UNTIL THE END

Kimmy Cho Present

.

.

CAST: Cho Kyuhyun, Park (Cho) Jung Soo, Lee (Cho) Donghae

OTHER CAST: Cho Young Hwan, Kim Hanna, Lee Na Yeon, Lee Jonghyun

.

.

GENRE: Family, Brothership, Sad, Hurt

.

.

RATED: T

.

.

WARNING: TYPO bertebaran sepenjang mata memandang, cerita pasaran dan membosankan, tulisan dengan cetak miring itu FLASHBACK yaww..

.

.

.

Sebuah kesalahan...

Akibat dosa yang dilakukan oleh orang-orang dewasa itu,

Bocah polos tak berdosalah yang menjadi korbannya...

Anak sialan, anak pembawa sial, anak haram, anak tak tahu malu, anak perusak hubungan orang...

Kata-kata itulah yang selalu menemaninya...

Apakah sampai terakhir akan terus seperti ini...?

Dibuang dan tak diharapkan...

Karena terlahir sebagai sebuah kesalahan...

.

.

.

"Bukankah aku sudah pernah bilang untuk tidak memperdulikanku lagi. Jadi jangan pernah menyapaku dan anggap aku tidak pernah ada seperti biasanya"

Kyuhyun meninggalkan Donghae seorang diri. Tanpa terasa liquid bening itu mengalir dipipi tirus Donghae. Donghae tidak bisa membayangkan betapa sesaknya Kyuhyun sekian lama memendam ini semua sendirian.

"Pasti sangat sakitkan Kyu..."

.

.

PART 6

.

.

Langkah lemah itu terhenti disebuah ruangan yang mereka sebut sebagai ruang keluarga. Disana terpampang sebuah potret besar yang menampilkan sebuah keluarga kecil yang bahagia. Dua orang anak lelaki dengan ibu dan ayah yang tampak begitu mencintai mereka.

Kyuhyun tersenyum miris melihatnya. Bahkan dirinya sama sekali tidak memiliki potret bersama eomma dan appa. Kapan ia bisa seperti itu? Jangan pernah bermimpi Kim Kyuhyun. Kau hanyalah anak yang tidak diingikan, jadi jangan pernah bermimpi untuk bisa berfoto dengan orang-orang yang sudah mencampakkanmu. Orang-orang yang kau sebut sebagai keluarga.

Sakit dan sesak itu kembali menyerangnya. Tangannya mengepal erat. Membayangkan semua perlakuan orang-orang yang ia sebut keluarga, tidak diakui, dibuang, dan dikatai anak haram, itu semua benar-benara membuat dadanya kembali sesak.

Kyuhyun terbatuk. Tangan kirinya meremas dadanya yang terasa begitu sakit, sedangkan tangan kanannya ia gunakan untuk mencari sesuatu disaku blezernya. Kini sebuah botol kecil sudah berada dalam genggamannya. Kyuhyun kembali tersenyum miris. Inilah hidupnya, harus bergantung pada benda kecil yang terdapat dalam botol ini. Ia mengeratkan genggamannya pada botol yang berada ditangannya kini. Kyuhyun benci. Benci pada tubuhnya yang lemah ini. Bagaimana bisa melawan mereka jika untuk melawan tubuhnya sendiri saja ia tidak kuat. Dasar lemah.

Kyuhyun segera menelan dua pil sekaligus, berharap agar sakit itu segera pergi. Kyuhyun tidak ingin mati seperti ini. Satu-satunya harapan yang ia miliki belum bisa ia raih. Harapannya tidak muluk-muluk, Kyuhyun hanya menginginkan sebuah pengakuan.

Kyuhyun tidak memerlukan sebuah kasih sayang dari kedua orang tuanya, karena dirinya yakin jika itu tidak akan pernah ia dapatkan. Sampai saat ini, Kyuhyun sudah terlalu lelah terus mengemis kasih sayang kepada ayah dan ibunya. Sekarang yang ia inginkan hanyalah sebuah pengakuan. Pengakuan jika Kyuhyun itu ada. Pengakuan jika Kyuhyun juga bagian dari Cho. Dan pengakuan jika Kyuhyun adalah anak mereka, anak dari Cho Young Hwan dan Kim Hanna. Apakah harapannya ini terlalu besar? Apakah sebuah pengakuan juga tidak akan pernah Kyuhyun dapatkan? Kyuhyun tidak ingin mati sebelum mendapatkan pengakuan itu. Setidaknya sebelum ia meninggalkan dunia ini, ia ingin merasakan sedikit saja kebahagaian karena telah diakui sebagai anak oleh mereka.

Secepat mungkin Kyuhyun beranjak, berlalu meninggalkan ruangan yang menyesakkan itu. Tubuhnya sudah tidak kuat lagi untuk berdiri. Kyuhyun tidak ingin ambruk disini. Namun, tanpa Kyuhyun sadari, ada sepasang mata tajam yang sedang memperhatikannya. Mata tajam itu melihat semuanya, semua kesakitan yang Kyuhyun rasakan, ia melihatnya.

