Chanyeol menatap cermin dihadapannya dengan tatapan sengit. Dihadapannya, sosok Chanlie juga tengah siap mengobarkan bendera peperangan. Menatap Chanyeol tajam disertai seringai yang begitu mengerikan.

"Aku ingin anak itu bernama Yeolbee" Chanyeol mendengus kesal saat melihat bayangan Chanlie dihadapannya tertawa dengan begitu kencang. "Apa maksudmu? Yeolbee? Cih. Menjijikan sekali rekomendasi namamu..."

Yeah, mereka mendebatkan sebuah nama untuk anak yang sedang tertidur nyaman dipelukan Baekhyun. Sedangkan kedua –atau satu? Raga itu mendebatkan namanya dikamar mandi ruang inap Baekhyun. "Kau kira aku sudi? Yeolbee.. Yeol dan Baekhyun.. cih. Kau pikir yang membuat anak itu hanya kau dan Baekhyun saja? Aku juga ikut serta dalam proses pembuatannnya!" Chanyeol menatap Chanlie dengan pandangan jijik. Omongan mahluk itu tak bisa dijaga. Chanyeol memberi kesempatan Chanlie mengeluarkan pendapatnya.

"Lalu maumu apa? Aku ingin tau, sekeren apa rekomendasi nama yang kau punya.."

Mata bulatnya dapat melihat sosok Chanlie yang menyeringai. "Xianlie... Nama yang keren kan?" Sekarang giliran Chanyeol yang begitu murka. "Hey Chanlie, dengar. Walau aku tak begitu mendalami bahasa China tapi aku tau maksud nama itu!.." Chanlie mengangkat sebelah alisnya. "Sok tau sekali. Memang apa yang aku maksud?"

Chanyeol tersenyum miring. "Xian untuk Baixian –Nama China Baekhyun dan Lie untuk namamu, Chanlie. Kau kira aku bodoh?!" Chanyeol terasa semakin mendidih saat melihat Chanlie mengangguk-angguk sok bijak. "Baguslah. Kau masih punya kemampuan berfikir."

Chanyeol sudah mengepalkan tangannya. Berniat meninju bayangan itu namun rasionalnya telah tergerak kembali. Chanyeol memijat pelan keningnya. Ini hanya sebuah nama namun kenapa terasa begitu menguras tenaga? "Baiklah. Chanhyun. Ambil itu atau tidak sama sekali.." Chanyeol menatap Chanlie yang mengangkat sebelah alisnya bingung. "Oke.. Chan untuk Chanyeol ataupun Chanlie. Sedangkan Hyun sendiri untuk Baekhyun..." Chanyeol kembali menatap Chanlie tajam.

"Sepakat?"

Chanyeol dapat melihat Chanlie yang tersenyum sumringah. "Sepakat"

.

.

From The Darkest Side

LAST CHAPTER

Remake from Santhy Agatha Novel's

Main Cast: Byun Baekhyun & Park Chanyeol

Genre: Romance, Thriller, Hurt

Word Count : 5052 Words

Rating: M [For Blood, Sex Scene etc]

Copyright; Story Belong to Adorable Author, Santhy Agatha. Tapi DILARANG KERAS untuk mengopy hasil remake aku tanpa sepengetahuanku~

Warning! BOY X BOY, YAOI! M-PREG

.

.

...

A/N: Ga kerasa ini udah akhir ChapterT-T makasih buat semuaaa orang yang udah mau repot-repot Baca, Follow, Fav atau bahkan Review.. terharuu sekali *nangis bombay* maaf ini telaaat banget update.. selain mood yg naik turunn dan ditambah kiss scenenya papih *seketika baper* malah bikin mood ilang but yeah.. aku harap ini ga gagal yaa~ Terimakasih sekali lagi.. Maaf kalau chap ini banyak Typonya... Maaf diakhir chapter blm bisa bales review... tapi review kalian selalu kubacaaaa... so, at last, review again please?

...

..

Hari ini Baekhyun sudah boleh pulang dari rumah sakit sambil membawa bayinya, putra kecil yang sangat tampan dengan rambut hitam tebal dan wajah manisnya menurun dari Baekhyun. Tersisa gen tampan yang menurun dari ayahnya.

Baekhyun menoleh ke arah Chanlie yang sedang mengamati bayinya dengan begitu tertarik, "Di mana Chanyeol?" dia mengernyit karena Chanyeol tiba-tiba saja menghilang pagi ini. Dua malam yang lalu Chanyeol-lah yang menemani Baekhyun melahirkan anak ini, menggenggam erat tangannya di ruang melahirkan dan terus memberinya semangat sampai proses itu selesai. Kata Chanyeol, dia sengaja tidak memberi kesempatan Chanlie masuk ke ruang melahirkan karena khawatir, di sana ada darah dan darah bisa memicu Chanlie untuk kembali melakukan hal-hal yang tidak diinginkan. Chanyeol pulalah yang menggendong putra mereka untuk pertama kali dan memeluknya penuh kebahagiaan. Chanlie sama sekali tidak muncul. Tetapi pagi ini ketika mereka hendak pulang dari rumah sakit, Chanyeol menghilang dan Chanlie yang menemaninya pulang.

Sejenak Baekhyun cemas akan reaksi Chanlie terhadap putranya, tetapi lelaki itu hanya mengangkat alisnya dan tersenyum. Tidak bereaksi apa-apa. Berbeda sekali dengan sikap Chanyeol yang penuh kasih sayang kepada putranya.

"Kami berganti peran." Chanlie menjelaskan. "Aku.. sebenarnya aku ketakutan dengan bayi itu." Chanlie melirik lagi ke arah putra mereka, "Aku takut aku akan melukainya... tapi Chanyeol mendorongku, katanya aku harus mencoba."

"Kau mau menggendongnya?" Baekhyun menaikkan bayinya, menunjukkan wajah mungil yang sedang tertidur pulas dengan damai,

"Tidak!" Chanlie langsung beringsut menjauh, lalu menatap Baekhyun dengan tatapan menyesal, "Maafkan aku Baekhyun-ah, aku hanya tidak ingin melukai bayi itu. Pelan-pelan ya?"

