INDIGO

Baekhyun seorang gadis muda yang bisa melihat sosok-sosok tak hidup yang menakutkan bernama hantu. Ia tak pernah mau menjadi pemburu hantu karena ia tak ingin mencampuri masalah 'sosok' lain. Tapi ternyata masih ada satu masalah yang harus Baekhyun selesaikan. CHANBAEK. Chanyeol. Baekhyun. BAEKYEOL. EXO. Genderswitch. GS. M. Mature. Jongin. Kyungsoo.

.

lolipopsehun present

CHANBAEK

GS!

Dont copy!

Repost by CR!

.

Baekhyun menggeliat malas saat merasakan hawa dingin menyentuh kulitnya yang sensitif. Dengan malas ia membuka mata dan bersamaa dengan itu, Baekhyun terlonjak kaget. Ia duduk dengan cepat, terengah-engah, dan mengusap dadanya berkali-kali.

Seorang pria yang berada di depan tubuhnya terkekeh, sedangkan Baekhyun masih mencoba bernapas dengan baik.

"Berhentilah mengagetiku, Kim Jongin," umpatnya. Jongin terkekeh ringan. "Dan sudah kubilang jangan menunjukkan wajahmu yang hancur itu. Kau ingin kakakmu ini terserang penyakit jantung ya?"

Jongin mengangkat bahu, kemudian perlahan wajahnya berubah seperti biasanya.

Kim Jongin bukan manusia. Ia meninggal dua tahun yang lalu karena penyakit kanker darah yang diidapnya sejak lahir. Jongin hanya bisa bertahan selama dua puluh tahun dan kemudian ia meninggal dengan tragis.

Sedangkan Baekhyun adalah kakak kandungnya.

"Kau ada rencana hari ini?" tanya Jongin, menyentuh hidung Baekhyun. Gadis itu hanya merasakan dingin di hidungnya.

Baekhyun mengangkat bahu, kemudian beranjak berdiri. "Hari ini pertama kali aku bekerja di perusahaan baru. Bukannya aku sudah bilang itu padamu ya?" Baekhyun menyambar handuk dan keluar kamar menuju kamar mandi. Saat ia keluar dari kamarnya, ia berteriak kesal, memanggil nama Jongin dengan keras dan mengerang.

Baekhyun melihat banyak 'teman' Jongin di dalam apartemennya. Sosok-sosok itu memandangi Baekhyun yang sedang bersungut-sungut dengan bingung. Kemudian Jongin berada di belakang tubuhnya.

"Ini kakakku, teman-teman," ucap Jongin ringan.

"Tidak perlu menyapaku," potong Baekhyun sebelum salah satu diantara mereka membuka mulut. "Jangan pasang wajah menyeramkan kalian," tuding Baekhyun dan teman-teman Jongin menuruti kemauan gadis itu, mengubah wajahnya. "Dan kau," Baekhyun menunjuk Jongin. "Mau sampai kapan kau bergentayangan, Jongin?"

Jongin mendengus. "Apa kau tidak suka melihatku?"

Baekhyun balas mendengus. "Bukan begitu. Kami semua sudah merelakanmu, jadi pergilah dengan tenang. Kau pasti juga tidak tenang kan tinggal disini?" ucap Baekhyun kesal.

"Kau keterlaluan, bagaimana bisa kau mengusir adikmu sendiri. Kau akan jarang melihatku nanti jika aku pergi. Apa kau tak akan merindukanku?"

Baekhyun menepuk punggung Jongin, kali ini gadis itu bisa menyentuhnya. "Aku sudah merelakanmu, aku menangisimu selama lebih dari enam bulan. Lagipula jika kau terus bersamaku, aku akan jadi perawan tua sepanjang hidupku. Kau selalu membuat semua pacarku kabur,"

Jongin tersenyum lebar. "Kubilang mereka bukan pria baik,"

"Kau yang bukan pria baik," dengus Baekhyun, lalu ia pergi menuju kamar mandi, meninggalkan Jongin yang merengut kesal dan menggerutu.

.

.

Baekhyun agak gugup karena ini hari pertamanya pergi bekerja. Pagi tadi Jongin mengantarnya sampai depan gedung dan Baekhyun mewanti-wanti adiknya itu agar tidak masuk. Bagaimanapun, Baekhyun tidak ingin dipecat lagi.

Memang benar Baekhyun dua kali dipecat dari pekerjaannya karena Jongin seenak diri menunjukkan diri di depan orang-orang yang menjadi rival Baekhyun. Dengan wajah yang hancur, membuat Baekhyun dikucilkan di lingkungan pekerjaannya dan memutuskan dirinya untuk mengundurkan diri.