.

.

Bel tanda pelajaran pertama dimulai menggema diseluruh penjuru Shinhwa. Seluruh siswa sudah berada dikelasnya masing-masing. Bersamaan dengan bunyi bel yang terdengar, muncullah seorang pemuda pucat memasuki kelas.

Jonghyun mengernyit bingung. Bukankah seharusnya pemuda itu masih berada dirumah sakit? Lalu kenapa sekarang dia sudah berada disini? Disaat Jonghyun akan mengeluarkan pertanyaan bertepatan dengan itu seorang guru memasuki kelasnya. Jonghyun menggeram kesal. Kenapa sang guru harus datang sekarang? Hahh..sepertinya Jonghyun harus menahan diri dengan rasa penasaran yang sudah tidak sabar untuk diluapkan.

"Selamat pagi anak-anak" sapa sang guru dengan senyum ramahnya.

"Selamat pagi seonsaengnim"

"Kemarin seonsaengnim bilang akan ada anak baru kan? Karena kemarin ia tidak datang, jadi hari ini ia akan memulai belajar dikelas kita. Baiklah anak baru silahkan masuk" perintah sang guru kepada salah satu siswa yang masih berdiri didepan pintu kelas. "Nah sekarang perkenalkan dirimu" suruhnya lagi.

"Annyeong... Shim Changmin imnida.. Bangapseumnida" siswa baru bernama Changmin itu memperkenalkan dirinya dihadapan seluruh teman barunya dikelas ini. Changmin tersenyum begitu lebar. Pemuda jangkung itu sudah sangat menantikan moment ini. Moment dimana ia bertemu dengan seseorang yang pernah ia campakkan dulu.

Tatapan mata Changmin mengarah pada pemuda pucat yang duduk di meja paling belakang. Changmin dapat melihat ekspresi keterkejutan diwajah pemuda pucat itu. Namun, wajah terkejut itu dengan cepat berubah kembali kesedia kala. Dingin.

"Baikalah cukup untuk perkenalannya. Sekarang kau duduklah dikursi kosong yang disana" seonsaengnim menyuruh Changmin untuk segera duduk dikursinya.

Changmin berjalan menuju tempat duduknya setelah sebelumnya mengucapkan terima kasih kepada sang guru. Tatapan Changmin masih terus mengarah kepada Kyuhyun.

"Kyunie annyeong.." sapanya pelan saat berpapasan dengan Kyuhyun. Kyuhyun membalas sapaan Changmin dengan tatapan dinginnya. Meskipun ditatap dingin seperti itu, Changmin tetap memberikan senyum lebarnya untuk Kyuhyun. Tidak tahu saja Changmin jika tangan pemuda pucat itu kini tengah mengepal begitu erat dibawah meja sana.

.

.

Saat ini Kyuhyun sedang menikmati jam istirahatnya. Setelah empat jam berkutat dengan pelajaran yang membuat kepalanya sakit, akhirnya waktu istirahatpun tiba. Kyuhyun tengah duduk diatap sekolahnya. Pemuda pucat itu terlihat begitu menikmati angin musim gugur tahun ini. Meskipun angin yang berhembus cukup kencang dan dingin, namun Kyuhyun terlihat begitu menikmatinya. Kyuhyun hanya berharap jika semua bebannya dapat terbang terbawa angin yang berhembus. Namun, harapan itu sudah pasti tidak akan pernah terwujud. Karena tetap saja beban itu masih menempel dan malah makin bertambah banyak saja.

"Kyuhyun-ah apa kau sangat menyukai atap sekolah? Disini udaranya sangat dingin" seseorang mengusik ketenangan Kyuhyun. Kini sebuah mantel tersampir di bahu sempit itu. Kyuhyun menoleh dan mendapatkan Jonghyun yang tengah berdiri dibelakangnya.

"Kyu.. Kenapa kau sudah masuk sekolah. Bukankah seharusnya kau masih dirawat untuk beberapa hari kedepan" Jonghyun sudah memposisikan dirinya disebelah Kyuhyun. Pemuda itu duduk dengan pandangan yang menatap lurus kedepan. Sedangkan Kyuhyun, pemuda pucat itu kini tegah menatap wajah Jonghyun dengan tatapan tajamnya.

"Apa perdulimu. Kau bukanlah teman atau keluargaku. Jadi berhentilah untuk memperdulikanku" ucapan Kyuhyun ini membuat Jonghyun mengalihkan tatapan kepada Kyuhyun. Tatapan mata Jonghyun bertemu dengan tatapan mata Kyuhyun. Jonghyun terkesiap melihat tatapan Kyuhyun. Tatapan yang terlihat kilat kebencian didalamnya.