Baekhyun menatap Chanlie dan tersenyum melihat kesungguhan yang ada di sana. Chanlie pastilah mencemaskan anaknya, kalau tidak dia tidak akan mungkin menanggung ketakutan yang amat sangat bahwa dirinya mungkin akan melukai anak ini. "Kau tidak akan melukai anak ini, aku yakin." Baekhyun tersenyum lembut kepada Chanlie, "Mungkin kau hanya harus membiasakan diri."

Chanlie tersenyum masam, "Chanyeol bisa begitu luwes menggendong anak ini seperti sudah melakukannya bertahun-tahun, sementara aku berjingkat ketakutan. Kau pasti menertawakan kekonyolanku."

Baekhyun tersenyum, "Seperti yang kubilang tadi. Kau hanya perlu terbiasa."

.

..

Tetapi Chanlie menghindari Chanhyun, putera mereka itu seperti wabah. Dia tidak mau berada dalam jarak kurang dari 10 meter dari bayinya. Lelaki itu sangat tertarik kepada bayinya, dia menghabiskan sebagian besar waktunya dengan mengamati Baekhyun. Matanya terus mengikuti gerakan Baekhyun ketika menggendong anaknya, mengganti popoknya, maupun ketika Baekhyun bersikeras untuk menidurkan Chanhyun yang sedikit rewel –mungkin ini keturunan dari appanya –Baekhyun meminta Chanyeol ataupun Chanlie untuk memanggilnya dengan sebutan Appa ketika berhadapan dengan Chanhyun. Sampai kemudian Baekhyun merasa sedikit jengkel atas tingkah Chanlie, "Come-on, Chanlie.. kapan kau akan menatap kami di kejauhan seperti itu?" Baekhyun bergumam sambil menatap Chanlie dengan tatapan ingin tahu, dia sedang duduk di kursi goyang dan menyusui Chanhyun. "Kalau kau tidak mau mendekatinya dan terbiasa, maka kau tidak akan pernah terbiasa."

Chanlie menatap Baekhyun dengan pandangan sedih, lelaki itu memilih duduk di bawah bayangbayang di dekat jendela. "Dia begitu mungil... " Chanlie memandang tangannya sendiri, "Dan aku begitu kuat, aku takut akan meremukkannya."

"Kalau kau memegangnya dengan benar, kau tidak akan meremukkannya." Baekhyun menyipitkan matanya, "Maukah kau mencobanya?"

Chanlie menggelengkan kepalanya, "Tidak. Belum. Sepertinya aku belum siap."

Baekhyun mendesah tak sabar, tetapi lalu memutuskan untuk memberi Chanlie waktu. Ini mungkin memang berat bagi Chanlie. Dan Baekhyun bisa mengerti ketakutan itu, ketakutan jika tidak bisa mengendalikan dirinya dan pada akhirnya melukai anak mereka.

Dia mengecup puncak kepala Chanhyun dengan sayang ketika anak itu melepaskan botol susunya dan tertidur dengan lelap sehingga terlihat kenyang. Chanhyun sudah tertidur lelap. Baekhyun menatap wajah anaknya dengan penuh sayang.

Di sudut sana, di bawah bayangan dekat jendela, Chanlie mengamati Baekhyun dan bayinya dalam diam.


"Dia memang konyol." Pagi itu Chanyeol yang bangun di samping Baekhyun. Lelaki itu mendengarkan cerita Baekhyun tentang Chanlie dan mengerutkan dahinya, "Jadi dia hanya mengamati dari kejauhan?"

"Bukan hanya mengamati, dia menghindari Chanhyun seperti wabah, selalu menghindar kalau aku membawanya mendekatinya." Baekhyun tiba-tiba tertawa. Kedua mata bulan sabitnya menyipit lucu ketika mengingat tingkah Chanlie yang begitu menggemaskan. "Sungguh aku tidak menyangka orang seperti Chanlie, begitu takut kepada bayi."

Chanyeol terkekeh, "Kalau aku tahu, dari dulu aku akan membuat anak untuk menakutinya."

"Chanyeol!" Baekhyun memukul lengan Chanyeol pelan, "Ini bukan candaan, kau harus berbicara kepada Chanlie, kalau tidak dia akan begitu terus, hanya bisa mengintip dari kejauhan. Chanhyun tidak akan menjadi bayi selamanya, dia akan semakin besar dan pasti akan bertanya-tanya kenapa ayahnya disisi lain begitu sayang padanya, tetapi di lain waktu ketakutan dan menghindarinya."

Chanyeol tercenung, "Yah itu akan menjadi masalah kalau Chanhyun besar nanti...sebenarnya Chanlie ada dan pasti mendengarkan kita saat ini. Tetapi ya. Aku akan berbicara kepadanya." Dikecupnya Baekhyun dengan penuh sayang.

Tepat pada saat itu bayi mereka menangis. Chanyeol yang berdiri duluan dan menengok Chanhyun, dia mengangkat alisnya dan tersenyum.

"Dia mengompol." Chanyeol mencegah ketika Baekhyun hendak bangkit dari ranjang, "Biarkan aku saja yang mengganti popoknya, aku harus belajar bukan?"

Baekhyun berbaring tengkurap di ranjang, menopang tangannya dengan siku dan mengamati Chanyeol yang begitu cekatan mengganti popok Chanhyun dengan senyumnya. "Kau tampak seperti ayah yang berpengalaman."

Chanyeol tersenyum malu. Merasa gugup dengan pujian suami mungilnya. "Aku belajar, kami berdua belajar. Chanlie dan aku diam-diam membeli buku-buku tentang kelahiran, tentang bayi dan sebagainya."

Bayangan tentang Chanyeol yang membaca buku-buku tentang bayi membuat hatinya hangat, tetapi bayangan tentang Chanlie yang melakukannya membuatnya geli, "Kau bersungguh-sungguh, Chanlie melakukannya juga?"

