Disclaimer: Kuroko no Basuke bukan milikku, tapi milik dari Fujimaki Tadatoshi. Penulis tidak mengambil keuntungan material dalam penulisan fanfic ini

Warning: AU, OOC, OC, Slash, typo, etc

Rating: T

Genre: Adventure, supernatural


LILY

By

Sky


Mereka berdua terakhir bertemu ketika Nijimura Shuuzo, dewa perang serta pelindung dari surga mengumpulkan para Archangel dan memberikan pengumuman kalau mereka adalah kandidat dewa yang terpilih, untuk melakukan itu mereka harus melakukan sebuah tes kedewaan untuk memperlihatkan apakah mereka pantas untuk menjadi dewa apa tidak. Sejak menerima bunga lily dari Nijimura, para Archangel pun memutuskan untuk turun ke bumi pada saat yang bersamaan dan menuju ke tempat yang berbeda. Singkat cerita mereka semua berpisah antara satu sama lainnya, tak ada kabar kecuali gosip kecil yang terdengar dari malaikat lainnya (terutama dari Hyuuga). Bahkan Tetsuya sendiri tidak mengetahui ada di mana Momoi sekarang ini, melihat Archangel berambut pink muda tersebut adalah malaikat yang lumayan dekat dengan Tetsuya selain Nijimura.

Tetsuya merasa bersyukur dirinya masuk ke dalam kategori malaikat yang mampu menyembunyikan emosinya dengan baik, dan mungkin pula dirinya harus berterima kasih kepada sang Ayah yang sudah menurunkan sifat itu padanya, sehingga pada saat yang tak terduga seperti ini ia pun bisa mengendalikan dirinya untuk tidak terkejut secara berlebih maupun memperlihatkan emosi itu secara langsung. Tetsuya yang terkejut akan kehadiran pengasuh dari Midorima Shintarou yang tak lain dan tak bukan adalah Archangel seperti dirinya pun hanya berdiri dengan tenang di samping Seijuurou, dengan kedua matanya menatap sosok laki-laki berambut hitam yang memeluk Midorima tersebut. Meski demikian, Tetsuya tak menyangkal kalau kejadian ini sama sekali tidak ia prediksi untuk terjadi sebelumnya.

"Tet-chan..." ujar sosok laki-laki berambut hitam tersebut. Kedua mata onyx yang terlihat tajam tersebut menatap sosok sang Archangel dengan begitu lekat meski dari sana kentara sekali keterkejutan yang ia rasakan.

Anggukan pun Tetsuya berikan, ia melihat bagaimana pengasuh dari Midorima Shintarou tersebut langsung melepaskan pelukannya pada sosok sang anak laki-laki dan beranjak untuk mendekatinya. Di tempat itu terdapat sedikit ketegangan yang tak bisa diutarakan melalui kata-kata, dan Tetsuya sendiri sadar kalau mereka berdua tengah menjadi pusat perhatian dari dua anak pengasuh yang menjadi tanggung jawab mereka. Satunya pura-pura tidak peduli meskipun penasaran, dan yang satunya lagi terlihat tak terima ada orang yang bersikap sok akrab dengan pengasuhnya.

Diperhatikan oleh Archangel berambut hitam itu dari ujung rambut sampai ujung kaki lalu kembali lagi ke ujung rambut tentu membuat Tetsuya merasa risih, namun karena pada dasarnya Tetsuya adalah tipe orang yang tak akan memperlihatkan emosi di wajahnya maka ia tetap terlihat datar, dan membiarkan orang itu untuk menatapnya untuk yang ketiga kalinya.

"Kau Tet-chan bukan?" Tanya laki-laki itu lagi, ia pun meletakkan kedua tangannya di atas bahu Tetsuya dan menghiraukan tatapan ganas yang Seijuurou berikan padanya.