"Aku khawatir kepadamu. Meskipun kau menganggapku bukan temanmu, tapi aku akan tetap menganggapmu sebagai temanku. Jadi apakah salah jika aku mengahawatirkan temanku" Jonghyun berbicara dengan nada yang sedikit meninggi.

"Bohong, kau bukan menghawatirkanku. Kau hanya merasa iba kepadaku. Bukankah aku sudah pernah bilang jika aku benci dikasihani dan dipandang iba" Kyuhyun pun membalas ucapan Jonghyun dengan nada yang meninggi juga.

"Kyu.. Tidak bisakah kau merasakan ketulusanku? Sebenarnya apa salahku padamu sampai-sampai kau selalu bersikap dingin kepadaku bahkan kau terlihat membenciku" Jonghyun yang kesal akhirnya meluapkan semua kekesalannya. Kali inipun Jonghyun membalas tatapan Kyuhyun dengan tajam.

"Itu karena kau telah merebut eommaku" ingin sekali Kyuhyun meneriakan kalimat itu pada Jonghyun. Namun, Kyuhyun tidak mau kalau Jonghyun mengetahui rahasianya ini. Kyuhyun menghindari tatapan mata Jonghyun dan mengambil sesuatu didalam saku blezernya. Jonghyun kecewa karena Kyuhyun tidak menghiraukan pertanyaan darinya.

Kyuhyun menaruh sebuah amplop kepangkuan Jonghyun. Jonghyun melihat amplop yang kini berada dipangkuannya dengan pandangan bertanya.

"Itu uang yang kau pakai untuk membayar biaya perawatanku" dan akhirnya pertanyaan Jonghyun pun terjawab. Kali ini tatapan Jonghyun kembali mengarah pada Kyuhyun yang terlihat sedang menatap kosong kearah depan.

"Aku membayarnya bukan untuk menerimanya kembali" Kyuhyun tersenyum sinis mendengar jawaban dari Jonghyun.

"Aku tidak membutuhkan uangmu. Dan jangan pernah membuatku berhutang kepada siapapun" Kyuhyun membalas ucapan Jonghyun dengan begitu tajam.

"Aku juga tidak membutuhkannya. Terserah uang itu mau kau apakan. Yang jelas, jangan pernah lagi untuk mengembalikannya padaku" Jonghyun meninggalkan Kyuhyun sendiri setelah menaruh kembali amplop putih itu kepangkuan Kyuhyun. Entahlah apa yang saat ini tengah Jonghyun rasakan. Yang jelas ia kecewa. Kecewa karena Kyuhyun tidak pernah melihat ketulusannya.

.

.

Wanita paruh baya itu kembali mendatangi restaurant kemarin. Kim Hanna, wanita itu belum menyerah untuk bertemu dengan seseorang yang bekerja direstaurant tersebut.

"Ohh.. Nyonya Anda datang lagi? Hari ini Anda ingin memesan apa?" pelayan bertubuh gempal yang kemarin melayaninya, hari ini kembali melayaninya lagi.

"Aku hanya ingin tanya. Apakah Kyuhyun masuk kerja hari ini" Hanna bertanya dengan angkuhnya kepada pelayan itu.

"Ahh Kim Kyuhyun saat ini ia bertugas didapur. Apakah nyonya ingin saya memanggilnya?" si pelayan masih bersikap ramah. Meskipun sebenarnya ia sangat kesal akan sifat angkuh pelanggannya ini.

"Suruh dia untuk menemuiku"

.

.

Dan kini terlihatlah dua orang yang duduk berhadapan. Aura dingin begitu kentara diantara mereka. Sudah sepuluh menit berlalu, namun belum ada percakapan yang keluar. Hanna menatap Kyuhyun dengan pandangan dinginnya. Sedangkan yang ditatap, membalas dengan tatapan kosongnya.

"Jadi benar kalau kau Kim Kyuhyun?" Hanna memulai pembicaraan. Wanita itu bertanya dengan nada yang sakartis.

Kyuhyun tidak menjawab. Pemuda pucat itu lebih memilih lantai sebagai objek penglihatannya, daripada menatap wajah sang eomma.

"Tidak ku sangka kau tumbuh dengan baik. Berarti appamu yang brengsek itu memperlakukanmu dengan baik"

TIDAK. Ingin sekali Kyuhyun meneriakan kata itu kepadanya. Selama ini Kyuhyun tidak tumbuh dengan baik. Diacuhkan, dikucilkan dan tidak diharapkan, apakah itu definisi dari tumbuh dengan baik?

"Eom..ma.." bisik Kyuhyun pelan. Tatapannya kali ini mengarah kepada mata indah sang eomma. Ingin sekali Kyuhyun mengadukan semua prilaku buruk yang Kyuhyun terima kepada sang eomma. Ingin sekali Kyuhyun meluapkan semua keluh kesahnya selama ini kepada sang eomma.