Chanyeol terkekeh, "Meskipun semula tidak mau, dia yang paling rajin membaca kemudian. Kami berdua sangat menyayangi anak ini." Chanyeol menyelesaikan mengganti popok dan mengangkat Chanhyun yang terbangun dalam gendongannya, anak itu mulai merengek karena lapar, jadi Chanyeol menyerahkannya kepada Baekhyun dan bergegas bergerak untuk membuat susu didapur.

Baekhyun langsung duduk dan memukul-mukul pelan bokong Chanhyun, Namun Chanhyun masih merengek dengan begitu kuat. Pemuda mungil itu mendecak kesal saat Chanyeol belum juga kembali dari dapur. "sst... Jangan menangis.." Baekhyun mengayunkan gendongannya kekanan dan kiri secara beraturan dan penuh kelembutan. Hazelnya menatap tajam sosok tinggi yang sedang berjalan memasuki kamarnya, dengan sedikit merengut, Baekhyun mengomel dengan begitu menggemaskan. "Kenapa lama sekali? Aku kuwalahan, tau." Chanyeol hanya terkekeh canggung.

"Eum.. maaf. Aku sempat berdebat dengan Chanlie tadi tentang berapa sendok susu yang harus aku tuang." Mendengar ucapan polos suaminya, Baekhyun menganga. Membulatkan matanya lucu. "Yasudah.. mana sini susunya.. Chanhyun kenapa terasa berat..." Pemuda mungil itu menidurkan Chanhyun ke ranjangnya. Lalu kemudian Baekhyun mulai menyodorkan dot susu kemulut mungil malaikat kecilnya. Namun tak biasanya Chanhyun menolak. "Ada apa ini?"

Baekhyun sedikit mengocok botol susu dan kemudian sedikit menuangkan isinya di punggung tangannya. Mengecap rasanya. Terasa pas, namun Chanhyun begitu menolak. Baekhyun menatap Chanyeol dengan pandangan bertanya. "Yeol... Apa yang terjadi?" Baekhyun sedikit bingung saat melihat Chanyeol mengusap tengkuknya gugup.

"Ehm.. Baek.. coba kau berikan eum.. apa ya? Dadamu? Mungkin Chanhyun ingin susu alami.."

Dan kemudian teriakan Baekhyun menggema. "Yach! Dadaku tak akan mengeluarkan benda itu, bodoh!" Chanyeol berjalan mendekati suami mungilnya. Menyenderkan kepalanya disekitar punggung pria yang lebih mungil. "Ayolah... kita coba saja.." Baekhyun masih bergerak ragu namun dengan perlahan, ia mengangkat kaosnya hingga separuh perut. Namun tersadar bahwa sosok suaminya masih berada disampingnya. Baekhyun menatap Chanyeol sinis. "Apa?"

"Cepat keluar atau berbalik. Aku tidak mau menyusui tiga bayi disini."

Baekhyun mendengus kesal. Chanyeol tertawa begitu kencang. "tiga? Dua, Baek. Hanya aku dan Chanhyun." Baekhyun menyikut dada Chanyeol yang terasa begitu bidang. "Kau fikir Chanlie tidak akan iri? Psh. Otak kalian sama saja." Baekhyun semakin jengkel saat Chanyeol tertawa semakin keras. Aktifitas mereka kembali terhenti saat Chanhyun yang menangis tampak kesal karena keinginannya belum terpenuhi.

Chanyeol mengusap pelan surai kecoklatan Baekhyun. Mengecup singkat pelipis kanan simungil lalu sedikit melirik jagoan kecilnya. "Ayo coba. Jagoan kecil sepertinya akan menjadi sainganku yang kedua.." Baekhyun terkekeh geli mendengar penuturan kekanakkan suaminya. Dengan segera, Baekhyun mengangkat kaosnya. Menyodorkan putingnya kearah anaknya dengan takut-takut. Namun siapa sangka, Chanhyun langsung melahapnya dan menghisapnya begitu kuat. Sampai-sampai pemuda mungil itu meringis menahan geli.

Chanyeol tertawa geli saat melihat suami mungilnya mengelinjang kegelian. Tungkainya ia gerakan menuju sebelah kiri Chanhyun yang sedang asik menyusu dengan Appa-nya. Diusapnya kepala Chanhyun dengan penuh kasih sayang.

"Terima kasih, Baekhyun-ah. telah memberikan keindahan di dalam hidupku. Telah memberikan Chanhyun dalam hidupku. Semula aku menyangka, dengan adanya Chanlie, aku akan hidup sendiri selamanya, tidak akan ada orang yang mampu menerima aku sekaligus menerima Chanlie... Tetapi ternyata kau mampu melakukannya, kau mencintai kami berdua, kau membuatku dan Chanlie bisa berkompromi."

Baekhyun tersenyum, mendongakkan kepalanya dan membiarkan Chanyeol menciumnya, mencium keningnya dengan penuh kasih sayang. "Samasama Chanyeol. Terima kasih telah memberikan Chanhyun dalam kehidupanku. Seluruh keluargaku terenggut, tetapi kalian telah memberikan keluarga baru untukku, untuk kucintai."


"Kau pasti akan mengataiku konyol." Chanlie menatap Chanyeol dengan pandangan menantang, "Ayo katakan saja."

Chanyeol tertawa. "Tidak Chanlie, aku sudah cukup menertawakanmu. Dan sekarang kau harus mencoba mengatasi ketakutanmu. Aku tidak menyangka seorang Chanlie akan ketakutan kepada bayi yang tak berdosa."

"Aku tidak takut kepada Chanhyun, aku takut pada diriku sendiri."

"Karena kau mungkin akan melukainya?" Chanyeol bergumam, menatap Chanlie dengan penuh rasa ingin tahu.

Chanlie menatap jemarinya, "Tanganku ini penuh darah... aku menyakiti orang-orang dengan tanganku, tanpa ampun..." Dia menatap Chanyeol dengan sedih, "Dan bayi itu begitu rapuh... begitu mungil dan tak berdaya... Bagaimana kalau aku melukainya?"

