Entah hari keberapa ini Jeonghan menghela nafas mendengar Jihoon kembali menangis diranjang sebelah. Walaupun dia tau Jihoon berusaha keras menahannya agar tidak membuat orang lain terbangun, Jeonghan dan—dia sendiri yakin juga Seungcheol itu mendengar. Beda dengan Mingyu yang sudah mendengkur sedari tadi.

Jeonghan yakin seperti malam sebelum-sebelumnya. Jihoon baru akan tidur setelah dia lelah sendiri karena menangis. Jeonghan sebenarnya ingin sekali menghampiri anak itu untuk menenangkannya. Tapi dia yakin itu tidak akan membantu.

"Soonyoung—hiks.." Jeonghan memejamkan matanya mendengar bisikan Jihoon. Kamar mereka tenang, tapi mau bagaimana pun kau memelankan suaramu pasti tetap terdengar.

Jeonghan menggigit bibirnya mendengar Jihoon. Jihoon hanya akan menangis ketika Jihoon merasa kalau ia dan Seungcheol sudah tertidur. Jihoon selalu seperti itu memang, menyembunyikan semua emosinya.

Padahal dia tahu, akhir-akhir ini suasana hatinya sedang buruk, dan lebih buruknya Jihoon menyembunyikannya.

Dalam hati Jeonghan mengutuk Soonyoung yang membuat salah satu manusia berharga bagi Seventeen ini menangis. Lihat saja kau, Kwon Sipit. Batin Jeonghan.

.

.

Conflict

.

.

Kwon Soonyoung, dan—

Lee Jihoon.

.

Romance within Hurt/Comfort

Teenagers

Pledis Entertaiment and Their Parents.

Say The Name? Seventeen!

Neo Yeppeuda!

SeungHan, Jisoo, JunHao, SoonHoon, Meanie, Seokmin, VerKwan, dan Chan.

.

.

Sijak!

.

Seungkwan baru saja bangun dan dia langsung pergi ke dapur karena haus. Ketika di dapur dia sudah melihat ada salah satu hyungnya, dia Lee Jihoon. Orang yang akhir-akhir ini bangun pagi sekali bahkan sebelum Jeonghan hyung bangun.

Jihoon hyungnya ke dapur hanya untuk menenggelamkan kepalanya dalam lipatan tangan diatas meja, ponselnya ada disamping kepalanya. Seungkwan mengambil gelas dan mengisi gelas dengan air. Setelah selesai dia bilas dan kembali taruh di tempat semula. Seungkwan menghampiri Jihoon dan duduk disebelahnya.

"Hyung.." Panggil Seungkwan. Jihoon mendongak menatap Seungkwan dengan pandangan mengantuk. "Seungkwan? Eo, sudah bangun?" Seungkwan terkekeh melihat betapa imutnya hyungnya ini dan sebagai respon dia mengangguk. Jihoon mengucek matanya yang bengkak akibat menangis semalam. Seungkwan tersenyum maklum.

"Seungkwan, Apa tadi—"

"Tidak, dia tidak pulang, hyung."

Jihoon memejamkan matanya mendengar jawaban Seungkwan. Dia sedang berusaha menahan tangisnya lagi. Seungkwan menghela nafas.

"Jihoon hyung, tau tidak? Soonyoung hyung bilang nanti kita akan latihan." Jihoon yang tadinya memejamkan mata, dia langsung menoleh kearah Seungkwan dengan tatapan Kau-Yakin?

Seungkwan mengangguk. "Soonyoung hyung bilangnya sih mendadak. Aku sebal. Tapi nanti coba ajak Soonyoung hyung ngobrol ya! Aku rindu kalian bersama! Aku mau mandi hyung. Jangan lupa buat sarapannya. Aku lapar~~" Seungkwan mengelus perutnya setelah itu pergi dari dapur.

Jihoon yang melihatnya tersenyum. Senang bisa melihat Seungkwan sepagi ini. Bersama Seungkwan, Seokmin dan—Soonyoung bisa membuat moodnya yang buruk menjadi baik. Jihoon terkekeh sebelum bangkit dan membuat sarapan sederhana untuknya dan Seungkwan.