Kali ini, Baekhyun tidak ingin gagal lagi.

Baekhyun berjalan menuju lift dengan terburu-buru. Meskipun ia masih punya banyak waktu sebelum kata terlambat, tapi ada baiknya ia terlihat hadir lebih pagi dari para seniornya. Saat ia masuk lift, ia disambut oleh dua orang pria dan seorang wanita dengan pakaian rapi dengan model lama. Mereka memandangi Baekhyun dengan pandangan bertanya-tanya, tapi alih-alih memberikan salam, Baekhyun malah tidak memperdulikan mereka.

"Kau bisa melihat kami?" tanya salah satu diantara mereka.

Baekhyun mengangguk, tapi tidak menoleh kea rah belakang. "Masih pagi, apa kalian pikir kalian akan pergi bekerja?"

"Tentu saja," ucap salah satu wanita.

"Apakah kalian akan tetap menjadi seperti ini?" tanya Baekhyun. "Cepatlah pergi, jangan buat hariku makin melelahkan, nantinya. Atau jika tidak, berhentilah muncul di hadapanku, aku tidak mau terlihat seperti orang gila," omel Baekhyun.

Ketiga orang itu berbisik-bisik membicarakan Baekhyun, tapi gadis itu tidak peduli. Dengan cepat ia keluar dari lift, kemudian dengan cepat pula gadis itu terkejut saat melihat seorang pria dengan wajah pucat berdiri di depannya. Baekhyun mundur selangkah dan mengusap dadanya beebrapa kali.

Ia melihat pria yang sedang memandanginya itu.

Manusia –pikirnya.

"Selamat pagi," Baekhyun menundukkan kepalanya untuk menyapa seniornya –mungkin. "Namaku Byun Baekhyun, ini hari pertamaku bekerja," ucapnya ringan.

Pria tadi tersenyum dan mengulurkan tangannya pada Baekhyun dan Baekhyun menyalaminya. "Kau pasti kepala editor itu kan?" Baekhyun mengangguk ringan. "Aku Oh Sehun. Senang bertemu denganmu. Aku editor bagian olahraga dan kesehatan,"

Baekhyun tersenyum canggung, kemudian menarik tangannya perlahan. "Mohon bantuannya," ucapnya ringan sambil membungkuk lagi.

"Itu ruanganmu," Sehun menunjuk sebuah ruang berlapis kaca transparan di sudut ruangan dan Baekhyun nyaris menganga.

"Itu ruanganku?" ia berjalan mengikuti Sehun yang mendahuluinya. Saat ia sampai, ada nama Baekhyun tertera di depan. "Aku orang baru, apakah aku harus mendapatkan ruanganku sendiri?"

Sehun tersenyum ringan. "Kau atasan kami sekarang, Baekhyun. Senang bertemu denganmu," kemudian Sehun menundukkan kepalanya sedikit dan berjalan duduk di mejanya, meninggalkan Baekhyun yang sedang tercengang dengan ruangan kerjannya yang baru.

Setelahnya, Baekhyun sudah sibuk dengan perkenalan tugas yang ia dapatkan. Bahkan ia sudah harus memimpin rapat dipagi hari. Dihari pertamanya.

.

.

Istirahat makan siangpun Baekhyun habiskan di ruang kerjanya, dengan makanan yang ia pesan melalui pesan antar dan juga tumpukan kertas yang minta diperiksa. Menurut Baekhyun, untuk hari pertamanya bekerja, ia benar-benar keterlaluan.

Seseorang mengetuk pintunya dan Baekhyun menoleh untuk melihat siapa yang datang.

Ia nyaris terkejut saat melihat seorang pria jakung berdiri di depan pintu ruangannya. Yang lebih membuatnya terkejut adalah seorang wanita berambut panjang yang berada di belakang pria itu. Wanita dengan wajah sedih itu memandangi Baekhyun dengan raut wajah bingung bercampur takut sedangkan Baekhyun juga memandanginya dengan bingung.

Baekhyun melihat bayangan dikaca ruangannya untuk memastikan bahwa gadis itu bukan manusia. Dan memang benar, tidak ada bayangan gadis itu dikaca.

Sang pria mengetuk pintu lagi.

Seperti tersadar, Baekhyun mempersilahkan pria itu masuk.

"Ada yang bisa kubantu?" tanya Baekhyun sambil masih mencuri pandang pada wanita di belakang pria itu, ia berdiri dari kursinya dan menundukkan kepalanya sedikit untuk memberi salam. Baekhyun tersenyum lebar dan hangat, tapi pria dihadapannya hanya membalas dengan senyuman ringan yang singkat.