"Apakah kau akan melukai anakmu sendiri? Darah dagingmu sendiri? Aku tidak percaya kau akan melakukannya. Bukankah kau mengatakan bahwa kau mencintai Baekhyun dan anak itu adalah darah daging Baekhyun juga, jadi kau tidak akan mampu melukainya?" Chanyeol menatap Chanlie dengan tajam. "Kau harus bisa mengalahkan ketakutanmu Chanlie, kau harus bisa menguatkan dirimu. Anak itu, Chanhyun adalah darah daging kita. Kita sudah bertekad menjadi ayahnya. Kita sudah bertekad akan membesarkannya dengan baik, dan kau tidak akan bisa menjadi ayahnya kalau kau terus menghindarinya dan bersembunyi di balik ketakutanmu sendiri."

Chanlie tercenung lama. Lalu menatap Chanyeol dengan sedih. "Kalau aku tak berhasil mengatasi ketakutanku ini, aku ingin kau melenyapkanku saja. Chanyeol. Aku lebih baik lenyap daripada harus melukai anak itu."

Chanyeol menganggukkan kepalanya, "Akan kulakukan. Tetapi kita belum tahu kalau kau tidak mencobanya dulu kan? Cobalah dekati Chanhyun dan gendong dia, kau pasti akan langsung tahu kalau kau tidak akan pernah bisa menyakitinya."

Chanlie mendesah, masih kelihatan tidak yakin. Dia lalu mengangkat bahunya. "Baiklah, aku akan mencobanya begitu aku siap."

Lama kedua laki-laki itu bertatapan dalam benaknya masing-masing. Mencoba mencari jawaban.

.

.

...

Baekhyun terkejut ketika membuka matanya dan menyadari ada sosok dalam kegelapan yang sedang berdiri di dekat boks bayinya. Dia mengucek matanya dan mempertajam pengelihatannya.

Itu Chanlie yang sedang berdiri dekat dengan boks bayinya dan mengamati anaknya. "Dia sangat mirip denganmu bukan?" Baekhyun bergumam lembut sambil duduk di atas ranjang, membiarkan Chanlie menuntaskan pengamatannya kepada anak mereka.

Chanlie tersenyum miring kepada Baekhyun dan mengamati Chanhyun yang sedang tertidur pulas, dengan lembut. Napas Chanhyun teratur, dia bayi yang tenang walau sedikit rewel, yang selalu tidur pulas kalau perutnya sudah tenang dan memberikan kesempatan kepada ibunya –atau appanya tapi sungguh, Chanlie tidak menyukai sebutan itu -untuk beristirahat. Chanlie menggerakkan jemarinya, seolah hendak menyentuh Chanhyun, tangannya bergetar.

"Bolehkah aku menyentuhnya?"

Baekhyun menganggukkan kepalanya, tersentuh dengan rasa takut Chanlie yang kental, "Kau adalah ayahnya."

Chanlie menghela napas panjang. Lalu menyentuhkan jemarinya, dengan begitu hati-hati seolah Chanhyun akan menyengatnya. Jemarinya menyentuh kelembutan pipi yang montok itu, dan kemudian mengusapnya, "Dia lembut sekali." Chanlie berbisik takjub dengan apa yang ditemukannya, "Aku tidak pernah memegang seorang bayi sebelumnya."

Baekhyun tersenyum, ikut berdiri di seberang boks, berhadapan dengan Chanlie, "Kau ingin menggendongnya?"

Sejenak ketakutan muncul di mata Chanlie, tetapi dia tidak mundur, "Maukah kau membantuku?"

"Dengan senang hati." Baekhyun mengambil Chanhyun yang masih terlelap dan membuainya ke dalam gendongannya. Lalu mendekatkan dirinya kepada Chanlie, "Atur tanganmu."

"Aku harus bagaimana?" Chanlie tampak panik. Tetapi Baekhyun membantunya mengatur tangannya, sehingga Chanlie siap. Dengan lembut Baekhyun mengangsurkan Chanhyun ke dalam gendongan Chanlie. Chanhyun sendiri tampak nyaman dalam gendongan Chanlie, mungkin dia mengenali tubuh itu, tubuh ayahnya. Apalagi Chanyeol selalu menggendongnya setiap ada kesempatan.

Chanlie terdiam takjub, mengamati makhluk kecil di dalam gendongannya, yang tertidur pulas seakan percaya kepadanya, percaya bahwa dia tidak akan menyakitinya. Chanlie menatap Baekhyun dengan ekspresi yang tak terbaca, "Dia ringan sekali..."

"Beratnya 4.2 kilo ketika lahir." Baekhyun tersenyum lembut, "Itu cukup berat untuk ukuran bayi."

Chanlie tersenyum, lalu membuai bayi itu dalam gendongannya, "Dia sangat ringan untukku...dan dia bahkan tidak menangis saat kugendong."

"Mungkin dia mengenali ayahnya."

Chanlie menatap Baekhyun dengan senyuman meminta maaf, "Maafkan kelakuanku beberapa hari ini, kau pasti menganggap aku konyol... menjauhi Chanhyun seperti itu..." Mata Chanlie kembali terpaku kepada Chanhyun, dan dia tersenyum lembut, "Aku tidak akan bisa menyakiti anak ini."

Baekhyun menatap bayinya dan Chanlie berganti-ganti. "Aku percaya kalau kau tidak akan menyakiti anakmu sendiri Chanlie."

"Kau percaya? Bahkan setelah kau melihat pembunuhan yang kulakukan? Dengan tangan dingin? Kau masih percaya kepadaku?"

Baekhyun mendecak sebal saat Chanlie mengungkit masa lalu yang kelam itu. "Kau sudah tidak sama lagi. Kau sudah berhasil menahan emosimu sejauh ini. Sudah tidak ada pembunuhan lagi bukan? Bagaimana perasaanmu?"

"Aku baik-baik saja." Chanlie tampak berpikir, "Dulu aku selalu diliputi kemarahan, dan kemarahan itulah yang mendesakku untuk membunuh siapapun yang kurasa menggangguku." Chanlie menghela napas, "Sekarang tidak lagi...aku tidak merasakan dorongan itu."

"Mungkin karena kau sudah tidak dipenuhi kemarahan."

