Bab 14

.

.

.

An EXO Fanfiction

.

.

.

Cast :

All EXO members (OT 12) and another K-Pop artists

.

.

.

Pairings:

HunHan

KaiSoo

ChanBaek

KrisHo

ChenMin

and another pairings! ^^

.

.

.

Semua chara adalah milik Tuhan YME dan ortu masing-masing. EXO adalah milik SM Entertainment dan EXO-L. Kpop artis lain adalah milik agensi mereka dan fandom mereka.

Cerita Original milik saya!

NO PLAGIAT! NO REPUBLISH TANPA SEIZIN SAYA!

.

.

.

Genre :

Fantasy

Romance

Hurt Comfort

ABO

Drama

.

.

.

Warning :

This is YAOI! BXB

Cerita ini mengandung unsur dan istilah lama. Disarankan buka gugel atau Wikipedia bagi yg bingung. Bagi bookworms disarankan membaca karya Rick Riordan atau J.R.R Tolkien dan J. K. Rowling ^^

RATE M * DEWASA*

MPREG MATING KNOTTING SEDUCTION DIRTY WORDS AND SOME MATURE STUFFS

.

.

.

Enjoy it ^^


.

.

.

.

.

.

" Dasar kau albino kurang ajar! Ku bilang untuk jangan menyentuhnya dulu sebelum semuanya terjadi!"

" Bukan salahku dasar yeoja gila! Aku tidak tahan!"

" Itu karena kau terangsang dan musim kawin! Sudah kubilang untuk minum darah manusia terlebih dahulu!"

Sehun mendengus dan menghempaskan tubuhnya ke kursi kayu dengan jengkel. "Aku jijik dengan darah manusia murahan."

Namja berkulit albino itu menatap tajam Tiffany yang merebahkan badan tertidur Luhan ke atas kasur berukuran king size milik gadis vampire itu. Tiffany menyelimuti tubuh rapuh Luhan dan sedikit mengecek suhu kulitnya.

Sehun menggeram marah. " Jangan sentuh milikku"

Tiffany melotot. " Ya! Sebut saja semua milikmu!"

Sehun menggeram makin kuat dan mendesis. Ia menatap Tiffany kelewat tajam biarpun gadis itu telah menjauh dari kasur maupun Luhan. Gadis itu menarik sebuah kusi di ujung ruangan bergaya Victoria dan meletakkannya di depah Sehun.

Yang tepat sekali duduk di depan ranjang Luhan.

" Kau menghalangi pandanganku" Sehun berdecak jengkel.

Tiffany memutar matanya jengah. " Diam atau kubolongi kepalamu, Oh! Kau tahu betapa susahnya memakai mantra penidur padanya di tengah publik tanpa membocorkan fakta bahwa aku adalah vampir!?"

Sehun menegakkan punggung seketika dan menatap Tiffany dingin. " Aku tidak peduli. Akan mengurangi bebanku sebagai pemimpinmu jika kutu sepertimu dibakar"

" Ck.." Tiffany berdecak remeh. Gadis itu menyilangkan tangannya. " Dibakar? Kau kira ini abad 19? Tidak ada ritual membakar vampir lagi di zaman sekarang, otak udang. Kau kira manusia sekarang itu bodoh?"

" Setidaknya tidak lebih bodoh dari otakmu yang isinya hanya angin kosong" Balas Sehun sengit. Nada meremehkan tercetak di setiap kata-katanya. " Nah sekarang minggir. Aku sudah punya mate"

Tiffany menekan dada bidang Sehun dengan kakinya dan membuat vampir albino itu tertekan hingga ke ujung kursi.

" Tidak tanpa seizinku"

Sehun menggeram. Hawa kematian keluar dari tubuhnya dan matanya berkilat. Warna merahnya menjadi semakin membara seperti darah pekat. Taring milik Sehun keluar dan sudah dipastikan dia membenci hal itu.

" Apa yang membuatmu berpikiran seperti itu hah, Choi Tiffany?" Nada Sehun benar-benar gelap dan dingin.

Tiffany mendengus dan memeletkan lidahnya kepada Sehun. Gadis itu menurukan kakinya dan menatap kemarahan Sehun dengan wajah datar. Tiffany memalingkan wajahnya ke arah Luhan dan menghela nafas pasrah.

" Dia tidak tahu kita Vampire" Ucap Tiffany.

Sehun menggoreskan kukunya ke kursi dengan gerakan yang menyeramkan. " Dia sudah tahu. Kau kira aku akan berubah begitu saja dengan bodohnya dan menunjukkan jati diriku sembarangan?"

" Sebagian besarnya begitu" Ejek Tiffany.

Sehun menggeram mengerikan. " Kau ingin kuhajar?"

Tiffany mengangkat tangannya. " Tidak terima kasih. Lagipula...menyerang Luhan dalam keadaan tidak sadar itu benar-benar tidak masuk di akal, Sehun!"

" Dia sadar bodoh" Sehun ingin sekali menggosok mulut ember Tiffany dengan seember bara api miliknya.

Tiffany mengerutkan dahinya ke arah Sehun yang seperti siap-siap untuk menendangnya hingga ke luar angkasa. Gadis itu mengerucutkan bibirnya tidak terima. Mata merah darahnya berkilat tidak setuju.

" Hey albino! Kau kira aku buta!? Kau tidak lihat kalau Luhan itu dibawah efek air liur vampire?" Protes Tiffany. Gadis itu menunjuk wajah Sehun sengit. " Dia itu baru kau gigit untuk pertama kali! Makanya efek air liurmu benar-benar berpengaruh! Dan...berani-beraninya kau menggigitnya tanpa memberitahuku!?"

Sehun menghentakkan kakinya kuat ke lantai. " Ku tanya kenapa aku harus meminta izinmu hah!?"

Tiffany menggerutu. " Itu untuk keselamatanmu dan Luhan juga! Kita tidak tahu apa yang terjadi berikutnya makanya sebaiknya kita berhati-hati!"

Sehun berdiri dari kursinya dan menunjuk Luhan yang terlelap di atas kasur dengan nyenyak. Tanpa tahu kalau ada dua vampire yang sedang bersitegang dan merencanakan pembunuhan kepada satu sama lain.

" Dia..." Sehun menantap Tiffany sakartis. " Luhan adalah mateku. Tugasku melindunginya sampai mati"

Tiffany sama-sama berdiri. " Tapi dia manusia. Dia bukan dari ras kita, Hun. Dia lemah...dia butuh lebih dari hanya perlindungan. Dia butuh lebih. Lagipula kita masih tidak tahu apakah dia benar-benar matemu. Kau bereaksi dan dia bereaksi hanya karena efek air liurmu"

Sehun mendecih. " Aku tahu hal itu noona. Tapi aku merasakan ikatan yang kuat dengannya. Sangat kuat"

" Kalian baru beberapa hari bertemu dan kau sudah merasa seperti itu?" Tiffany menimpali. " Aku saja perlu beberapa tahun untuk yakin kalau seseorang menjadi mateku. Mate bukan main-main, Sehun"

Sehun berjalan ke arah kasur. Ia menatap dingin wajah damai Luhan. Bulu mata lentiknya menutup. Bibir kissablenya terbuka dan wajah mulus itu terlalu sempurna untuk dilukai ataupun dinodai.

Namja itu menatap tangannya yang membentuk simbol dwisula. Urat-uratnya membentuk lambang dwisula berwarna hitam. Jika Luhan benar-benar mate-nya maka sudah seharusnya Luhan memiliki simbol yang sama dengannya di urat lehernya.

" Sudahkan kalian bertengkar?"

Chen membuka pintu masuk. Namja berwajah kotak itu membawa baki makanan. Dua piring dengan perbedaan makanan yang mencolok. Yang satu berisi hati segar yang masih sedikit berlumur darah. Dan satunya adalah kimchi dan sedikit nasi.

