Baekhyun memasuki apartemennya dengan malas, ia melemparkan dua kantung belanjaan super besar ke sofa, tepat mendarat disamping tubuh Chanyeol yang sedang bermain game dengan ponselnya. Baekhyun mendengus kasar, menghempaskan tubuhnya ke sofa.
Sudah lebih dari satu tahun sejak Kyungsoo dan Jongin meninggalkan mereka saat itu. Baekhyun masih bisa melihat Kyungsoo dan Jongin meskipun hanya sekilas, ia sudah berusaha berbicara dengan Jongin, tapi pria hantu itu menghilang dengan cepat.
Mungkin masih sulit bagi Jongin untuk kembali.
Baekhyun juga pernah sesekali melihat Kyungsoo muncul di kantornya, sama seperti Jongin, gadis hantu itu juga menghilang dengan cepat sebelum Baekhyun sempat bicara.
"Kau sudah datang, sayang?" ucap Chanyeol tanpa melihat ke arah Baekhyun, pria itu sibuk menggerak-gerakkan ponsel di tangannya dengan cepat.
Baekhyun mendengus lagi. "Diamlah, Park. Kau membuatku lembur lagi hari ini,"
Chanyeol tertawa keras-keras, masih menggerak-gerakkan ponselnya dengan cepat, bibirnya perlahan mengumpat tanpa sebab. "Mau bagaimana lagi, bukankah itu tugas kepala editor?"
Baekhyun merengut kesal, menepuk paha Chanyeol kuat-kuat, membuat pria itu mengaduh pelan. "Berhentilah bermain game bodoh itu, kau membuatku makin kesal,"
Senyum manis mengembang di bibir Chanyeol, ia melemparkan ponselnya ke samping tubuhnya begitu saja, kemudian memutar tubuhnya untuk menghadap Baekhyun, memutar tubuh Baekhyun juga agar menatapnya. "Jadi apa aku harus membuatkanmu makanan atau bagaimana?"
Baekhyun mengerang, kembali memutar tubuhnya menghindari tatapan Chanyeol. "Lupakan saja. Sehun sudah membelikanku makanan,"
"Sehun membelikanmu makan?" ulang Chanyeol, Baekhyun hanya mengangguk ringan. "Bagaimana bisa Sehun membelikanmu makanan?"
Baekhyun mengerucutkan bibirnya kesal, melepaskan ikatan rambutnya. "Yah, begitu saja. Setidaknya Sehun pria jantan. Ia tidak membiarkanku kelaparan," ucapnya dengan mata terpejam lelah.
"Pria jantan?" ulang Chanyeol bingung, nada suaranya terdengar sedikit meninggi.
Baekhyun mengangguk ringan. "Pria jantan yang membelikanku makanan disaat aku kelaparan, bukan pria yang membuatku kelaparan," sindir Baekhyun, ia membuka matanya untuk melirik Chanyeol sekilas dengan malas.
Chanyeol mengerutkan kening. "Apa lagi yang pria jantan itu berikan untukmu?" jemari Chanyeol bermain di sekitar paha Baekhyun yang hanya tertutup rok ketat pendek.
Baekhyun memutar bola mata kesal. "Aku lelah, idiot. Berhentilah mencoba untuk meniduriku," ia berusaha melepaskan jemari Chanyeol yang mulai menyentuh bagian belakang tubuhnya, berusaha mencari kaitan rok Baekhyun.
Seringaian Chanyeol tercetak di bibirnya, perlahan menggeser tubuhnya agar berhadapan dengan Baekhyun, berlutut dihadapan gadis itu. "Bagaimana jika pria jantan ini menginginkanmu?" Chanyeol menjulurkan tangannya ke depan untuk meraih kancing kemeja Baekhyun.
Baekhyun mengerang malas. "Maksudmu Sehun?" balasnya acuh.
"Apa kau ingin aku merobek kemejamu lagi?" balas Chanyeol cepat.