Tetsuya pun lagi-lagi memberikan anggukan. Ia bisa merasakan bagaimana dirinya merasa senang bisa bertemu lagi dengan orang ini, namun rasa bahagia itu langsung lenyap seketika saat ia mendapati dirinya susah bernafas karena Archangel berambut hitam itu tiba-tiba saja memeluknya, memotong jalur pernafasannya karena saking eratnya pelukan itu.

"TET-CHAN... AKU SENANG SEKALI!" Pekik si tersangka pemelukan itu, ia menghiraukan tatapan tidak suka yang dilontarkan Seijuurou maupun tatapan malu-malu yang ada di wajah Midorima karena tingkah gilanya itu. Jangankan kedua anak itu yang memberi mereka berdua tatapan aneh, beberapa orang yang perhatiannya tertarik karena suara lantang nan cempreng milik laki-laki itu pun langsung menatap mereka. Mengisyaratkan kalau laki-laki itu mengganggu para tamu undangan.

Tetsuya pasrah ketika dirinya terus dipeluk oleh sang Archangel, bahkan semakin lama pelukan itu semakin erat yang membuatnya semakin susah untuk bernafas. Tubuh manusianya ini sangat ringkih, Tetsuya takut kalau sang Archangel tidak segera melepasknnya maka Tetsuya bisa pingsan di tempat.

Seperti mengerti apa yang tengah dipikirkan oleh Tetsuya, Seijuurou yang masih belum melepaskan pegangan tangannya dari milik Tetsuya pun segera bertindak. Ia masih tak terima karena pengasuh tersayangnya dipeluk-peluk oleh orang lain tanpa seizin darinya, bahkan kalaupun Seijuurou mendapati laki-laki itu memohon padanya untuk memeluk Tetsuya pasti Seijuurou tak akan mengizinkannya. Tetsuya itu adalah miliknya, pengasuhnya, dan bisa dikatakan orang yang paling berharga untuk Seijuurou, jadi tak sembarang orang boleh mendekati malaikat berambut biru langit tersebut. Sang Pangeran Imperial Teikou pun beranjak dari tempatnya berdiri, ia pun mendorong tubuh laki-laki berambut hitam untuk menjauh dari sosok Tetsuya. Meski Seijuurou itu masih kecil, bukan berarti ia itu lemah, bahkan tenaga kecilnya itu mampu membuat laki-laki itu sedikit terdorong ke belakang yang mengakibatkan sang Pangeran mendapatkan tatapan bingung dari Tetsuya dan laki-laki itu.

"Wah... ada Pangeran chibi-chan di sini. Shin-chan, jadi ini temanmu ya?" Jangankan merasa tersinggung atas perlakuan yang Seijuurou lakukan, laki-laki itu malah menoleh ke arah anak laki-laki berkacamata yang terlihat tak ingin berada di tempat itu saat ini juga.

"Bodoh," dengus anak itu, ia berpura-pura tak mengenal mereka semua.

Tetsuya yang sudah terbebas dari pelukan maut rekannya sesama malaikat itu pun langsung mengambil nafas panjang dan dalam, mencoba menstabilkan denyut jantungnya agar bisa kembali normal seperti sedia kala. Ketika apa yang ia harapkan sudah tercapai, sang malaikat pun kembali melihat ke situasi di mana mereka berempat berada saat ini. Ia melihat bagaimana rekannya sesama malaikat itu menghiraukan tatapan ganas yang diberikan oleh Pangeran Imperial seraya mencoba untuk menggoda anak angkatnya yang mencoba pura-pura tak kenal dengannya, di samping itu perhatian Tetsuya juga teralih pada sosok Seijuurou yang begitu posesif menggenggam lengan Tetsuya dengan kedua lengan mungilnya.

"Siapa kau? Aku tidak memberimu izin untuk memeluk Tetsuya-san dengan seenaknya!" Nadanya yang lantang mengundang banyak perhatian, Tetsuya hanya bisa menghela nafas sebelum ia meletakkan tangan satunya di pundak mungil Seijuurou, ia melakukan itu agar rumor yang tidak sedap tidak beredar dari kesalahpahaman ini. "Tetsuya-san."