"Bukankah sudah pernah aku katakan untuk tidak memanggilku dengan sebutan itu lagi" ucap Hanna dingin. Kyuhyun dapat melihat raut ketidaksukaan sang ibu kepadanya. Hatinya mencelos, setelah sekian lama tidak bertemu ternyata sang eomma tidak pernah berubah.

"Lalu aku harus memanggilmu apa?" tanya Kyuhyun pelan. Hanna menatapa Kyuhyun tajam, setelah mendengar pertanyaan dari Kyuhyun.

"Apa saja, asal bukan eomma. Karena aku bukanlah ibumu"

DEG

Sungguh rasanya Kyuhyun akan mati saat itu juga, saat mendengar ucapan sang eomma. Apa katanya? Bukan ibuku? Lalu siapa ibuku?

"Aku tidak menyangka ternyata kau tumbuh menjadi anak yang licik"

Tangan Kyuhyun mengepal dibawah meja sana. Apakah sang ibu mengajaknya bertemu hanya untuk menghinanya. Setelah sepuluh tahun mereka tidak bertemu, bukanlah sapaan hangat yang Kyuhyun terima, justru kata-kata kasar yang begitu menyesakan yang Kyuhyun dapat.

"Kau pasti sudah tahu bukan, kalau Jonghyun adalah putraku. Maka dari itu kau mendekatinya untuk menghancurkan kebahagianku" Hanna menatap sinis anak dihadapannya ini. "Bahkan kau juga berniat untuk memerasnya. Apakah ayah brengsekmu itu tidak pernah memberimu uang, sampai-sampai kau memeras Jonghyun untuk memenuhi keperluanmu"

Cukup. Kyuhyun sudah tidak kuat mendengarnya. Seburuk itukah Kyuhyun dimata sang eomma.

"Seburuk itu aku dimatamu? Bahkan kita baru bertemu kembali setelah sepuluh tahun, tapi eomma sudah menilaiku dengan buruk seperti itu" Kyuhyun berucap lirih. Hatinya sakit mendengar semua perkataan sang eomma.

"JANGAN PERNAH MEMANGGILKU DENGAN SEBUTAN EOMMA"

Byurr~~

Tanpa sadar Hanna menyiramkan orange juicenya tepat ke wajah Kyuhyun. Seluruh pengunjung yang berada direstaurant itu melihat kejadian tersebut dengan berbagai macam ekspresi.

Tahukah apa yang Kyuhyun rasakan saat ini? Entahlah, Kyuhyun juga tidak tahu apa yang ia rasakan saat ini. Malu, marah, kecewa, semua Kyuhyun rasakan dalam satu waktu. Apalagi teriakan sang eomma yang terus terngiang ditelinganya. Kenapa sang eomma tidak mau dipanggil eomma olehnya? Bukankah ia memang putranya? Tidak cukupkah selama sepuluh tahun Kyuhyun membuktikan baktinya untuk tidak mencarinya dan menyebutnya eomma.

"Kenapa aku tidak boleh memanggilmu eomma? Bukankah aku memang putramu.." Kyuhyun menatap tajam wanita dihadapannya ini. "Bakti? Apakah selama sepuluh tahun ini aku masih kurang berbakti kepadamu? Kau menyuruhku tidak memanggilmu eomma, aku menurut. Kau tidak pernah memperhatikanku, aku tidak banyak mengeluh. Kau membuangku ke keluarga Cho, aku juga tidak menolak dan menurut. Lalu apakah aku masih kurang berbakti kepadamu, sehingga kau memperlakukanku seperti ini" Kyuhyun meluapkan segalanya dengan ekspresi yang tidak terbaca. Marahkah? Bencikah? Atau malukah? Semua itu tidak bisa terbaca diwajah Kyuhyun.

Hanna menatap Kyuhyun dengan sedikit rasa bersalah. Tadi Hanna mengambil minumannya dan menyiramkannya ke wajah Kyuhyun tanpa ia sadarinya. Ia reflek karena merasa geram dengan panggilan Kyuhyun terhadapnya. Wajah cantik yang awalnya penuh emosi itu, kini berubah pucat pasi.

"Pasti kau sudah mengerti kenapa aku tidak mau dipanggil eomma olehmu... Atau kau ingin aku menjelaskannya lagi agar kau lebih mengerti" kali ini Hanna berucap dengan mata yang memerah. Kyuhyun menundukkan kepalanya, sambil berusaha mengatur napasnya. Sakit itu kembali terasa didadanya.

