Jihoon masih ingat ketika fansign minggu kemarin untuk album Love Letter. Ada seorang fans yang mengatakan dia rindu dengan keakraban Jihoon dan Soonyoung.

Ada juga yang bertanya. "Woozi oppa! Apa yang kau suka dari Hoshi oppa?" Itu pertanyaan yang lumayan membuat Jihoon berpikir lama. Akhirnya Jihoon menjawab. "Leluconnya."

Jihoon tidak terlalu berharap sekarang. Terserah Soonyoung mau melakukan apa. Asal dia tidak mengkhianati Jihoon dengan yang lain. Jihoon masih bersyukur.

Mereka terakhir melakukan interaksi diluar acara televisi adalah dua hari yang lalu saat Soonyoung datang ke studio menanyakan tentang lagu dan pendapat tentang ubahan koreografi Pretty U. Jihoon mempunyai otak yang luar biasa. Soonyoung memang selalu menanyakan hal itu ke Jihoon jika otaknya sedang stuck.

Jadi Jihoon berfikir, Soonyoung mengesampingkan hal pribadi untuk berbicara dengannya atau hanya ketika itu urusan penting.

Dan yah, Soonyoung benar-benar berhasil menyakiti hatinya.

.

.

Conflict End Chapter

Kwon Soonyoung

Lee Jihoon

.

.

Romance within Hurt/Comfort

Teenagers

Seventeen own their parents, Pledis Entertainment, and also Carats.

(Siapkan diri, chapter ini akan sangat panjang.)

.

.

Jihoon tidak akan munafik kali ini. Dia tidak tahan dengan hubungannya dan Soonyoung yang menjadi tidak jelas begini. Jadi dia disini, berhadapan dengan Kwon Soonyoung di meja makan dengan beberapa anggota yang memilih pura-pura tidak mendengar. Khusus maknae mereka disuruh masuk kekamar oleh Seungcheol karena ini tidak baik.

"Sekarang apa?" Soonyoung memulai.

"Kau tidak ingin menjelaskan sesuatu?" Jihoon bertanya. "Hubungan apa yang kita jalani sekarang?" Lanjut Jihoon. Soonyoung diam tidak menjawab.

"Dua bulan, Soonyoungie. Dua bulan kau mendiamkan aku." Jihoon menunduk setelah bicara seperti itu. Tangannya mengusap kedua matanya.

"dan kau menyakiti hatiku, Soonyoung. Apa gunanya dulu kau berjanji padaku, pada orangtuaku, Seungcheol hyung, Doyoon hyung, Jeonghan hyung dan Jisoo hyung jika akhirnya kau menyakitiku juga? Sakit sekali, Soonyoung. Sakit."

Soonyoung tersentak ketika Jihoon mengucapkan hal itu. Soonyoung ingat, Dulu ketika trainee, sebelum dia menyatakan perasaannya pada Jihoon. Dengan yakin, dia pergi ke Busan mengunjungi orangtua Jihoon untuk meminta izin menjalin hubungan dengan Jihoon. Berjanji melindungi dan menjaga Lee Jihoon dengan segenap hatinya dan akan membuktinya.

Dia juga berjanji pada Seungcheol, Doyoon, Jeonghan dan Jisoo untuk menjalin hubungan dengan Jihoon. Mereka mengizinkan dengan syarat membuktikan menjaga dan melindungi Jihoon. Soonyoung membuktikannya. Sampai dua bulan yang lalu dia diperintahkan oleh agensi untuk menjauh atau putus saja dengan Jihoon. Tapi dia memilih untuk menjauh dari Jihoon. Karena dia masih mencintai Jihoon, masih ingin bersamanya.

Dia sudah melanggar janjinya. Soonyoung menyakiti Jihoon.

Soonyoung sadar dari lamunannya saat seseorang menyentuh tangannya. Soonyoung menatap Jihoon dan tangannya bergantian. Itu adalah tangan Jihoon. Soonyoung langsung menarik tangannya.