Ada yang salah dengan dua orang ini –pikir Baekhyun.

Pria dihadapannya mengulurkan tangan dan Baekhyun menyalaminya dengan cepat. "Aku Park Chanyeol. Dari bagian human resource," ucap Chanyeol, dan Baekhyun hanya mengangguk beberapa kali. "Aku ingin menyerahkan ini, ada beberapa orang yang menunggu untuk di wawancarai tiga hari lagi,"

Ingatan Baekhyun teringat pada ucapan Sehun tadi siang saat selesai rapat. Sehun bilang kepala human resource adalah pecinta sesama jenis. Dan itu membuat Baekhyun menyayangkan hal ini. Sayang sekali jika pria setampan Chanyeol mengalami penyimpangan seksual.

Baekhyun melirik gadis di belakang Chanyeol lagi. Gadis asing itu sedang menundukkan kepalanya, bersembunyi di belakang tubuh Chanyeol. Baekhyun pikir gadis itu adalah hantu baru yang tidak pernah melihat manusia seperti Baekhyun. Mungkin ia juga merasa terancam atas kehadiran Baekhyun.

Saat Baekhyun melihatnya, ada gurat kesedihan yang jelas terpampang di wajah pucat gadis itu. Baekhyun melirik gadis itu dari atas hingga bawah, ia menggunakan dress panjang khas orang pergi ke pesta. Dan itu semakin membuat Baekhyun penasaran.

"Byun Baekhyun?" ucap Chanyeol.

Baekhyun seperti tersadar dari lamunannya, mengingatkan dirinya sendiri untuk fokus. "Maaf aku hanya sedang berpikir," ucap Baekhyun. "Akan kubaca berkasnya nanti. Terima kasih,"

Chanyeol tersenyum ringan dan berbalik badan, bersamaan dengan itu tubuhnya bertabrakan dengan tubuh gadis asing itu. Cepat-cepat Baekhyun menyuruh gadis itu untuk tetap tinggal di ruangannya –tanpa suara agar Chanyeol tak mendengar.

Mulanya gadis itu ragu dan takut, ia berkali-kali melirik ke arah belakang untuk melihat Chanyeol yang sudah keluar dari pintu ruangan Baekhyun. Mimik wajahnya diwarnai gurat kesedihan dan juga ketakutan yang amat.

Dan saat Chanyeol sudah berada agak jauh, Baekhyun menutup tirai ruangannya. "Tak perlu takut padaku," ucap Baekhyun pada gadis itu sambil tersenyum. Baekhyun tak tau kenapa, tapi ia ingin membantu gadis asing itu atau mungkin Baekhyun hanya terlalu penasaran.

Gadis itu akhirnya mengangguk kaku dan masih menundukkan kepalanya.

Baekhyun menghembuskan napas, kemudian duduk di kursinya. "Aku tidak suka bicara saat lawan bicaraku berdiri, itu membuat kepalaku sakit karena harus mendongak," Baekhyun memberi jeda dan melirik gadis itu. "Kau bisa menyentuh barang?" tanya Baekhyun hati-hati. Gadis itu mengangguk. "Kalau begitu silahkan duduk," ucap Baekhyun sambil tersenyum dan gadis itu hati-hati duduk dihadapan Baekhyun.

Baekhyun memejamkan mata sejenak, merutuki dirinya sendiri yang tidak bisa berhenti penasaran. Sudah lama ia ingin menghilangkan kebiasaan buruknya yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Ia sudah berhenti menanyakan perihal kematian seseorang, bahkan ia sudah berhenti berbincang lama dengan hantu selain Jongin.

Tapi sekarang Baekhyun terlalu penasaran dengan hantu dihadapannya.

"Jadi siapa kau?" Baekhyun berbisik.

Gadis itu menatap Baekhyun dengan pandangan sendu yang semakin membuat hati Baekhyun mengecil. "Namaku Do Kyungsoo," ucap gadis itu parau.

Baekhyun mendesah ringan. "Apa kau mempengaruhi Chanyeol untuk berbuat jahat?" tanya Baekhyun lagi.

Gadis itu menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Tidak," ucapnya.

"Lalu mengapa kau tampak baru sekali ini berada jauh dengan Chanyeol?" tanya Baekhyun, masih berbisik. Ia tidak ingin dicap gila karena bicara sendiri.

"Aku tidak bisa meninggalkannya," balas Kyungsoo dan Baekhyun mendesah ringan.

