Always Together

Chapter 9

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Rate : T

Summary : Naruto tak pernah menyangka, hidupnya akan berubah hanya karena seorang gadis manis sederhana, dan parahnya pertemuannya di awali dengan kecelakaan sepeda?

Main pair : NaruSaku, slight others pairing

WARNING : Gaje, abal, typo, OOC, gak pinter bikin summary. Judul gak nyambung, cerita yang semakin gak nyambung. Dan serentet kesalahan lainnya.

HAPPY READING!!!!

DON'T LIKE !! DON'T READ !!

.

.

.

Cerita sebelumnya….

Sakura terdiam, ia tahu betul suara siapa ini. Perlahan gadis itu mendongak, menatap si pemilik suara.

Emerald nya bertemu dengan iris Violet.

"Lama tak bertemu…"

Rambut pirang, mata ungu, dan suara cempreng menyebalkan yang sangat Sakura benci.

Amayano Shion.

"Apa aku mengganggu, Pinky?"

~Always Together~

"Bisa kau singkirkan, tanganmu, Shion? Dan ya, kau memang menggangguku ngomong-ngomong," balas Sakura datar sambil berusaha menarik bukunya. Shion hanya mendecih kecil tanpa berniat mengubah posisi tangannya yang masih bertengger di buku milik Sakura.

Tiba-tiba gadis blonde itu merebut buku catatan milik Sakura. Lalu, merobeknya lembar demi lembar. Merusak buku itu kemudian membuangnya ke lantai dan menginjaknya. Menyisakan si pemilik yang hanya diam sambil menatap nanar kearah bukunya.

Wajah Sakura memerah. Ia benar-benar kesal sekarang!

"Kau tahu, Sakura?" Shion melipat kedua tangannya di depan dada, menatap Sakura dengan pandangan meremehkan.

"Buku itu belum lah seberapa," lanjutnya, kemudian mengitari Sakura dan berhenti tepat di belakang tubuh tinggi gadis yang menyandang nama bunga kebanggaan Jepang itu.

"Kau akan bernasib sama, atau bahkan lebih buruk lagi dari buku itu, kalau mencoba mendekati Naru-kun lagi!!" desis Shion, Sakura tetap diam, namun dari tatapan matanya yang tiba-tiba menggelap, semua orang tahu kalau gadis itu sudah di ambang batas kesabaran.

'Kami-sama, jangan biarkan aku mematahkan lehernya...' batin Sakura berusaha untuk tetap tidak menerjang Shion dan mengirim gadis itu ke pemakaman.

"Kau pasti bertanya-tanya kenapa aku bisa tahu, padahal aku sedang liburan di luar negeri,"

'Cih! Percaya diri sekali nenek satu ini, berniat ingin tahu pun tidak!' umpat Sakura lagi.

"Aku punya banyak mata-mata, Haruno. Jangan pernah remehkan aku!"

Shion melangkah lagi ke hadapan Sakura, lalu mengacungkan telunjuknya tepat di depan wajah porselen gadis bubble gum itu.

"Kau dengar aku, Pinky?! Camkan itu baik-baik!!"

Dengan menghentakkan kaki kesal, Shion melangkah cepat keluar kelas, diikuti gadis-gadis pengawal setianya. Sementara Sakura hanya menghela napas panjang lalu mengambil buku catatan Sastra Jepang nya yang sudah tak ada rupanya lagi dan terkapar tak berdaya di lantai.

'Shit!'

"Kenapa, Pinky? Tak bisa belajar lagi?"

Derai tawa menyambut celetukkan salah seorang siswa di kelas itu beberapa saat kemudian.

"Hahaha!! Rasakan!"

"Kasihan sekali kau ya!!"

Dengung-dengung yang tadi sempat berhenti, berbunyi lagi.

Sakura menyeringai, emeraldnya menatap nyalang ke seluruh penjuru kelas. Menghujam seluruh siswa di sana dengan tatapan ingin menguliti orang hidup-hidup.

"Mau aku tak belajar, kalian tetap tak akan bisa menggeser peringkatku di kelas," balasnya dengan dingin.

Semuanya langsung bungkam, tak bisa menjawab. Dalam hati mereka memaki namun membenarkan perkataan gadis itu.

Sakura memang memegang peringkat pertama di kelas dan peringkat ke tiga di sekolah.

"Huh, tak bisa menjawab , eh? Berkacalah sebelum bicara, Moron!!" desisnya tajam lalu kembali duduk dan membaca note kecil rangkuman pelajaran yang tadi bukunya di hancurkan oleh Shion, mengabaikan mereka dan kembali tenggelam dalam dunianya.