"Ji-" Baru ingin bicara, seseorang yang ternyata Seungcheol menginterupsi mereka.

"Maafkan aku mengganggu acara kalian- Tapi Manager menyuruh kita latihan." Jihoon tidak merespon tapi Soonyoung diam-diam dia menghela nafas lega.

"Kenapa mendadak sekali?" Tanya Jihoon. Alisnya bertaut bingung. "Dream Concert, Jihoon." Seungcheol mengingatkan. Jihoon menghela nafas. Dia menatap Soonyoung yang sudah beranjak pergi.

"Aku sangat mencintaimu, Soonyoungie." Gumam Jihoon. Seungcheol sudah pergi memantau yang lain.

"Jihoon hyung! Cepat siap-siap!" Itu suara Seungkwan. Jihoon mengusap wajahnya dengan tangannya dan beranjak. "Iya, iya."

Jihoon akan bicara lagi dengan Soonyoung nanti.

.

.

"Ya! Chan! Bukan seperti itu! Kakimu ituloh!"

"Mingyu gerakannya begini bukan begitu!"

"Jeonghan hyung kau disana harusnya!"

"Jeon Wonwoo kau terlambat dari yang lain!"

6 jam mereka latihan dengan dua kali istirahat. Peluh juga sudah membasahi tubuh mereka. Soonyoung masih sibuk mengomeli Anggota yang salah. Jihoon keluar dari barisan dan mendekati sound system. Dia mematikannya membuat yang lain berhenti dan menoleh kearahnya.

"Kenapa kau mematikan lagunya?" Soonyoung bertanya. "Kau tidak lihat mereka sudah pucat begitu? Sudahi saja latihannya! Masih ada 6 hari lagi!" Soonyoung mendekati Jihoon dan berdiri berhadapan dengannya.

"6 jam hanya dua kali perdua puluh menit istirahat? Kau gila!"

"Aku melakukan ini untuk mereka juga! Mereka tidak hapal gerakan yang empat hari lalu aku tunjukkan!" Soonyoung membalasnya.

"Itu masih baru, Kwon. Mereka beda dengan kau."

"Apanya yang beda? Itu hanya beberapa gerakan saja dan mudah! Biasanya juga tidak begini."

"Ya! Kalian pulang saja! Latihannya selesai!" Jihoon mengacuhkan Soonyoung dan berteriak kepada yang lain. Soonyoung melotot. "Tidak belum selesai! Kau jangan seenaknya!"

"Pulang saja. Seungcheol hyung antar mereka, ne? Hati-hati." Jihoon berpesan. Seungcheol menatap keduanya leader selain dirinya itu ragu.

"Kau tidak berhak memerintah mereka karena ini bagianku!" Soonyoung berteriak. Jihoon yang tadi sibuk menyuruh yang lain agar cepat menoleh kearah Soonyoung.

"Manusia juga punya batas maksimum, Kwon. Nah, jeda waktu istirahat yang kau berikan sangat tidak manusiawi. Jadi aku menyuruh mereka pulang. Lain waktu kan banyak?"

"LEE JIHOON!"

Jihoon menutup matanya sejenak saat Soonyoung berteriak. "Ini bagianku! Bagian mu adalah lagu! Kau tidak berhak!"

"Aku berhak karena aku kasihan melihat mereka! Kau mau mereka tumbang dan menghasilkan perform seventeen jelek? Itu maumu Kwon Leader?"

Ucapan Jihoon menusuk tepat diulu hati Soonyoung. Dia segera pergi dari hadapan Jihoon untuk duduk diujung ruangan dengan tasnya.

"Jja! Pulanglah! Leader dance kalian mengizinkan!" Jihoon berucap lagi.

Yang lain beranjak pergi setelah pamit dengan mengatakan 'Duluan, Soonyoung/Hyung.' Kecuali Seungkwan dan Hansol yang masih disana.

"Hyung! Aku mau menunjukkan lirik rapp-ku!" Kata Hansol saat Jihoon melihatnya dengan heran.