Tiffany menghela nafas. " Aku akan keluar sebentar untuk melihat perbatasan. Salah satu dari pasukan kita melaporkan kalau ada beberapa vampire muda yang diganggu oleh kawanan deimon"

Sehun menggertakkan giginya. " Deimon?"

Tiffany menyahut. " Untuk sekarang jaga Luhan dan makanlah. Serahkan ini padaku terlebih dahulu. Luhan lebih utama."

Sehun terdiam saat Tiffany meletakkan baki makanan itu di atas meja di samping kasur Luhan. Gadis itu keluar bersama Chen dan menutup ruangan. Meninggalkan Sehun dan Luhan sendirian di dalam ruangan.

Tangan Sehun terkepal kuat. Menimbulkan bunyi gemeretak yang benar-benar terdengar mengerikan. Rahang namja itu mengeras saat ia mendengar kawanan deimon di wilayahnya.

Sehun masih mengingat mata ungu licik milik Kris yang berumur sama dengannya saat itu. Malam yang seharusnya menjadi perayaan bagi keluarganya karena malam itulah malam ulang tahun Sehun dan kedewasaannya, berubah menjadi malam yang suram.

Darah dimana-mana. Sehun kecil yang belum terbiasa bertarung saat itu, hanya bisa syok dan terdiam dengan wajah tidak percaya. Ini lebih mengerikan dari berburu beruang atau menyerang arwah jahat yang berkeliaran.

Penyesalan menggrogoti tubuh Sehun dua kali.

Kali pertama, ia gagal melindungi Hannie karena ketidakmampuannya melawan orang yang memburu rusa itu sejak pertama. Artemis melepas sihir pelindungnya kepada Hannie dan memberikan sihir itu pada Sehun karena ia akan melindungi Hannie.

Tapi...Sehun hanya mampu berteriak pilu hingga kota pusat kekuasan klan Oh mampu merasakan kutukan dan kehancuran jiwa anak itu. Sehun berteriak gila dan menangis keras. Menampik tangan Kyuhyun dan hampir saja ingin membunuh dirinya.

Memang Sehun selamat dan terlindung karena sihir.

Tapi balasannya, Hannie yang mati. Sehun mengingat ekspresi sang dewi. Kasar dan kaku. Mata abu-abunya seperti diliputi badai. Dingin. Rusa kesayangannya gagal dilindungi.

Yang kedua, ibunya.

Ibunya, Kyuhyun yang manis. Kyuhyun yang berjuang keras melindunginya sejak di kandungan. Ibunya yang selalu tersenyum. Ibunya yang kuat.

Ketidakmampuan Sehun melawan kabut racun bangsa deimon saat itu membuatnya geram. Membuatnya ingin berteriak marah dan sedih melihat ibunya meminta maaf padanya sambil menangis sebelum tubuhnya ditusuk dengan sabit emas.

Mati di depan matanya. Yang baru mendapatkan kedewasaannya.

" SIALAN!"

BRAAAKKK!

Ranjang Luhan berderit keras. Tetapi Luhan tetap tidak terbangun. Dia masih tertidur dengan wajah damai seolah-olah tidak ada beban dalam hidupnya. Tidak mengetahui bahwa Sehun terduduk di samping ranjangnya. Dengan tangan terkepal yang baru saja memukul kasurnya.

Kepalanya tertunduk dan rambutnya menutupi wajahnya.

Gigi Sehun bergemeletuk kuat. Air mata mengalir menuruni dagu runcingnya. Urat lehernya terkencang.

" Lu..." Suara Sehun bergetar.

" K-kumohon jangan tinggalkan aku..." Sehun mengangkat wajahnya. Rautnya kaku tapi matanya merahnya basah. " J-jangan tinggalkan aku lagi..."

Angin berdesir di dalam ruangan. Seolah-olah ada suara yang memasuki ruangan yang ditempati Sehun dan Luhan. Namja vampire itu mampu merasakan suara-suara bisikan. Suara yang ia kenal.

Suara ibunya dan suara Artemis.

Sehun spontan memegang tangan Luhan erat. Teramat erat dan namja vampire berhati es itu terisak. Kepalanya kembali tertunduk dan air mata makin jatuh dari dagu runcingnya. Sehun membenamkan kepalanya ke sprei merah darah. Yang tepat berada di atas tangan Luhan.

Hidupnya untuk mencari matenya. Ia hidup untuk matenya.

" Lu.." Sehun menangis di atas tangan lembut Luhan yang masih tertidur dengan nafas teratur. " L-luhan...jangan t-tinggalkan aku s-sendirian..."

" Kau mateku..." Sehun terisak. " Demi dewa kau mateku...j-jangan tinggalk−"

Tangan Luhan bergerak. Jemarinya bergerak dan Luhan bergumam dalam tidurnya. Sehun sempat berhenti terisak tapi gumaman lembut Luhan mengingatkannya kepada seluruh ketidakmampuannya.

Ketidakmampuannya untuk melindungi mereka yang ia sayangi.

" –Kumohon selalulah di sisiku Luhan..." Sehun mencium tangan Luhan teramat lembut dan menangis. "...jangan tinggalkan aku karena kelemahanku...j-jangan tinggalkan aku di belakang..."

Namja itu mendongakkan kepalanya. Rambut hitamnya basah dan wajahnya penuh dengan air mata. Matanya berkilat karena takut dan lemah. Sehun menunjukkan sisi lemahnya. Sisi lemahnya yang ia kubur agar ia mampu terlihat kuat di hadapan semua orang.

Sehun naik ke atas ranjang. Tangannya mengamit jemari Luhan erat.

Namja itu membenamkan wajahnya di ceruk leher Luhan. Ia menangis. Sehunlah yang sebenarnya sangat rapuh. Lebih rapuh dari es yang sangat tipis. Sehun membiarkan air matanya mengalir menuruni kulit mulus Luhan.

Kekuatan Kyuhyun masih tersisa di tubuh Sehun.

Saat air mata Kyuhyun mampu menetralkan arwah orang mati, air mata Sehun mampu menenangkan orang hidup. Menghapus sedikit beban mereka.

Jadi saat Sehun menindih Luhan dan memeluk namja bermata rusa itu, air matanya tidak sengaja jatuh di wajah Luhan. Membasahi hingga ke lehernya. Air mata itu spontan bersinar lembut.

Luhan tersenyum dalam tidurnya dan mendesah lega.

" Hunhhh..."

Sehun berhenti menangis di ceruk leher Luhan. Ia merasakan kulit Luhan menghangat dan bersinar di beberapa tempat. Sehun sedikit terkekeh. Inilah kenapa ia tidak suka menangis. Air matanya benar-benar berharga. Jika saja air mata Sehun jatuh ke dalam wadah minumanmu, kau tidak akan marah dan terbebani saat bertemu orang yang kau benci atau mengerjakan sesuatu yang kau benci.

Bebanmu terangkat. Kebencianmu menguap.

Sehun mengangkat wajahnya. Ia mampu menatap wajah cantik Luhan dari dekat. Wajah cantik yang sedang tersenyum dalam tidur. Luhan terlihat benar-benar damai. Nafasnya teratur dan kelewat lembut.

Namja vampire itu mempertemukan hidung mereka. Sehun mampu merasakan nafas lembut Luhan menyapu bibirnya. Bibirnya yang bergetar merasakan rasa takut kembali melingkupi tubuhnya.

Rasa takutnya akan kehilangan. Rasa takutnya akan tidak mampu untuk melindungi mereka yang berharga.

" Luhan..." Suara dingin Sehun mengalun di hadapan wajah Luhan. Namja itu menyentuh poni coklat milik Luhan, memainkannya dengan lembut. " Aku benci diriku sendiri..."

" Aku benci diriku, Lu..." Sehun menghirup nafas dalam dan menggertakkan gigi menahan isak. Setiap inchi kulit Luhan menghantarkannya pada penyesalan berkelanjutan. "Kenapa aku selalu gagal? Kenapa aku tidak bisa melindungi mereka? Kenapa semua kesempurnaan...semua tubuhku...semuanya s-sia-sia saat berusaha melindungi mereka? K-kenapa Lu?"