~Always Together~

"Aih, kenapa ini Saku? Buku apa ini?" tanya Hinata heran melihat buku tulis yang penuh dengan tulisan tangan Sakura itu hancur.

Gadis indigo itu awalnya hanya penasaran dengan tas ransel abu-abu Sakura yang terlihat berat dan akhirnya iseng membongkar tas gadis pink itu.

"Buku catatan Sastra Jepang ku, hasil karya nenek sihir pirang yang baru saja datang dari liburannya," jawab Sakura enteng tanpa mengalihkan perhatian dari PSP milik Naruto yang ia pinjam.

Saat ini Sakura dan anggota Ex.Class memang sedang bersantai di rooftop gedung utara. Secara kebetulan, jam pelajaran di kelas mereka sedang kosong. Alhasil, Hinata-Ino-Tenten segera menyeret Sakura untuk ikut mereka ke rooftop.

Ino tampak asyik berdiskusi dengan Tenten tentang majalah fashion yang baru saja ia beli kemarin. Tak jauh dari tempat Ino, Gaara dan Kiba duduk berdampingan sambil berkonsentrasi dengan laptop masing-masing, entah apa yang sedang mereka kerjakan.

Bagaimana dengan Naruto, Shikamaru, dan Sasuke?

Oh, tiga pemuda itu sudah hanyut dalam mimpi, sementara Hinata dan Sakura duduk tak jauh dari mereka.

"Nenek sihir pirang? Shion maksudmu?!" pekik Hinata tertahan seraya membolak-balik halaman buku tersebut, Sakura hanya mengangguk bingung sambil tertawa kecil karena melihat ekspresi Hinata yang lucu.

"Hei, santai sajalah… Kenapa kau histeris begitu?" tanya Sakura. Hinata langsung mengalihkan atensinya dari buku hancur itu dan menatap Sakura tak percaya.

"Santai saja katamu?! Sakura, ini tak bisa dibiarkan, dia melakukan pembully-an! Ayo!! Harus kita laporkan pada sensei!" jawab Hinata kemudian menarik tangan Sakura untuk mengikutinya.

"Hei, hei, dengarkan aku!" seru Sakura, Hinata yang sudah berdiri kembali duduk.

"Lebih baik tak usah diperpanjang. Aku malas berurusan dengan kepala pirang keriput itu," ucap Sakura malas sebelum akhirnya kembali berkutat dengan video game-nya. Hinata hanya diam. Hening sejenak.

"Kau yakin, Saku?"

"Hm,"

"Baiklah, aku mengerti,"

"Dan Hinata?"

"Ya?"

"Tolong jangan beritahu kepada siapapun, cukup kita berdua, oke?" Hinata mengangguk agar ragu seraya mengacungkan ibu jarinya. Sakura tersenyum, emerald indahnya lalu menatap Naruto yang terlelap dengan headset yang terpasang di telinganya.

'Apalagi dia, jangan sampai dia tahu…'

~Always Together~

Alunan musik klasik terdengar dari ponsel flip Sakura. Gadis itu mengalihkan atensinya dari novel horror yang ia baca, melirik sebentar kearah benda kotak yang sedang berkedip-kedip di sampingnya kemudian mengambilnya.

"Are? Nomor asing? Siapa ya?" gumamnya pelan setelah menatap screen depan ponsel itu. Deringan ponsel itu berhenti, namun di detik berikutnya berbunyi lagi.

"Angkat tidak ya?" gumamnya ragu, menatap ponsel itu lama, lalu akhirnya membukanya perlahan setelah menghitung kancing piyama kebesaran yang ia pakai untuk mengambil keputusan.

Sakura menempelkan ponsel itu di telinganya dan menyapa dengan suara yang terdengar ragu-ragu,

"Mo- moshi-moshi?"

Sejenak hening, sampai sebuah suara yang familiar menjawabnya di seberang sana.

"Moshi-moshi Sakura-chan,"

Raut Sakura yang tegang berubah menjadi bening. Senyum lebar tercetak di bibir peach-nya. Gadis itu tahu betul suara milik siapa ini.

Naruto.

"Dapat nomorku dari mana, heh?" tanyanya, gadis itu beranjak dari posisi duduknya di ranjang dan berjalan keluar kamar. Suara diseberang terkekeh pelan.

"Aku ini ahlinya kau tahu," jawabnya, kali ini Sakura yang tertawa.

"Hoohh, jadi kau ini seorang penguntit?!" tuding Sakura, gadis itu berjalan ke halaman belakang dan duduk di bangku taman belakang rumahnya.

