[Ganbatte! 1; Chuck my heart!]

ガンバッテ! 少年くん

Alternative titles: Fighting! You boys, Ganbatte!Shounen-kun!, Boys, Please do your best!, Semangat yah, mas!

Japanese school!AU

.

Cerita absurd pemuda Korea yang terdampar di Jepang terus culture shock.

Terus apa lagi?

.

EXO!AU—GS+Shounen ai

selipan Seventeen di setiap chapter

.

PG

.

Alert! Japanese!

.

[Cheesy comedy/Sehun!centric/romance/school life]

.

.


1.

Oh Sehun meletakkan kepalanya di atas dan mendesah panjang. Padahal jam pelajaran hari ini telah berakhir, tetap saja kata-kata sang ayah Oh belum bisa membuatnya move on. Apalagi ia sudah betah pake banget tinggal di Incheon. Memang benar, keluarga Oh tidak pernah menetap di satu tempat karena pekerjaan ayahnya sebagai karyawan multinational—apalah itu—yang mengharuskan sekeluarga setiap tahun pindah. Dulu saat Sehun masih balita—ia besar di New York sampai ia berumur 7 tahun, lalu ia pindah ke Vietnam dan Singapore. Dan ketika Sehun berumur 11 tahun, mereka menetap cukup lama di Incheon.

.

"Kali ini akan pindah ke Jepang—lebih tepatnya di daerah Chiba," ucap sang ayah.

Jeda.

"HUH?!"

"APA SERIUS?!" seru si sulung keluarga hingga memuncratkan nasinya ke wajah Sehun yang duduk tepat di depannya.

"Iya, serius—kita akan pindah bulan depan,"

Jeda.

"YATTA*!"—si kakak Oh.

"TIDAK!"—si dedek Oh.

Sehun melirik kakaknya, Oh Senri yang tampak bahagia dengan kabar ini-pasalnya, Senri ini adalah otaku alias maniak sama hal-hal berbau Jepang. Buktinya, di kamarnya terpapang poster anime, goodies dari berbagai anime dan manga populer seperti attack on titan dan lain sebagainya, tidak ketinggalan dengan komik-komik jepang baik itu sudah di translate ke bahasa korea mau pun masih mentahannya, dan yang paling epic-nya lagi—dia mengkoleksi figuran semua karakter yang dia sukai. Tidak berhenti sampai juga dia juga main game-game RPG keluaran jepang seperti Persona.

Jadi nggak heran kalau masuk-masuk ke kamarnya—bisa dikira warnet. Dan namanya saja sudah tipikal orang Jepang.

'Panggil aku, Senri-kun, babe'—ucapnya sambil menyanyikan lagu Call Me Baby.

Mendengarnya saja, Sehun ingin mencincang kakaknya terus dimasukin ke kuali—terus diaduk-aduk. Bate—bate—chocolateh—bate—bate—chocolateh, eh kok malah lagu Dora the Explorer yang muncul.

Well, anyway.

"Nggak! Aku nggak mau pindah," keluh Sehun memukul meja makan.

Ayah Oh hanya mengeleng-geleng, "Nggak bisa, nak. Sudah ditetapkan,"

"Kenapa mendadak!"

Ayah Oh menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu sambil tersenyum konyol, "Lupa."

Sehun geram sampai-sampai mematahkan sumpitnya. For God's sake, kenapa ayah Oh harus pikun? Rasanya Sehun ingin mem-table flip meja makan terus kabur dari rumah kayak di drama-drama Korea yang ditonton oleh bunda Oh.

Ayah Oh mendehem, "Pokoknya itu yang ingin ayah sampaikan—dan tidak bisa ganggu gugat,"

"T—tapi, ayah,"

Ayah Oh melirik Sehun tajam hingga Sehun merasa dirinya adalah minion di depan ayahnya itu. Ciut nyali—pupus sudah harapan—selamat tinggal Incheon. Ayah Oh beranjak pergi ke ruang tamu untuk menonton TV, diikuti Senri yang membantu ibunya merapikan meja makan dan membiarkan Sehun membeku di meja makan.

.

.

.

"Haaaa~ Kenapa jadinya seperti ini," Sehun mendesah.

Beberapa teman sekelasnya menghampirinya dan mencoba menanyakan apa yang terjadi. Karena bukan Sehun banget—biasanya kalau istirahat ia akan buru-buru ke kafetaria untuk membeli roti melon, tetapi hari ini tidak. Biasanya kalau lagi pelajaran Olahraga dan sedang sesi dogde ball—Sehun selalu bisa menghindar, tetapi hari ini ia berakhir di klinik sekolah. Dan biasanya lagi, dia selalu akan hyper kalau pelajaran telah berakhir—tetapi ia malah muram.

