPA KAU BICARA BEGITU!? AGHHT!"

Doyoung berteriak frustasi sambil mengacak rambut oranyenya. Ia segera berbalik hendak pergi dari kamar itu. Ada di tempat yang sama dengan Jaehyun semakin membuatnya gila. Jika seperti ini terus, mungkin Doyoung benar-benar akan kehilangan kewarasannya.

Jaehyun masih mengerang memegangi wajahnya. Mengumpat dalam hati akan membalas perlakuan hyungnya itu.

Doyoung membuka pintu dengan kesal. Ia akan menghentakkan kakinya menjauh saat melihat belasan orang telah berdiri di depan kamar Jaehyun dengan wajah menyiratkan berbagai macam ekspresi.

"Apa yang kalian lakukan di dalam?" Tanya sang tertua Taeil. Ia melongok kedalam dan melihat Jaehyun mengerang memegangi wajahnya.

Tidak mengacuhkan apapun, namja kelinci itu segera masuk ke kamarnya sendiri yang ada di samping kamar Jaehyun. Menutupnya dengan kasar. Mungkin menutup pintu sekasar itu akan jadi kebiasaan Doyoung mulai sekarang.

"Aku tidak akan sentuh handuk siapapun sekarang." Ucap Johnny yang diamini member SMRookie lainnya. Beberapa dari mereka masuk kedalam kamar Jaehyun untuk memastikan namja itu baik-baik saja.

"Johnny tetap boleh pakai handukku kok." Johnny dan yang lain menatap Ten yang tersenyum polos. Sangat polos sampai tidak sadar bahwa tangan namja itu bergerak ke arah yang berbahaya.

"Akh!" Johnny memekik. Yang lain menatap horror. Sedetik kemudian mereka bubar dengan perasaan berdosa yang melumuri seluruh tubuh.

"Dipakai disini juga aku tidak keberatan." Bisik Ten yang diikuti kedipan nakal.

"Kamu benar-benar nakal."

.

Doyoung masuk kedalam kamar dengan wajah memerah parah. Ia nyaris memekik dalam kamar itu tapi melihat Taeyong yang sudah berpakaian rapi membuatnya kebingungan. Tidak ada jadwal pagi untuk mereka hari ini, seingatnya.

"Mau kemana, hyung?"

"Ada urusan sebentar. Ngomong-ngomong kenapa wajahmu merah begitu?"

Namja yang lebih muda memilih menutup mulut. Mengabaikan tatapan heran sang kakak sampai akhirnya ia menyerah. "Baiklah kalau kau tidak mau bilang. Aku pergi dulu ya."

"Hati-hati hyung."

Taeyong keluar dorm dengan masker dan topinya. Ia sempat menatap Johnny dan Ten yang sepertinya sedang bergulat di lantai. Mereka sering bercanda seperti itu, Taeyong tidak heran.

Seseorang yang sedang melihat cuaca dari balik jendela kamarnya tanpa sengaja melihat atensi seseorang yang berjalan menjauhi gedung apartemen. Ia ada di lantai 14, tidak terlalu jelas siapa orang itu.

Yuta keluar dari kamarnya. Masuk ke kamar Doyoung dan menemukan namja itu tidur tertelungkup di ranjangnya.

"Taeyong mana?"

"Pergi,"

Sang namja Jepang diam. Ia menutup kembali pintu kamar itu dan membiarkan Doyoung menikmati waktunya sendiri. Ia tahu, namja yang setahun lebih muda darinya itu sedang badmood.

"Ya! Berhenti bergulat atau kutendang pantat kalian!"

.

.

TBC

.

A/N, Alooohaaa~ Saya kembali membawa fanfic NCT. Kali ini chapter loooo… Mencoba peruntungan baru dengan fanfic bergandeng(?). Selamat untuk Jaedo Couple yang jadi couple pertama disini.

Yah, Fanfic ini adalah Sequel dari 3 fanfic oneshot NCT aku sebelumnya. Sebenernya gak pernah tuh aku kepikiran buat sequel dari fanfic itu apa lagi digabung jadi satu kaya gini. Jujur, bingung bikinnya.

Fanfic ini terinspirasi dari duet mautnya Doyoung sama Jaehyun. Bangs*t banget dah tu kopel. Langsung jatuh cinta sedalam-dalamnya sama mereka gara-gara stage itu. Lagunya juga enaak banget. Tapi ya, aku agak sedih nih. Secara Jaehyun itu kan femes banget sementara Doyoung… Dia juga gak kalah femes sih. HAHAHAA

Chapter selanjutnya masih Jaedo couple dengan 2 couple selingan yaaaa… Ditunggu ok?

Hope you like it ^^