Mata Chanlie melembut, "Dengan adanya kau, aku tidak merasa marah lagi. Aku tidak kesepian dan merasa ditolak lagi." Lelaki itu membuai anaknya lalu menaikkan Chanhyun dan mengecup dahinya lembut, sebuah tindakan kasih sayang pertamanya yang ditunjukkannya kepada anaknya, "Dan dengan adanya Chanhyun sepertinya membuatku menjadi lebih baik."

Baekhyun mengelus lengan Chanlie dengan lembut, "Aku percaya itu Chanlie."

"Kau tahu aku tidak punya masa kecil. Aku muncul begitu saja di usia Chanyeol yang ke enam tahun, menjadi tameng bagi kesakitannya ketika dipukuli oleh ayah kandung kami sendiri." Mata Chanlie tampak terluka, "Aku terlahir karena kesakitan, luka, penolakan, dan kebencian... dan begitulah aku tumbuh..." Lelaki itu menatap Baekhyun dengan bersungguhsungguh, "Chanhyun, anak kita ini. Aku bersumpah dia akan dibesarkan dengan baik. Tidak ada penolakan, tidak ada kebencian. Dia akan disayangi. Tidak akan ada yang memukulinya." Suara Chanlie bergetar, membuat dada Baekhyun sesak oleh rasa haru. Mengenali kesakitan itu, ketika Chanlie berbicara tentang masa kecilnya yang penuh dengan penyiksaan oleh ayah kandungnya sendiri.

Dia mengerti betapa terlukanya Chanlie di masa lalu, merasakan kesakitan itu, dianiaya oleh ayah kandungnya sendiri. Dan sekarang, melihat kasih sayang Chanlie kepada anaknya membuatnya tersentuh. Baekhyun memeluk lengan Chanlie dan mengusap air matanya. Menyadari kalau ada air mata yang juga mengalir di mata Chanlie.

"Kita akan membesarkan anak kita dengan baik Chanlie. Kita bersama-sama. Aku, kau, dan Chanyeol."


Lima Tahun Kemudian..


Chanhyun berjalan memasuki rumah diantarkan oleh Leeteuk, dia baru saja pulang dari sekolah. Hari ini adalah hari pertamanya bersekolah di taman kanak-kanak. Dan anak itu terlalu bahagia. Semalam dia bahkan tidak mau tidur karena terlalu bersemangat untuk bisa segera berangkat ke sekolah.

Baekhyun baru saja menyelesaikan membuat puding cokelat kesukaan Chanhyun untuk merayakan hari istimewa ini. Dia tersenyum ketika anaknya menyusulnya di dapur dan menghampirinya dengan bersemangat. Baekhyun memeluk anaknya dan menggendongnya,

"Bagaimana sekolahmu hari ini?"

Chanhyun tertawa, "Banyak teman." Jawabnya senang, dia tampaknya lebih tertarik pada puding cokelat yang tersaji indah di meja dapur. "Aku mau itu." gumamnya penuh semangat.

Baekhyun mencium dahi anaknya dengan penuh kasih sayang. Chanhyun telah tumbuh menjadi anak yang sehat, kuat, dan bahagia. Dia tumbuh dengan dicintai oleh kedua orangtuanya. Dan dia begitu tampan seperti ayahnya. tubuh dengan struktur tulangnya yang tinggi dan khas, rambut dengan sulur coklat keemasan seperti ayahnya, dan mata yang dalam. Tidak diragukan darah keluarga Park yang mengalir di dalam tubuh Chanhyun begitu kental walaupun senyum manisnya terasa sekali dan sangat mirip dengan sosok Appa-nya, namun tetap tidak mengurangi kadar tampannya jagoan kecil keluarga kecil itu.

"Kau harus mencuci tangan dan kaki lalu berganti pakaian." Baekhyun mengecup leher anaknya, tempat aroma khas anaknya, aroma bedak yang bercampur minyak kayu putih berpadu, "Hmmm kau bau asam... ayo cepat ganti pakaianmu."

Chanhyun terkikik geli dengan ciuman sang appa di lehernya. Dia memberontak dan berteriak-teriak sambil tertawa sampai kemudian Baekhyun melepaskannya. Anaknya itu langsung melompat dari gendongannya, lincah seperti belut dan berlari-lari ke kamarnya untuk berganti pakaian. Seorang pelayan langsung mengikutinya untuk membantunya.

Baekhyun tersenyum menatap kepergian anaknya dan melanjutkan menyiramkan saus fla susu ke puding buatannya.

"Sepertinya enak."

Baekhyun mendongakkan kepalanya dan mendapati Chanlie yang sedang berdiri di pintunya. Tadi lelaki itu pergi sebentar untuk urusan bisnis. Dan sepertinya dia sudah kembali hampir bersamaan dengan Chanhyun. Tiba-tiba Baekhyun menatap Chanlie dengan curiga.

"Kau mengikuti Chanhyun ke sekolah barunya ya?" Mata Chanlie tampak bersinar penuh rasa bersalah, tetapi pria itu berusaha mengelak, dia memasuki ruangan dan mengangkat bahunya, mencolek saus fla buatan Baekhyun dan memasukkannya ke dalam mulutnya. "Wah ternyata rasanya seenak bentuknya." gumamnya tenang.

Baekhyun mengamati Chanlie dengan tatapan menuduh. "Jangan menghindari pertanyaanku, Chanlie! Kau mengikuti Chanhyun ke sekolah ya?"

Chanlie mengangkat bahunya, "Aku cuma ingin tahu. Aku pikir aku harus menjaganya jika terjadi sesuatu.. Kau tahu mungkin ada teman-teman sekolah yang mengganggunya.. atau guru-guru yang terlalu galak kepadanya."

"Chanlie! Chanhyun masuk ke taman kanak-kanak, bukan ke lembaga pemasyarakatan." Baekhyun menyela dengan frustrasi, tetapi kemudian merasa geli. "Kau tidak bisa menahan diri untuk mengikutinya ya, apakah kau mencemaskannya, Chanlie?"

"Sangat." Chanlie mengakui. "Ini hari pertama sekolahnya dan aku tidak tenang memikirkannya. Ini hari pertama dia berinteraksi dengan teman-temannya, dengan orang luar. Selama ini dia hanya dengan kita dan para pelayan."

