CHAPTER 6

"Chanyeol-ssi –

"Tidak Jongin, kau tidak bisa dengan begitu saja menyetujui bajingan brengsek ini!"

"Tapi-

'Tutup mulutmu Park!" Seru Sehun

"Tidak ingatkah kau dulu bahwa dirimu yang membuang Jongin dan anaknya. Ingatlah kelakuan busukmu Oh!" Ujar Chanyeol sambil mendengus.

"Tenanglah Jongin. Aku akan menjadi saksi bagaimana ia membuangmu dan calon anakmu dulu. Kau tidak perlu takut padaku."

"Jika kau belum lupa Park. Kau tidak punya bukti."

"Hukum tidak buta Oh!"

"Apa kau yakin? Siapa yang tidak membutuhkan uang pada masa sulit ini Park. Pikirkan baik-baik. Ikut aku dan kau tetap bersama anakmu atau ikutlah dengan pria Park ini dan ucapkan selamat tinggal pada anakmu." Ujar Sehun.

"Jongin, jangan dengarkan kata-katanya!" ujar Chanyeol

"Silahkan ikut dengan pria Park ini, tapi aku pastikan, kau akan berpisah dengan anakmu!" Sehun mengancam.

Jongin terdiam, ia kalut. Kepalanya terasa mau pecah dengan semua masalah yang menimpanya saat ini.

"Aku... aku akan ikut dengan tuan Oh. Maafkan aku Chanyeol-ssi. Tapi haowen-

Belum sempat Jongin menyelesaikan kalimatnya. Chanyeol memalingkan muka dan meninggalkan Jongin berdiri di sana.

"Chanyeol-ssi... Chanyeol-ssi..." Jongin memanggil Chanyeol yang meninggalkannya.

Park Chanyeol berlalu dengan tangan mengepal erat.

.

.

.

.

Sehun dan Jongin tiba di kediaman Oh. Haowen diletakkan dalam kamar yang telah disiapkan oleh Sehun. Tidak banyak yang Jongin bawa. Namun ternyata seluruh lemari tersebut telah penuh dengan pakaian bayi yang begitu banyak dan mahal.

Mereka tiba saat kondisi sudah malam. Sehun langsung meninggalkan mereka di kamar haowen dan menuju ke kantornya karena beberapa hari ia tidak masuk banyak dokumen yang terbengkalai.

Jongin sudah sangat mengantuk tapi di kamar itu hanya ada ranjang bayi. Jongin terpaksa tidur di karpet bawah karena ia tidak tahu harus tidur dimana. Maid di mansion ini hanya bekerja sampai pukul 6 sore. Jongin hanya sendiri di dalam mansion. Hanya ada 2 penjaga mansion yang berjaga di pos penjagaan. Suhu ruangan cukup dingin karena ada AC namun bila AC dimatikan suhu kamar menjadi panas. Jongin mengalah. Ia tidur di bawah tanpa selimut dan tanpa kasur atau bantal. Ia kedinginan namun karena kondisi tubuhnya yang lelah dan kurang tidur untuk beberapa hari maka ia bisa dengan cepat tertidur.

.

.

.

Sehun kembali ke mansion saat tengah malam. Suasana mansion sangat gelap. Sehun cukup panik, takut jika Jongin membawa pergi Haowen tanpa sepengetahuannya. Namun semua itu enyah ketika Sehun memasuki kamar Haowen. Jongin tampak tertidur di karpet yang ada di lantai dengan kondisi menggigil.

Sehun segera menghampirinya, betapa terkejutnya Sehun mengetahui bahwa tubuh Jongin terasa sangat panas. Ia terserang demam.

"Dasar pria bodoh! Merepotkan."

Meski terpejam, namun Jongin masih mendengar perkataan dari sehun. Jika bisa, ia juga tidak ingin tinggal disini. Jika Jongin memiliki pilihan, maka ia ingin pergi jauh dari rumah ini. Tapi ia hanya pria yang tidak berdaya. Ia ingin memilih untuk ikut dengan Chanyeol, namun selama ini ia sudah banyak merepotkan pria Park itu. Ia tidak mau membebani Chanyeol dengan harus menghadapi keangkuhan Sehun. Chanyeol sudah berkorban banyak untuknya. Ia tidak sanggup jika harus merepotkan Chanyeol lagi.

Sehun segera mengangkat tubuh Jongin dan memindahkannya ke kamarnya. Ia juga mengambil kompress untuk menurunkan panas di tubuh Jongin.