"Seijuurou-kun tak perlu khawatir dengan orang ini," ujar Tetsuya dengan lembut. Sang Archangel berambut biru langit itu pun kini berjongkok agar kedua matanya mampu bertemu dengan milik Seijuurou tanpa perlu membuat sang Pangeran Imperial mendongakkan kepalanya. "Aku kenal dengan laki-laki ini, dia adalah teman baikku. Sudah lama kami tidak bertemu."

"Meski orang aneh ini adalah temannya Tetsuya-san, tidak sepantasnya ia memelukmu seperti ini!" Gerutu Seijuurou, bibirnya membentuk sedikit kerucut tanda merajuk. Pemandangan lucu itu membuat Tetsuya tersenyum tipis dan laki-laki berambut hitam yang kini telah menggeret Midorima untuk mendekat tertawa kecil, akibatnya Seijuurou pun memberikan tatapan ganas padanya.

"Posesif sekali, Tet-chan. Aku tidak menyangka kalau anak asuhmu itu adalah anak yang begitu posesif dan galak seperti ini," ujar laki-laki itu dengan jujur, tak menghiraukan bagaimana Seijuurou memandangnya penuh kemarahan di sana. "Yo, Pangeran kecil. Kau tak perlu menatapku seperti kau ingin membunuhku seperti itu. Aku ini adalah teman dari Tet-chan. Namaku adalah Takao Kazunari, teman terbaik yang dimiliki Tet-chan dan pengasuh tersayang dari Shin-chan. Salam kenal!"

Mereka bertiga menghiraukan 'siapa yang kau maksud pengasuh tersayang, nanodayo' dari Midorima yang mencoba untuk terlihat tidak mencolok di sana meski usahanya gagal, karena pada saat itu mereka bertiga saling menatap satu sama lain untuk melihat apa yang terjadi di sana. Tetsuya hanya bisa mengelus dada melihat tingkah konyol yang dimiliki oleh Takao ketika memperkenalkan dirinya, Takao sendiri malah terlihat bahagia seperti tidak terjadi apa-apa di sana. Sementara itu ekspresi yang menyelimuti sosok sang Pangeran berambut merah darah masih belum berubah, ia masih terlihat ingin menikam Takao di tempat. Mungkin Tetsuya harus berbicara dengan Takao mengenai bagaimana caranya harus berbicara dengan Seijuurou melihat sang Pangeran sendiri mudah terpancing emosinya bila ada hal yang bersangkutan dengan Tetsuya.

Tetsuya bukanlah orang yang bodoh maupun tidak peka. Ia tahu betapa posesifnya anak asuhnya ini terhadap dirinya, ia mungkin akan jadi orang buta bila ia tidak mengetahui hal itu karena Seijuurou sering kali menunjukkan sifat tersebut setiap kali ada orang yang bermaksud mendekati sang Archangel. Meski terbilang aneh karena Tetsuya tidak tahu sifat itu berasal dari mana, namun Tetsuya memaklumi sifat keposesifan Seijuurou karena sang Pangeran menganggap sang malaikat adalah satu-satunya orang yang mau dekat dengannya tanpa meminta imbalan apapun, bahkan Tetsuya sendiri punya teori kalau Seijuurou menganggap Tetsuya sebagai pengganti dari Akashi Shiori secara tidak langsung.

Sifat keposesifan seseorang biasanya akan menimbulkan dampak yang tidak baik, oleh karena itu sehalus mungkin Tetsuya mencoba untuk menekan sekaligus menghilangkan sifat buruk tersebut dari diri anak asuhnya. Dan sekiranya apa yang dilakukan oleh Takao terhadapnya tadi sama sekali tidak membantu usahanya. Sang Archangel bisa melihat betapa marahnya Seijuurou pada sosok Takao yang terlihat tidak peka itu, Tetsuya pun menghela nafas untuk yang kesekian kalinya karena itu.