Namja itu meremat tangan Luhan. Air mata milik Sehun kembali jatuh menetes. Kali ini jatuh tepat di kedua kelopak mata milik Luhan mengingat Sehun masih mempertemukan kedua hidung mereka.

Air mata itu bercahaya.

" H-hikkss..."

Sehun tersentak. Luhan menggerakkan kepalanya gelisah dalam keadaan tidur. Raut damainya berubah. Matanya mengerut dan bibir Luhan juga ikut mengerut ke bawah. Sehun terdiam saat Luhan terisak.

" S-sakit..." Luhan terisak dalam tidur. Ia bergerak gelisah dalam keadaan mata menutup. " H-hikkss...h-hatiku sakit..."

Luhan juga ikut meremat tangan Sehun yang masih mengamit jemarinya begitu erat dengan milik Luhan. Lilin-lilin ruangan tiba-tiba padam. Seberkas angin mematikan semua api yang ada di ruangan.

" Hikss sakit...s-sakit...hatiku s-sakit hiksss..."

Sehun memisahkan hidung mereka dan ia mengangkat tangannya yang bebas. Menyapu pipi Luhan yang terisak dan gelisah.

" L-lu..."

Luhan menangis dalam tidur. " S-sakit...Hiksss..."

" S-sakit...hiikkss..h-hatiku sa−umhhhh..."

Tiffany membuka sedikit dari pintu kamarnya yang sedang dipakai untuk mengistirahatkan Luhan. Ia sengaja meninggalkan Sehun untuk menjaga Luhan. Sekaligus meyakinkan hatinya kalau Luhan adalah orang yang berada dalam ramalan Oracle.

Ramalan yang mengikat. Ramalan yang merenggut semua sumber kebahagiaan Sehun.

Tiffany menutup mulutnya dan membiarkan air matanya turun. Gadis vampire itu bersandar pada tembok dan masih mengintip kedua orang yang ia tinggalkan. Ia sudah berada disana sejak Sehun mulai menangis.

Sudah hampir berpuluh-puluh tahun Sehun tidak menangis. Kehilangan ibu dan orang yang ia cintai di depan matanya sendiri tanpa bisa berbuat apa-apa telah mengeraskan hati Sehun ke titik yang paling tinggi. Titik terkeras yang tidak akan pernah bisa melemah lagi.

Tiffany mau tidak mau menangis antara bahagia dan lega. Melihat bibir dingin Sehun mengecup bibir manis Luhan di depan matanya telah membuat hati Tiffany menjadi benar-benar terasa lega. Namja vampire itu mengecup kedua belah bibir Luhan dalam diam.

Kedua air mata milik Sehun dan Luhan sama-sama menetes dan bercampur seperti kedua bibir mereka sekarang.

Tidak ada nafsu, hanya rasa tulus dan cinta.

Tiffany memutuskan untuk meninggalkan adik sepupunya itu. Sudah waktunya ia menyiapkan segalanya untuk badai.

" ahnnh..."

Sehun melepaskan tautan bibir mereka. Namja vampire itu tersenyum begitu lembut dan mengelus bibir bawah Luhan. Namja manis itu berhenti menangis tapi belum sadar. Ia tahu mantra penidur itu tidak akan berhenti berfungsi sampai fajar esok pagi muncul.

Sehun sekali lagi mencium bibir Luhan. Kedua mata Sehun menutup. Ia ingin merasakan setiap inchi rasa dari bibir orang yang ia percayai sekarang. Seolah-olah bibir itu bisa menghilang kapan saja tanpa ia ketahui.

Ciumannya naik menjadi lumatan. Sehun meremat tangan namja bermata rusa itu. Luhan bergumam dalam tidur selagi Sehun melumat bibir bawah Luhan. Menjilat dan menghisapnya lembut.

Bergantian ke bibir atasnya.

Rasanya manis. Tanpa sadar Sehun mengeluarkan taringnya. Menggigit bibir bawah Luhan sambil menahan lengan Luhan untuk bergerak makin intens. Namja vampire itu menutup matanya lega.

Rasa besi dari darah memasuki indera pengecapnya. Membasahi giginya dan turun hingga ke kerongkongannya. Darah Luhan seperti menenangkannya. Seperti meminum air dingin di tengah musim kemarau.

Sehun memberikan jilatan terakhir di bibir bawah Luhan yang terlihat bengkak dan sangat merah sekarang. Bekas gigitan Sehun perlahan memudar akibat efek dari air liur Sehun yang terkadang bersifat menyembuhkan.

Luhan mengerang kecil dalam tidurnya. Ia tanpa sadar mengamit tangan Sehun lebih erat.

" Ummh~" Luhan mengecap-ngecap tanpa sadar. Menjilat bibir bawahnya juga mengingat ia seperti merasakan bibirnya luka.

Hal itu tanpa sadar memancing kekehan Sehun. Namja itu menatap Luhan lembut dan tersenyum miring. Ia melepaskan tautannya dengan tangan Luhan. Hal itu seketika membuat namja manis itu sedikit tersentak dalam tidur dan menggerakkan jarinya untuk kembali meraih rasa hangat itu lagi.

Sehun membuka mulut Luhan dengan dua jari panjangnya. Mengusap kedua bibir Luhan dengan ibu jarinya dan mempertahankan posisi menganga Luhan dengan jarinya yang lain.

Namja vampire itu mendekatkan wajahnya ke arah mulut Luhan yang terbuka. Lebih tepatnya matanya. Sehun menutup mata semerah ruby-nya seketika. Memusatkan semua kekuatan dewata yang ia sembunyikan bahkan dari Kai dan Tiffany sekalipun.

Sehun membuka mulutnya dan menghembuskan nafas. Air mata mengalir dari mata Sehun. Anehnya air mata itu bercahaya kebiruan dan sedikit keemasan saat sudah mendekati mulut Luhan.

" Annhh..."

Tes

Tes

Tes...

Luhan tersentak dalam tidurnya. Rasanya ada yang bergejolak di tubuhnya. Tetapi entah kenapa...itu menenangkan.

Sehun menutup mulut Luhan yang terlihat lebih damai dari sebelumnya. Sehun tersenyum miring melihat cahaya kebiruan menyapu seluruh tubuh Luhan. Dan cahaya keemasan melindungi kulitnya.

Berkah yang ia bawa dari dunia bawah.

Sehun sekali lagi mengecup bibir Luhan sebelum beranjak dari ranjang.

" Kau akan selamat Lu..."


.

.

.

.

.

.

.

.

Took

Took

Took...

" Siapa?" Suara di dalam menyahut dengan kasar.

" Ini aku hyung!"

Krriieeettt...

Yoongi menggigit sikat giginya dengan kasar. Namja itu menyilangkan tangannya di depan dada dan menatap orang yang berada di depannya dengan wajah masam. Kantung mata milik Yoongi terlihat menyeramkan, ditambah kali ini ia mengubah warna rambutnya lagi menjadi hitam. Membuat aura intimidasi-nya sebagai putra dewi semakin kuat.

" Apa?" Namja itu mengedarkan pandangan. " Siapa dia?"

Chanyeol menggendong Baekhyun yang tidak sadarkan diri dengan gaya bridal. Namja tinggi itu sendiri di balut hoodie abu-abu yang basah. Sedangkan Baekhyun sendiri sudah basah kuyup termasuk seluruh pakaiannya. Bibir Baekhyun memucat.

Namja tinggi itu menatap Yoongi dengan pandangan gelisah. Sedangkan yang ditatap hanya memasang wajah datar.

" Hyuuungg!" Panggil Chanyeol. " Tolong aku!"

Yoongi seketika mengerutkan dahi. Namja itu menatap tubuh mungil Baekhyun yang menggigil kedinginan dan tidak sadarkan diri dengan dahi mengernyit.

" Dia bukan werewolf" Yoongi mengeluarkan sikat gigi dari mulutnya dan menatap Chanyeol tajam. " Buat apa kau membawa manusia ke dalam daerah kita hah, Park Chanyeol?"