Urusan yang lain biar Mingyu dan Jeonghan saja. Dia sedang malas untuk membuat sesuatu yang banyak. Jihoon memanggang roti dan membuat nasi goreng yang Ibunya, hyungnya Jeonghan, dan Mingyu ajarkan.

Jihoon membuat untuknya, Seungkwan dan—Soonyoung. Jihoon sudah membagi rata semuanya. Jihoon menyusun piringnya dan Seungkwan. Roti panggang, dua gelas susu hangat dan air putih. Jihoon menunggu dua menit dan Seungkwan sudah muncul dengan rapih. Dia langsung duduk dan berterimakasih. Jihoon hanya tersenyum dan mengangguk.

Mereka makan dengan tenang dan diselingi dengan Tanya-jawab. Setelah selesai dengan nasi goreng. Seungkwan membereskan segalanya dan Jihoon duduk. Mereka memutuskan roti untuk yang lain saja, tentu saja mereka harus menambah roti lagi. Seventeen itu makannya banyak.

Karena masih terlalu pagi. Seungkwan mengajak Jihoon untuk keluar, bermaksud jalan pagi. Jihoon meng-iya-kan. Mereka berangkat dan sudah meninggalkan memo di atas meja.

'Jihoon dan Seungkwan jalan-jalan pagi ya. Sebelum latihan kami akan kembali! Tolong jangan makan nasi goreng special pakai cinta dan kasih sayang yang sudah dibuat Jihoon hyung untuk Soonyoung hyung.' –Seungkwan & Jihoon

.

.

Chan adalah orang ketiga yang sudah bangun. Tenang saja dia sudah mandi sebelum ke dapur dan menemukan roti yang sudah dipanggang dan diolesi selai beserta memo. Chan membacanya dan terkekeh melihat isinya. Dia yakin itu Seungkwan yang menulis dan Jihoon hyung yang tahu mungkin memukul kepala Seungkwan hyung.

Saat Chan selesai membuat susu dan mengambil roti untuk dimakan. Pasangan ayah dan bunda datang diikuti Jisoo hyung, Jun-ge dan Wonwoo hyung. Mereka sudah rapih. Mungkin tau akan latihan. Masalahnya Soonyoung memberitahunya benar-benar mendadak dan terlalu pagi.

Chan memberikan memo ditangannya kepada pasangan ayah dan bunda disebelahnya. Kemudian disebar ketiga orang lainnya. Mereka terkekeh melihatnya.

"Mungkin selesai menulis ini. Kwan-ie dipukul." Itu adalah Wonwoo. Dan mereka mengangguk sambil tertawa, membenarkan.

Beberapa saat setelahnya sisanya bangun dan langsung duduk dikursi yang tersisa. Tapi saat Mingyu dan Seokmin berseru ingin memakan nasi goreng yang ada. Jun, Jeonghan, Seungcheol, Wonwoo, Chan dan Jisoo berteriak ramai hingga yang lain harus menutup telinga mereka.

"YAA! JANGAAAN! ITU PUNYA SOONYOUNG!" Mingyu dan Seokmin menatap kelima hyungnya dan Chan bingung. "Jihoon yang buat." Dan dilanjutkan Wonwoo. Mingyu dan Seokmin bergidik membayangkan Jihoon akan memukul mereka dengan gitar jika mereka memakan punya Soonyoung yang sudah dibuat oleh Jihoon.

Mereka semua tahu Jihoon sedang berjuang keras untuk Soonyoung. Untuk kembali membuat hubungan keduanya seperti sedia kala.

.

.

Para anggota sedang dalam perjalanan menuju ke gedung Pledis untuk latihan. Semua sibuk dengan sendiri. Tentu saja Jihoon juga. Dia sibuk dengan mendengarkan musik dan melihat pemandangan.

Ketika sampai, mereka keluar dan masuk kedalam gedung. Jihoon sudah bilang untuk duluan saja karena dia ingin ke toilet dulu. Sesuatu harus segera dikeluarkan.

Ketika keluar, Jihoon bertemu seorang staff dan staff itu mengajaknya mengobrol lumayan lama. Jihoon sudah terus menerus melihat jam. Sepertinya staff tersebut mengerti dan dia pamit untuk pergi. Jihoon langsung melesat keruang latihan atas. Sebelum membuka pintu, Jihoon mendengar suara Soonyoung-nya yang sedang memimpin pemanasan.