Mengalihkan tatapannya dari sosok mungil Pangeran Imperial, Tetsuya pun menoleh ke arah Takao seraya dirinya berdiri lagi. Kedua matanya yang terlihat begitu netral itu mengisyaratkan kalau ia ingin berbicara empat mata dengan Takao setelah pesta ini selesai, dan sebuah anggukan yang Takao berikan pun sudah cukup untuk menjadi jawaban dari permintaan Tetsuya tersebut. Keduanya saling mengulum senyum kecil tanpa sepengetahuan anak-anak asuh mereka berdua.

"Ok, sudah cukup perkenalannya. Bagaimana kalau kita nikmati pesta besar ini? Rasanya akan sangat disayangkan kalau kita tak menikmatinya ketika kita sudah berada di sini!" Ujar Takao dengan senyum lebar di bibirnya, laki-laki itu pun menggandeng lengan mungil Midorima dan menariknya pergi bersamanya.

Tetsuya melihat bagaimana Midorima mencoba mengelak dari ajakan Takao, namun rona merah yang terpatri di wajah mungil itu mengisyaratkan hal yang lain. Kelihatannya anak asuh Takao itu benar-benar mengidap paham tsundere, sangat berbeda dengan kepribadian Takao Kazunari sendiri yang lebih menyukai paham blak-blakan tanpa ada rasa malu di sana. Meski demikian Tetsuya tak bisa menyalahkan Takao juga, melihat dirinya dan Seijuurou juga menganut paham yang berbeda. Bicara mengenai anak asuhnya, ia hanya bisa tersenyum kecil ketika Tetsuya menemukan sang Pangeran Imperial tengah cemberut.

Meletakkan tangannya di punggung kecil Seijuurou, Tetsuya pun memberikan senyuman kecil kepada anak kecil tersebut.

"Ayo, Seijuurou-kun. Rasanya tidak akan adil bila kau tidak menikmati pestamu sendiri," ujar Tetsuya dengan lembut. Perlahan namun pasti ia mampu menuntun Seijuurou untuk beranjak dari sana. "Anak yang berulangtahun hari ini harus bersenang-senang dan tidak boleh cemberut seperti itu."

Kedua mata heterokromatik milik sang Pangeran langsung mendelik ke arah Tetsuya, dan jangankan terlihat menakutkan Seijuurou malah terlihat lucu di benak sang malaikat. "Aku tidak sedang cemberut, Tetsuya-san," jawab Seijuurou, sedikit ketus.

"Oh..benarkah?" goda Tetsuya dengan suara setengah bercanda.

Sosoknya yang dibalut oleh kimono tradisional berwarna biru tersebut membut Seijuurou tak bisa mengalihkan pandangannya dari sosok sang pengasuh untuk beberapa saat lamanya, dan ketika menyadari apa yang tengah ia lakukan Seijuurou pun langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain. Salah Tetsuya yang terlalu mempesona, begitulah sekiranya yang Seijuurou pikirkan dan kemudian ia pun teringat kalau seharusnya ia tengah marah pada Tetsuya yang berani-beraninya bicara dengan laki-laki asing tanpa seizin dari Seijuurou. Mendengus sedikit, sang Pangeran Imperial itu pun langsung melepaskan genggamannya dari lengan Tetsuya dan menoleh ke samping, jauh dari tatapan mata biru langit milik sang pengasuh.

"Tentu, seorang Pangeran tidak boleh cemberut. Aku bukan anak kecil lagi, Tetsuya-san," sahut Seijuurou, kentara sekali bohongnya namun Tetsuya tak terlalu mengambil pusing masalah itu.

Hanya senyuman kecil lah yang bisa Tetsuya tawarkan sebelum dirinya meletakkan tangan kanannya pada puncak kepala Seijuurou dan mengusap rambut merah darah tersebut dengan lembut. Sosok anak kecil yang menjadi anak asuhnya tersebut sangat mengesankan. Entah kapan lagi Tetsuya akan bisa melihat pemandangan semenarik ini lagi melihat waktu terus berputar cepat, tak lama lagi Seijuurou akan beranjak dewasa dengan jiwa manusia benar-benar dimilikinya secara sempurna, dan ketika waktu itu tiba maka tugas Tetsuya sebagai malaikat penjaganya pun akan selesai. Karena realita itulah Tetsuya akan menyimpan momen-momen yang ia buat dengan Seijuurou dalam ingatannya, meski moment yang mereka buat itu hanya berskala kecil.