Baekhyun menggeleng cepat-cepat, membuka matanya dan menegakkan tubuhnya. "Kupatahkan lehermu jika kau merobeknya lagi,"
Suara tawa Chanyeol terdengar menggema. "Jadi–," perlahan Chanyeol membuka kancing kemeja Baekhyun. "Jangan pernah lagi memuji pria lain dihadapanku," suara Chanyeol terdengar menuntut, meloloskan kemeja Baekhyun melewati kedua tangan gadis itu.
Baekhyun mendesah malas, membiarkan Chanyeol melemparkan kemejanya. "Jadi berhentilah membuatku kesal," balas Baekhyun. "Aku lelah, brengsek," umpatnya.
Kekehan ringan terdengar dari bibir Chanyeol. "Aku tidak pernah membuatmu kesal, sayangku. Bagaimana aku bisa membuat kesal orang yang paling kucintai,"
Baekhyun mendesah malas. "Demi Tuhan, bisa tidak kau berhenti membual? Perutku mulai mual," Chanyeol tertawa keras, mulai menyusupkan tangannya ke dalam tanktop Baekhyun, gadis itu mengerang malas. "Aku lelah, idiot. Semalam kau tak membiarkanku tidur,"
Tawa Chanyeol terdengar lagi, kali ini ia meloloskan tanktop Baekhyun melewati kepala gadis itu. "Tapi aku menginginkanmu, bagaimana?"
Chanyeol meremas Baekhyun dengan keras, meloloskan sebuah desahan tertahan dari bibir mungilnya. "Chan, aku sedang tidak menginginkanmu," desahannya kembali lolos saat Chanyeol meremasnya lagi.
Dengan seringaian, Chanyeol mendekatkan bibirnya ke leher Baekhyun, mengecup dan menyesapnya sedikit. Baekhyun mengerang tertahan, menahan desahan yang hampir lolos dari bibirnya. "Chan," desahnya pasrah. Chanyeol masih menggerakkan bibirnya di sepanjang leher Baekhyun, terus turun ke arah dada Baekhyun yang terbuka, bibirnya menyesap kulit polos Baekhyun. "Tidak, Chan. Jangan membuat tanda apapun,"
"Kenapa tidak?" tanya Chanyeol, mengecup dada Baekhyun sekilas. "Kau milikku, asal kau tau saja,"
Baekhyun terengah-engah. "Benar idiot, aku milikmu. Seluruh tubuhku milikmu, kau puas?" Chanyeol terkekeh lagi. "Aku akan mencoba gaunku besok,"
"Benarkah?" Baekhyun mengangguk lagi, berusaha mengatur napasnya. "Aku tidak sabar melihatmu memakai gaun pengantin,"
Baekhyun mengerang lagi saat Chanyeol mengecupi dadanya. "Kau selalu tidak sabar. Bahkan kau sudah meniduriku sebelum menikahiku,"
Tawa Chanyeol terdengar menggelegar, ia menarik bibirnya dari dada Baekhyun. "Aku hanya membuatmu tidak lari dariku, Byun Baekhyun. Menidurimu atau tidak, aku pasti akan menikahimu juga,"
Baekhyun mengerang kesal, merasakan tangan Chanyeol merambat di belakang tubuhnya, berusaha meloloskan rok Baekhyun. Hanya dengan gerakan ringan, rok hitam itu sudah terlepas dari tubuh Baekhyun.
Chanyeol memang se-ahli itu.
Lagi, tubuh polos Baekhyun terekspos dihadapan Chanyeol.
Saat Chanyeol merengkuh tubuhnya, dengan bibir mulai bergerak lagi di sepanjang lehernya, gadis itu tau, ia tak akan pernah bisa menolak.
Jadi, sama seperti sebelumnya, sekarang ia menyerahkan tubuhnya kembali pada Chanyeol untuk kesekian kalinya.
Baekhyun tak tau dengan perasaannya sekarang, dulu ia masih belum yakin Chanyeol mencintainya karena masih adanya bayang-bayang Kyungsoo dalam pikiran pria itu. Tapi selang waktu berlalu, entah mengapa, gadis itu yakin Chanyeol serius padanya. Terlebih saat Chanyeol menyatakan ingin menikahi Baekhyun, dengan keseriusan, akhirnya Baekhyun memberikan seluruh hatinya pada pria itu.