Jihoon merindukan suara ini. Jihoon tersenyum tipis dan menghela nafas. Dia pasti akan diomeli. Soonyoung-nya termasuk tegas, sama sepertinya sih. Tapi dia lebih galak lagi.

Jihoon membuka pintu dan dia memilih memunculkan kepalanya saja. Semua menoleh kearahnya kecuali Soonyoung yang masih sibuk sendiri. Jihoon diam.

"Masuk saja, Jihoon hyung!" itu suara Seokmin yang sengaja dikeraskan untuk melihat reaksi Soonyoung. Tapi tidak ada reaksi. Dia biasa saja.

"Cepat masuk dan pemanasan. Mau cepat dimulai tidak?" itu ucapan Soonyoung yang datar dan tanpa melihat kearahnya itu menyakiti hati Jihoon. Jihoon menurut dan meletakkan segala barang-barangnya dan mulai pemanasan agak jauh dari yang lain.

Jihoon diam-diam melirik Soonyoung terus. Ketika Sooyoung mengatakan latihan akan dimulai. Jihoon meraih botol minumnya dan meminumnya. Setelah itu dia mendekat dan mereka memulai latihan.

.

.

Sudah tiga jam dan Soonyoung memberikan waktu satu jam istirahat. Mereka langsung sibuk dengan tiduran dan minum. Begitu juga Jihoon yang sibuk memejamkan matanya karena lelah. Tas berada diantara kedua kakinya. Jihoon sudah mengeluarkan air mineral dan tinggal meminumnya. Jihoon membuka matanya ketika seseorang duduk disebelahnya dan itu adalah Wonwoo.

"Kau lelah?" Wonwoo bertanya. Jihoon mengangguk. "Tentu saja. Kau dan mereka juga." Wonwoo terkekeh. Matanya melirik semua anggota yang sibuk mengobrol sekarang.

"Tapi wajahmu pucat, Ji." Wonwoo mengambil botol air mineral Jihoon dan membukanya kemudian diberikan kepada Jihoon. "Wajahku memang pucat bukan?" Wonwoo menggeleng. "Lebih pucat. Soonyoung juga tadi memarahimu terus karena kau terus melakukan kesalahan. Kau sakit?" Jihoon menggeleng. "Kurasa tidak. Entahlah." Wonwoo diam setelah itu.

Jihoon meletakkan botol air mineral dan melihat Soonyoung yang berjalan melewatinya. Dia memanggil leader performers unit itu. "Ya! Soonyoung-ie!" Orang yang dipanggil menoleh. Tidak merespon atau menghampiri Jihoon.

Jihoon akhirnya memutuskan membuka tasnya dan mengambil kotak bekal. Dia berdiri dan menghampiri Soonyoung. Jihoon menyodorkan kotak bekal. Soonyoung melirik datar. "Untukmu. Makanlah."

Entah kenapa tempat latihan menjadi sepi. Jihoon tetap memegang kotak bekal dan Soonyoung yang tidak juga mengambilnya. "Aku sudah makan. Untuk yang lain saja." Soonyoung menolak dan itu membuat Jihoon menunduk sedih.

Tapi suara Seokmin membuat Soonyoung dan Jihoon menatapnya. "Kita sudah makan kok. iyakan?" Yang lain mengangguk dan Jihoon sungguh berterimakasih pada Seokmin dalam hati. Soonyoung menghela nafas dan mengambil kotak bekal ditangan Jihoon kemudian berlalu dari hadapan Jihoon.

Jihoon menoleh kearah Seokmin yang duduk bersama yang lain. Jihoon tersenyum manis membuat semuanya ikut tersenyum. Setelah itu Jihoon kembali ke tempatnya. "Wonwoo? Kau tak apa?" Jihoon bertanya. Wonwoo terlihat lelah sekali. "Aku masih hidup, Lee. Hanya merasa lelah saja."

"izin saja. tiga jam kurasa cukup. Soonyoungie juga merasa puas dengan dance-mu." Jihoon menepuk paha Wonwoo. Pria yang lahir dua bulan lebih dulu daripada Jihoon itu menghela nafas dan mengangguk.