Tetsuya menggelengkan kepalanya secara mental. Ia tak boleh menodai momen indah di hari ulangtahun Seijuurou dengan pikiran melankolis seperti itu, ia harus merasa senang karena saat ini ia masih di beri kesempatan untuk berada dalam kehidupan sang Pangeran, karena ia tahu beberapa tahun kemudian ia harus kembali ke surga.

"Seijuurou-kun, ayo," ujar Tetsuya dengan lembut, ia pun mengulurkan tangan kanannya kepada sang Pangeran untuk digandeng.

Meski ia tahu Seijuurou tengah merajuk akibat kejadian tadi, bukan berarti ia akan menolak sebuah tawaran untuk menggandengan tangan Tetsuya, terlebih ketika orang yang bersangkutan adalah yang menawarinya. Dan Tetsuya pun tahu akan hal itu, alasan utama mengapa ia melakukannya dengan harapan mampu mengikis rasa kesal yang anak asuhnya miliki. Dugaannya pun terbukti, tak sampai lima detik sang Archangel mengulurkan tangannya kepada sang pangeran, Seijuurou pun langsung meletakkan tangannya di atas milik Tetsuya sebelum menggenggam milik Tetsuya dengan erat, menariknya dan menuntun sang malaikat untuk menuju ke pusat perhatian di mana kue besar ulangtahunnya sudah berada.

Ketika keduanya sudah berdiri tepat di hadapan kue raksasa itu, sebuah perasaan seperti dirinya tengah diawasi pun kembali menjalari tubuhnya, membuat Tetsuya menoleh ke belakang untuk melihat siapa yang tengah mengawasinya tersebut. Perasaannya tidak enak, seperti ada sesuatu yang ganjil tengah terjadi dan akan menimbulkan kekacauan yang tak bisa ia prediksi sebelumnya. Dadanya bergemuruh kencang, tanpa sadar pun Tetsuya menggigit bibir bawahnya untuk meredakan perasaan paranoid yang tengah menyerang dirinya. Tetsuya merasa senang saat Seijuurou melepaskan tangannya, membuat sang malaikat leluasa untuk menghilang dari kerumunan orang banyak yang tengah mengerumuni kue besar tersebut. Ia pun berjalan mundur dan menggunakan hawa keberadaannya yang begitu tipis dengan maksimal.

Sejak tadi ia sudah merasa ada yang mengawasinya, sejak ia selesai berbicara dengan Jendral Aomine beberapa saat yang lalu, namun ketika ia mencoba untuk melihat siapa yang melakukannya usaha yang Tetsuya lakukan tidak membuahkan hasil. Ia tidak yakin apakah ini perbuatan dari iblis atau manusia, yang bisa Tetsuya lakukan adalah menunggu.

Perhatian dari sang malaikat berambut biru langit itu pun langsung teralihkan ketika sebuah tangan tiba-tiba mengapit miliknya, menariknya untuk menjauh dari keramaian orang-orang yang ada di sana. Kala Tetsuya menoleh ke samping, ia menemukan Takao lah yang melakukan itu.

"Tet-chan, apa kita bisa berbicara sebentar?" Tanya Takao, yang tanpa menunggu balasan dari Tetsuya ia sudah menarik orang yang bersangkutan untuk pergi bersama dengannya.


Ruangan itu adalah satu dari banyak ruangan yang istana utama miliki. Kelihatannya lebih mirip disebut sebagai ruang musik meski di sana tak ada plakat yang mengatakan nama dari ruangan itu, ia menyebutnya sebagai ruang musik karena di dalam sana banyak alat-alat musik klasik baik itu dari Jepang sendiri maupun dari negara barat. Tetsuya tidak tahu mengapa Takao menariknya untuk pergi ke sana, namun ia cukup terkesan karena Archangel berambut hitam tersebut mampu menemukan sebuah ruangan yang terlihat cukup nyaman untuk melakukan pembicaraan di antara keduanya.