Baekhyun tersenyum, "Tetapi sepertinya Chanhyun sudah mengatasi semuanya dengan baik. Kau lihat tadi? Dia berlari-lari dengan gembira menghampiriku."

Chanlie mengangguk, "Sepertinya aku bisa lebih tenang." Lalu tatapannya berubah penuh gairah, "Sayang, malam ini giliran Chanyeol."

Pipi Baekhyun memerah mendengar kalimat penuh arti itu, dia berusaha memfokuskan diri kepada puding di depannya, saat itulah Chanhyun muncul lagi, sudah berganti pakaian dan tampaknya tidak bisa menahan diri untuk meminta puding cokelat yang sangat menggoda itu.

Mata Chanhyun berbinar ketika melihat ayahnya, "Ayah.. aku baru pulang dari sekolah." Teriaknya dengan bersemangat, khas anak-anak, dan berlari menghampiri Chanlie. Chanlie mengangkat Chanhyun dan menggendongnya, "Ayah tahu, Bagaimana hari pertama sekolahmu? Apakah menyenangkan? Kau ingin berangkat lagi besok?"

"Aku mau." Chanhyun merangkulkan tangannya yang montok di leher Chanlie, "Ada seorang anak yang berbadan sangat besar di kelasku. Dia sering merebut mainan anak-anak perempuan dan membuat mereka menangis."

"Apakah dia mengganggumu?" Chanlie langsung bertanya.

Chanhyun menggeleng, "Tidak. Dia tidak mengganggu anak laki-laki."

"Kalau dia mengganggumu, balas dia, jangan takut kepadanya, oke?" Chanlie bergumam dengan serius. Membuat Baekhyun langsung menyenggolnya pelan di rusuk samping. Memberi Chanlie tatapan peringatan.

Chanlie tersenyum meminta maaf kepada Baekhyun, lalu memandang Chanhyun lagi, "Maksud ayah, kalau dia berbuat keterlaluan, adukan kepada gurumu, biar gurumu yang menyelesaikan masalah. Oke?"

"Oke." Chanhyun hanya menganggukkan kepalanya. Tidak terlihat berminat dengan ucapan ayahnya. Matanya lalu menatap puding cokelat Baekhyun yang sudah siap, "Aku mau itu."

"Kau akan mendapatkannya karena kau anak baik." Chanlie mengecup ujung hidung Chanhyun lalu menempatkan anaknya di kursi. Baekhyun mengiris seiris besar puding cokelat dengan saus fla susu di atasnya dan meletakkannya di piring lalu menempatkannya di depan Chanhyun.

Anak itu berseru girang, lalu langsung melahap puding cokelat itu dengan bahagia, membuat wajah dan tangannya belepotan warna cokelat.

Sementara itu Baekhyun dan Chanlie berdiri bersama, mengamati anak mereka, lalu saling bertukar pandang dalam senyuman.

.

..

...

"Dan kemudian ksatria itu berhasil mengalahkan naga jahat dan menyelamatkan sang putri serta kerajaannya." Chanyeol menutup buku ceritanya. Dia sedang duduk di pinggiran ranjang dengan Chanhyun yang setengah mengantuk di sampingnya, "Tidurlah Chanhyun."

Anak itu menguap dan tampaknya sudah tidak mampu menahan kantuknya, "Aku menyayangimu ayah..." bisiknya setengah mengigau.

Chanyeol tersenyum dan mengecup kepala anaknya, "Ayah juga mencintaimu, Chanhyun." Dengan lembut dirapikannya selimut Chanhyun lalu melangkah ke kamar samping, ke kamarnya dan Baekhyun.

Baekhyun yang sedang duduk di depan meja rias dan menyisir rambutnya menoleh dan tersenyum kepada Chanyeol, "Chanhyun sudah tidur?"

Chanyeol tertawa, "Setelah tiga buku cerita akhirnya jagoan kecil itu mengantuk juga."

Baekhyun meletakkan sisirnya dan tersenyum, "Dia sudah tidak mau denganku lagi untuk mengantarkannya tidur, dia selalu meminta ayahnya untuk membacakan cerita."

Chanyeol berlutut di depan Baekhyun yang sedang duduk, kepala mereka sejajar dan matanya penuh senyum, "Mungkin dia berpikir suara ayahnya lebih cocok untuk membacakan kisah ksatria dan naga daripada suara appanya yang lembut." Chanyeol mengecup bibir Baekhyun dengan sensual, lalu kecupannya berubah menjadi sangat bergairah, "Apakah istriku sudah siap untukku?"

Baekhyun membalas ciuman Chanyeol dengan lebih bergairah sebagai jawaban, kedua tangannya melingkari leher Chanyeol, dan ketika ciuman Chanyeol semakin panas, Baekhyun menggerakkan jemarinya untuk mengacak rambut lelaki itu. Dan kemudian terkekeh geli saat mendengar geraman tertahan Chanyeol yang tampak frustasi saat Baekhyun melepas ciuman panas mereka. "Aku bukan istri. Aku Laki-laki, Yeol.."

Peduli setan –pikir Chanyeol. Tanpa menimbang ucapan Baekhyun, Chanyeol membawa Baekhyun berdiri sambil masih menciumnya, membawa pemuda mungil untuk duduk ditepi ranjang. Chanyeol berlutut dihadapannya. Mengusap pipi Baekhyun dengan sensual hingga Baekhyun sendiri terpejam –menahan hasrat padahal ini hanya sentuhan dipipinya. Dan dengan reflek, Baekhyun mengalungkan tangannya dileher sang suami begitu pria jangkung itu mendorong tubuh mungilnya dan mulai membuka kancing piyama Baekhyun satu persatu.

"Nghh..." satu desahan lolos dari bibir mungilnya saat bibir tebal suaminya menyapu putingnya dan menghisap-hisap sensual tonjolannya. Menjilatnya dengan penuh nafsu membuat tubuh itu semakin tenggelam dalam balutan ranjangnya.