Beberapa bulan lalu, pria itu mengunjungi orang tuanya, menyatakan kesungguhannya tentang ingin menikahi Baekhyun. Bahkan Baekhyun tak tau Chanyeol menemui orang tuanya, tau-tau ayahnya sudah merencanakan pernikahan itu.
Baekhyun pikir ini terlalu cepat, tapi Chanyeol selalu mendesaknya.
Chanyeol menyapukan lidahnya di sepanjang perut Baekhyun yang polos, membuat gadis itu mengerang, membuyarkan lamunan singkatnya. "Aku harus menemui ibumu besok siang," ucap Baekhyun lemah.
Ia terlalu lelah.
Lidah Chanyeol berhenti bergerak, ia mengangkat kepalanya menatap Baekhyun, rahang pria itu mengeras. "Berapa kali kau harus menemui mereka?" ucapnya datar, terdengar dingin, nyaris mengerikan.
Baekhyun menegakkan tubuhnya, menangkupkan kedua tangannya ke pipi Chanyeol dan tersenyum sayang pada prianya. "Chan, setelah menikahimu, keluargamu akan menjadi keluargaku juga," Baekhyun mengecup bibir Chanyeol sekilas, sedangkan pria itu tidak bereaksi apapun.
Rahang Chanyeol masih mengeras, ia tidak memandang Baekhyun, tidak juga membalas ciuman Baekhyun.
"Sayang," suara Baekhyun melembut. "Aku mencintaimu. Dan aku akan mencintai keluargamu juga," Baekhyun menarik wajah Chanyeol untuk mengecupnya lagi. "Tak bisakah kau berdamai dengan mereka, Chan?"
Chanyeol menundukkan kepala, masih dengan tangan Baekhyun di kedua pipinya. "Kita sudah pernah membahas ini sebelumnya, Baek," Chanyeol bersikeras.
Baekhyun tersenyum lagi, mengusap pipi Chanyeol dengan lembut. "Chanyeol, sayang, aku akan menunggumu kembali pada mereka. Kau sudah berjanji kan?"
Chanyeol menggeleng. "Aku tidak tau, Baek. Masih terlalu sulit,"
Baekhyun tersenyum lagi, menyapukan bibirnya kebibir Chanyeol yang panas, menggerakannya perlahan, menunggu pria itu membalas ciumannya. Tentu saja Chanyeol melakukannya, memangnya kapan ia bisa menolak Baekhyun.
Chanyeol tak akan pernah bisa menolak Baekhyun sampai kapanpun.
Baekhyun terkekeh saat Chanyeol mendorongnya untuk berbaring di sofa, masih dengan bibir saling bertaut. Perlahan, gerakan Chanyeol menjadi terburu-buru, ciumannya menuntut, sedangkan tangan pria itu berusaha melepas kemejanya sendiri.
Kekehan Baekhyun terdengar lagi saat ia mendorong dada Chanyeol agar melepaskan bibirnya. Pasokan udaranya mulai menipis. Begitu tautan mereka terlepas, Baekhyun mengambil napas dalam-dalam, membiarkan Chanyeol melepaskan pakaiannya sendiri dengan cepat.
Baekhyun tertawa ringan. "Aku tidak akan kemana-mana, mengapa terburu-buru sekali,"
Chanyeol kembali merangkak di atas tubuh Baekhyun, meloloskan pakaian dalam yang masih melekat di tubuh Baekhyun dengan satu gerakan cepat. "Aku hanya tak ingin kau berubah pikiran," ucapnya singkat.
Baekhyun menjerit, melengkungkan tubuhnya saat Chanyeol menyentuh pusat tubuh gadis itu dengan mulutnya yang basah dan panas. Sebuah erangan nama Chanyeol lolos dari bibir mungilnya tanpa ia sadari. Jemari lentiknya menarik rambut Chanyeol kuat-kuat, dengan mata terpejam dan bibir terbuka lebar, kembali, Baekhyun meronta-ronta di bawah tubuh Chanyeol yang sedang mengungkungnya.