Chanyeol menghela nafas dan tanpa seizin pemiliknya, namja tinggi itu memasuki rumah Yoongi yang minimalis. Namja itu merebahkan Baekhyun yang bergumam sambil menggigil ke atas sofa dan menyalakan perapian di depannya.

" Stop!" Sela Yoongi.

Chanyeol yang mengambil kayu bakarpun berhenti. Namja itu menengok Yoongi yang berdiri tidak jauh dari Baekhyun setelah menutup pintu. Namja mungil yang dibalut piyama bergambar kumamon kesayangannya menggerutu.

" Jangan pernah nyalakan perapianku tanpa seizinku" Ancam Yoongi.

Chanyeol mengangkat sebelah alisnya bingung. " Kenapa?"

" Shuush shuus...menjauh kau" Yoongi berjalan menghampiri perapian bergaya romawi itu dan memasang gestur untuk mengusir Chanyeol. " Lepas hoodiemu saja dan rawat manusia itu terlebih dahulu"

Chanyeol melepas hoodie-nya sambil merengut. Namja itu terduduk di dekat perapian yang belum nyala dengan wajah masam. " Hyung...dia punya nama. Jangan terus menerus memanggilnya manusia"

" Memang kenyataannya dia manusia" Balas Yoongi cepat.

Chanyeol juga melepas seragamnya yang basah akan air hujan mengingat di luar hujan semakin lebat dan suhu semakin dingin. Daerah tempat tinggal Yoongi adalah termasuk daerah dengan medan terkeras dan terdingin di pack-nya.

Namja tinggi itu menghampiri Baekhyun yang menggigil sambil bergumam. Dahi namja manis itu mengerut dan bibirnya pucat. Hal itu secara tidak langsung mengundang desisan sakit dari Chanyeol yang berusaha mengelap sisa-sia air hujan di wajah atau kepala Baekhyun.

" Oh hyung" Panggil Chanyeol. " Bagaimana kau tahu kalau dia manusia?"

Yoongi yang berjongkok di depan perapian sambil memilah kayu bakar pun berdecak. " Semua juga tahu kalau bau werewolf itu sangat berbeda baunya dengan manusia biasa, Park bodoh! Bahkan pup pup kecil saja tahu baunya! Kau ini bodoh atau kelewatan pintar sampai bersikap bodoh?"

Chanyeol menyengir. " Tidak keduanya..."

" Ck..." Decih Yoongi. " Ambil handuk sana di kamar mandi. Basuh badan manusia itu dan tolong ambilkan abu Hestia di dapur"

Chanyeol berdiri setelah menyapu air di kedua kelopak mata Baekhyun yang tertutup. Namja bertubuh jangkung itu kembali mengerutkan dahinya tidak suka sambil menggumam kasar.

" Sudah kubilang dia punya nama..."

Yoongi memutar matanya jengah. " Arrgh...memperlambat saja kau, Park. Kau ingin perapiannya cepat nyala atau tidak!?"

Tanpa disuruh dua kali, namja tampan itu melesat menuju kamar mandi dan sekaligus dapur dengan wajah datar yang menyiratkan ketidaksukaan yang besar. Yoongi mendengus. Namja itu melirik Baekhyun yang masih dalam keadaan tidak sadarkan diri di sofanya.

Sebenarnya ia kasihan juga dengan manusia itu.

Rumahnya adalah bagian terdingin di pack dan kota. Ia sengaja memilih disini karena ia sudah terbiasa untuk hidup keras akibat asuhan ibunya. Ditambah dia suka menyendiri dan tidak ingin diganggu orang luar yang tidak berkepentingan.

Werewolf saja terkadang kesusahan untuk mencapai rumahnya. Apalagi manusia sepertinya. Di tengah badai lagi.

" Huuh...ada-ada saja" Keluh Yoongi.

Chanyeol datang dari dapur dengan wajah keras. Namja itu berdiri di samping Baekhyun dan melempar wadah abu berbentuk guci kecil bercorak mozaik Dewi Hestia ke arah Yoongi. Yoongi sigap menangkapnya.

Yoongi menaikkan alisnya bingung saat melihat Chanyeol mengangkat kepala Baekhyun lembut dan mengganjalkan handuk kecil di bawahnya. Namja itu sangat telaten mengurus manusia yang baru saja ia bawa. Termasuk membersihkan badannya.

Tapi, Chanyeol seketika berhenti membasuh badan Baekhyun dengan handuk. Namja itu terdiam saat ia mencoba membuka kancing seragam Baekhyun. Tangannya berulang kali membuka menutup ragu.

" Kenapa tidak kau teruskan?" protes Yoongi. " Nanti dia terjangkit demam. Dia manusia bukan werewolf"

Chanyeol seketika menukikkan alis ke arah Yoongi. " Mana boleh!? Itu melanggar sumpahku!"

Yoongi melebarkan mata sipitnya. " Kau aneh sekali... sumpah? Kau kira dia omegamu begitu?"

" Kurang lebihnya" Balas Chanyeol sengit.

Yoongi yang membuka tutup guci abu seketika terhenti. Namja mungil itu membalikkan kepalanya cepat ke arah Chanyeol yang hanya menggesek-gesekkan handuk tanpa berniat membuka seragam Baekhyun. Namja mungil itu mengernyitkan dahi.

" Hah! Apa tadi?" Sambung Yoongi cepat.

Kali ini giliran Chanyeol yang memasang gestur tangan mengusir. " Hyung! Perapiannya! Kau ingin kita mati kedinginan!?"

" YA YA YA!"

Yoongi melemparkan sebuah lagi kayu bakar ke perapian kosongnya sambil menggerutu. Namja itu merengut parah dan mengucapkan kata-kata kutukan dalam bahasa latin. Chanyeol yang mendengar kata-kata kutukan itu hanya bisa mendengus. Kalau saja dia orang tua Yoongi, sudah dipastikan ia akan menggosok bibir laknat Yoongi dengan minyak zaitun.

Namja mungil itu meletakkan guci itu di samping kayu-kayu. Ia mengambil abunya yang gemerlapan. Melakukan sesuatu yang Chanyeol sendiri tidak faham. Padahal di rumahnya bukan seperti itu ia menyalakan perapian.

Yang ia tahu, ambil kayu, lemparkan, bakar. Selesai.

Bukan seribet Yoongi yang membisikkan sesuatu ke perapian. Seolah-olah sedang berbicara.

Yoongi melempar sebuah korek berisi api dan api menyala. Tapi Chanyeol hanya bisa membulatkan mata kagum karena api yang tercipta berwarna merah lembut hampir ke biru. Tapi cahayanya hampir seperti lampu.

Dan Chanyeol mendesah lega karena dapat merasakan hangatnya perapian hingga ke arahnya.

" Nah Park" Panggil Yoongi. " Kau mau minta tolong apa?"

Yoongi berdiri dan berjalan ke arah sofa di seberang sofa yang sedang di tempati Baekhyun. Namja mungil itu mendudukkan dirinya dan menatap Chanyeol dengan tatapan intimidasinya yang biasa. Ia kembali menggigit sikat giginya.

Yoongi tidak memaksa Chanyeol untuk berkata dengan cepat. Ia akan menunggu namja itu membuka suara mengingat namja itu baru saja menerobos badai di luar sambil mempertahankan keselamatan Baekhyun.

Tidak seperti biasanya ia akan menyuruh orang-orang untuk cepat mengingat dia tidak suka ribet. Ditambah ini adalah jam tidur malamnya yang anehnya ia tidur jam 7 malam.

Chanyeol tersentak kaget. Ia mengusap pipi Baekhyun lembut. Namja manis itu memang sudah tidak menggigil lagi akibat dari hangatnya api magis dari perapian Yoongi, tapi bibirnya masih putih dan raut gelisah masih tercipta di wajahnya.