Tetsuya mengambil tempat duduk di depan sebuah grand piano yang tersaji di sana, ia duduk dengan tenang sambil melihat rekannya tersebut mengamati beberapa alat musik yang ruang itu miliki. Ia bisa mengatakan kalau ini adalah kali pertama Takao melihat alat musik berbeda jenis dalam jumlah sebanyak ini, kedua mata hitam milik Takao cukup eskpresif untuk mengatakan apa yang ia rasakan, dan dari semua Archangel angkatannya hanya Takao yang mampu melakukan hal itu.

"Wow, aku tidak pernah melihat sebuah gitar berbentuk seperti ini, kelihatannya hanya anggota keluarga kerajaan saja yang mampu membeli benda seperti ini," sahut Takao setelah keduanya tiba di tempat itu. Ia menempelkan wajahnya pada kaca yang memuat sebuah gitar dalam model pertama, kedua matanya berbinar-binar layaknya anak kecil yang tengah mendapatkan hadiah Natal pertama mereka.

Tetsuya tersenyum kecil melihat pemandangan itu, dirinya merasa senang karena Takao kelihatannya mampu berbaur dengan manusia meski sewaktu mereka ada di surga Takao adalah satu dari beberapa Archangel yang jarang berinteraksi dengan Bumi itu sendiri. Ia bahkan hampir tak pernah mendapatkan sebuah tugas untuk turun ke Bumi seperti Tetsuya. Sang malaikat berambut biru langit tersebut tidak mengucap sepatah kata apapun, ia masih duduk di depan grand piano dengan kedua tangannya terlipat di atas pangkuannya, menunggu akan apa yang ingin Takao katakan padanya. Laki-laki berambut hitam itu menyeretnya untuk menjauh dari ruang pesta, meninggalkan Seijuurou dan Midorima sendirian tanpa pengawasan sementara dirinya mendapatkan paronia akibat firasat buruk yang ia rasakan sejak tadi. Dalam artian singkat Tetsuya khawatir, namun Takao tak membiarkannya memiliki perasaan itu karena malaikat itu menyeretnya menjauh.

Antara sabar dengan tidak sabar, itulah yang Tetsuya rasakan saat ini. Ingin sekali ia bertanya alasan mengapa Takao menyeretnya pergi menjauh, namun di sisi lain Tetsuya tahu kalau dirinya sendiri lah yang mengisyaratkan pada Takao kalau mereka harus berbicara malam ini. Hanya saja Tetsuya tidak menyangka waktunya akan secepat ini, tepat di mana paronianya memuncak.

Mengambil nafas dalam-dalam, kedua matanya pun menatap ke depan, secara tidak langsung Tetsuya pun menemukan malaikat lainnya tengah mengamati sosok Tetsuya yang terpantul dari kaca tempat gitar tertua disimpan. Postur Takao yang tadi terlihat ceria kini mencerminkan keseriusan, hal yang sangat jarang terjadi.

"Sudah lima tahun sejak Nijimura-san memberikan tugas ini kepada kita berenam, Tet-chan, bagaimana kabarmu?" Tanya Takao tanpa berbalik maupun pindah dari posisinya yang memunggungi Tetsuya.

Kedua mata Tetsuya yang sedari tadi menatap punggung Takao pun kini beralih dengan menatap pantulan dirinya yang ada pada kaca di hadapan Takao, ia melihat bagaimana gelapnya ruangan itu tak menyurutkan cahaya yang menyelimuti dirinya dengan Takao, membuat keduanya sedikit bersinar di dalam ruangan minus cahaya tersebut di malam hari.