"Aku ingin ikut Hansol, hyung hehe." Seungkwan nyengir ketika kali ini Jihoon meliriknya. Jihoon mengangguk saja.

"Kalian duluan saja ke studio ya. Tidak dikunci kok. Nanti hyung nyusul. Aku masih ada urusan dengan dia." Kata Jihoon. Hansol dan Seungkwan mengangguk dan pergi dari ruang latihan dance.

Jihoon berbalik dan berjalan menuju Soonyoung yang diam dipojok ruangan. Ketika sudah di depan Soonyoung, Jihoon duduk bersila. Soonyoung menenggelamkan kepalanya diantara kedua kakinya.

Jihoon mengambil sapu tangan disaku celananya. Senyum tersemat dibibirnya. "Soonyoung.." panggil Jihoon lembut. Soonyoung tidak merespon. Tapi Jihoon tau dia tidak tidur. "Soonyoung, maaf untuk yang tadi. Aku tau harusnya aku tidak melakukan itu. Tapi mereka benar-benar terlihat sudah tidak kuat lagi. Bahkan kuyakin Jeonghan hyung akan pingsan jika kau tetap melanjutkannya."

Akhirnya Soonyoung mengangkat kepalanya menatap Jihoon. Dia terlihat lelah dan mengantuk karena matanya yang sayu.

"Ya, tidak apa." Datar. Tapi Jihoon tetap tersenyum.

"Pulanglah, Soon. Kau terlihat lelah. Aku telepon Seungcheol hyung atau Mingyu ya untuk menjemputmu?"

"Tidak perlu. Aku ada perlu dengan orang lain setelah ini." Jihoon tertegun sebentar, setelah itu dia mengangguk.

Sebenarnya Jihoon ragu ingin melakukan ini. Tapi karena peluh Soonyoung terus membasahi wajahnya. Dia memutuskan melakukannya. Pledis belum memperbaiki AC diruangan ini. Jadi mereka pakai kipas angin manual.

Tangan Jihoon terangkat mengusap keringat dikening Soonyoung dengan saputangan yang dia keluarkan tadi. Soonyoung diam saja, tidak menolak. Jihoon rasa dia menikmati apa yang Jihoon lakukan pada Soonyoung. Jihoon tersenyum.

Setelah selesai, dia memasukkan kembali saputangan kedalam saku celananya. Jihoon memandangi Soonyoung sekarang. Akhirnya dia bisa melihat Soonyoung sedekat ini lagi. Jihoon rindu sekali.

"Pergilah. Urusanmu sudah selesai kan?"

Mendengar ucapan Soonyoung yang mengusirnya, Jihoon menghela nafas. Jihoon berdiri dan mengambil tasnya diujung yang lain. "Aku pergi, Soon."

Jihoon tidak tau setelah itu, di dalam ruangan dance. Soonyoung menangis tersedu menyebutkan nama Jihoon.

.

.

Soonyoung menghela nafas menatap pintu dihadapannya dengan pandangan lelah.

'Pledis Boss'

Itu papan menempel dengan pintu ini. Dia akan menemui orang yang sudah menunggunya didalam ruangan ini. Soonyoung sangat benci dengan orang yang menunggunya, padahal dulu dia sangat menghormati orang tersebut.

Soonyoung mengetuk pintunya dan seseorang didalam menyahut dengan mengatakan. "Masuk." Soonyoung membuka pintu dengan perlahan. Dia masuk setelah sebelumnya menutup pintu dulu.

Soonyoung berdiri dihadapan Boss nya itu dengan meja diantara dia dan Bossnya.

"Bagaimana hubunganmu dengan Jihoon?" Bossnya dengan to-do point memulai. "Baik-baik saja. Terimakasih sudah menghancurkan hubungan dan perasaan kami. Anda berhasil." Ketus Soonyoung. Bossnya itu tertawa.