Yoongi seketika mendesis saat Chanyeol mendekatkan wajahnya ke arah wajah namja manis itu. Insting beta fighternya padahal ia omega menguat. Tapi Chanyeol bukannya ingin mencium Baekhyun, namja tinggi itu meniupkan udara.

Bibir Baekhyun seketika memerah kembali dan raut gelisahnya hilang. Namja manis itu tertidur dengan tenang. Efek kedinginannya sudah hilang sepenuhnya.

" Park..." Panggil Yoongi dingin. " Kau ingin meminta tolong apa?"

" Oh ya..." Chanyeol memalingkan wajahnya dan seketika tersenyum jail. " aku hampir saja melupakan hyung."

CTAAK!

Yoongi seketika menjatuhkan sikat gigi di mulutnya ke lantai. Namja itu mengangakan mulutnya tidak percaya. Raut Yoongi seketika berubah masam dan dahinya mengernyit kuat.

Yoongi menghentakkan kakinya ke lantai kuat. " Oi bocah tengik! Aku yang sebesar ini tidak kau lihat!? Kemana mata tajammu itu pergi hah? Kau ingin kutampar dengan kursi hah?"

Chanyeol menangkupkan kedua tangannya. " Hehehe mianhe hyung..."

Namja tinggi itu tersenyum jail sedangkan Yoongi menggerutu dan kembali menyumpahi Chanyeol. Namja itu mengerutkan bibirnya kuat dan memungut sikat giginya dari lantai dengan kasar.

"Ck... jika manusia itu tidak berada disana, aku sudah menendangmu dari tadi, Park" Ancam Yoongi.

Chanyeol menatap Yoongi dingin. " Hyung, dia punya nama"

Yoongi hanya bisa berdecak jengkel. Namja itu benar-benar mengancamnya kalau sudah berurusan dengan manusia yang baru saja ia bawa itu. Terutama namanya. Padahal Yoongi hanya ingin memanggilnya manusia karena fakta bahwa namja manis itu adalah manusia.

" Tapi setidaknya ia manus−"

"−Baekhyun" Potong Chanyeol tegas." Byun Baekhyun. Namanya Byun Baekhyun hyung"

Yoongi bergumam lirih sambil kembali menggigit sikat giginya. Ia menatap namja manis yang sedang tertidur tidak sadarkan diri di sofanya dengan pandangan meneliti. " Byun Baekhyun...nama yang tidak buruk"

" Oh... kenapa kau membawa si Bekyun ini kesini?"

Chanyeol seketika mendengus berat. Namja tinggi itu menghembuskan nafas kasar dan mengusap wajahnya gusar. Hal itu seketika memancing ekspresi kebingungan milik Yoongi keluar.

" Hyung..." Chanyeol menghela nafas. Ia menyapu wajahnya kesal. " Arrrrr...Ikhlas-ikhlaslah memanggil namanya, hyung. Pengucapanmu jelas-jelas salah..."

" Ya setidaknya itulah namanya!" Balas Yoongi cepat. " Nah! Kenapa kau membawa dia kesini?"

Chanyeol memainkan poni Baekhyun lembut. Namja tinggi itu mengusap pipi gembul milik Baekhyun dengan lembut dengan ibu jarinya. Chanyeol juga mengusap air yang masih tertinggal di kelopak mata milik Baekhyun dan memainkan daun telinganya.

" Hyung...aku minta tolong kepadamu untuk menyimpannya di rumahmu selama musim kawin ini"

UHUUUKKK

" APA TADI?"

Chanyeol memutar matanya jengah. " Hyung...jangan membuatku mengulangnya dua kali"

Yoongi seketika saja menggerutu dan menyumpahi Chanyeol dengan campuran bahasa korea dan Latin. Namja mungil itu sendiri adalah satu-satunya werewolf di pack-nya yang menguasai bahasa latin secara keseluruhan mengingat ibunya adalah dewi original bangsa romawi sejak zaman permulaan.

Namja mungil itu merengutkan bibirnya dan beberapa kali berdecak kesal dengan bahasa latin. Ia juga menunjuk Chanyeol dan Baekhyun bergantian dengan wajah merengut. Tentu saja sambil menggerutu dengan bahasa Latin tentunya.

Chanyeol merengutkan wajahnya. " Kumohon hyung...bicaralah dengan bahasa lain selain bahasa latin. Aku benar-benar buta dengan bahasa itu"

" Ya, karena kau kelewat bodoh" Maki Yoongi.

Yoongi menyilangkan tangannya ke depan dada. " Kenapa kau membawanya ke pack kita? Ditambah kau ingin menyimpannya tetapi kau sendiri dengan gegabah mendatangiku...putra dewi werewolf. Itu benar-benar sebuah kesalahan besar, Park"

Chanyeol menghela nafas.

" Karena kau satu-satunya yang akan percaya dan mengerti tentangku atau dirinya"

" Apa maksudmu?" Balas Yoongi.

Chanyeol menghela nafas dan memutuskan untuk menceritakan segalanya kepada Yoongi. Ia menceritakan sejak pertama kali ia sekolah dan bertemu dengan Baekhyun. Namja itu juga menceritakan bagaimana sifat Baekhyun dan apa saja yang terjadi pada dirinya jika ia berada di dekat Baekhyun.

Yoongi beberapa kali merengutkan dahi saat Chanyeol memaparkan bagaimana sifat Baekhyun dan tentang segalanya. Tapi ia tersentak saat Chanyeol menceritakan tentang sekawan werewolf yang baru saja menyerangnya.

" Jadi kau menghabisi mereka?" Tanya Yoongi.

Chanyeol menggeleng. " Tidak...mereka sempat kabur sebelum aku sendiri berbuat lebih jauh. Salah mereka yang ingin melukai Baekhyun. Mereka juga sempat menebar ramuan atau mantra yang tidak aku ketahui ke arah Baekhyun dan yah..."

Namja tinggi itu mengelus pipi Baekhyun dan menusuk-nusuknya lembut. Tatapannya melemah saat ia bertubrukan dengan wajah Baekhyun. " My Bacoonku belum sadar sampai sekarang..."

SREEETTT

" Menjauh kau tiang..."

Yoongi seketika berdiri dari kursinya dan menendang kaki Chanyeol untuk menjauh. Namja tinggi itu hanya bisa mengernyitkan dahi menatap Yoongi yang berjalan ke arah sofa milik Baekhyun.

Chanyeol menukikkan alis. " Untuk apa?"

Yoongi mendengus kasar dan berdecak. " Ck! Menjauh saja dari sana"

Untuk meyakinkan perkataanya, namja mungil itu tidak segan-segan kembali menendang kaki Chanyeol. Kali ini dengan sedikit tenaga hingga kaki Chanyeol terdorong menjauh. Yoongi menatap Chanyeol dengan tatapan intimidasinya.

" Ya ya ya..." Chanyeol beringsut menjauh dari sofa dan membiarkan Yoongi duduk di hadapan Baekhyun.

Yoongi membuka kemeja basah milik Baekhyun dan menempelkan telapak tangannya di atas dada mulus Baekhyun. Tindakan tiba-tiba Yoongi membuat Chanyeol seketika kaget dan menepuk bahu Yoongi teramat kuat.

" Hyung−Apa yang ingin kau lakukan?" Ucap Chanyeol kelewat dingin.

Jiwa Alphanya seketika bangkit.

Yoongi berdecak kesal. " Ck...tidak apa-apa juga kan? Kau benar-benar khawatir seperti dia matemu saja. Konyol sekali jika sampai kau memiliki mate manusia ini"

Chanyeol seketika mengeraskan wajahnya. Tatapannya berubah menjadi dingin dan tegas. Raut milik namja tinggi itu juga seketika menjadi kasar dan tidak berperasaan. Yoongi yang memang sudah terlatih bertahan hidup, memalingkan wajahnya dan menatap Chanyeol.

" Apa?" Tanya Yoongi sinis.