Hanya dengan mulut pria itu, Baekhyun sudah nyaris gila.
Pikirannya lepas dari tubuhnya sendiri.
Sementara mulut panas Chanyeol bermain di bawah sana, Baekhyun berusaha mengatur napasnya, mengendalikan suaranya agar tidak menjerit-jerit seperti orang bodoh. Ia tau saat batas pengendalian dirinya nyaris habis, Baekhyun melengkungkan tubuhnya, membiarkan rasa panas mulai menjalar dari pusat tubuhnya menuju seluruh pembuluh darahnya.
Detik berikutnya ia terlepas, membiarkan gairahnya bergelung bersama bibir Chanyeol di bawah sana, melepaskan semua pengendalian dirinya yang rentan. Kemudian ia terengah-engah, nyaris putus-putus, kehabisan udara.
Samar, Baekhyun merasakan mulut Chanyeol yang panas melepaskannya. Pria itu menarik tubuhnya untuk kembali merangkak di atas Baekhyun, mengecup bibir mungil itu sekilas. "Apa kau masih tak menginginkanku?" ucapnya dengan suara rendah.
Baekhyun mengerang saat Chanyeol meremasnya lagi. "Brengsek," umpatnya dengan suara bergetar.
Itu bukan pertanyaan yang pantas Chanyeol tanyakan.
Chanyeol terkikik geli, memposisikan dirinya untuk menyatukan tubuh dengan Baekhyun. Bibirnya kembali bermain di leher Baekhyun, membuat gadis itu lagi-lagi meleguh dan mengerang tertahan. Kemudian lidah Chanyeol menelusuri dada Baekhyun, memaikan puncaknya dengan mulut penuh.
Sial.
Mata Baekhyun mendadak terbuka lebar saat ia mendengar suara berisik dari dapur, dengan cepat ia memutar kepalanya menghadap dapur. Chanyeol melepaskan bibirnya dari tubuh Baekhyun, menatap gadis itu dengan bingung. Sedangkan pandangan Baekhyun menangkap dua sosok mengerikan berwarna hitam menyeringai ke arahnya.
"Chan, itu ada–,"
Chanyeol membungkam bibir Baekhyun dengan tangan kanannya. "Tidak. Jangan mengatakan apapun. Jangan pernah mengatakan padaku ada sesuatu di sekitar sini. Aku tak akan peduli dengan mereka," potong Chanyeol.
Baekhyun mengangguk ringan, masih dengan tangan Chanyeol membungkam bibirnya.
"Hanya ada kau dan aku," ucapnya tegas, Baekhyun mengangguk kaku.
Perlahan, Chanyeol merendahkan tubuhnya, menempatkan diri tepat di depan pusat tubuh Baekhyun. Tanpa ijin, pria itu mendorong masuk, membuat Baekhyun terhentak kuat-kuat, melengkungkan tubuhnya dan memekik dengan bibir tertutup rapat.
Ya Tuhan, ini luar biasa.
Chanyeol meleguh di atas tubuh Baekhyun, sementara gadis itu memejamkan mata erat-erat, membiarkan penyatuan mereka menghangat.
Dengan perlahan, Chanyeol menggerakkan tubuhnya, mendorong lebih jauh, kemudian menarik kuat-kuat dengan cepat. Lembut dan kuat terus-menerus menghujam Baekhyun, sedangkan gadis itu berantakan, dengan keringat membasahi tubuh polosnya, dada naik turun mengatur napas, erangan dan desahan yang tak berhenti keluar dari bibir mungilnya.
Baekhyun tak bisa mengendalikan dirinya sendiri.
Gerakan Chanyeol di tubuhnya terlalu memabukkan.
Sementara Chanyeol memberikan kesempatan pada Baekhyun untuk menikmatinya secara penuh dan utuh, Baekhyun berusaha mengumpulkan kesadarannya yang rentan.