"Kabarku baik-baik saja, Takao-kun, maaf telah membuatmu khawatir karena pada hari itu aku tidak muncul di waktu yang telah ditentukan oleh Nijimura-san," jawab Tetsuya dengan lembut.

Lima tahun yang lalu ketika Nijimura memberikan bunga lily kepada keenam Archangel terpilih untuk mengikuti ujian kandidat dewa, mereka yang terpilih seharusnya turun ke dunia bersama-sama dari gerbang yang sama. Namun pada saat itu Tetsuya adalah satu-satunya peserta yang tidak hadir karena dirinya kala itu masih tak tahu bagaimana untuk menentukan keputusannya, akibatnya Tetsuya pun telat melewati gerbang dan mengakibatkan tubuh Seijuurou yang terlahir di dunia ini tidak dilengkapi oleh jiwa karena bunga lily yang berisikan jiwa milik Seijuurou masih berada dalam genggaman Tetsuya. Secara tidak langsung kebencian yang Masaomi berikan kepada Seijuurou itu adalah salah dari Tetsuya, andaikata sang Archangel tidak bertingkah layaknya manusia bimbang pasti semua itu tak akan terjadi. Tapi nasi sudah menjadi bubur, apa yang terjadi benar-benar tak bisa diputar balikkan lagi sehingga apa yang bisa Tetsuya lakukan adalah memperbaikinya dengan memberikan kasih sayang yang cukup kepada anak asuhnya.

Sesungguhnya bertemu dengan Takao di tempat seperti ini tidak terdaftar dalam agenda rencana yang Tetsuya buat dan susun untuk hari ini, meski demikian bukan berarti Tetsuya menemukan pertemuannya dengan rekan sejawatnya sebagai hal yang tidak diinginkan, malah sebaliknya. Tetsuya merasa bersyukur malam ini dirinya bisa bertemu dengan seorang Takao Kazunari beserta anak asuhnya, Midorima Shintarou.

"Saat itu aku dan Sat-chan benar-benar khawatir padamu, Tet-chan, kami berdua berpikir kalau kau tidak akan menerima tugas yang diberikan oleh Nijimura-san karena kau adalah satu-satunya malaikat yang terlihat tidak senang ketika Nijimura-san memberikan pengumuman itu," kata Takao lagi. Laki-laki itu pada akhirnya memutar tubuhnya dan berhadapan langsung dengan sosok Archangel Rakuzan yang tengah menantinya dengan sabar tersebut. "Aku senang sekali bisa bertemu denganmu, Tet-chan. Kekhawatiranku dan Sat-chan akhirnya tak terbukti karena kau telah mengambil keputusan yang benar. Kau menerima menjadi salah satu kandidat dewa."

Terkadang Tetsuya lupa kalau Takao dan Momoi itu sangat dekat, serta keduanya memiliki hobi yang sama yaitu mengkhawatirkan kondisi Tetsuya mengingat saat itu Tetsuya tengah dilanda oleh kepanikan dan kebimbangan. Sang malaikat membuat catatan kecil di dalam otaknya untuk meminta maaf kepada Momoi bila mereka bertemu lagi.

Dan seperti Takao bisa membaca pikiran Tetsuya, ia pun tertawa renyah. "Aku yakin kalau kau akan bertemu dengan Sat-chan, Tet-chan, mengingat kau sudah bertemu dengan Ayah dari anak asuh Sat-chan," ujar Takao.

"Benarkah?" Tanya Tetsuya, ia mengerjap kebingungan.

"Tentu, kau pasti tahu Jendral Aomine. Orang yang bertubuh besar, tinggi, dan berkulit kecoklatan. Ia adalah Ayah dari anak asuhnya Sat-chan, Aomine Daiki, yang menurut perkiraanku Aomine Daiki ini akan dilatih oleh Jendral Aomine menjadi pengawal pribadinya Pangeran kecil kita di masa depan," jawab Takao yang dari perangainya kelihatan begitu senang akan sebuah hal. Tetsuya melihat rekannya itu dengan kalem seperti biasanya. "Dan tentu saja, Shin-chan-ku akan menjadi teman sepermainan Sei-chan melihat keluarga Midorima dengan keluarga kerajaan itu sangat dekat. Kalau Shin-chan sering main ke istana tempat Sei-chan berada, kemungkinan besar kita juga akan sering bertemu, Tet-chan. Wah, aku benar-benar merindukanmu."