"Bro, kenapa sih tumben sekali murung gitu," ucap pemuda ber-name tag 'Choi Seung-cheol' sambil berkacak pinggang.

"… Nggak apa," cibir Sehun masih dengan posisi yang sama.

Seungcheol saling bertatapan dengan ketiga temannya. Dan ia menghela nafas panjang. Kemudian siswa ber-name tag Joshua Hong pun berceletuk, "Hun—kenapa sih patah hati?"

Nggak berkutik. Nihil. Akhirnya, salah satu dari mereka yang memiliki rambut bob pendek menjongkok di depan meja Sehun dan menggusap-usap kepala Sehun.

"Hun," kata siswa ber-name tag 'Yoon Jeong-han', "Kepalanya masih sakit, ya? Apa kau sehat?"

Sehun tidak menjawab.

"Kalau ada masalah—cerita. Nggak baik lho, kalau ditutupin. Kalau Sehun sedih, semuanya juga sedih, lho," Jeonghan masih mengelus-elus kepala Sehun lembut. Sehun mendongak dan menatap wajah malaikat seorang Yoon Jeonghan. Lama-kelamaan, Sehun terjun ke pelukan Jeonghan dan terharu.

"HUEEEE, JEONGHAN! AKU KUDU EOTTHOKAE!"

"Yeokshi, our angel," Seungcheol mengacungkan jempol.

.

Si bayi Oh Sehun ini menceritakan kejadian semalam yang menurutnya tidak adil (sambil menyeruput susu coklat yang dibelikan Joshua saat jam makan siang. Josh, kau memang yang terbaik—kata Sehun). Reaksi dari ketiga temannya pun beragam;

"Oh. Bagus deh, jadi kurang saingan," ucap Seungcheol enteng.

Setan—pikir Sehun.

"Seungcheol, nggak boleh gitu! (Balik noleh ke Sehun) Yah! Kesayangan berkurang satu deh!" Jeonghan memajukan bibirnya, tidak terima dengan beritanya.

Doh, malaikat yang satu ini—gumam Sehun.

"Nggak apa kok. Toh kalau jodoh pasti bertemu lagi. Don't worry be happy, Hun!" Joshua menepuk-tepuk pundak Joshua, "Well, orang tua kita kan beda-beda tipis—suka keliling dunia. Dulu pas aku masih di Los Angeles juga gitu—ogah banget balik ke Korea. Tapi sampai di Incheon dan ketemu sama kalian semua, yah no worries,"

"Tapi kan aku udah telanjur betah di sini dan aku nggak mau pisah sama kalian!" Sehun melipat tangannya.

"Hun. Kamu PMS," celetuk Seungcheol, "Merajuknya kayak wanita saja,"

Sehun menabok Seungcheol dan mencengkram kerah baju Seungcheol sambil berkata 'Elu sekali lagi macam-macam, gue buang lu ke jurang juga'. Untungnya, Jeonghan melerai mereka dan tetap Seungcheol kena omel sama Jeonghan di pojok kelas.

"Nggak perlu kuatir lah, Hun—" Joshua tersenyum.

Bagaikan adegan-adegan telenovela, dimana si cewek yang sedang terpuruk karena ia akan dipisahkan dengan pujaan hati. Namun sang pujaan hati datang dan mengatakan bahwa mereka baik-baik saja—wait, berarti si Sehun itu pihak cewek-nya dong, dan Joshua-nya pujaan hatinya Sehun—gasp! Lalu, mendadak Sehun merinding.

"—Kamu juga nggak jelek-jelek amat, jadi nggak mungkin dibully deh!" Joshua tertawa renyah—setelah itu Joshua ditabok sama Sehun.

Konklusinya, Sehun jadi nggak baper lagi—dan mantap buat ke Jepang. Sebelum ke Jepang pun Sehun sudah mempersiapkan ilmu-ilmu bahasa Jepang dengan Joshua (yang lancar karena kenalannya adalah orang Jepang). Meanwhile, Jeonghan mempersiapkan hadiah perpisahan, yaitu sebuah baseball cap (tentunya, dengan menggeret paksa Seungcheol untuk ikut dengannya—yah nggak dipaksa pun juga ngikut).

Ketika di airport ketiga temannya menggantarnya bersama keluarga Oh lainnya. Kalau kata Joshua—nanti kalau kangen'kan bisa Skype-an. Terus Jeonghan mengiyakan—kan ada Kakao talk, bisa teleponan (gratis). Free talk, kakao talk. Seungcheol menambahkan—kalau ada apa-apa, pokoknya kabarin, kita-kita, yah. Ciee Seungcheol.