Baekhyun mengerang, dengan Chanyeol berada di atas tubuhnya, secara teknis berada di dalam tubuhnya pula. Chanyeol masih menggerakkan tubuhnya dengan tempo yang memabukkan, nyaris statis, hampir tak terkendali. Suara desisan Chanyeol terdengar memenuhi pendengaran Baekhyun, sementara gadis itu tidak berhenti mengerang, menjeritkan nama Chanyeol dengan suara tertahan.
Saat Chanyeol meremas bagian tubuhnya yang lain, Baekhyun menyerah, melepaskan gairah yang tak bisa ia kendalikan lagi, diringi suara melengkingnya menjeritkan nama Chanyeol. Membiarkan aliran panas melelehkan seluruh tubuhnya, memasuki setiap sel tubuhnya, bahkan mengambil alih fungsi sarafnya.
Baekhyun tak bisa bergerak.
Baekhyun tak bisa merasakan tubuhnya lagi, pegangan tangannya pada bahu Chanyeol terlepas begitu saja. Tenaganya hampir menyentuh titik terendah, sedangkan Chanyeol terkekeh ringan, membiarkan gadisnya berhenti sejenak untuk mengambil napas dan menikmati sisa pelepasannya yang luar biasa.
Detik berikutnya kembali menghentak-hentak, membuat Baekhyun memprotes dengan erangan keras. Ia nyaris kehabisan napas, begitu pula dengan tenaganya yang habis. Sementara Chanyeol di atas tubuhnya begitu kokoh, gerakannya statis dan dinamis.
Membuat Baekhyun selalu menanyakan apakah pria itu seorang robot atau manusia.
"Sial, Chan," erangnya, memohon lebih pada Chanyeol dengan tatapan mata.
Baekhyun dapat merasakan Chanyeol yang nyaris melepas pengendalian dirinya, pria itu semakin cepat, semakin penuh dan semakin panas. Baekhyun mengerang lagi, merasakan tubuhnya hampir kembali disapu rasa panas yang menyiksa.
Menunggu untuk dilepaskan.
Sementara Chanyeol masih menggerakkan tubuhnya dengan konstan, Baekhyun kehilangan kendali atas dirinya lagi. Tanpa sadar, jemarinya mencengkeram lengan Chanyeol dengan kuat. Sekali lagi, kemudian dengan cepat tubuhnya lebih panas saat Chanyeol juga membuatnya merasakan panas yang sama, bersama dengan dirinya.
Detik berikutnya, Baekhyun mengerang, memejamkan matanya, napasnya terengah-engah.
Chanyeol terkekeh ringan, menundukkan kepalanya untuk mengecup bibir Baekhyun singkat, gadis itu hanya merengut kesal.
"Demi Tuhan, aku lelah," bisiknya lemah.
Senyum Chanyeol merekah. "Tapi kau tak bisa menolakku kan?"
Baekhyun hanya memutar bola mata sebal.
.
.
Hari ini adalah hari besar untuk Baekhyun dan Chanyeol. Ya, tentu saja, hari pernikahan mereka. Pagi-pagi sekali Baekhyun sudah berada di gereja, bersama ayahnya dan Chanyeol. Ayahnya bilang ia harus latihan berjalan menuju altar.
Benar-benar tidak penting.
"Baek, kau belum memberikan nama di kursi ini," Chanyeol menunjuk dua kursi kosong dibagian depan.
Baekhyun tersenyum. "Itu untuk Jongin dan Kyungsoo,"
Chanyeol sedikit terkejut, ia menatap Baekhyun bingung. "Baekhyun, kumohon," desah Chanyeol, mendudukkan dirinya di kursi kosong itu, kemudian memejamkan mata. Sekarang pria itu tampak lelah. "Kau bilang mereka sudah pergi. Apa kau pikir mereka akan kembali lagi?"
Bahu Baekhyun terangkat sedikit. "Entahlah. Kupikir Jongin sudah tau tentang hari ini,"
"Kau sering bertemu Jongin dan Kyungsoo?" tanya Chanyeol, sedikit malas sebenarnya.