"Kurasa kau juga, Ji."

"Tidak. Soonyoungie tidak akan mengizinkan."

"Coba dulu."

"Ti—

"Ya! Soonyoung!" Wonwoo memotong penolakan Jihoon dan memanggil Soonyoung. Soonyoung menoleh dan mendekat. Jihoon kembali sakit hati karena hal itu. Kenapa ketika Wonwoo yang memanggil Soonyoung mendekat dan ketika dia yang memanggil Soonyoung hanya diam saja?

"Boleh aku dan Jihoon izin? Aku lelah dan Jihoon sedang tidak fokus." Soonyoung melirik keduanya dan mengangguk. Wonwoo tersenyum dan berterimakasih, tapi— "Tidak dengan Jihoon. Dia bahkan salah terus sedari tadi. Jadi kau diam disini dan Jihoon akan melanjutkan latihan bersama yang lain." Senyum Wonwoo dan Jihoon langsung luntur mendengarnya.

Tapi Jihoon mengangguk patuh. Wonwoo sudah hampir mengeluarkan protes, tapi Jihoon menahannya. Jadi, Wonwoo diam saja. Soonyoung pergi dari sana menuju yang lain. Jihoon melihat Soonyoung mengobrol dan tertawa. Jihoon tersenyum miris.

'Kenapa kau seperti ini, Soonyoungie? Apa salahku?' Batin Jihoon sedih.

Wonwoo yang tahu Jihoon sedang sedih langsung merangkulnya. Jihoon menoleh dan melihat Wonwoo tersenyum seketika itu juga dia tersenyum pedih. "Kau tau, Wonwoo? Hal yang sedih bagiku sekarang adalah melihat Soonyoungie tersenyum dan tertawa dengan orang lain tapi saat bersamaku dia tidak tersenyum dan tertawa."

Dan—Senyum Wonwoo luntur saat itu juga.

.

.

Jihoon sedang berada di studio nya—eum maksudku punya Pledis. Dua jam lalu latihan sudah selesai dan Jihoon tanpa babibu langsung kesini. Wonwoo sudah mengajaknya pulang bersama yang lain, tapi dia menolak. Dia ingin di studio untuk urusannya—Jihoon mengatakan itu untuk yang lain, tapi alasan sebenarnya adalah untuk menyendiri.

Jihoon juga menolak Seungkwan dan Hansol yang ingin menemaninya. Mereka berdua bisa apa melihat wajah Jihoon yang sedih sekali? Seperti benar-benar butuh waktu sendiri.

Jihoon juga sedari tadi hanya menelungkupkan wajahnya diatas meja. Kedua telinganya ia sumpal dengan earphone ber-volume tinggi, dan lagu Say Yes mengalun dengan indah. Jihoon memejamkan matanya, menikmati suara Seungkwan dan Seokmin.

Tanpa sadar airmatanya mengalir. Jihoon memang kuat jika berhadapan dengan yang lain tapi jika sedang seperti ini, Jihoon akan menjadi orang yang sangat rapuh. Apalagi jika itu tentang Soonyoung.

Sebenarnya dia tidak tahu permasalahannya apa. Demi tuhan, Soonyoung tiba-tiba menjauhinya begitu saja tanpa penjelasan. Jihoon sudah berusaha mengajaknya mengobrol, bermaksud meminta penjelasan tentang apa salahnya. Setidaknya dengan begitu dia bisa memperbaiki masalahnya. Soonyoung tidak biasanya seperti ini. Dan hari ini tepat dua minggu, Kwon Soonyoung menjauhinya.

Jihoon mengusap airmatanya. Tiba-tiba ponselnya bergetar dan itu adalah pesan dari Wonwoo yang mengatakan sekarang hujan dan Wonwoo berharap Jihoon agar berhati-hati. Wonwoo juga meminta jika ingin pulang telepon salah satu dari mereka. Dan Jihoon akan dijemput.

Jihoon hanya membalas 'Iya, dan kalau aku menginap aku akan bilang padamu, Jeon.'.