"Aku hanya melakukan yang sudah seharusnya. Kau juga terlalu baik dengan yang lain, Soonyoung. Kau mengorbankan hubunganmu dan perasaan Jihoon asal yang lain tidak sepertimu."

"Sekalian saja kau bubarkan seventeen."

"Tidak bisa. Kalian anak emasku sekarang."

"Kalau kami anak emasmu. Kenapa kau menyakiti kami?"

"Prosedur perusahaan. Kau harus mengikutinya. Tidak ada hubungan selain keluarga disini."

"Berdosa kau memisahkan dua orang yang saling mencintai."

"Sayang sekali kau juga berdosa dengan hubungan sesama jenismu"

Sudah jelas, Soonyoung kalah telak.

"Tutup mulutmu!" Bentak Soonyoung. Keduanya diam sejenak setelah itu. Boss Pledis tersenyum menatap Soonyoung.

"Kenapa tidak kau putuskan Jihoon saja? Demi kebaikanmu dan seventeen."

"Ralat, demi kebaikan kau dan perusahaan ini.."

Sang boss tertawa. "Kau akan terus menyakiti dirimu sendiri dan Jihoon? Kau ingin terus mengikat Jihoon dalam hubungan gantung kalian? Aku tau kau belum memutuskannya."

"Aku tidak mau melakukan ini lagi! Aku sudah lelah dengan semuanya! Tidak ada kata putus dalam hubungan kami! Kami saling mencintai dan kau menghancurkan segalanya dengan alasan yang tidak masuk akal!"

"Kau tidak melakukannya lagi? Kalau begitu aku akan menyakiti Chan-"

Soonyoung diam. Dia tidak boleh gegabah membalas perkataan orang ini, karena dia akan menyakiti Jihoon lagi dengan keputusannya yang gegabah. Dia bukan Jisoo, Seungcheol ataupun Jihoon yang harus berpikir lama sekali untuk memutuskan.

"Tidak. Kau tidak boleh menyakiti siapapun lagi!"

"Kenapa tidak?"

"Tidakkah kau puas sudah menyakiti aku dan Jihoon?"

"Kau tau manusia tidak akan pernah puas, Kwon Soonyoung." Soonyoung menghela nafas.

Hening

"Selanjutnya adalah Mingyu dan Wonwoo."

Mata Soonyoung membola. Wonwoo adalah teman seperjuangan yanh sangat dekat dengannya dan Jihoon. Mereka bertiga bersama Jun dekat karena sama-sama lahir ditahun yang sama. Sembilan enam.

"Kau tidak boleh melakukannya pada mereka!"

"Oh, kau ingin aku melakukannya pada yang lain? Jun dan Minghao kalau begitu. Biar kupanggil mereka nanti."

Soonyoung menggeleng dengan keras. "Tidak! Tidaak!"

DRAP DRAP DRAP DRAP

Soonyoung dan Boss Pledis menoleh kearah pintu. Soonyoung terlihat bingung karena itu seperti suara orang berlari. Tunggu, Soonyoung menoleh kearah Boss Pledis dengan panik. Dia memutuskan untuk pamit tanpa mendengarkan respon Bossnya.

Soonyoung berlari kelantai atas, kestudio dimana Jihoon berada. Dia yakin yang tadi berlari itu Jihoon. Yatuhan, jangan sampai Jihoon mendengar semuanya. Soonyoung mengetuk pintu studio, studionya dikunci oleh Jihoon.

Soonyoung panik sekarang.

"Jihoon? Jihoon buka pintunya!"

Soonyoung mengusap keringat dikeningnya. Nafasnya tidak beraturan sekarang. Dia kembali menggedor-gedor pintu studio. "Lee Jihoon! Yatuhan buka pintunya!"

Sepuluh menit dia berusaha meminta Jihoon membuka pintunya. Jihoon tidak juga membuka pintu. Soonyoung menyenderkan keningnya dipintu. Satu tangannya masih menggedor pintu studio.

"Jihoonie..."

Soonyoung menghela nafas.