" Aku bersungguh-sungguh hyung" Ucap Chanyeol tegas. Chanyeol menunjuk dadanya " Hatiku tidak merasakan ketertarikan dengan omega, melainkan dengannya"

" Mustahil" Sembur Yoongi. " K-kau mengidap kelainan apa hah?"

Chanyeol tidak menjawab, tetapi ia menatap Yoongi kelewat tajam. Namja tinggi itu seolah-olah menggeram dengan wujud serigalanya ke arah Yoongi. Meyakinkan serigala omega Yoongi untuk mempercayai kata-katanya.

Yoongi sendiri berdecak jengkel dan memalingkan wajahnya ke arah Baekhyun yang masih terlelap. Namja mungil itu sebenarnya benar-benar takut jika Chanyeol sudah mengeluarkan tatapan tegasnya.

Matanya seolah-olah diliputi badai. Keji dan menusuk.

Yoongi boleh-boleh saja menjadi putra Dewi Lupa dan membuatnya ditakuti karena wajah datar dan sifat kasarnya. Ditambah perilaku kemandirian milik sang dewi benar-benar menurun kepadanya. Biarpun ia omega ( Yoongi bersikeras dia beta), tetapi tatapannya mengintimidasi seperti Alpha. Tetap saja, Yoongi merasakan insting bertahan hidupnya mengatakan kalau Chanyeol lebih berbahaya daripada dirinya.

Bahkan namja mungil itu berusaha menghindar sebisa mungkin jika Chanyeol berdekatan dengannya sejak kecil.

Yoongi mengubah matanya menjadi kuning. Namja mungil itu mengucapkan sesuatu dan ia fokus kepada Baekhyun.

Chanyeol melepaskan tangannya dari bahu Yoongi. Ia akhirnya mengerti apa yang dilakukan Yoongi. Namja itu merupakan salah satu healer di pack-nya. Jadi ia membiarkan Yoongi menyembuhkan Bacoon-nya.

" Gawat..."

Yoongi melepaskan tangannya dari dada Baekhyun. Memutus mata rantai mantra yang melingkari tubuh Baekhyun. Namja mungil itu melebarkan mata sipitnya dan menutup mulut dengan pandangan blank.

" Gawat..." Ulang Yoongi lirih. Rautnya khawatir dan ketakutan.

Chanyeol yang berhubung tadi mencoba untuk merasakan mata rantai milik Yoongi yang lembut, seketika tersentak kembali ke alam sadar. Namja itu mengerutkan dahi melihat Yoongi yang terdiam sambil menutup mulut.

" Hyung?" Panggil Chanyeol lembut. Namja itu meraih lengan Yoongi dan menggoyangkan tubuh hyung-nya itu lembut. " Hyung ada apa? Beritahu aku hyung..."

Yoongi berbalik menatap Chanyeol dengan pandangan ketakutan. Matanya benar-benar menyiratkan kekhawatiran. Chanyeol yang sadar kalu ada sesuatu yang benar-benar salah, segera meninggikan suaranya.

" Hyung!" Chanyeol menarik lengan Yoongi lebih kuat. " Hyung kenapa!? Tolong beritahu aku! Aku tidak suka saat kau menyembunyikan sesuatu hyung! Aku tidak main-main!"

Yoongi balas menarik tangan Chanyeol. Seketika sebuah tragedi masa lalu masuk ke dalam benak Yoongi. Tragedi yang merenggut buah hati SeokJin dan Namjoon yang menjadi legenda umum di kalangan ras werewolf.

" C-chanyeol..." Yoongi membuka mulutnya gugup. " A...a..J-jung"

" Jung?" Chanyeol hampir habis kesabaran. " HYUNG! SADARLAH!"

Yoongi tersentak sadar dan ia meremat bahu milik Chanyeol kelewat kasar. Tatapan ketakutan milik Yoongi seketika berubah menjadi kasar dan dingin. Tapi Chanyeol masih mampu melihat bekas ketakutan disana.

" J-jungkook..." Ucap Yoongi dengan bibir gemetar. " Seperti J-jungkook...

" B-baekhyun s-sekarat..."

.

.

.

.

.


.

.

.

.

.

.

" Menjauhlah Kris!"

" Tidak sebelum kau memperbolehkanku ikut denganmu!"

" Aissshhh! Kau menyebalkan!"

Kris terkekeh. " Lebih baik begini daripada aku jadi diam sepanjang hari kan?"

Suho menggerutu kecil sambil membuka bungkus snacknya kesal. " Tidak dua-duanya! Kau yang diam sama buruknya dengan kau yang aktif. Sama-sama merepotkanku! Lihatlah...aku jadi tidak sempat memebeli okonomiyaki itu kan"

Kris menaikkan alisnya bingung. Namja itu mengedarkan pandangan selagi Suho masih menggerutu dan fokus untuk memakan snack Burritos yang baru saja namja angelic itu beli. Mengingat snack HoneyButter chipsnya yang sebelumnya jatuh akibat gepakan Kris.

" Mana..." Kris menekan lengan Suho yang dibalut mantel merah dari plastik itu. "Mana yang jualan okonomiyaki?"

Suho mendengus kasar. Namja angelic itu menunjuk kedai ramen di seberang mereka sekarang. Tapi Kris hanya bisa mengernyitkan dahi melihat tulisan tutup tertera besar di etalase kedai itu.

" Disana" Balas Suho sinis. " Padahal mereka sedang melakukan diskon mengingat sebentar lagi musim panas datang. Aku bisa saja mendapat sekotak okonomiyaki jika saja kau tidak datang dan menahanku! Ditambah kau menyenggolku hingga belanjaanku jatuh dan membuatku terlambat membeli okonomiyaki!"

Kris tersenyum lembut dengan wajah manly-nya. Namja itu terkekeh dan mengundang desisan tidak suka dari Suho. Suho menyikut perut ber-abs milik Kris dan membuat tawa Kris pecah.

Kedua namja itu tetap seperti itu di tengah rintik hujan yang menghiasi Seoul. Kris hanya memakai seragam sebuah sekolah ternama di Seoul. ( Baca: SOPA) dan Suho yang dibalut mantel yang berfungsi ganda sebagai jas hujan.

Ia terpaksa memakai itu karena ia harus berbelanja keluar tetapi harinya sudah makin gelap. Ditambah kegiatannya sebagai salah satu seksi OSIS dan ketua club musik membuatnya harus sering pulang sore.

" Kenapa kau masih memakai seragam?" Tanya Suho.

Kris menyahut. " Hm? Apa?"

Suho menghela nafas kasar. " Kau tidak geger otak atau tuli kan?"

Kris mengangkat tangannya pasrah dan terkekeh geli. " Ya ya ya...aku pulang sore. Ada beberapa pekerjaan yang harus kuselesaikan di sekolah"

Suho seketika menghentikan acara mengunyah snack-nya. Namja angelic itu menatap Kris dengan pandangan menyipit. Ia bergumam kecil padahal mulutnya masih penuh dengan kumpulan snack. Suho seketika merasa tidak percaya dengan apa yang dikatakan Kris.

Anak yang bolos dan melewati pagar sekolahnya. Kakinya terkilir dan setelah Suho merawatnya, ia masih saja membolos dan hanya menanggapinya santai. Namja itu juga gemar mengikuti Suho kemanapun biarpun wajahnya benar-benar dingin dan terlihat cuek.

Suho saja sampai kaget saat tahu bahwa Kris adalah anak SOPA. Mengingat perilaku tak terkontrol dan sifat menyebalkannya. Oh, jangan lupa kebiasaan suka membolosnya dan berakhir menyusahkan Suho karena anak itu akan menempel kepadanya seperti benalu.

" Kau..." Suho menyipitkan matanya ke arah Kris. " Kau tidak berbohong kan?"

Kris seketika mengerutkan dahi. " Berbohong? Untuk apa juga aku berbohong?"

" Pertama, dengan sikap suka membolosmu, aku benar-benar tidak percaya hari ini kau datang dengan seragam SOPA. Kedua, pekerjaan? Anak berandal sepertimu memang dapat pekerjaan apa di sekolah? Dan ketiga, sore? Katakan kepadaku kalau kau bukan salah satu anggota OSIS" papar Suho. Namja itu menatap Kris sengit.