Lagu Everytime dari EXO Chen ft Punch sunbaenim mengalun kali ini. Jihoon terkekeh miris. Kenapa akhir-akhir playlist lagunya sedih semua? Jihoon mengusap wajahnya. Dia lelah terus begini dengan Soonyoung, dan sepertinya Carat menyadarinya. Jihoon pernah mencari tau itu di twitter dengan tag soonhoon dan apa yang ditemukannya? Para fans yang menduga tentang apa yang terjadi diantaranya dan Soonyoung kekasihnya. Jihoon hanya bisa tersenyum ketika membacanya.

Jihoon menoleh kearah pintu yang diketuk seseorang dengan keras. Jihoon memang menguncinya karena dia benar-benar sedang tidak ingin diganggu. Jihoon akhirnya melepas earphones-nya dan menghampiri pintu. Dia mengambil kunci disaku celananya dan membukanya.

Jihoon melihat Soonyoung disana, dengan wajah datar dan sweater disampirkan dilengan.

"Pulang."

Jihoon mengernyit mendengar ucapan Soonyoung. "Apa—"

"Pulang, Jihoon." Jihoon menggeleng. "Tidak, aku ingin disini." Soonyoung menghela nafas. "Tidak baik disini! Kau akan tidur tanpa bantal dan selimut karena semuanya sedang dilaundry!" Jihoon tidak marah diteriaki seperti itu. Dia justru tersenyum karena Soonyoung mengkhawatirkannya.

"Kau khawatir—"

"Tidak! Cepatlah! Kau membuatku lelah!"

"Tapi aku—"

"LEE JIHOON!"

Jihoon diam membatu mendengarnya. Soonyoung membentaknya. Kwon Soonyoung pertama kali membentaknya. Mem-ben-tak-nya. Jihoon diam. Sementara Soonyoung mengatur nafasnya.

"Pulanglah, Soonyoung. Aku disini saja. Jangan membuang waktumu hanya untuk ini. Kau lelah bukan? Jadi pulanglah. Istirahat yang benar." Jihoon berucap cepat. Soonyoung baru sadar jika dia baru saja membentak Jihoon. Soonyoung menutup mulutnya dengan tangannya. Matanya membulat melihat Jihoon yang kini tersenyum. Senyum paksa.

Soonyoung menyesal membentak Jihoon.

"Aku akan masuk dan kau akan pulang. Jadi terimakasih sudah datang kesini." Jihoon sudah hampir menutup pintu. Tapi kaki Soonyoung menghalanginya. Jihoon menatapnya dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Jihoon memang daritadi menahan tangisnya. Ya, walaupun tadi dia juga sempat menangis.

"Kau dan aku akan pulang." Setelah berucap seperti itu. Soonyoung menarik tangan Jihoon dan buru-buru menutup pintu. Jihoon diam saja ketika Soonyoung meminta kunci studio.

"Ayolah, Jihoon. Seungcheol hyung sudah mencarimu." Jihoon menyerah. Dia menyerahkan kunci studio kepada Soonyoung. Dia tidak peduli dengan ponselnya yang di dalam. Jihoon akan kembali besok pagi.

Soonyoung sudah selesai dan menatap Jihoon yang diam menunduk menatap lantai. Soonyoung tersenyum, sedikit melupakan fakta kalau dia sedang ada masalah dengan Jihoon.

"Ayo." Soonyoung melangkah lebih dulu diikuti Jihoon dibelakang. Studio diatas, mereka harus menuruni tangga.

"Soonyoung-ie." Panggil Jihoon.

"Hm?"

"Ng—Apa bekalku kau makan tadi?" Jihoon bertanya dengan canggung. Mereka sudah sampai lantai bawah. Sekarang ingin ke parkiran. Mobil Manajer ada disana.

Soonyoung tidak merespon. Jihoon sudah ingin menangis kembali , menurutnya Soonyoung tidak memakan bekal yang sudah dia buat. Sepertinya Soonyoung benar-benar marah padanya. Sakit sekali rasanya.

"Ayo jalan. Kau mau diam sampai kapan?" suara Soonyoung menyadarkannya. Dia mendongak dan menemukan Soonyoung yang memegang payung untuk mereka berdua. Jihoon menggangguk dan langsung berjalan.