"Apa kau baru pertama kali melihat orang sepertiku?" tanya Baekhyun lagi, Kyungsoo mengangguk ringan. "Aku bahkan tidak percaya mengatakan ini. Tapi mungkin aku bisa membantumu, Kyungsoo. Kau bisa menemuiku disini," Baekhyun menyodorkan kartu namanya. Kyungsoo melihatnya sekilas, kemudian mengangguk dan menghilang dari pandangan Baekhyun,

Lagi-lagi Baekhyun menghela napas kuat-kuat.

.

.

Malamnya Baekhyun pulang agak terlambat, ia mengendarai mobilnya sendiri dan membuatnya harus terjebak macat. Saat ia sampai di depan pintu apartemennya, ia melihat Kyungsoo disana. "Masuklah," ucap Baekhyun.

Kyungsoo mengekor di belakang Baekhyun.

"Kemana saja kau?" suara Jongin terdengar, Baekhyun menoleh ke arah Jongin yang tampak terkejut saat melihat Kyungsoo, dan saat Baekhyun memutar tubuhnya ke belakang, ia melihat Kyungsoo yang sama terkejutnya. "Kyungsoo?" panggil Jongin. Dan itu membuat Baekhyun terkejut.

"Kalian saling mengenal?" tanya Baekhyun pada kedua makhluk itu.

Jongin dan Kyungsoo mengangguk bersamaan. "Kau ingat saat aku bercerita ada seorang gadis yang selalu menangis setiap malam?" tanya Jongin, dan Baekhyun mengangguk. "Ini dia," Jongin menunjuk Kyungsoo.

"Jadi kau gadis yang tewas dibunuh psikopat itu?" tanya Baekhyun lagi dan Kyungsoo mengangguk. "Ya Tuhan, pantas saja kau tampak sedih. Duduklah dulu. Aku akan mandi," ucap Baekhyun dan dengan cepat berlari menuju kamar mandi.

Samar-samar ia mendengar suara Kyungsoo dan Jongin.

Saat Baekhyun keluar, Kyungsoo dan Jongin sedang membicarakan sesuatu –lebih tepatnya Jongin yang bicara, Kyungsoo hanya mendengarkan.

"Jadi," kata Baekhyun. "Aku siap mendengarkan ceritamu, Kyungsoo. Mungkin aku bisa menyelesaikan masalahmu," Baekhyun menawarkan diri. "Biasanya ada alasan kenapa seseorang tidak mau pergi dari dunia ini. Apa tugasmu belum selesai?" tanya Baekhyun.

Dan Kyungsoo mengangguk. Jongin mengamati gadis itu lekat-lekat.

"Apa sekarang kau melihat wajahku yang berlumuran darah?" tanya Kyungsoo.

Baekhyun dan Jongin menggeleng. "Tidak," Kyungsoo tampak bingung. "Ah biar kujelaskan padamu satu hal," tambah Baekhyun. "Ada kalanya seseorang yang bisa melihatmu sekilas. Dan jika orang itu didera perasaan takut, maka dia akan melihat sosokmu yang menakutkan. Tapi sekarang aku sedang melihat seorang gadis cantik tanpa setitik nodapun diwajahnya,"

Dan Kyungsoo tersenyum tipis.

"Kau bisa bercerita, Kyung," tambah Jongin.

Kyungsoo terlihat menghela napas. "Park Chanyeol adalah tunanganku," Baekhyun dan Jongin sama-sama terbelalak.

"Tapi Park Chanyeol adalah seorang gay," balas Baekhyun cepat, membuat Jongin memandang keduanya dengan bingung.

"Itu hanya alasannya agar ia jauh dari wanita disekitarnya," dan Baekhyun mengangguk beberapa kali.

"Lanjutkan," desak Jongin, penasaran.

"Kami saling mencintai dan Chanyeol memutuskan akan menikah denganku. Dan dimalam saat ia akan mengenalkan aku kepada orangtuanya untuk meminta ijin menikah, aku dibunuh," ucap Kyungsoo lemah, suaranya terdengar parau dan sarat kesedihan.

"Kalian bertunangan tanpa memberitahu orang tua Chanyeol?" sambung Jongin.

Kyungsoo mendesah ringan, pandangannya menerawang. "Chanyeol adalah anak dari pemilik perusahaan besar di Korea, sedangkan aku hanya seorang karyawan biasa. Orang tuanya tidak merestui hubungan kami. Klasik, bukan?" dengus Kyungsoo kecut.

Baekhyun dan Jongin tidak bereaksi. Keduanya tampak sedih saat mendengar cerita Kyungsoo.

