SECRETLY QUIETLY

CHAPTER 1

Character :

Kim Jong In

Oh Se Hun

Park Chanyeol

Another

Here is the story

Tubuhnya terbalut jaket tebal musim orang nampak menolehkan kepala kepadanya. Dulu semua orang akan dengan ramah menyapanya. Dulu, hidupnya tidak sehancur pandangan yang diarahkan padanya hanya pandangan iba dan jijik atau perpaduan keduanya. Jika dilihat secara keseluruhan maka kau akan menemukan perutnya yang mulai membuncit.

Ia bekerja sebagai kuli pengangkat barang dahulu, pengantar koran, dan pengantar susu ke rumah-rumah penduduk di sekitar flat kecilnya. Dulu semua orang akan menyapa ramah padanya dan membalas dengan senyum ramah. Tapi semuanya kini kehilangan semua pekerjaan itu karena janin yang ada di dalam perutnya. Orang-orang tidak lagi menggunakan koranpun kini tidak bisa dilakukannya sebanyak dulu. Pembeli susu juga tidak pernah lagi mau mengambil jika susu itu ia yang mengantar. Alhasil, dirinya kini tidak memiliki cukup penghasilan untuk dirinya sendiri. Untungnya, paman pemilik peternakan susu masih memberinya sedikit uang dan susu. Namun bukan karena ia bekerja, tapi karena kasihan padanya.

Dulu, ia akan mendapat banyak tambahan uang saku dari pelanggan karena keramahannya dalam mengantarkan barang dan mengangkut barang. Namun kini, yang dapat dilihat hanyalah seonggok tubuh yang seolah tidak hanya diam dan menatap kosong kedepan meski setiap hari ia terus berjalan-jalan, berharap mungkin ada perubahan dalam hidupnya.

Apa kau mengira ia memiliki suami? Tidak.

Ia adalah seorang anak yatim piatu lulusan sekolah menengah pertama berumur 19 tahun yang sudah dilepas dari panti asuhan sejak usia 16 tahun dan kini hidup sendiri disebuah flat yang dulu disewa selama 5 tahun untuknya oleh seorang donatur panti asuhan yang baik. Meski flat itu sangat kecil dan sederhana namun ia merasa cukup dengan semua itu.

Namun tidak dengan bencana yang menimpanya. Hingga kini ia menjadi seperti ini. Tidak akanada tawa lagi dari bibirnya.

Jongin.

Orang-orang akan memanggilnya begitu. Namanya adalah Kim Jongin, anak manis yang cukup ramah dan sopan kepada semua orang. Tapi kini semua pandangan orang berubah tidak lebih hina dari sampah bagi masyarakat.

Ia mendudukan dirinya di sebuah kursi taman. Tangannya mengelus perutnya pelan, ia lapar. Ia tahu itu. Namun ia tidak lagi memiliki sepeserpun uang. Ia sudah cukup malu dengan paman Lee, pemilik peternakan susu. Ia malu untuk terus meminta belas kasihan padanya. Iatidak pernah lagi membuka suaranya sejak bencana ini menimpanya. Cacing-cacing diperutnya sudah berdendang meminta makanan. Apalagi kini ia membawa satu nyawa lagi.

"Oppa, ini untukmu." Ditengah lamunannya seorang gadis kecil, yang ia tau dulu adalah anak dari pelanggan susu segar yang dikirimkannya. Anak itu menyodorkan sebuah cupcake ditangannya.

" cepat pulang."Ibu dari anak itu anak kemudian berlari meninggalkannya setelah meletakkan cupcake ditangannya.

"Hyebin-ah, jangan dekat-dekat Jongin oppa lagi mulai sekarang."Samar Jongin dapat mendengar suara ibu hyebin.

Hatinya sakit, namun setidaknya cupcake pemberian Hyebin dapat sedikit mengganjal menikmati cupcake pemberian Hyebin dengan khidmat, sudah lama sekali ia tidak memakan makanan seenak ini. Jika kau melihat lebih dekat, kau akan tahu bahwa tubuhnya tampak amat sangat kurus untuk ukuran seseorang yang sedang mengandung. Setelah menikmati cupcake pemberian Hyebin, ia tidak beranjak namun tetap duduk disana hingga jam makan siang kemudian baru pulang kembali ke flatnya untuk tidur hingga esok menyapa. Tidur adalah caranya untuk melupakan lapar pada perutnya.

.

.

.

.

"Sekali lagi Oh yakin kau tidak melakukannya?"