Baekhyun menggeleng. "Tidak terlalu sering, mereka hanya datang sebentar, kemudian pergi lagi sebelum aku sempat mengatakan sesuatu," balas Baekhyun.
"Dan kau pikir mereka akan datang hari ini?" tambah Chanyeol.
Lagi-lagi Baekhyun menggeleng ringan. "Aku tak tahu, tapi kuharap mereka datang,"
Chanyeol membuang napas kesal, melirik Baekhyun dengan malas. "Byun Baekhyun," panggilnya, Baekhyun membalas dengan gumaman singkat. "Apa kau tidak ingin berhenti menjadi indigo?"
Kekehan ringan Baekhyun terdengar. "Aku ingin, tapi aku tak bisa," Chanyeol mendengus lagi. "Apa kau memiliki niatan untuk batal menikahiku? Kau bisa melakukannya sekarang sebelum sore tiba," ucap Baekhyun dengan senyuman lebar.
Chanyeol menggerutu dengan suara tipis, samar-samar Baekhyun mendengar pria itu mengucapkan kata aneh dan menakutkan. Baekhyun hanya tertawa renyah.
Awalnya Baekhyun pikir Chanyeol tidak percaya hantu, tapi ternyata pria itu hanya takut dengan hantu dan lain jenisnya.
.
.
Senja menjemput, Baekhyun sudah siap dengan semuanya. Ia sudah menggunakan gaun putih panjang yang memiliki bagian transparan di bagian punggung hingga pinggulnya, memamerkan maha karya Tuhan atas tubuh Baekhyun yang tercetak sempurna. Mahkota Kristal putih menghias rambutnya yang diangkat tinggi, membentuk ikatan French fishtail indah, dengan mahkota bunga menghias rambut bagian belakangnya, membuat Baekhyun tampak sempurna.
Baekhyun berdiri di depan pintu putih gereja yang megah, tangan kanan menggandeng tangan ayahnya dan tangan kiri memegang buket bunga berwarna putih.
Ia melirik ayahnya sekilas, lalu tersenyum. Ada sebuah perasaan aneh yang terpancar jelas di wajah ayahnya. Kekhawatiran, kebahagiaan, keragu-raguan tergambar jelas disana. Baekhyun sendiri tak yakin.
Baekhyun tersenyum. "Gugup, Dad?" tanyanya dengan gurauan dan tawa singkat.
Ayahnya mendengus pelan, tersenyum pada Baekhyun. "Memangnya kau tidak?" dengus ayahnya.
Baekhyun menggeleng ringan, tersenyum untuk mengejek ayahnya sedikit. Ia dapat merasakan tangan dingin ayahnya menggenggam tangannya kuat-kuat.
Saat pintu terbuka, Baekhyun dapat melihat semuanya dengan jelas. Seluruh keluarganya, keluarga Chanyeol, rekan kerja mereka, teman-teman Baekhyun dan Chanyeol, bahkan orang-orang yang tak Baekhyun kenali. Mereka berdiri menyambut kedatangan Baekhyun dan ayahnya yang masih mematung di depan pintu masuk.
Oke, sekarang Baekhyun mulai kehilangan pikirannya.
Ruangan itu nyaris penuh, dengan hiasan Bunga tertata rapi membentuk sebuah jalan indah menuju altar. Dan tepat diujung jalan penuh bunga itu, Baekhyun melihat prianya.
Chanyeol berdiri disana, dengan tuxedo putih yang serasi dengan wajah piasnya. Rambut hitam pria itu terangkat ke atas dengan rapi, bibir merahnya menyunggingkan senyum manis menyambut kedatangan Baekhyun dan ayahnya.
Sekarang jantung Baekhyun berdetak lebih cepat.
Sial.
Ayahnya sedikit menyenggol Baekhyun agar berjalan maju. Seolah-olah tersadar dari lamunannya, Baekhyun mengerjap, mulai melangkahkan kakinya maju saat wedding march mengalun di seluruh penjuru ruangan.
Kumohon, jangan berbuat bodoh. –ucapnya dalam hati.