Kris seketika terkekeh dan menatap Suho dengan tatapan lembut. " Oke oke...pertama, aku memang tukang bolos dan kabur ,tapi faktanya SOPA adalah sekolahku, oke? Kedua, aku punya pekerjaan di sekolah. Banyak sekali malahan. Mengurus ini mengurus itu mengatur ini itu dan pada dasarnya...semuanya."

Namja tinggi itu menghela nafas dan tersenyum kemenangan di hadapan Suho yang mengangakan mulutnya tidak pecaya.

" Yang ketiga..." Kris terkekeh. " Mengingat aku mengerjakan dan mengurus berbagai macam hal di sekolah, sayang sekali Kim Junmyeon... aku jelas bagian dari OSIS. Ketuanya malahan"

Suho tersedak snack-nya. " KETUA OSIS!? KAU KETUA OSIS?"

Kris mengangguk kecil. Namja itu mengambil jas sekolahnya yang ia masukkan ke dalam tas agar tidak basah karena hujan. Kris memperlihatkan bagian depan jasnya. Suho sendiri melebarkan mata tidak percaya saat melihat name-tag Kris di barengi dengan tulisan jabatan Ketua OSIS dan presiden kelas.

" Jadi..." Kris menyeringai. " Masih meragukanku hm?"

Suho hanya mampu membuka mulutnya tanpa mampu berkata-kata. Ia benar-benar kaget dengan fakta ini. Memang namja ini memiliki wajah dan postur pemimpin yang menempel padanya, tapi sifatnya itu yang meruntuhkan itu semua.

" B-bagaimana b-bisa..."

Kris menguap kecil. Namja tinggi itu menengadahkan kepala ke langit dan mulai merasakan gerimis melebat. Kris menatap lebih jauh ke antara awan hitam tebal di langit. Bangsa Deimon sendiri sejak dahulu dikenal akan kemampuan mengendalikan badai dan banjir.

Juga wabah. Jangan tanya siapa yang menyebar wabah pes di eropa. Yang jelas, Kris tidak ingin mengingatnya.

Mata Kris sekilas berkilat ungu. Namja itu dapat mendeteksi kalau kurang dari 20 menit lagi badai akan datang. Dan Kris juga memperkirakan kalau mereka berdua tidak akan sempat berlari ke rumah Suho tanpa ditiup badai.

" Suho..." Panggil Kris.

Suho yang sedang mengutak-atik tas-nya untuk mencari payung seketika terhenti. "Apa, Kris? Oh ya...apakah kau bawa payung? Harinya semakin gelap"

Kris menggeleng. " Aku tidak punya payung, tapi aku punya sesuatu yang lebih baik"

Suho mengernyitkan dahi. " Apa? Jas hujan atau mobil?"

" Bukan keduanya" Sahut Kris cepat. Namja itu berdiri dan merogoh kantong celananya. Suho menelengkan kepalanya bingung saat namja itu mengeluarkan sebuah jam lama dari perak dari kantong celananya.

Kris membuka jam itu. Ia menunjukkannya di hadapan Suho dan seketika membuat namja itu memundurkan wajahnya kaget. Yang Suho lihat hanyalah mekanis jam kuno dengan jarum jam yang masih sangat berfungsi.

" Nah Suho...ini jam berapa?"

Suho menukikkan alisnya kebingungan. " Jam 05: 30"

SUUUSSSST...

Oke...apakah ini hanya imajinasi Suho? Apakah ia tadi melihat kalau jam itu membentuk sebuah wajah yeoja? Wajah yeoja yang berbisik dan membuatnya...

BRRRUUUK

" Yossh.. terima kasih, Suho" Kris menutup jam itu dan mengembalikannya ke dalam kantong celananya.

Kris tidak bisa berlari ke rumah Suho saat badai tentu saja. Tapi ia masih bangsa Deimon dan bangsa Deimon benar-benar akrab dengan badai. Ia akan mudah menerobos badai dengan kekuatannya.

Tapi ia tidak bisa mengambil resiko kalau Suho tahu tentangnya. Belum saatnya. Masih panjang perjuangannya untuk merebut namja manis ini. Terutama saat ia tahu kalau hyung Suho yang bernama Xiumin itu adalah keturunan Dewi Hecate.

Sialan... Dewi Hecate, Dewi sihir itu adalah dewi utama bangsa Vampire. Mengingat mereka lahir di kegelapan dan mempraktekkan sihir sejak dulu. Tidak heran mereka menjadikan Dewi Hecate adalah dewi utama.

Kris pun harus benar-benar mengontrol perubahan wujud deimonnya jika berada di rumah Suho. Ia tidak bisa dengan leluasa berduaan atau mengenali namja manis itu lebih dekat.

Sebenarnya Xiumin hanya duduk di dapur. Ia sibuk dengan ramuan dan makan malam. Tapi Kris tidak bodoh untuk melihat ramuan apa yang dibuat. Satu tetes yang cukup untuk membuat iblis macam apapun terbakar.

Dan menurut tebakan Kris, namja itu adalah penyihir senior. Mengingat dia tidak perlu barang-barang sihir untuk mengucapkan mantra. Kris sendiri bahkan menemukan kalau Xiumin cukup membaca mantra atau berbisik dan terjadilah sihir.

Hal itu jelas-jelas memberi Kris ancaman besar. Namja bermata sipit itu hanya tersenyum tapi Kris mampu merasakan gelombang sihir pelindung di rumah atau perisai sihir di badan Xiumin.

Perisai yang kelewat mematikan dan keras.

Kris sendiri telah memasukkan Xiumin ke dalam daftar ancaman pengacau kebangkitan bangsa Deimon olehnya.

" Nah Suho...mari kita tembus badai"

Namja tinggi itu menggendong badan Suho yang terkapar di bangku. Namja itu pingsan setelah menerima sihir milik Kris. Mantra tidur masih ia simpan di dalam jam lamanya. Hanya dengan mengucapkan jam berapa akan seketika mengaktifkan sihir itu.

Kris memasang jas sekolahnya dan menggendong Suho di punggungnya.

Namja itu bersiul di antara badai.

Oh apakah aku sudah mengatakan pada kalian bahwa keluarga Wu memiliki bakat spesial akan cuaca dan waktu?

Kalau tidak, Yap. Kris memanipulasi waktu. Sesaat setelah ia bersiul, titik air hujan berhenti turun. Awan berhenti bergerak dan orang-orang terhenti dari aktivitas mereka dan seketika segalanya terhenti.

Kris menyeringai. Ia tidak akan membalas dendam tanpa persiapan. Bertahun-tahun ia menyempurnakan seluruh kemampuannya dengan tubuh yang hampir hancur akibat amukan Sehun malam itu bahkan melampaui kekuatan tetua Deimon sekalipun.

Ia masih ingat tetua menyebutkan soal kekuatan dewa dan kemarahan dunia bawah saat Sehun menyerang klan mereka. Membabat habis seluruh ras deimon yang terlihat di mata mereka.

Tapi ternyata menculik Kyuhyun tidak sia-sia.

Mereka perlu menyiapkan festival malam tersuci bangsa Deimon. Malam bulan darah. Dengan mengorbankan 12 darah perempuan muda dari setiap bulan dan delima Erebos. Selama beribu-ribu tahun mereka mengira mereka benar-benar harus mencuri delima dari Dewi Persephone yang jelas-jelas mustahil karena mereka jelas akan terbakar bahkan saat masih di gerha Hades.

Tapi ternyata itu bermakna kiasan. Ayah Kris-lah yang mengungkap kiasan itu.

Delima adalah buah keramat dan favorit Persephone. Tumbuhan itu adalah makanan anak-anak Hades saat di dunia atas.

Kyuhyun adalah kesayangan Persephone. Diva dunia bawah. Ia sama-sama menjadi favorit dunia bawah.