"Ayolah Chanyeol, kau tahu berapa banyak orang yang mengaku mengandung anakku hanya untuk meminta uang. Tak hiraukan anak itu."

"Seriously Oh, bagaimana kalau anak itu tidak berbohong?"

"Kau tahu aku Yeol, bagaimana mungkin aku menghabiskan malam bersama orang yang bahkan tidak mungkin duduk bersama kita."

"Tapi anak itu tampak jujur Oh."

"Ayolah yeol, kau mengenalku lebih dari siapapun."

" Ya, dan kau adalah orang yang mudah lepas kendali saat mabuk, apalagi setelah Luhan meninggalkanmu untuk bersama Kris."

"Shut up Park, aku tidak ingin membahas pria jalang Golden digger sepertinya. Shit."

"Okay man. Santailah jika kau tidak pergi."

BLAM

Park chanyeol meninggalkan ruang kerja Oh Sehun, bungsu keluarga Oh yang akan menjadi pewaris seluruh asset milik Beyonds Corp. saat ini ia menjabat sebagai Direktur pemasaran Beyonds Corp. Sementara posisi Direktur utama masih dipegang oleh Ayahnya.

Kejadian ini selalu berulang setiap kali ia bertemu dengan Chanyeol, sejak 5 bulan yang lalu. Sebenarnya Oh sehun tidak terlalu yakin dengan apa yang terjadi padanya dengan seorang remaja yang mengaku diperkosa olehnya. Namun, egoisme seorang Oh tidak membiarkannya untuk bertanya pada remaja itu, Jongin.

Sehun menutup matanya pelan, sedikit memijat pangkal ini hanya sebuah mimpi yakin tidak melakukan pemerkosaan itu, well. Sehun akui dirinya adalah sex monster, tapi ia cukup waras untuk tidak berhubungan dengan sembarang orang apalagi remaja. Namun, sedikit bagian dihatinya merasa bersalah entah karena apa.

Flashback ON

"Bisakah aku bertemu dengan Tuan Muda Oh?"Jongin bertanya pada penjaga pintu kediaman keluarga Oh.

"Ada perlu apa Jongin? Apakah ini saat membayar uang susu?" Tanya sang penjaga yang cukup hapal dengan wajah Jongin yang biasanya mengantar susu dikediaman Oh.

"Bukan sesuatu yang harus kukatakan padanya."

"Apa kau sudah membuat janji nak?"

Jongin menggelengkan kepalanya dan menggigit bibirnya.

Namun, dari sana ia dapat melihat Oh sehun yang masuk kedalam mobilnya hendak keluar. Jongin segera berdiri di depan gerbang menghadang mobil Oh Sehun. Sedikit saja Sehun terlambat mengerem mobilnya, mungkin tubuhnya kini telah terpental ke segera keluar dari mobil dan menghampiri Jongin.

"Shit, seriously kid. Apa masalahmu?" Oh sehun berujar kasar. Moodnya sedang sangat buruk saat ini.

"Tuan harus mendengarkan saya."

"Baiklah, bicara sekarang."

"Bisakah hanya tuan saja yang berbicara dengan saya?"

Sehun membalik tubuhnya kembali menuju ke mobil."Aku tidak punya waktu untuk bermain-main."Sehun membuka pintu mobilnya.

"Aku hamil tuan." Jongin akhirnya berujar sedikit keras karena Sehun sudah memasuki mobilnya.

Sehun kembali keluar dari mobil.

"Lalu?" sehun bertanya sambil mengangkat sebelah alisnya.

"Tuan yang melakukannya."

"Khe, siapapun tahu kau sama sekali bukan tipeku Kid, tidak ada waktu lagi untuk menanggapi omong kosong ini."

"Tapi aku tidak berbohong tuan" Jongin berbicara lirih.

"Oh, dan aku bahkan sama sekali tidak tahu siapa dirimu dan bagaimana mungkin kau mengandung anakku?"

"…"

"Karanglah cerita yang lebih bermutu, tahu banyak sekali anak sepertimu yang ingin memanfaatkan aku untuk mengambil ."

"Tapi tuan-

"Paman, hentikan langganan susu yang diantar oleh anak ini. Laporkan juga ia telah mencemarkan nama baikku. Pastikan anak ini tidak lagi dapat bekerja karena mulutnya telah berani mencoreng namaku."Setelahnya Sehun pergi meninggalkan Jongin dengan mobilnya.