Soonyoung berbalik. Tubuhnya merosot kebawah. Soonyoung duduk dengan kepala yang menunduk. Jika Jihoon sudah tau seperti ini, Soonyoung akan berusaha menjelaskannya. Oke dia salah karena tidak menjelaskan apapun pada Jihoon dan main berlaku seenaknya sampai membuat Jihoon bingung dan sakit hati seperti yang dia bilang sendiri.

"Aku masih sangat mencintaimu, Jihoonie. sangat mencintaimu."

"Maafkan aku.. demi tuhan maafkan aku."

"Sakit sekali melihatmu menangis diam-diam. Jihoon maafkan aku."

Soonyoung menangis.

.

.

"Hati-hati, Hansol Seungkwan! Hansol rapp-mu akan kusimpan! Byee!" Jihoon melambaikan tangannya pada Seungkwan dan Hansol yang sudah ada dimobil dengan Seungcheol.

Tadinya Jihoon sudah ditawari untuk pulang bareng. Tapi dia bilang dia akan pulang bareng Soonyoung saja. Jadinya Seungcheol hanya membawa pulang dua anaknya deh.

Jihoon kembali masuk kedalam gedung Pledis. Dia berjalan sambil bersenandung. Sesekali matanya melihat sekekeliling. Kadang membalas sapaan staff Pledis. Sudah biasa melihat leader vocal seventeen di gedung Pledis malam-malam seperti ini.

Saat melewati ruangan Boss-nya. Jihoon mendengar Boss nya dan seseorang mengobrol. Awalnya Jihoon tidak ingin mendengar karena itu bukan urusannya. Tapi dia penasaran karena namanya ada didalam obrolan.

"Kenapa tidak kau putuskan Jihoon saja? Demi kebaikanmu dan seventeen."

Jihoon mengernyit. Siapa yang diajak ngobrol oleh Bossnya itu? Apa anggota seventeen? Siapa? Jihoon memutuskan untuk menguping.

"Ralat, demi kebaikan kau dan perusahaan ini."

Itu suara Kwon Soonyoung. Itu suara pacarnya. Dan apa itu kata bossnya? Putuskan dia? Yatuhan, apa yang sebenarnya terjadi?

Jihoon tetap fokus mendengarkan. Kali ini dia penasaran dengan balasan bossnya. "Kau akan terus menyakiti dirimu sendiri dan Jihoon? Kau ingin terus mengikat Jihoon dalam hubungan gantung kalian? Aku tau kau belum memutuskannya."

Jihoon mengusap wajahnya. Belum memutuskan? Soonyoung disuruh agensi memutuskannya? Benarkah? Dia menunggu perkataan Soonyoung. "Aku tidak mau melakukan ini lagi! Aku sudah lelah dengan semuanya! Tidak ada kata putus dalam hubungan kami! Kami saling mencintai dan kau menghancurkan segalanya dengan alasan yang tidak masuk akal!""

Jihoon tersenyum mendengar perkataan Soonyoung. Soonyoung masih mencintainya. Masih mau mempertahankan hubungan mereka. Jihoon sangat senang. Tapi senyumnya luntur saat mendengar balasan Bossnya lagi.

"Kau tidak melakukannya lagi? Kalau begitu aku akan menyakiti Chan-"

Jihoon mengigigit jari telunjuknya. Menyakiti Chan? Bukankah Soonyoung sangat menyayangi Chan? Apa yang sebenarnya terjadi diantara Soonyoung dan Bossnya? Jihoon memprediksi Seungcheol tidak tau apapun tentang ini.

"Tidak. Kau tidak boleh menyakiti siapapun lagi!"

"Kenapa tidak?"

"Tidakkah kau puas sudah menyakiti aku dan Jihoon?"

"Kau tau manusia tidak akan pernah puas, Kwon Soonyoung."

Setelah itu suasana hening. Jihoon masih menunggu. Masih ingin tau. Dan perkataan Bossnya selanjutnya kembali membuatnya kaget.