"Baiklah.. Aku akan menjelaskannya lagi.. Kau adalah anak yang terlahir dari sebuah kesalahan. Entah setan apa yang merasukiku saat itu, sehingga dengan mudahnya aku mau ditiduri oleh ayahmu yang brengsek itu, padahal aku tahu jika ayahmu sudah memiliki seorang istri. Awalnya aku mempertahankanmu karena aku berharap dengan hadirnya dirimu, ayahmu akan bertanggung jawab dan menikahiku. Tapi yang namanya seorang bajingan tetaplah bajingan, ayahmu meninggalkanku disaat aku tengah mengandungmu.. Dikucilkan, dan diusir oleh keluargaku sendiri karena hamil tanpa suami. Kau tahu bagaimana rasanya? Sakit. Kau hanyalah sebuah benalu di kehidupanku, aku menganggapmu sebagai sebuah kesialan dalam hidupku. Jadi jangan pernah memanggilku eomma, karena dirimu hanyalah sebuah kesialan bagiku" Hanna menitikan air mata. Entah kenapa hatinya terasa begitu sakit saat mengucapkan kata-kata menyakitkan itu. Apalagi saat menatap mata bulat itu. Hatinya serasa dicubit saat melihat pandangan kosong milik pemuda dihadapannya.

Kyuhyun sendiri? Entahlah. Ternyata dirinya bukan hanya dianggap sebagai sebuah kesalahan, tapi juga dianggap sebagai sebuah benalu dan sebuah kesialan bagi sang eomma.

"Kesalahan? Benalu? Kesialan? Apakah tidak ada hal baik dari diriku ini. Lalu untuk apa aku dilahirkan jika aku hanyalah sebuah kesialan bagimu. Kenapa tidak melenyapkanku saja seperti apa kata appa. Kenapa tetap mempertahankan sebuah kesialan ini" Kyuhyun berucap dengan nada sedih. Matanya sudah memerah menahan tangis. Kyuhyun tidak ingin menangis dihadapan siapapun. Ia tidak ingin dianggap lemah oleh semua orang. Sudah cukup ia dianggap sebagai sebuah kesialan, ia tidak mau dianggap lemah juga.

"Selama lima belas tahun aku tidak pernah dianggap. Dibuang, dikucilkan dan tak dianggap. Aku hidup seperti itu selama lima belas tahun.. Sepuluh tahu yang lalu, kau membuangku ke keluarga Cho. Kau tahu apa yang aku alami? Dikucilkan dan tidak pernah dianggap sebagai keluarga. Betapa menyakitkannya diperlakukan seperti itu.. Lalu hari ini kau datang menemuiku setelah sepuluh tahun lamanya tidak bertemu hanya untuk mengatakan hal menyakitkan ini. Apakah kau tidak merasa bahwa dirimu itu kejam? Tadinya aku berharap pertemuan ini akan mengeluarkanku dari semua kekejaman ini, tapi ternyata.. Aku justru mendapatkan hal yang lebih kejam lagi dari ibu KANDUNGku sendiri" tidak ekspresi kesakitan yang Kyuhyun tunjukkan saat mengatakan semua itu. Entahlah, sepertinya ia sudah mati rasa. Air mata yang tadi keluar kini semakin deras mengalir dari kedua mata indah Hanna. Melihat ekspresi kosong Kyuhyun saat menceritakan semuanya membuat hati Hanna serasa dicubit.

Sett~~

Kyuhyun menggeser sebuah amplop putih ke hadapan Hanna.

"Itu uang Jonghyun yang sudah aku pakai. Aku tidak membutuhkannya. Lagipula bukan aku yang memintanya, melainkan Jonghyun sendiri yang memberikannya tanpa sepengetahuanku. Tadi aku akan mengembalikannya pada Jonghyun, tapi dia tidak menerimanya. Kebetulan sekali, aku bertemu dengan eomma, jadi sekalian saja aku memberikannya kepadamu" Hanna menatap amplop putih yang disodorkan oleh Kyuhyun dengan pandangan nanarnya.

"Dan tolong sampaikan pada Jonghyun untuk tidak lagi membantuku. Aku tidak butuh bantuan kalian. Jadi jangan pernah membuatku berhutang kepada siapapun" ucapan dingin itu mengakhiri segala percakapan menyakitkan antara ibu dan anak itu.

Srett~~

Setelah mengatakan itu Kyuhyun bergegas meninggalkan Hanna sendirian. Pemuda pucat itu berjalan dengan langkah gontai dan pandangan yang kosong. Hanna menatap punggung itu dengan pandangan yang sulit dibaca. Punggung sempit itu terlihat begitu lemah dimata Hanna. Hanna sesak memikirkan seberapa menderitanya Kyuhyun selama ini. Apakah ia sudah sangat keterlaluan kepada putranya itu?

Saat pikiran Hanna melayang memikirkan tentang Kyuhyun. Sebuah suara tarikan kursi berhasil mengembalikan fokusnya. Hanna melihat siapakah orang yang sudah dengan lancangnya duduk dikursi kosong dihadapannya. Dan seketika mata indah itu membulat, mendapati sosok yang begitu ia kenallah yang duduk dihadapannya kini.

"Bisakah kau menjelaskan semua ini.. Eomma.."