Dalam lubuk hati yang terdalam Tetsuya pun juga merindukan sosok Takao Kazunari yang begitu ceria ini, sang malaikat berambut hitam ini tak pernah gagal untuk menghibur Tetsuya dan lainnya di mana pun ia berada. Tak heran kalau para malaikat lainnya menjuluki Takao sebagai matahari di pagi hari karena sinarnya membuat rasa dingin yang ada dalam hati menghilang, dia dan Momoi adalah dua orang yang Tetsuya rindukan setelah Nijimura beserta Ayah Tetsuya. Berbicara mengenai Nijimura ia pun jadi penasaran bagaimana kabar sang dewa sekarang ini, apa ia masih keras kepala seperti dulu atau mungkin juga merindukan Tetsuya seperti apa yang Tetsuya rasakan sekarang ini. Meski hal tersebut tak mungkin untuk terjadi, namun khayalan mengenai Nijimura yang merindukan Tetsuya itu cukup membuat semangatnya naik dua kali lipat. Wajahnya sedikit memanas ketika memikirkan hal itu.

Tak ingin konsentrasinya terpecah karena pemikiran tidak penting mengenai perasaannya, sang Archangel berambut biru langit tersebut kembali memfokuskan dirinya pada sosok rekannya. Keduanya saling bertukar senyuman mengingat betapa menyenangkannya kalau mereka bisa berkumpul untuk sekali lagi.

Ujian untuk menentukan kandidat menjadi dewa, aku tidak tahu apakah aku layak menjadi seorang dewa seperti Nijimura-san apa tidak. Hanya saja aku ingat, kalau aku ingin menjadi seperti Ayah maka aku harus melewati dan lulus ujian ini, pikir Tetsuya dalam hati. Pikirannya itu membuat semangatnya tumbuh, terlebih dirinya sekarang ini memiliki Seijuurou untuk ia besarkan. Jiwa lily yang sudah terpatri pada tubuh manusia akan menjadi jiwa yang hidup, rasanya ia akan merasa sangat bersalah kalau dirinya tak mampu membesarkan Seijuurou dengan baik.

Suasana lenggang yang terjadi di antara mereka berdua tersebut terasa sangat nyaman, membuat Tetsuya melupakan kalau sedari tadi dirinya mencium bahaya yang datang mendekat. Pikirannya yang berkecamuk tersebut kini dihantam oleh aura yang begitu kuat, membuat sang malaikat memegang kepalanya dengan begitu erat dan menggigil kala suhu ruangan serta aura sihir yang menempel di atmosfer berubah menjadi begitu dingin. Sangat dingin sampai mampu menusuk tulang-tulang milik Tetsuya.

"Tet-chan," panggil Takao, suaranya menyimpan sebuah perasaan yang tak bisa ia definisi itu membuat Tetsuya mendongakkan kepalanya untuk melihat ke arah sang malaikat.

Ketika Tetsuya melihat sosok Takao, ia mendapati sang malaikat berambut hitam itu memiliki keenam sayap malaikatnya berada di punggungnya dengan kedua matanya menatap tajam ke arah Tetsuya. Tetsuya ingin sekali memanggil nama Takao dan bertanya akan apa yang terjadi, namun suaranya tercekat karena sebuah ledakan yang besar pun muncul di ruangan itu, menghancurkannya menjadi kepingan-kepingan kecil dan tak bersisa. Dan angin malam yang berhembus di luar pun semakin menjadi-jadi dengan perputaran sihir yang tak biasa pun terjadi di tempat itu.


AN: Terima kasih sudah membaca, memberikan review beserta memfollow dan memfavoritkan fanfic ini

Author: Sky