Soonyoung membuka pintu mobil untuk Jihoon dan Jihoon masuk. Setelah itu Soonyoung membuka pintu kemudi dan masuk kesana. Mereka semobil berdua dengan canggung. Biasanya jika begini, Jihoon akan duduk disebelah Soonyong—artinya disebelah bangku kemudi, tapi Jihoon berada dibelakang.

Mobil sudah jalan dan keheningan melanda mereka. Jihoon kembali melihat keluar dari jendela mobil.

"aku memakan, makanan yang kau berikan. Terimakasih." Jihoon menoleh kearah Soonyoung yang masih fokus kearah depan. Jihoon tersenyum. "Kau memakannya." Jihoon mengulang. Dia senang mendengar itu.

"Ya, kau memakannya."

Ya—Pada akhirnya. Malam itu Lee Jihoon bisa tidur nyenyak tanpa menangisi Soonyoung. Jihoon tersenyum dalam tidurnya.

.

.

Hari ini Wonwoo dan Soonyoung pergi berdua jalan-jalan. Sebenarnya mereka sempat mengajak yang lain. Tapi mereka menolak dengan alasan masing-masing. Wonwoo sempat ingin mengajak Jihoon tapi Soonyoung langsung menolak, (Wonwoo hampir saja memanggil Jihoon tapi Soonyoung menahan tangannya dan menggeleng. Isyarat menolak untuk mengajak Jihoon.)

Mingyu sedang ada janji jalan dengan adiknya. Dia sudah berada dirumah dari kemarin sore. Jadi ya Mingyu tidak masuk list untuk pergi dengan mereka.

Soonyoung mengajak Wonwoo pergi ke mall. Wonwoo hanya menghela nafas. Dia yakin Soonyoung pasti akan mengajaknya ke—

"Toko Sepatu, Wonwoo-ah!"

Tuh, kan. Batin Wonwoo.

Wonwoo mengikuti Soonyoung yang sudah berjalan duluan.

"Wonwoo, Wonwoo! Bagus tidak?"

"—Gimana kalau yang ini?"

"—Merah atau biru? Ya!"

"—Modelnya jeleeeek, Wonwoo-ah."

"—Jeon Wonwoo jangaaaan diam sajaaa."

"—YAAA!"

Wonwoo menghela nafas mendengar rengekan Soonyoung yang bertanya ini-itu dan teriakan saat terakhirnya itu membuat Wonwoo malu, serius.

"Berisik, sipit."

"—asdfghjklld KURANG AJAR!"

Wonwoo memilih menutup wajahnya. Lain kali dia akan menolak ajakan Kwon Soonyoung jelek ini.

"Kalau ada Jihoonie, pasti dia akan memilihkan sepatu yang bagus."

Wonwoo langsung mengernyit mendengar gumaman Soonyoung. "Kau bilang apa, Soonyoung?" Soonyoung terlihat gelagapan. Soonyoung menggeleng dengan senyuman dibibirnya. "T-Tidak." Wonwoo tidak yakin sih dengan apa yang dibilang Soonyoung. Tapi dia dengar samar.

Wonwoo berjalan duluan. Sebelum itu dia berhenti sejenak. "Agensi masih menyuruhmu, kah? Kau sangat tersiksa pasti. Aku tidak tau rasanya. Tapi cobalah berbicara baik-baik. Bawa Jihoon serta denganmu." Setelah itu dia berjalan duluan.

Meninggalkan Soonyoung yang terdiam terpaku.

TBC

(1/2)

Hello :)

Hanya twoshoot selingan karena aku mendapat stuck di dua ff yang lain. Terutama Kwon & Lee. Sebenarnya ini terispirasi dari tag soonhoon ditwitter. Kalau aku baca rata-rata banyak yang mengira mereka sedang ada konflik. Aneh-aneh saja. —Dan ini kujadikan twoshoot karena aku suka membuat orang lain penasaran(aku tidak tahu kalian penasaran atau tidak?) Lagipula aku tidak bisa menulis terlalu panjang.

Hari ini MuBank. Mereka pakai outfit Pink-putih. Lucu sekali lihatnya. Silau hahaha. Ontheway music bank ala-ala anak kampus ya. Jihoon bukannya kelihatan anak kuliahan malah jadi anak kecil yang pakai kacamata kebesaran haha.

Aku rasa cukup—Tolong review ya!