"Aku mengatakan pada Chanyeol untuk mengakhiri hubungan ini, tapi Chanyeol berusaha mempertahankanku. Malam dimana aku ditolak orang tuanya, Chanyeol berniat mengantarkanku pulang. Aku menolaknya, kupikir lebih baik ia menyelesaikan masalah dengan orang tuanya," Kyungsoo berhenti sebentar untuk mengambil napas meskipun itu sebenarnya tak perlu. "Chanyeol menurutiku dan memesankan aku taksi. Tapi supir taksi itu adalah seorang psikopat gila. Ia berusaha menyetubuhiku, tentu saja aku menolak, dan kemudian sepertinya aku dibunuh," dan Kyungsoo meringis.

Baekhyun dan Jongin berusaha mencerna apa yang terjadi. "Jadi Chanyeol adalah seorang konglomerat," tanya Baekhyun. Kyungsoo mengangguk. "Mengapa ia hanya menjadi kepala human resource?"

"Setelah kematianku, Chanyeol tampak sangat tertekan dan nyaris seperti orang gila. Ia memutuskan pindah ke kota ini dan mencari pekerjaan baru, meninggalkan seluruh kehidupan lamanya. Chanyeol masih sering melamun dan itu membuatku tidak bisa pergi dengan tenang," Kyungsoo mengusap wajahnya dengan tangan, raut wajahnya diliputi kesedihan dan matanya berkaca-kaca.

Secara naluriah, Baekhyun ingin memeluk gadis itu, tapi ia tak bisa. Baekhyun menyenggol Jongin, mengisyaratkan adiknya itu untuk menenangkan Kyungsoo. Dan seperti orang bodoh, Jongin menepuk-nepuk punggung Kyungsoo dengan gerakan kaku.

Kyungsoo terisak-isak.

"Jadi apa aku bisa membantumu agar bisa pergi dengan tenang?" Baekhyun bertanya.

Kyungsoo menyeka matanya, ia menatap Baekhyun dengan pandangan memohon. "Kumohon, aku ingin Chanyeol memulai hidupnya yang baru tanpa bayang-bayangku. Aku ingin ia berhenti menyalahkan dirinya sendiri atas kematianku," Kyungsoo menjelaskan.

Baekhyun mengangguk beberapa kali. Ia masih berusaha memikirkan apa yang akan ia lakukan untuk Kyungsoo. "Kau tidak pernah meninggalkannya?" tanya Baekhyun.

Kyungsoo menggeleng. "Dia pernah coba bunuh diri dua kali dan aku benar-benar tidak bisa meninggalkannya. Dia harus melanjutkan hidupnya, Baekhyun. Harus," ucap Kyungsoo dengan penekanan. "Kumohon padamu, Baekhyun. Hanya kau yang bisa kumintai bantuan," ucapnya lagi. "Aku tidak punya siapa-siapa lagi," bisiknya. Air matanya kembali mengalir.

Jongin memeluk gadis itu untuk menangkannya, membuat isakan Kyungsoo terdengar menjadi-jadi. Dan Baekhyun tidak bisa tahan dengan hal itu.

Akhirnya, sekali lagi, ia memutuskan untuk membantu masalah orang lain.

.

.

Hallo terima kasih sudah membaca fanfiction ini ya~

Ini gatau kenapa Author bisa punya ide begini, baru pertama kali Author menulis fanfiction dengan genre seperti ini. Jujur saja, Author bukan penggemar film horror dan benci banget sama yang berbau horror. Tapi tiba-tiba ini pikiran datang dan akhirnya jadi fanfiction ini.

Ini masih pengenalan ya, anggap saja begitu. Jika ada yang berminat dengan kelanjutan fanfiction ini silahkan review ya~ nanti akan Author lanjut jika banyak yang minat /hehe/ iya dong, kalo nggak ada yang minat nggak jadi dilanjut. Jadi ini nanti bakalan jadi semacam shortfic gitu karena cerita Author yang lain juga banyak yang belum dilanjut kan? Hehe.

Untuk ceritanya ini murni dari pemikiran Author tapi tentu saja karena terinspirasi dari banyak kisah. Pertama, pernah nonton drama korea yang main Park Bo Young sama Jo Jung Suk kan? Yang judulnya Oh My Ghost, ya mirip begini inilah. Tapi ceritanya beda 100%. Dan cerita ini juga 100% fiksi karena Author tidak pernah mengalaminya dan jangan sampai mengalaminya. Hihi. Jadi jika ada kesamaan cerita dengan fanfiction lain, itu adalah murni ketidaksengajaan belaka /tsaaaah/

Mohon maaf jika ada kesalahan. Akhir kata terima kasih dan silahkan review~

Sampai jumpa dichapter depan /kalau ada/ hihi.