"Bukan, konyol! Tampan-tampan begini, masa kau bilang seorang penguntit?"

"Percaya diri sekali, sih! Wajah mirip mangkuk ramen begitu kau bilang tampan?" balas Sakura tak mau kalah.

"Mangkuk ramen?! Apa-apaan? Umpatanmu tidak logis! Kalau keningmu yang mirip landasan pesawat itu baru kenyataan…"

Twitch!

Perempatan siku-siku muncul. Bocah pirang-rubah-sialan ini berani menyinggung ukuran keningnya yang…..

memang lebar, sih.

'Tapi kan tak selebar landasan pesawat juga!!' umpat Sakura dalam hati sambil mengusap keningnya.

"Sakura?" panggilan Naruto mengalihkan perhatiannya lagi.

"Apa?!" jawab Sakura ketus, terdengar suara bergidik di seberang sana,

"Hiihhh, kau ketus sekali, sih!"

"Berisik! Salah sendiri bicara seperti itu!"

"Iya-iya, aku minta maaf ya…" suara Naruto terdengar memelas, mau tak mau Sakura terkikik geli juga mendengarnya.

"Haha, iya… aku maafkan, aku maafkan," balas Sakura seraya menatap langit yang bertaburan bintang.

"Ne, Sakura,"

"Hm?"

"Apa kau baik-baik saja?"

Pertanyaan aneh Naruto sukses membuat kening Sakura mengernyit,

"Hei, kita baru saja bertemu siang tadi di sekolah, dan kau melihat sendiri bagaimana keadaanku, kan? Apa aku terlihat seperti orang sakit?"

"Ah, bukan. Bukan itu maksudku,"

"Lalu?"

Hening. Tak ada jawaban dari pemuda pirang di seberang sana. Dengan sabar, Sakura menunggu apa yang akan dikatakan Naruto.

"Yah.. Shion dan komplotannya, kan baru saja pulang dari petualangan mereka…"

"Liburan.." sela Sakura membenarkan, Naruto bergumam malas.

"Ya ya ya liburan, terserahlah…"

"Memangnya kenapa kalau mereka pulang? Itu tak ada hubungannya dengan keadaanku," balas Sakura, otaknya berpikir keras menemukan sangkut paut antara Shion dan keadaannya.

"Saat di sekolah tadi, kau sedikit mendapat gangguan dari Nenek Sihir itu, kan?"

Degg…

'Darimana pirang ini tahu?' batin Sakura bingung, namun matanya seketika menyipit. Gadis itu mengerti kenapa Naruto bisa tahu.

'Pasti, Hinata. Ck, gadis itu… Awas saja besok!!'

"Tidak, hidupku aman-aman saja," kilah Sakura berbohong, Naruto mendengus.

"Kau tidak pandai berbohong, Pinky. Aku tahu semuanya. Buku catatan Sastra Jepangmu, hancur karena si Keriput Pirang itu, kan?" Sakura tertawa geli mendengar julukan Naruto untuk Shion.

"Kau bicara seperti itu tapi apa kau tak sadar kalau kau juga punya rambut pirang?"

"Aku tidak masuk hitungan, kau ini…"

"Haha, iya-iya aku bercanda," gadis itu tertawa lagi, lalu melanjutkan,

"Jadi? Kenapa memangnya kalau buku ku rusak? No problem. Aku punya ringkasan materinya kok…"

"Masalahnya bukan pada bukunya, tapi sikapnya kepadamu. Gadis kurang ajar satu itu memang benar-benar…" desis Naruto marah.

"Sudahlah, jangan diperpanjang. Jangan lakukan apapun!"

"Tapi, Sakura-chaaann…"

"Biarkan saja, Naruto. Kalau dia sudah keterlaluan, aku akan mengambil tindakan, kau tenang saja,"

Naruto terdiam lagi.

"Kau yakin?"

"Iya, sudah ya. Sudah malam, aku ngantuk,"

"Oke, oyasumi Saku-chan…"

"Hn, kau juga. Oyasumi Naruto…"

Dan obrolan di ponsel itu pun berakhir, dengan senyuman manis Sakura yang terus memandang ponselnya sampai tertidur.

~Always Together~

Ancaman Shion tempo hari ternyata tidak main-main.

Senin pagi ketika Sakura akan mengambil beberapa buku untuk pelajaran pertama, lokernya yang semula bersih dan tertata rapi berubah menjadi seperti tembok bawah jembatan yang sering digambari graffiti oleh sekelompok genk.

Tapi masih lumayan graffiti bawah jembatan, daripada lokernya sekarang.