Sehun tertawa, lalu menggeret koper besarnya.

Terima kasih atas support-nya, bro—ini kata terakhir Sehun sebelum akhirnya ia take off ke negeri Sakura.

.

.


[Chiba, Japan]

Begitu sampai di Jepang, sang kakak Sehun langsung melesat ke Tokyo untuk menjelajahi Akibahara—dimana surga untuk para otaku. Ayah Oh langsung segera masuk kantor untuk mengurusi dokumen-dokumen yang ada. Sedangkan ibu dan Sehun merapikan dan menata rumah baru. Walau kesal dengan sang kakak, tetapi mau bagaimana lagi—Sehun mendesah panjang. Rumah baru mereka terdiri dari tiga lantai; lantai bawah terdapat ruang tamu, kamar mandi serta mesin cuci, dan ruang makan. Lantai dua terdapat kamar kedua orangtua Oh, kamar Oh Senri, dan ruang kerja ayah Oh. Lantai tiga hanya ada kamar Oh Sehun seorang. Loteng sih tetapi Sehun lebih suka tempat yang tinggi dan dimana dia bisa meneropong bintang-bintang.

Gini-gini, Sehun tertarik dengan dunia astronomi lho.

Pagi ini, Sehun berjalan menuju sekolah barunya yang tidak jauh dari rumahnya. Bunga sakura yang bersemi, mewarnai setiap perempatan di jalan. Sehun akui pohon ceri di tempat asalnya dengan bunga Sakura sangat berbeda, dan cantik. Ngomong-ngomong soal cantik, banyak anak sekolahan yang juga satu arah dengannya—berbisik sambil memperhatikan penampilan Sehun.

"ねえ、あの子ちょっとヤバくない?" kata seorang siswi ke temannya yang rambutnya bertwin-tailEh, cowok itu agak hottie gitu yah.

"本当!めちゃカッコイ!でも、余り見たことないよ!" jawab si twintailIya benar! Keren banget! Tapi aku nggak pernah lihat dia deh.

"転校生かな?"—Anak pindahan mungkin.

Tidak jauh dari situ, ada dua laki-laki yang juga melakukan yang sama.

"ちょっと、あの子、誰?うわ~美少年~"gumam salah satu siswa dengan mata sipit—Eh tunggu! Siapa anak itu! Gilek~cakepnya

"アイツはうちのかな?みたことないぞ" balas temannya—dia dari sekolah kita? Nggak pernah lihat.

Sehun yang merasa dipelototi oleh orang-orang, jadi agak risih. Apa karena dia memakai seragamnya salah? Apa tataan rambutnya salah? Apa dia salah memakai parfum? Akhirnya karena takut, ia pun berjalan cepat ke gerbang sekolahnya tanpa menghiraukan siapa pun. Sesampainya, di lobby sekolah—ia langsung ingin masuk ke dalam area sekolah tetapi naas-nya, tubuhnya ditendang oleh seseorang yang tidak kenal dan menggenakan baju jersey olahraga—dan akibatnya Sehun ambruk.

Gila—baru dua hari yang lalu dia pindah ke Jepang sudah di tendang keras oleh orang yang tidak dikenal. Persetan dengan ucapan Joshua—ternyata wajah ganteng macam gini juga ditindas. Jepang memang mengerikan.

"こら!" teriaknya yang mengundang perhatian siswa-siswi di sekitarnya, "靴を変更しよう!"—Hoi! Ganti sepatumu!

変更? Ganti, maksudnya—pikir Sehun sambil menoleh ke pria berjersey itu. "す、すみません。なぜ僕は変更する必要がありますか?"—Ma, maaf. Kenapa saya harus ganti sepatunya?

Pria berjersey itu terdiam laaaaaama sekali, seperti menatap Sehun makhluk alien gitu. Lalu mendekati Sehun—hingga mengamatinya dengan seksama. Semacam scanner, periksa dari atas sampai ke bawah lalu ke atas lagi.

"あ!" serunya sambil memegang kedua pundak Sehun, "お前!あの韓国の転校生だろう?!"—Ah! Elu pindahan dari Korea, kan?!

Sehun memberi dua anggukkan pelan.

"あちゃ!やっぱそうだ!じゃ、先ずは靴を変更しよう。" Pria itu menunjuk area lobby yang terdapat loker sepatunya—Yaduh! Pantesan! Ya udah, sana ganti sepatu dulu.