.

.

Kyuhyun tidak menghiraukan seluruh tatapan prihatin dari para rekan kerjanya. Entah apa yang membuat mereka menatapnya dengan iba seperti itu. Mungkin mereka mendengar semuanya, atau mereka merasa prihatin saat melihat keadaan Kyuhyun yang begitu kacau. Kyuhyun tidak ingin memperdulikan semua itu.

"Kyu-ya, gwenchana..?"

Seorang rekan kerjanya bertanya kepada Kyuhyun, saat pemuda pucat itu melewatinya dengan penampilan yang kacau dan pandangan yang kosong. Kyuhyun tidak memghiraukan. Ia tetap berjalan melewati pemuda bertubuh gempal itu. Tujuannya saat ini adalah toilet. Kyuhyun ingin melihat seperti apa bentuk wajahnya saat ini. Pasti sangatlah mengenaskan.

Saat tiba didalam toilet, Kyuhyun segera membasuh wajahnya dengan air. Ditatapnya pantulan wajahnya dicermin. Menyedihkan. Wajahnya benar-benar menggambarkan betapa menyedihkannya ia.

Kyuhyun menunduk, tangannya mengepal erat di pinggiran wastafel. Sakit. Dadanya kembali berdenyut sakit.

"Uhuk.. Uhukk..." suara batuk penuh kesakitan kini memenuhi toilet.

Kyuhyun segera mengambil botol obat yang selalu tersedia di dalam sakunya. Kyuhyun terdiam, pergerakannya terhenti saat ia akan mengambil sebutir obat di dalam botol. Perkataan sang eomma kembali teringat olehnya. Bagaimana dengan wajah dinginnya sang eomma menyebutnya sebagai sebuah kesialan. Apakah hidup Kyuhyun benar-benar tidak ada artinya. Lalu untuk apa ia bertahan hidup, sedangkan harapannya untuk mendapatkan sebuah pengakuan sepertinya tidak akan pernah terwujud.

Prakk~~

Botol berisi obat itu kini nampak mengenaskan didalam kotak sampah. Kyuhyun menyerah. Mungkin mati lebih cepat akan terasa lebih baik untuknya.

.

.

Di taman

Jonghyun duduk sendirian setelah tadi ia bertemu dengan sang eomma. Sebenarnya Jonghyun pergi ke restaurant untuk menemui Kyuhyun. Ia ingin meminta maaf kepada Kyuhyun atas perkataannya tadi saat di atap sekolah. Namun, justru apa yang ia dengar. Sebuah fakta yang begitu mengejutkan.

"Bisakah kau menjelaskan semua ini, eomma..." Jonghyun menatap Hanna dengan tatapan penuh penuntutan. Ia mendengarnya. Meskipun tidak semua yang ia dengar, tapi ia mendengar jika Kyuhyun merupakan putra dari eommanya.

Hanna terlihat sedang mengontrol emosinya. Ia sungguh terkejut akan kehadiran Jonghyun. Apakah Jonghyun mendengar semuanya? Jika Jonghyun memang mendengar semuanya maka habislah dia. Kebahagian yang ia bina selama sepuluh tahun akan musnah begitu saja.

"Kenapa eomma hanya diam? Jelaskan apa benar jika Kyuhyun itu putra eomma?"

"Benar. Kyuhyun memang putra eomma" jawab Hanna dengan raut tak terbaca.

"Kalau memang benar, kenapa eomma tidak pernah mengatakannya. Dan kenapa eomma menyembunyikan kenyataan ini"

"Eomma menyembunyikan semua ini karena tidak ingin keluarga kita hancur. Kyuhyun, dia anak yang licik Jonghyun-ah. Bahkan tadi ia mengancam eomma akan menghancurkan keluarga kita. Eomma takut.." Hanna terlihat pura-pura ketakutan. Ia terpaksa berbohong untuk tetap mempertahankan kebahagiannya. Selama sepuluh tahun Hanna bisa merasakan kebahagiaan bersama dengan Jonghyun dan suaminya yang sekarang. Terserah Jonghyun akan percaya atau tidak pada perkataannya, yang pasti Hanna akan melakukan apapun demi kebahagiannya. Meskipun harus memfirnah putra kandungnya sendiri.

"Kyuhyun mendekatimu untuk melancarkan aksinya menghancurkan keluarga kita. Dia berlindung ditampang lemahnya untuk menarik perhatianmu dan setelah itu, ia akan dengan mudahnya masuk dan menghancurkan segalanya"

Jadi karena ini Kyuhyun selalu bersikap dingin kepadanya. Tangan Jonghyun mengepal erat. Benarkah apa yang diucapkan oleh ibunya. Haruskah ia mempercayai semua ucapan ibunya?

.

.