Ploph

Terdengar suara kecipak khas seorang yang baru saja melepas mulut nakalnya dari puting Baekhyun yang mulai memerah. Namun Baekhyun menyernyit kebingungan saat Chanyeol mengangkat tubuhnya. Menggendongnya layaknya seekor koala dan mulai lanjut memanjakan lehernya dengan kecupan serta jilatan yang terasa begitu memanjakan. Dengan nakal, Baekhyun menggesekkan penisnya dengan penis suaminya yang mulai terasa ereksi. Baekhyun menyeringai kecil saat kepala Chanyeol tenggelam didalam ceruk lehernya. Menahan ereksi penisnya yang semakin menjadi saat Baekhyun gesekkan dengan miliknya.

"Aku belum pernah bercinta sambil berdiri sebelumnya." Chanyeol berbisik parau, membawa Baekhyun ke arah tembok dan melumat bibirnya, "Kau begitu menggodaku sehingga aku ingin mencobanya." Chanyeol menurunkan Baekhyun dari gendongannya. Melumat bibir atas Baekhyun yang juga telah menghisap puas bibir bagian bawah pria jangkung itu.

"Cpkh.. aaah" Baekhyun merasa ia terbang menuj nirwana saat lidah nakal suaminya membelai hangat langit-langit mulutnya. Tentu saja desahan Baekhyun menambah daya ereksi suaminya.

Chanyeol menurunkan celananya dan mengangkat salah satu kaki Baekhyun agar melingkari pingangnya, kedua jemarinya menangkup pantat Baekhyun dan sedikit mengangkatnya untuk membantu penyatuan tubuhnya, dengan bergairah dia menyatukan kejantanannya yang terasa begitu tegang, memasuki lubang kenikmatan milik Baekhyun.

"Ngh.. aaah bodoh! Aaah –ini sakithh" Chanyeol itu kelewat bodoh. Pria jangkung itu tidak menggunakan pelumas apapun untuk memasuki lubang analnya. Namun anehnya, Baekhyun mengerang dan makin melingkarkan tangannya di leher Chanyeol, bergantung kepadanya. Napas Chanyeol terengah dan matanya menyala penuh gairah ketika dia mendorong dirinya masuk semakin dalam dan semakin menyentuh titik-titik sensitif di tubuh Baekhyun.

Mereka bertatapan, lalu bibir mereka bersatu lagi penuh gairah. "Apakah rasanya nikmat?" Chanyeol berbisik pelan di bibir Baekhyun, sambil mengecupinya. Membuat Baekhyun mengerang dan memberikan jawaban dalam bentuk ciuman-ciuman putus asa.

Dengan bergairah Chanyeol menarik dirinya, lembut, dan ketika sampai di titik itu, dia menekankan dirinya lagi dalam-dalam, tanpa peringatan sehingga Baekhyun memekik merasakan getaran nikmat yang luar biasa karena tekanan Chanyeol di tubuhnya berasil menyentuh titik terdalamnya. Titik prostatnya begitu dimanjakan. "Ah.. Ah.. Lebih Cepat, Ah! Jangan memela –Ah!" Lelaki itu melakukannya lagi, lagi dan lagi hingga Baekhyun memekik, hampir mencapai puncak kepuasannya.

"Tunggu aku sayang." Chanyeol mengecup pucuk hidung Baekhyun, napas keduanya terengahengah dan gerakan mereka semakin cepat, berpacu menuju puncak kenikmatan itu. Dan ketika mereka mencapainya, mereka mengerang bersama dengan kaki Baekhyun melingkar kencang di pinggul Chanyeol.

Baekhyun masih berdiri, terengah-engah, sepenuhnya dalam topangan tubuh Chanyeol. Lalu lelaki itu mengangkatnya dan membawanya ke atas ranjangnya. Chanyeol membaringkan Baekhyun dengan lembut di atas ranjang dan memeluknya, membisikkan kata-kata penuh cinta dan kemesraan kepada suami kesayangannya.

Baekhyun memejamkan matanya, siap untuk tidur ketika merasakan suaminya mengecupi pundaknya lagi, penuh gairah. Dibukanya matanya dan menatap Chanlie yang sedang mencumbunya.

Chanlie mengangkat kepalanya dan tersenyum sensual kepada Baekhyun, "Kau selalu membuatku bergairah Baekhyun, dan aku tidak bisa menahan diri." Lelaki itu meremas bokong sintal milik Baekhyun, membelai lubangnya dengan sensual "Apakah kau juga bergairah kepadaku?"

Baekhyun menganggukkan kepalanya, merasakan lagi gelenyar itu mengaliri tubuhnya, lewat sentuhan Chanlie di putingnya. Lelaki itu lalu menundukkan kepalanya dan melumat putingnya dengan bergairah, penuh kemesraan. Ketika mengangkat kepalanya, mata Chanlie tampak berkilat,

"Kau sudah melepas kontrasepsimu?" Suaranya parau dan sensual. Baekhyun menganggukkan kepalanya. Dia mengenakan kontrasepsi, bersepakat untuk tidak memberikan adik dulu kepada Chanhyun karena mereka ingin mencurahkan kasih sayang sepenuhnya kepada Chanhyun di masa kecil putra mereka. Kemarin mereka berpikir bahwa Chanhyun sudah siap mempunyai adik, karena itu Baekhyun mengunjungi dokternya untuk melepaskan kontrasepsinya.

"Aku ingin anak perempuan kali ini." Chanlie menatap Baekhyun dan kemudian mengecup bibirnya.

Baekhyun tertawa dan memukul lengan Chanlie sambil lalu, "Chanlie, punya anak itu bukan seperti memesan makanan cepat saji yang tinggal mengatakan kau menginginkan menu A, B, C dan kau langsung menerimanya di tanganmu." Kali ini, Baekhyun yang mengecup singkat bibir Chanlie. "Belum tentu juga aku bisa punya anak lagi. Siapa tahu Chanhyun adalah keajaiban satu kali seumur hidup."