Sehun sangat lelah hari ini, jika bisa. Ia ingin langsung tidur ketika sampai di mansion. Namun, lagi-lagi kini ia harus terjebak dengan pria miskin yang sayangnya adalah ibu dari anaknya saat ini sedang terserang demam. Sedikit banyak, ini salah sehun juga yang tidak menyiapkan kamar untuk Jongin.

"Hah..." Sehun menghela nafas berat. Ia segera membersihkan diri dan kemudian berbaring di sofa yang ada d kamarnya. Sudah seperti suami yang tidak diberi jatah oleh istri pikirnya.

.

.

.

Jongin membuka mata ketika ia merasa haowen menangis. Dan benar saja. Haowen terbangun karena popoknya basah. Jongin segera mengganti popoknya dan mencari dapur untuk menyeduh susu Haowen. Tidak sengaja Jongin melihat jam dinding yang ada dan telah menunjukan pukul 06.00 pagi. Ia segera menimang haowen setelah memberinya susu dan menidurkannya di sofa dekat dapur. Jongin segera berkutat pada dapur untuk menyiapkan sarapan. Cukup beruntung karena bahan makanan yang ada di kulkas terisi lengkap. Akhirnya jongin memutuskan untuk membuat bimbimbap sebagai sarapan. Ia juga membuat kimbab dan kimmari untuk beal makan siang Sehun. Seperti yang dulu ia biasa lakukan pada Chanyeol.

Seluruh masakan Jongin telah selesai pada pukul 07.30 bertepatan dengan Sehun yang turun lengkap dengan pakaian kantornya.

Sehun segera berlalu, ia sedikit melirik haowen yang masih tertdur. Kemudian ia menghampiri dan mencium kening haowen. Menyebabkan anak itu membuka matanya, memperhatikan sehun. Sehun cukup terkejut mengetahui haowen bangun, ia hanya diam kaku mengamati haowen. Karena merasa tidak familiar dengan Sehun, haowen akhirnya menangis. Jongin yang terkejut mendengar haowen menangis segera menghampirinya.

Sehun yang mendengar langkah kaki Jongin segera menyingkir dari hadapan haowen. Ia hendak menuju pintu depan untuk berangkat kerja.

"Em,,,,, Sehun-ssi... sarapan dahulu, sudah ku siapkan di meja makan."

Sehun sedikit membatu mendengar Jongin berbicara padanya. Sebenarnya ia ingin mengabaikannya. Namun enatah mengapa, kakinya malah bergerak menuju ke arah meja makan dan mendapati bimbimbap yang masih hangat tersaji di meja.

Sehun segera duduk dan melahap sarapannya. Sudah lama sekali rasanya sehun tidak menikmati masakan rumahan sebagai menu sarapan. Biasanya ia akan membeli kopi beserta sandwhich untuk menu sarapannya.

Tak terasa sehun menghabiskan sarapannya ditemani jongin yang menimang haowen dan mengajak anaknya itu untuk berbicara.

Sehun segera berdiri mengambil tas dan jas kerjanya sebelum jongin tiba-tiba menyodorkan kotak bekal.

" Emm... ini untuk makan siang. "

Sehun diam memperhatikan tangan Jongin yang yang masih mnyodorkan kotak bekal padanya. Dalam diam Sehun akhirnya menerima kotak bekal tersebut dan meninggalkan Jongin tanpa mengatakan apapun.

Sehun terdiam sepanjang perjalanan menuju kantornya. Ia kadang masih melirik kotak bekal yang disodorkan oleh Jongin padanya tadi. ' apakah makanan ini beracun?' pikirnya. Namun sepertinya tidak mungkin karena Jongin tidak mungkin berani malakukan tindakan kriminal terhadapnya. Meskipun begitu, tanpa sehun sadari, hatinya terasa hangat hanya dengan memandang kotak bekal tersebut.

.

.

.

Pukul 9.00 maid datang ke mansion keluarga Oh ketika Jongin sedang membereskan dapur.

"Maafkan kami tuan, biarkan kami yang menyelesaikannya. Tuan istirahat saja." Ujar seorang maid.

" Tidak apa, emm... sudah mau selesai. Jangan panggil tuan. Panggil Jongin saja. Saya sama seperti kalian disini."

" Oh, baiklah.. Jongin-ssi. Ada yang bisa kami bantu?"

"Emmmm... bisakah kalian menunjukan dimana kamar tidur untukku? Aku tidak tahu harus tidur dimana."

" Eh... tuan sehun tidak pernah mengijinkan maid tinggal di mansion Jongin-si. Ah tapi aku tahu tempat penyimpanan kasur. "

"Ah, baiklah,.. bisakah membantuku untuk menatannya di kamar haowen? Akan lebh mudah bagiku jika tidur bersamanya."

" Baiklah, ayo!"

TBC