Seorang pemuda yang mengenakan jas berwarna hitam itu terlihat berjalan dengan begitu angkuh dikoridor sebuah rumah sakit besar diseoul. Langkahnya terhenti didepan sebuah pintu bertuliskan nama Hwang Ji Hoon. Tanpa memikirkan sopan santun, pria itu segera masuk ke ruangan tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

Pria paruh baya yang saat ini sedang memiriksa sebuah berkas, langsung mengalihkan tatapannya melihat siapa orang yang dengan tidak sopannya masuk begitu saja tanpa mengetuk pintu.

Hwang Ji Hoon, pria paruh baya itu mengerutkan keningnya saat tatapannya melihat sosok yang tidak ia sangka-sangka akan datang kesini.

"Jung Soo-ah waegeurae..?"

.

.

Koridor sekolah Shinhwa nampak sedikit lengang. Waktu sudah menunjukkan pukul 12 siang. Itu tandanya waktu istirahat telah tiba. Kebanyakan dari para siswa/siswi itu menghabiskan waktu istirahat mereka dikantin. Tapi tak sedikit pula siswa/siswi yang tengah bercengkrama atau duduk bergosip dibangku yang tersedia disepanjang koridor.

Kyuhyun terlihat sedang berjalan seorang diri. Saat ini tujuannya adalah atap sekolah. Tempat favoritnya untuk menenangkan diri dan tempat yang sangat strategis untuk menyendiri.

Langkah kaki Kyuhyun tiba-tiba berhenti saat ada yang menghalangi jalannya. Kyuhyun menggeserkan tubuhnya kearah kanan, tapi orang didepannya ini juga menggeser tubuhnya searah dengan Kyuhyun. Kyuhyun kembali menggeser tubuhnya, dan orang didepannya ini juga melakukan hal yang sama seperti tadi. Karena kesal dengan orang yang menghalangi jalannya ini, Kyuhyun akhirnya memberikan tatapan tajamnya kepada orang dihadapannya.

"Jonghyun-ssi, bisakah kau geser tubuhmu. Aku mau lewat" Saat Kyuhyun akan lewat, kembali Jonghyun menghalangi jalannya.

"Jonghyun-ssi, sebenarnya apa maumu?" Kyuhyun yang dibuat kesal oleh Jonghyun kembali mengeluarkan suaranya. Kyuhyun sedang lelah. Lelah fisik, lelah hati dan lelah pikiran, jadi bisakah sehari saja tidak ada yamg mengganggunya.

"Kim Kyuhyun, putra Kim Hanna. Anak dari ibuku.."

Kyuhyun terkejut mendengar perkataan Jonghyun barusan. Apakah Jonghyun sudah mengetahui semuanya?

"Kenapa hanya diam? Tidak ingin memberikan penjelasan" Jonghyun kembali berucap. Kali ini disertai oleh senyuman mengejek.

Kyuhyun menatap Jonghyun dengan raut wajah yang masih menunjukkan keterkejutan. Kyuhyun bingung, Jonghyun darimana mengetahui ini.

"Kenapa? Terkejut? Bingung? Jadi ini alasan kenapa kau selalu bersikap dingin kepadaku? Apakah benar kau berpura-pura terlihat lemah dihadapanku untuk menarik simpatiku?" Jonghyun bertanya dengan menahan emosinya. Sedangkan yang ditanya hanya diam dan menundukkan kepalanya. Lagipula apa yang harus Kyuhyun jelaskan, jika Jonghyun sudah mengetahui semuanya.

"Kenapa tidak menjawab? Jadi benar kau melakukan itu semua agar bisa menghancurkan keluargaku"

Kyuhyun membulatkan matanya. Menghancurkan keluaraga? Siapa yang akan menghancurkan keluarga Jonghyun. Kyuhyun sungguh tidak mengerti dengan apa yang baru saja Jonghyun ucapkan.

"Aku tidak menyangka ternyata kau selicik itu..." Jonghyun tersenyum meremehkan. Tangan Kyuhyun kini terlihat mengepal erat. Kemarin ibunya yang mengatainya licik, hari ini Jonghyun. Apakah benar dirinya begitu buruk dimata mereka.

"Dan satu lagi..." Jonghyun terlihat mengambil sesuatu didalam saku blezernya. Tiba-tiba...

Plakk...

Sebuah amplop putih terlempar dan mengenai wajah Kyuhyun. Seluruh isi didalam amplop tersebut berhamburan. Siswa/siswi yang berada dikoridor terlihat berbisik-bisik melihat kejadian itu. Kyuhyun sendiri, ia terlihat termenung. Tatapannya mengarah pada lembaran-lembaran uang yang kini berserakan dilantai.