Setelah hari itu hampir semua pelanggan menghentikan langganan susunya, kabar itu beredar begitu cepat. Semua orang sibuk menggunjingnya yang berbicara bohong dan mencoreng nama baik keluarga Oh. Keluarga terpandang yang disegani di wilayah itu, tidak terlepas dari harta kekayaannya yang melimpah. Semua orang sibuk menyalahkannya, tanpa ada yang bertanya padanya apa yang terjadi. Semua menuduhnya, semua menjudge nya sebagai pelacur cilik. Sejak itu ia memutuskan untuk menutup rapat bibirnya. Ia tidak pernah lagi mengeluarkan suaranya.

Flashback OFF

Jongin terbangun dengan keringat yang menetes, mimpi yang sama, dimana ia kehilangan segalanya karena perbuatan bejat keluarga Oh. Ia meringkuk disudut tempat tidurnya. Menangis terisak karena kehancuran hidupnya. Siapapun yang mendengar tangisannya akan tahu betapa pilu tangisan itu.

Jongin adalah penakut, ia tidak berani membunuh janin yang ada diperutnya, ia juga tidak berani untuk mengakhiri hidupnya, ia tidak berani berbicara kebenaran pada orang lain, ia tidak berani melapor polisi, ia hanya anak-anak yang terjebak dalam keadaan sulit tanpa tahu jalan keluarnya. Terjebak dalam labirin yang tidak berujung.

Ia sudah pasrah, jika setiap hari tubuhnya tidak mendapat asupan makanan, ia yakin ia akan segera mati. Pilihan terbaik dalam hidupnya adalah sebuah kematian yang masih takut terhadap hokum Tuhan.

Jongin adalah penakut dan pengecut bahkan untuk hidupnya sendiri.

.

.

.

.

Jongin menatap kosong kembali berjalan menuju taman, tubuhnya terlihat pucat, bahkan tangannya gemetar. Ia hanya makan cupcake pemberian hyebin sejak kemarin.

Brug

Seseorang tidak sengaja menyenggol sedikit saja orang yang menabraknya segera menyangganya. Sang pelaku penabrakan segera memapah Jongin menuju kursi taman.

" Kau tidak apa?"

Jongin hanya mengangguk. Tapi sang penabrak, Chanyeol tahu tubuh orang hamil di depannya tampak bergetar. Chanyeol segera berlari menjauh.

Jongin memasukan tangannya kedalam saku mantel yang sudah Nampak sangat dingin hari mungkin karena tubuh Jongin yang kelaparan.

Tak berapa lama Chanyeol Nampak kembali membawa dua cup the hangat dan bakpao hangat."Udara sangat dingin, lihatlah tanganmu , teh ini hangat, mungkin sedikit membantu menghangatkan." Ujar Chanyeol. Chanyeol tahu jelas remaja hamil yang ada dihadapannya ini, tapi ia tidak berbicara apapun.

"Oh ya..namaku Chanyeol. Park Chanyeol."Ujarnya.

Jongin hanya menganggukkan menggenggam erat teh hangat pemberian Chanyeol.

"Kau tidak ingin memberitahu namamu?" Tanya Chanyeol

Jongin hanya menggelengkan menatap dalam pada the digenggamannya sesekali menyesapnya.

Jongin melihat intens tubuh remaja tampak kurus, hanya tulang yang terbungkus Nampak sudah sangat tua meski Nampak cekung dengan kantung mata dan mata panda yang nampak jelas.

" Bakpao ini sangat enak, makanlah." Ujar Chanyeol sambil menyodorkan bakpao kepadanya.

Jongin mengambilnya dan mulai mengginggit tanpa sepatah tahu ia tidak sopan, tapi ia tidak mau tahu. Perutnya yang lapar akhirnya sebenarnya selama seminggu ini selalu memperhatikan ingat kemarin seorang anak memberikan kue padanya dan Jongin memakannya dengan lahap. Chanyeol tahu ini bukan tanggung jawabnya, tapi ia ingat anak ini dulu meminta pertanggung jawaban Oh Sehun. jongin meminta pertanggungjawaban sehun 5 bulan yang lalu, Chanyeol ada didalam mobil mewah sehun, mungkin anak ini tidak bisa melihatnya, namun chanyeol dengan jelas dapat melihat anak ini.

"Baiklah, aku harus pergi. Sampai Jumpa." Ujar Chanyeol sambil beranjak dari bangku sana. Jongin hanya mengangguk dalam diam.