Mereka akhirnya menculik Kyuhyun untuk festival malam itu. Dengan memanipulasi penculikan Kyuhyun dengan membuatnya mati. Bangsa Deimon sudah dikenal dengan kemampuan manipulasi dan penipuan.

Festival untuk membuat kaum Deimon tetap abadi dan kebal akan apapun.

Tapi malam itu hancur akibat kemarahan dunia bawah. Persephone tidak terima, Sehun membalas dendam, dunia bawah berguncang emosi. Kris sadar dewi itu memberikan kutukan dengan membuat Sehun menghabisi seluruh ras.

Yang tersisa dari ras itu hanyalah dirinya, adiknya, dan segelintir orang yang tidak ikut festival.

Kris benar-benar terbakar dendam. Ia berjanji akan membuat bulan darah paksa. Tanpa perlu menunggu 500 tahun sekali. Ia berjanji akan membuat musim kawin bersama kali ini juga sebagai malam bulan darah. Malam kebangkitan kaumnya dan hamilnya Suho.

Ia berjanji akan hal itu.

Ia sudah mendapatkan Suho sebagai mate terpilih dan Kyuhyun sebagai delima Erebos.

Kris membalikkan wajahnya. Ia dapat merasakan nafas hangat Suho menyapu lehernya. Namja tinggi itu tersenyum dan mencium pipi Suho yang terlelap di punggungnya. Kris berjalan ke tempat kering sebelum membuat waktu kembali berjalan.

Ia hanya memanipulasi waktu untuk membawa mate manisnya itu ke tempat kering. Memang dia akan menembus badai tetapi ia tidak bisa mengambil resiko Suho basah kuyup karena menerjang badai sama artinya dengan membiarkan badai melindungimu.

Yang berarti kau berjalan dengan segerombol awan besar dengan air hujan dan petir yang salah senggol akan meledakkanmu jadi abu. Dan Kris yakin jika Suho sudah diguyur badai bahkan sebelum ia menerjang, namja itu terlihat seperti baru dimandikan dengan sedrum air sungai.

Kris membetulkan gendongannya sebelum ia sendiri berubah menjadi kabut berwarna ungu dan membiarkan dirinya dibawa badai bersama Suho.

" Aku hanya harus mencari 12 perempuan muda dari 12 zodiak Suho" Kris bergumam. " Aku berjanji akan membuatmu jadi ratuku. Kau yang bisa membuat dendam seketika menyurut"

Kris menatap lurus. Menciptakan bulan darah paksa sangat berbeda dari merayakan bulan darah. Ia harus mengorbankan darah dari 12 perempuan muda dari 12 zodiak alih-alih 12 bulan. Dia juga harus mengorbankan Kyuhyun sebagai delima Erebos. Dan terakhir yang paling susah mengingat segalanya mengacu pada orang itu.

Termasuk ramalan dan kehidupan Sehun.

" Jantung rusa emas sang Dewi pemburu yang terlahir kembali..." ucap Kris lirih. "Aku tidak bisa menciptakan kehadiran bulan darah tanpa jantungnya.

.

.

.

.


.

.

.

.

.

.

" Aku pulang..."

Xiumin membuka kenop pintu rumahnya. Namja bermata sipit itu menyisihkan sepatunya yang basah akibat menerobos hujan. Namja itu juga menggantung jaket oranyenya. Xiumin masuk ke dalam rumah bergaya modern itu sambil mengeringkan badannya.

" Ahhh leganya..."

Namja itu menghempaskan tubuhnya ke sofa. Ia melepaskan ransel hitamnya ke samping tubuhnya dan meregangkan badan. Dosennya itu benar-benar pembunuh kelas berat. Skripsi yang ia kerjakan selama 3 bulan dengan seenak jidat lebarnya ditolak.

Apakah ia tidak tahu kalau Xiumin sampai mengorbankan apapun untuk menyelesaikan tugas yang sudah setebal KBBI itu? Termasuk mengorbankan hari-hari indahnya dengan sihir?

Xiumin mengambil teh Chamomile yang ia bawah di dalam ransel dan meminumnya rakus.

" Dasar dosen gila..." Xiumin menggerutu. " Aku bahkan perlu 3 jam untuk meyakinkan kalau skripsiku itu asli dan tidak menjiplak!"

Xiumin masih saja menggerutu. Ini karena namja berwajah kotak itu! Namja bernama Chen itu benar-benar merusak harinya! Sudah kulitnya lebih putih dari Xiumin dan sifat menyebalkannya karena skripsinya memiliki topik yang sama dengan Xiumin, namja itu juga mengambil kursi terakhir di kereta bawah tanah yang ingin diduduki Xiumin!

" ARRRGGGHHH!" Erang Xiumin kesal. " TERKUTUK KAU CHEN!"

Xiumin bangun dari posisinya dan mendengus sekasar yang ia bisa. Namja bermata sipit itu mengepal tangannya kuat. " Aku akan mengutuknya!"

" Aku benar-benar akan mengutuknya! Nah mana buku kutukanku!?"

Xiumin berlari ke dalam kamarnya. Namja itu membuka lemarinya yang berhiaskan tulisan berbahasa Yunani mengingat ia keturunan Hecate. Namja itu berbisik dan lemari itu seketika terbuka menjadi pintu.

Namja bermata sipit itu berlari menuruni tangan batu yang berputar. Temboknya pun berasal dari batu alam dan dihiasi obor bersimbolkan Dewi Hecate. Padahal obor itu sendiri sudah simbol Dewi Hecate.

Xiumin mendorong sebuah pintu kecil di bawah tanah yang bertuliskan, ' LUPAKAN ANJING PENJAGANYA! BERHATI-HATILAH DENGAN TUAN RUMAH!'

Xiumin masuk dan mendapati musang peliharannya tengah menggulung badan nyaman di salah satu tumpukan tanaman-tanaman obat yang ia kumpulkan di sebuah kotak besar. Perempatan amarah seketika muncul di jidat Xiumin.

Kumpulan tumbuhan obat itu telah diubah oleh musangnya menjadi seperti sarang. Dan dengan nyamannya si musang merebahi sarang itu di dalam kotak.

" Bangun kau sebelum kusihir kau jadi batu!"

Musang itu sontak membuka mata dan tersentak melihat Xiumin berdiri di depan kotak dengan wajah memerah padam karena geram. Musang itu seketika meloncat turun dan menggerutu dalam bahasa musang.

Xiumin menyingkirkan tumbuhan obat dan mengambil buku kecil dari kulit kayu di dasar kotak.

" Mari kita lihat apakah kau masih ingin mengerjaiku tuan Chen!"

Namja itu membuka buku kayunya kasar. Dia sedang memilah-milah kutukan apa yang bagus untuk dilemparkan kepada namja berwajah kotak itu. Xiumin meletakkan buku itu di atas meja dan mulai mengucapkan mantranya.

Mantra terbentuk di samping tubuhnya dengan wujud burung gagak berwarna hitam dan Xiumin menerabangkan burung gagak itu.

" Hah!" Tunjuk Xiumin. " Apakah kau bisa lari dari kutukan itu hah Tuan Chen yang hebat!?"

Xiumin mendengus dan kembali ke ruang atas setelah melemparkan kutukan tidak bicara seharian kepada Chen.

Kurasa Xiumin sedikit meleset hari ini.

.

.

.

.

.

.

T

B

C

XD


Weelll Halo!

Ada yg rasanya pengen bunuh w? ^^

Nah...kan ketahuan...juga

Kita sambut CHENMIN! ^^ Karena akhirnya saya punya timing tepat buat nunjukkin ini couple teradem sepanjang masa! ^^

Tetep adem ya mang Chen teteh Umin...^^ Seneng rasanya liat kapel ini. Kagak banyak bacok cekcok..rumah tangganya adem ayem kali ^^

W nggak banyak ninggalin note disini...^^

Tapi...silakan Review jika ada yg rasanya pengen bunuh W ^^

See ya at next chap!

A.W.J

Mind to RnR?