"Selanjutnya adalah Mingyu dan Wonwoo."

Demi tuhan, Jeon Wonwoo adalah salah satu anggota terdekatnya. Wonwoo juga baru saja mengalami hal yang membuatnya sedih. Jihoon rasanya ingin mendobrak pintu ini, masuk lalu adu mulut dengan Bossnya kalau bisa menuntut dia. Astaga.

Rasanya Jihoon ingin menangis. Akhirnya dia memutuskan menyudahi acara mengupingnya dan berlari lantai atas. Percakapan Soonyoung dan Bossnya terus berputar dikepalanya.

Kesimpulan Soonyoung saat ini adalah Agensinya menyuruh Soonyoung untuk memutuskan dan berencana melakukannya juga pada yang lain.

Jihoon membuka pintunya dan menguncinya. Dia menyenderkan tubuhnya dan membiarkan tubuhnya merosot jatuh. Jihoon sudah menangis ketika mendengar Soonyoung yang ternyata menyusulnya.

Soonyoung terus memohon untuk dibukakan pintu. Jihoon awalnya ingin membukakan pintu. Tapi dia berpikir sejenak. Dia butuh waktu untuk berpikir apa yang sebenarnya terjadi walaupun dia sudah menyimpulkan beberapa hal.

Jihoon hanya tidak menyangka saja. Agensinya melakukan itu padanya dan Soonyoung. Apa alasannya? Kenapa harus seperti itu? Tidakkah agensi tau kalau mereka saling mencintai? Apa karna fans? Apa karena formalitas didepan kamera? Ingin menjaga nama baik agensi? Jihoon mengusap airmatanya. Dia merasakan sesuatu dibalik pintu ini.

Dia bisa mendengar suara Soonyoung yang meminta maaf dan menyesal.

"Aku juga sangat mencintaimu, Soonyoungie. Sangat mencintaimu."

.

.

Jihoon membuka pintu studio sedikit dan menemukan Soonyoung didepan pintu dengan wajah seperti habis menangis. "Jihoonie- aku-aku, aku ingin berbicara denganmu."

Jihoon menahan senyum karena Soonyoung akhirnya kembali memanggilnya Jihoonie. Terdengar manis.

Jihoon membuka lebar pintu dan mendekat kearah Soonyoung dan memeluknya erat. Jihoon menangis. Dia menyembunyikan wajah didada Soonyoung.

"aku merindukan Soonyoung-hiks." Soonyoung tersenyum. Dia membalas pelukan Jihoon sesekali mengecup pucuk kepala Jihoon.

"Aku juga merindukan Jihoonie. Maafkan aku Jihoon tentang semua yang sudah aku lakukan selama dua bulan ini." Soonyoung melonggarkan pelukan mereka dan menangkup wajah Jihoon. Kedua jempolnya mengusap airmata yang mengalir dari mata indah Jihoon.

"Aku minta maaf. Aku akan menjelaskan semuanya nanti di depan yang lain juga." Soonyoung mengecup wajah Jihoon membuat Jihoon kegelian. Jihoon terkekeh.

"Soonyoungie~" Jihoon merengek.

Soonyoung mencium bibir Jihoonnya sebentar. "Aku merindukan semua yang ada di dirimu. Yatuhan aku sungguh berdosa membuat salah satu malaikat ini menangis dan sakit hati. Sayangku, aku benar-benar minta maaf padamu."

Jihoon mengangguk-angguk. Dia mengerti menjadi idol tidaklah mudah. Mereka diatur oleh orang yang mengorbitkan mereka. Tindakan mereka selalu diawasi. Salah satunya kasus Soonyoung yang disuruh menjauh darinya. Mengatasnamakan kebaikan untuk perusahaan dan seventeen.

Jihoon menggenggam tangan Soonyoung dan menariknya masuk kedalam studio. Jihoon menutup pintunya dan menguncinya. Kemudian Jihoon berbalik menghadap Soonyoung.