1 bakpao chanyeol masih tersisa Jongin telah habis memakan membungkus bakpao itu dan memasukkannya ke dalam saku. Chanyeol melihatnya, chanyeol akan diam di dalam mobilnya sampai Jongin kembali beranjak kembali ke flatnya. Hari ini ia baru berani menyapa Jongin secara langsung. Chanyeol ingat, dulu remaja ini memiliki pipi chubby dan wajahnya manis cukup menggemaskan. Hari ini bahkan chanyeol terkejut atas perubahan wajah Jongin yang nampak seperti kekurangan gizi.

.

.

.

"Seriously Oh, Kau harus bertanggung jawab."

"Apalagi ini Park? Anak itu lagi"

"Namanya Jongin Oh."

" Aku heran denganmu. Mengapa kau sangat keras kepala untuk membuatku bertanggung jawab. Jangan-jangan kau bersekongkol dengannya."

BUG

"Aku tidak menyangka kau serendah itu Oh." Ujar chanyeol setelah memberi bogem mentah ke rahang sehun.

"Taman central park jam 08.00. Datanglah kesana."

BLAM

Chanyeol meninggalkan ruang kerja Sehun. Emosinya meledak, ia baru menyadari hari ini bahwa Jongin tidak memiliki cukup uang untuk membeli makanan akibat ulah Oh Sehun dulu. Ia baru menyadari saat melihat Jongin menghabiskan bakpaonya tadi seperti makanan yang sangat berharga bahkan Jongin menyimpan bakpao yang ditinggalkannya.

"Bodoh." Rutuknya sambil mengemudikan mobilnya kembali ke kantornya.

.

.

.

Chanyeol kembali seperti biasa menuju taman yang dikunjungi Jongin. Masa bodoh dengan Sehun yang tidak menampakan batang hidungnya sedikitpun saat ini, namun agaknya ia salah ketika mendengar pintu sebelah pengemudi terbuka dengan sehun yang duduk disampingnya.

"Aku bersumpah, jika hal ini tidak penting aku akan membunuhmu park."Ujar sehun.

"Lihat kesana." Ujar Chanyeol sambil menunjuk kea rah Jongin yang duduk termenung di kursi taman. Tempat yang tidak pernah berubah.

"Kau menyuruhku meninggalkan berkasku hanya untuk melihat anak itu duduk diam disana Park."

"Perhatikan baik-baik" Ujar Chanyeol sambil keluar dari dalam mobilnya membawa dua botol minuman dan dua buah sandwich ditangannya.

Chanyeol secara perlahan duduk disamping Jongin. Jongin sama sekali tidak menoleh. Ia masih menatap kosong kedepan.

"Hi" Ujar Chanyeol

"….."

"Ini untukmu, kita bertemu lagi."Ujar Chanyeol berhasil mengalihkan perhatian Jongin, menoleh menyodorkan Sandwich.

"….."

"Aku tadi membeli sandwich disana, ujarnya sembari menunjuk sebuah melihatmu maka aku , makanlah."

Jongin mengambil sandwich dari tangan memakan sandwich itu perlahan. Jongin bersyukur, tiga hari ini ia dapat makan sesuatu yang enak dari orang disampingnya ini. "Aku harus jumpa." Ujar Chanyeol. Jongin hanya menganggukan kepalanya kecil.

"Seriously Park, kau kesini hanya menyuruhku untuk melihatmu menggodanya?'

"Bodoh, kau tidak tidak mengeluarkan sepatah katapun. Lihat tubuhnya kurus sekali, bahkan ia memakan makanan yang diberikan orang asing padanya."

"Jangan berputar-putar apa maksudmu!"

"Ulahmu dulu, membuatnya kalaparan Oh. Kau tidak ingat, ia hanya pengantar susu. Dengan ancamanmu BOOM ia tidak dapat membeli makanan bahkan untuk dirinya sendiri. Kau tidak lihat, ia bahkan membawa Janin yang ia yakin adalah milikmu. Satu hal lagi, ia bahkan tidak pernah mengeluarkan suaranya lagi sejak 5 bulan yang lalu. Dan yang paling penting, kau lihat perutnya membuncit semakin besar, tidak ada seorang pun yang menjaganya."

"Apa hubungannya denganku?"Ujar sehun cuek meski didalam hatinya sedikit merasakan tusukan benda tajam, entah kenapa.

"Setidaknya, cari tahulah itu perbuatanmu atau ia sangat yakin itu perbuatanmu bodoh."

"Aku tidak ingin membicarakan masalah konyol ini lagi."

BRAK

Sehun keluar dari mobil chanyeol sembari membanting pintunya.

TBC