Penuh dengan coretan-coretan dengan pilox warna merah nge-jreng berbunyi umpatan-umpatan kasar yang membuat sakit mata jika melihatnya.

Oh, jangan kira hanya itu. Beberapa buku pelajaran yang sengaja Sakura simpan di loker itu juga bernasib mengenaskan. Hancur tak berbentuk, sama seperti –bahkan lebih parah dari- buku Sastra Jepangnya.

Dan jangan lupakan bau sampah yang menguar dari loker itu.

"Haaahhh…" Sakura mendesah keras melihat kondisi lokernya. Sedikit mengumpat dalam hati karena itu berarti menambah pekerjaannya membersihkan loker itu.

"Bagaimana, Pinky? Suka dengan hasil karya kami?"

Oh, suara itu lagi. Emerald Sakura berputar bosan.

Takk…

Gadis itu menutup pintu lokernya dengan sedikit bantingan, lalu berputar, bersandar pada loker itu. Tangannya bersidekap, menghela napas sejenak kemudian menatap satu persatu manusia yang berdiri mengelilinginya, dengan tatapan tajam.

"Apa lagi mau kalian?!" desis Sakura, gadis-gadis itu tertawa renyah, membuat Sakura mengernyit jijik.

'Tsk! Suara tertawanya saja sudah membuatku mual!'

"Mau kami simple kok Sakura-chan," ucap Shion, Sakura mendengus kesal mendengar panggilan Shion untuknya.

Bel belum berbunyi, itu mengakibatkan banyak siswa berkerumun di koridor tersebut melihat perdebatan Shion Squad dan Sakura.

"Jauhi penghuni Excellent Class, maka hidupmu akan aman." lanjut Amaru. Gadis berambut merah panjang itu, juga Shion, termasuk pada jajaran terdepan Fans Berat Naruto, tentu mereka akan cemburu berat jika idolanya dekat dengan gadis lain, terlebih pada si Pinky satu ini.

"Si Pinky itu pasti habis kali ini,"

"Ya, dia sudah berani berurusan dengan para The Princess,"

"Biarkan saja! Biar tahu rasa!!"

Bisik-bisik para siswa mulai ikut ambil bagian dalam peristiwa pagi itu. Sakura hanya mendengus.

"Terserah kalian saja..." balas Sakura tak acuh lalu berlalu dari sana. Shion dan teman-temannya juga seluruh siswa di sana hanya cengo seketika.

Gadis ini Sakura 'kan?

Haruno Sakura yang murid beasiswa itu 'kan?

Apa-apaan sikap nya itu?!

"Ah aku lupa, kalau ingin aku tidak berteman lagi dengan siswa superior itu, bilang saja sendiri, jaa na..."

Hening...

Hening...

Twitch!

Twitch!

TWITCH!!

"HARUNO SIALAAAANNNN!!!!"

TBC

Hellooooo, is anybody here???? Hai readers, entah masih ada ato enggak, yang penting Hai Readers…. #plakk

akhirnya chapter 9 is up!! Gimana? Gimana? Makin bagus? Atau malah mengecewakan?? Maaf ya… ane baru update, belakangan ini agak kehilangan alur sehingga harus membaca ulang dari chapter awal, dan seperti pemberitahuan yang sudah saya post di WP, lanjutan fic ni sebenarnya sudah ada tapi karena kehilangan alur, jadi agak aneh kalau dibaca….

Mengenai chapter ini, Shion si nenek sihir mulai melancarkan aksi-aksinya untuk mengganggu dan membully Sakura, waah… tapi kelihatannya si Saku gak gentar ya, dia santai aja tuh….

Mengenai karakter Hinata, ane sengaja OOC kan, maafkan saya Masashi-sensei #bungkukinBadan tuntutan cerita emang begitu. Hehehe …. #gelindingan

Mungkin itu aja seputar chapter 9 yang absurd ini, semoga tidak mengecewakan yaaakk….

Tapi terimakasih karena sudah mampir dan membaca ya, saran dan kritik yang membangun selalu aku tunggu di kotak REVIEW, mau flame? Boleh… asal pake bahasa Indonesia yang baik dan benar dan GAK BOLEH ANNON…

Mungkin sekian dulu ya

Highfive Greet!!

Harunatsu

P.S : Gomen gak ada balasan review disini, soalnya ane juga ngebut ngetiknya ini, pulang teraweh langsung pacaran dengan lappy tersayang. Apapun demi readers lah #Bahasamu,nak. Yah mungkin balasannya nanti ane PM aja, mungkin lo ya, kalo inget #plakk