Chanlie tersenyum lucu, "Sepertinya aku bisa menerima yang manapun, laki-laki ataupun perempuan." Jemarinya mengelus lembut perut Baekhyun, "Asalkan anak itu dilahirkan darimu." Namun aura Chanlie menggelap saat mendengar ucapan Baekhyun yang terdengar putus asa. "Tuhan tidak akan memberikan keajaiban kepada hambanya jika hanya terjadi satu kali, Baek."

Baekhyun tersenyum dan membiarkan Chanlie mencumbunya, menggodanya, jemari Chanlie bergerak meremas dan membelai penis mungil Baekhyun dan mencumbu titik sensitif itu. Lelaki itu menempatkan dirinya yang bergairah di sela paha Baekhyun yang sudah terbuka dan kemudian mendorong kejantanannya, memasuk lubang anal Baekhyun dan menyatukan dirinya sampai tenggelam dalam-dalam di tubuh Baekhyun.

Chanlie mencium Baekhyun sambil menggerakkan tubuhnya penuh gairah, membawa Baekhyun ke dalam puncak kenikmatan. "Kau selalu membuatku tergila-gila Baekhyun..." Chanlie berbisik di sela napasnya yang tersengal, tubuhnya bergerak dengan liar, membawa tubuh Baekhyun bersamanya. Dan ketika puncak itu datang kembali, dia menekankan dirinya dalam-dalam dan meledakkan benihnya, jauh di kedalaman tubuh Baekhyun.

Mereka berbaring bersama dan terengah-engah dalam kenikmatan, Chanlie lalu berguling dan membawa tubuh Baekhyun ke dalam pelukannya.

"Apakah kau bahagia? Bersama kami berdua?"

Baekhyun menatap Chanlie dan menganggukkan kepalanya, matanya terasa panas oleh luapan perasaannya, Chanlie langsung mengecup sudut mata Baekhyun dan memeluk Baekhyun erat-erat.

"Terima kasih, Baekhyun."

Baekhyun menenggelamkan kepalanya di dada Chanlie, dia bahagia. Sungguh-sungguh bahagia. Pernikahannya dengan Chanyeol memang bukan pernikahan biasa. Ada Chanlie di dalamnya, semula begitu menakutkan, tetapi ternyata lelaki itu hanyalah menunggu untuk dicintai. Dan Baekhyun bisa merengkuh keduanya. Mencintai keduanya. Chanyeol dan Chanlie adalah satu kesatuan, dua sisi yang bertolak belakang tetapi mereka adalah satu. Baekhyun mencintai Chanyeol yang penuh kasih sayang, tetapi juga mencintai Chanlie yang selalu berterus terang dan menyayangi anak mereka. Baekhyun bisa menerima dua sisi yang bertolak belakang itu. Dia mencintai Chanyeol dan Chanlie dengan sama besarnya.

Kehidupan memang tidak dapat diduga. Ingatan Baekhyun menerawang, dia telah kehilangan keluarganya di masa lalu. Tetapi dia belajar memaafkan, menerima bahwa segala sesuatu memang seharusnya terjadi, dan kemudian berjalan lagi. Melangkah ke depan. Mereka adalah satu keluarga yang bahagia, Baekhyun, Chanyeol, Chanlie, Chanhyun dan calon adik Chanhyun yang sedang mereka usahakan. Dilingkarkannya lengannya ke tubuh suaminya yang sedang memeluknya, dibisikkannya kata-kata indah itu.

"Aku mencintaimu suamiku."

"Aku juga sayang." Suaminya membalas dengan lembut dan semakin erat memeluknya

Suara pernyataan cinta mereka berpadu dalam kegelapan malam. Membawa berita kebahagiaan bahwa cinta sejati adalah cinta yang bisa berkompromi dan saling memaafkan satu sama lain.


"Chanhyun, kau sudah menyelesaikan PRmu?" Chanyeol menengok ke anak lelakinya yang sedang tengkurap di karpet dan mewarnai gambar-gambar yang bertebaran di lantai. Chanhyun langsung terduduk dan tersenyum kepada ayahnya, mengambil kertas yang sudah disimpan rapi di sudut, di bawah tumpukan crayonnya, "Sudah ayah."

Chanyeol melihat gambar yang diwarnai dengan rapi itu dan tersenyum, lalu ikut duduk di lantai dan menyelonjorkan kakinya sambil mengusap kepala Chanhyun. "Anak pintar. Tahukah kau, ayah sangat menyayangimu?"

Chanhyun tersenyum lebar, "Tahu. Ayah dan Daddyku yang satu lagi sangat menyayangiku."

Chanyeol membeku. Kaget. Selama ini dia dan Chanlie berbagi peran sebagai ayah yang baik. Tidak pernah sama sekali mereka menunjukkan bahwa mereka pribadi yang berbeda di depan Chanhyun. tetapi apa kata anaknya tadi? Bahwa dia dan papanya yang satu lagi menyayanginya?

"Daddymu yang satu lagi?" Chanyeol mencoba bertanya untuk memastikan.

Chanhyun tersenyum, lalu sibuk kembali mewarnai gambarnya, tidak melihat betapa kagetnya wajah Chanyeol. "Iya. Kemarin siang aku sedang belajar berenang dengan ayah. Tapi aku tahu itu bukan ayah..." Chanhyun melirik ayahnya, "Jadi aku bertanya siapa dia, kenapa dia sama seperti ayah."

"Lalu?" Chanyeol menelan ludahnya. Chanhyun menyadari perbedaan dirinya dan Chanlie?

Chanhyun tersenyum dan melanjutkan, "Dia sangat terkejut ketika aku bertanya siapa dia, tetapi lalu dia memelukku. Katanya aku boleh memanggilnya Chanlie Daddy ... dan dia sangat menyayangiku."

Chanyeol menarik jagoan kecilnya untuk masuk kedalam pelukannya. Tersenyum tampan sehingga nampak begitu bahagia. Chanlie telah berusaha dengan sangat baik...

Chanyeol merasa seperti punya saudara kembar saja. Pria jangkung itu terkekeh dalam pemikirannya. "Hm. Kami menyayangimu, Chanhyun... karena kami satu kesatuan..."


[FINITE]


P.S: Sekali lagi terimakasih! Dan maaf kalo blm bisa bales review TT