"Oh Jihoon kenapa harus dikunci pintunya? Memang kita akan melakukan apa disini sampai harus dikunci pintunya hm?"

Jihoon menunduk dan memukul lengan Soonyoung pelan, menimbulkan kekehan Soonyoung. "Biasanya aku kan memang menguncinya jika sedang sendiri disini." Cicit Jihoon.

"Tapi kan kau sedang berdua denganku."

"Kau tidak suka? Yasudah silahkan keluar." Jihoon sudah berbalik untuk membuka pintu tapi Jihoon berhenti karena kedua tangan Soonyoung memeluk pinggangnya.

"Aku sangat merindukanmu, Jihoon sayang." Bisik Soonyoung tepat ditelinga Jihoon membuat Jihoon merinding.

Soonyoung menciumi leher Jihoon membuat Jihoon menggelinjang dipelukan Soonyoung. "Sssshh Soonyoung geli-"

Soonyoung membuat satu tanda dileher Jihoon membuat sang empunya leher meringis.

"Kau milikku.."

Tenang, mereka tidak melakukan apa-apa. Saling memeluk dalam tidur.

Jihoon bersyukur hubungannya dengan Soonyoung membaik. Semoga agensi tidak lagi melakukan hal ini.

.

.

Suasana dorm saat ini sangat mencekam. Jeonghan dan Soonyoung yang saling berhadapan dengan Jeonghan yang menatap tajam Soonyoung yang menunduk. Mereka diruang tengah para anggota berada di sofa dibelakang Jeonghan.

Jihoon tidak ada disana. Dia dapur, duduk diam mendengarkan. Tidak diperbolehkan melihat oleh Soonyoung. Awalnya dia protes, tapi bisa apa.

"Harusnya kau katakan pada kami, Soonyoung! Apa gunanya Seungcheol, aku, Jisoo disini? Apa gunanya Jun dan adik-adikmu? Kau tidak percaya pada kami? Demi tuhan, aku kecewa padamu, Kwon." Jeonghan memijat pelipisnya.

10 menit berlalu setelah pasangan Soonyoung dan Jihoon pulang dengan tangan saling berpegangan yang membuat semuanya memandang heran. Soonyoung hanya diam dan bergegas membersihkan diri. Setelah selesai dan sarapan juga. Soonyoung menjelaskan semuanya. Dan ini, dia dimarahi abis-abisan oleh Jeonghan.

Seungcheol dan Jisoo hanya diam saja. Karena Jeonghan yang mengambil alih.

"Maaf, umma."

Jeonghan mendekat. Telunjuknya menyentuh dada Soonyoung. "Kau menyakiti Jihoon dan dirimu sendiri. Kau merasakannya kan? Tidak seharusnya kau seperti ini, Soonyoung. Aku tau kau bermaksud baik agar yang lain tidak merasakan sakit. Tapi tidak begini." Kali ini dia berbicara lembut.

"Jalan terbaik, membahasnya dengan kami dan kita hadapi sama-sama." Itu bukan kata Jeonghan. Itu adalah kata Jihoon yang berdiri di dekat mereka dengan kedua tangan bersedekap didada.

"Benar!" Sahut Chan. Yang lain mengangguk.

"Aku hampir saja menamparmu. Tanganku sudah gatal karena kau menyakiti anakku." Selesai berkata seperti itu Jeonghan memeluk Soonyoung sebentar dan dia berbalik ikut duduk disofa bersama yang lain.

Jihoon berjalan mendekati Soonyoung dan berdiri dihadapannya. Jihoon tersenyum. "Bagaimana?" Tanya Jihoon. Soonyoung menghela nafas. "Buruk sekali. Aku ingat ibuku di Namyangju. Jeonghan umma yang terbaik kedua untuk urusan mengomel." Jawab Soonyoung. Jihoon dan yang lain tertawa dan Jeonghan meringis.