Baekhyun melangkahkan kakinya perlahan, berusaha tidak terungkal dengan heels tinggi membalut kaki mungilnya. Ia mengeratkan pegangan pada tangan ayahnya, sementara jantung mulai berdetak lebih cepat lagi.
Sekarang ia mulai gugup.
Chanyeol menunggunya di atas altar, senyumnya mengembang. Baekhyun dan ayahnya balik badan menghadap ke arah tamu undangan, kemudian sedikit membungkukkan badan untuk memberikan salam.
Sedangkan Chanyeol menunggu Baekhyun dengan tangan terulur, pria jakung itu membungkukkan badannya sedikit pada ayah Baekhyun, dan menerima tangan Baekhyun –menggenggamnya erat-erat. Tangan Chanyeol terasa sangat hangat, berbeda dengan tangan Baekhyun yang membeku.
Baekhyun penasaran Chanyeol gugup atau tidak dihari pernikahan mereka.
Seorang pendeta tua dihadapan mereka mulai mengucapkan kata-kata pengikat janji, yang jujur saya tak Baekhyun pahami. Pikirannya terlalu campur aduk sekarang, ia terlalu gugup berhadapan dengan Chanyeol.
Sial.
"Aku bersedia," ucap Chanyeol, lantang, tegas, dan penuh penekanan.
Sementara Baekhyun mengerjap. "Aku bersedia," balasnya, berharap suaranya tidak terdengar bergetar.
Pendeta tua itu mempersilahkan Chanyeol untuk mencium Baekhyun, jantung Baekhyun mulai berdetak lebih cepat, sementara Chanyeol masih tersenyum padanya. Saat Chanyeol mulai mendekatkan wajahnya pada Baekhyun, sekilas ia melihat Kyungsoo dan Jongin ada disana.
Kedua mahkluk itu duduk dikursi kosong yang Baekhyun siapkan. Jongin dan Kyungsoo tampak bersinar terang dengan senyum bahagia menghiasi wajah keduanya. Jongin menggunakan tuxedo hitam dan Kyungsoo menggunakan gaun putih yang cantik.
Baekhyun tersenyum kepada mereka, lalu pandangannya beralih menatap Kyungsoo. "Terima kasih," bisiknya ringan, sekilas melihat Kyungsoo mengangguk dengan senyuman ringan, kemudian mata terpejam saat bibir Chanyeol menyentuh bibirnya.
Samar-samar Baekhyun bisa mendengar suara tepuk tangan riuh di seluruh ruangan, selebihnya hanya ada Chanyeol dipikirannya.
Jantungnya semakin berpacu, entahlah, Chanyeol bahkan sudah sering menelanjanginya, tapi sekarang, Chanyeol hanya menciumnya, gadis itu sudah gugup sekali.
Dalam hati, Baekhyun masih berterima kasih pada Kyungsoo karena merelakan Chanyeol untuknya. Pertemuannya dengan gadis hantu itu mengubah seluruh hidupnya. Kyungsoo datang padanya, meminta bantuan dan membuatnya menemukan potongan hati yang lama ia cari.
Park Chanyeol, pria yang akan mengisi sisa hidupnya.
Baekhyun mencintai Chanyeol dengan penuh, utuh, menyeluruh, tanpa pengecualian. Ia menghiraukan masa lalu kelam pria itu, begitu pula Chanyeol yang tak peduli bagaimanapun keadaan Baekhyun.
Sebagai seorang indigo.
.
.
END
.
.
Hallo~ terima kasih sudah menunggu dan membaca cerita ini yhaa~
Nih Author bikin bonus chap-nya. Gimana gimana gimana? Comment dong di kolom review, boleh kritik, saran, pendapat apa aja boleh.
Author mengucapkan terima kasih kepada readers semuanya, khususnya cerita ini, yang sudah sabar menunggu kelanjutan cerita, mereview, memberikan saran dan pendapat, Author ucapkan banyak terima kasih ya~
Lebih kurangnya Author mohon maaf, terima kasih dan jangan lupa review yaa~
Bye~
With love,
lolipopsehun