"Bukankah sudah aku katakan untuk tidak mengembalikannya. Kenapa kau masih juga mengembalikannya. Aku tidak membutuhkan uang itu, jadi ambil saja. Lagipula uang itu berjumlah sangat besar, pasti uang itu akan sangat berguna bagi seorang pelayan sepertimu"

Setelahnya Jonghyun meninggalkan Kyuhyun yang masih termenung seorang diri. Cukup lama mereka terdiam. Kenapa semua orang memperlakukannya seperti ini. Kemarin ibunya, hari ini Jonghyun, besok siapa lagi? Kyuhyun akhirnya mulai berjongkok mengumpulkan lembaran uang yang berserakan dilantai. Tidak diperdulikannya bisikan-bisikan dari semua siswa/siswi yang ada disana.

Sebuah tangan terulur, terlihat membantunya mengumpulkan lembaran-lembaran itu. Kyuhyun terdiam untuk sesaat. Namun, Kyuhyun kembali melanjutkan mengumpulkan uang-uang itu tanpa memperdulikan tangan yang membantunya.

Setelah dirasa semuanya telah terkumpul, Kyuhyun segera berdiri dan memasukan uang-uang itu kembali kedalam amplopnya. Sebuah tangan yang tadi membantunya kini terulur kembali dan menyodorkan beberapa lembar uang ke hadapannya. Kyuhyun tanpa ragu mengambil uang itu dan memasukkannya kedalam amplop, tanpa menatap orang yang sudah membantunya itu.

Saat Kyuhyun hendak melangkahkan kakinya, tangan besar yang tadi membantunya mengumpulkan uang-uang itu kini memegangi tangan pucatnya. Kyuhyun diam sambil memperhatikan tangan besar itu. Perlahan, Kyuhyun menoleh dan memperhatikan wajah orang itu.

Cukup lama tidak ada yang mengeluarkan suaranya. Mereka terdiam sambil menatap satu sama lain. Kyuhyun seperti merasakan dejavu saat tangan itu menggenggamnnya. Tangan itu masih terasa begitu hangat sama seperti sepuluh tahun yang lalu, bahkan Kyuhyun dapat merasakan kenyamanan saat tangan itu menggenggamnya.

"Bisakah kau lepaskan tanganku.." Sesaat setelah kembali kekesadarannya, Kyuhyun segera mengeluarkan suara, dan jangan lupakan tatapan tajam yang sekarang menjadi ciri khas seorang Kyuhyun.

"Kyunnie, bisakah kita bicara sebentar?"

Kyuhyun terpaku mendengar panggilan itu. Sesaat ia seperti kembali ke masa kecilnya. Masa dimana anak dihadapannya ini selalu memanggilnya lembut dengan sebutan itu.

"Tolong berhenti memanggilku dengan sebutan itu, terdengar sangat menjijikan ditelinga.." Kyuhyun berkata dengan sangat ketus.

"Kyu..."

Changmin terpaku mendengar ucapan ketus Kyuhyun kepadanya. Menjijikan? Sebegitu bencikah Kyuhyun terhadapnya, sehingga panggilan masa kecilnya pun terdengar menjijikan ditelinga Kyuhyun?

"Ahh dan satu lagi, apakah kita saling mengenal sebelumnya? Ku rasa kita tidak pernah mengenal satu sama lain, jadi jangan pernah sok akrab kepadaku"

Kyuhyun dengan paksa melepaskan jegalan tangan Changmin terhadapnya. Cukup. Rasanya kepala Kyuhyun akan meledak saat itu juga. Tadi Jonghyun yang membuat emosinya naik, sekarang Changmin yang membuat emosinya serasa mau meledak saat itu juga.

TBC~~

Annyeooong... ^^

Ini dia chapter 6 nya.. Bagaimana feelnya..? Kalo menurut aku gak terlalu kerasa feelnya... Tapi semoga kalian gk pada kecewa dan tetep suka yaa...

Oh iya Kimmy mau promosi yaaww...

Kemarin Kimmy baru ajah bikin akun wattpad. Bagi kalian yg punya wattpad jgn lupa follow Kimmy yaa.. Id Kimmycho

Bagi kalian yg udah follow bakal langsung aku follback koq...

Atau kalo nggk kunjungi blog aq .com

Di blog itu Kimmy bakal post beberapa FF yang udah Kimmy buat.. Jadi bagi kalian yang suka sama FF bergenre romance, mariagge life, sad romance, dll bisa kunjungi wattpad ato blog kimmy...

Terus kimmy gk bosen2nya ngucapin terima kasih kepada para readers semua yang setia buat nunggu, baca dan mereview FF ini disetiap chapternya...

Oh iya di chapter kemaren pada komplain kalo kependekan, padahal disetiap chapter aku selalu bikin 3k+

Tapi no problem.. buat para readers setianya kimmy sekarang kimmy tambahin sedikit yaa jadi 3,5k+ moga nggk pada komplain lagi kependekan lagi yaaaw... ;)

Ok dech gak usah banyak cincong, kimmy pamit.. Akhir kata thanks, keep healthy and GBU all... ^^

See you in next chapter... Bye bye..

#kecupbadaibuatkaliansemua