"Seungcheol akan mengurusnya, Soonyoung, Jihoon. Jadi kalian tenang saja. Tidak ada korban lagi. Kalian bebas memberikan fanservice. Tapi ingat batas, okay." Kata Jisoo. Soonyoun g Mengangguk. Dia lega mendengarnya.

Soonyoung memeluk Jihoon dihadapannya dan terkekeh. "Jihooooon! Jangan jauh-jauh dariku dan aku tidak akan jauh-jauh darimu okay." Katanya. "Iya, jangan lakukan hal itu lagi ya." Soonyoung hanya mengangguk dengan semangat.

Seungcheol merangkul Jeonghan disebelahnya. Jun mengacak rambut Minghao yang duduk di pangkuannya. Minggu berbisik mengatakan aku cinta kamu pada Wonwoo disebelahnya yang dibalas pukulan dilengannya. Pipi Wonwoo memerah karena malu. Hansol hanya menatap Seungkwan yang memejamkan mata dengan kepala yang disenderkan dibahu Hansol. Seokmin dan Chan sedang suit, mereka terlihat seru. Sedangkan Jisoo hanya tertawa melihat permainan Seokmin Dan Chan.

"Jihoon hyung tidak akan menangis lagi. Jaga Jihoon hyung, Soonyoung hyung. Ku kebiri kau nanti jika melakukannya lagi." Kata Seungkwan. Disambut tawa dari yang lain.

Soonyoung mengangkat jempolnya. "Iya, siap!"

Setelah itu, Soonyoung mencium kening pacar mungilnya itu. Dua bulan yang melelahkan sudah terlewati. Biarkan dirinya dan Jihoon bersatu kembali. Soonyoung nanti, akan menghabiskan waktunya bersama Jihoon sepuas yang dia bisa. Lagipula, sudah lama dia tidak bersama Jihoon. Jadi dia akan menculik Jihoon untuk bersamanya sepuasnya.

END

Hell-o!

Ini Chapter dua alias ending dari Conflict.

Ga memuaskaaaaan uuuh! Aku bingung memikirkan ending yang pas. Otakku sedang fokus-fokusnya mencari tempat PSG untuk jurusanku sendiri saat kelas dua nanti. Jadi beginilah.

Maaf, karena lama sekali updatenya hehe.

Itu Jisoo kubiarkan sendiri karena dia tidak mungkin aku jadikan orang ketiga dalam hubungan Appa dan Umma. Maafkeuuun!

Dan ini note-ku untuk si pasangan warna-warni:

Mungkin memang era Pretty U, SoonHoon tidak sebanyak Meanie atau SeungHan ataupun juga SoonSeok. Mereka benar-benar cocok dengan julukan Behind The Scenes couple karena rata-rata moment Mereka hanya di btsnya acara musik.

Thankyou Sukira sudah membiarkan Soonyoung Dan Jihoon duduk sebelahan. Thank you MBC untuk Mission mencari katanya. Thank you untuk Pledis Yang mengatur duduk fansign kemarin Soonyoung dan Jihoon duduk sebelahan.

Dan terimakasih untuk pose love signnya, Soonyoung dan Jihoon. Terimakasih untuk fansite-nim yang udah ngambil gambarnya juga. Aku puas walaupun hanya itu dan bisik-bisikkan saja. Apa kalian lihat fotonya?

Kuharap diera selanjutnya moment mereka banyak ya. Hehe.

.

.

Apa kalian ada yang nonton agustus 20 nanti? Harga tiketnya mahal banget ya. Aku rasanya ingin protes ke Pledis. Mereka tidak tau kalau fangirl kebanyakan pelajar. Karena aku pelajar, of course. Hehe.

.

Dan! Last not Least! Terimakasih sudah yang membaca ini dan review berserta yang sudah follow dan favorite. Terimakasih banyak. Untuk FF seperti Lee Jihoon dan Kwon & Lee aku tidak tau kapan di lanjutnya. Aku rasa antara menghiatuskan atau men-discontinue dua ff itu. Dan, Sekali lagi terimakasih!

-kkeut-