"え?なぜすか?"—Eh? Kenapa?

"この学校のルールだよ!(Pria itu mendorong Sehun mengganti sepatunya) ほら、行け!" –Peraturan dari sekolah ini! Udah sana!

Sehun pun mendesah panjang, lalu ia pun mencari loker dengan tercantum namanya. Dalam hati ia mulai mencatat 'rule no. 1 : sebelum masuk ke area sekolah—ganti sepatu'. Ketika ia hendak untuk mengganti sepatu, para gadis-gadis seperti memperhatikan Sehun—from head to toe. Sehun tidak nyaman dengan tatapan itu, pasalnya semasa dia di Korea—dia belum merasakan hal ini. Hal jadi orang famous. Kalau di flashback selama dia di Incheon, gadis-gadis Korea sangat menggilai Joshua karena dia gentleman. Bahkan dia tidak pernah mendapat cokelat saat Valentine.

Pria yang berjersey itu akhirnya mengenalkan dirinya—dia adalah guru olahraga, Hasegawa-sensei*. Hasegawa-sensei juga menjelaskan mengenai sekolah yang bakal diduduki oleh Oh Sehun ini. Sekolah Internasional Sentoku ini adalah salah satu sekolah yang berkolaborasi dengan sekolah lama Oh Sehun di Incheon, Sekolah international In-Gu. Sekolah ini memiliki kelas khusus untuk siswa dari Korea, jadi Sehun tidak perlu kuatir dengan pelajaran atau keterbatasan dalam bahasa Jepang. Dan semua anak-anak internasional ini masuk di kelas D.

"でも、お前の日本語は本当に上手ね~" puji Hasegawa-sensei—tapi, bahasa jepangmu jago ya.

"いいえ、お友達に教えてくれたからです," Namun Sehun membantah—tidak, teman yang ajarin.

"そうか? それで、さすがお前は先からモテモテですね," ucap sang guru sambil melihat dokumen Sehun—Oh gitu? Terus ya, dari tadi kau juga jadi terkenal gitu.

"モテモテ?" Sehun memiringkan kepalanya, Terkenal?

"そう!何かーあいつらは君に合った時、女性たちは「きゃ、眩しいすぎる!」なんてな," Guru itu memamerkan gigi rapinya—Iya! Kayak—pas mereka ketemu kamu, cewek-cewek pada 'Anjir—silau men'. Begitu.

Hasegawa-sensei membawa Sehun ke ruang guru untuk menemui wali kelasnya. Guru olahraga itu menggeser pintu ruang guru itu dan Sehun pun seraya menyapa;「お邪魔します」yang berarti permisi. Hasegawa sensei pun memperkenalkan Sehun dengan wali kelas baru-nya, Lee-teuk, seorang guru sejarah. Guru sedikit bercerita bahwa ia adalah guru transfer dari sekolah lama Sehun dan juga ia telah menikah dengan wanita Jepang yang dahulu adalah guru di sana—alias cinlok.

"Wah-wah, dari dokumenmu—kamu sudah berkeliling ke banyak tempat yah," puji wali kelasnya dengan bahasa Koreanya yang cukup pasif, "Ayah-mu sudah banyak cerita mengenai kamu di telepon,"

"Oh begitu," Sehun hanya bisa terkekeh canggung. Lalu bel pun berbunyi—menandakan pelajaran pertama di mulai.

Wali kelasnya menepuk pundak Sehun, "Mari kita ke kelas—nanti saat pulang sekolah, karena ada yang harus aku beri penjelasan mengenai sekolah ini,"

Sehun menggangguk dan mengikuti Leeteuk menuju ke kelasnya. Lingkungan sekolah yang standar internasional memiliki kemiripan dengan gedung sekolah lamanya. Di tengah-tengah gedung sekolah terdapat taman kecil yang biasanya digunakan untuk taman baca, tempat berkumpulnya siswa. Pintu-pintu sekolah ini seperti pintu-pintu tipikal di Jepang yaitu pintu geser. Di gedung sekolah ini juga terdapat dua buah atap dari gedung yang berbeda—kalau menurut Leeteuk, gedung Sen yang biasanya dipenuhi oleh anak-anak lokal Jepang sedangkan gedung Toku adalah gedung yang biasanya dipenuhi oleh anak internasional (dari Korea maupun dari luar negeri). Bukannya siswa-siswi lokal dan internasional tidak membaur, tetapi itu hanya sistem dari sekolahnya.

Sesampainya di kelas 2-D, Leeteuk menyuruh Sehun menunggu di luar—Sehun akan masuk jika Leeteuk memanggilnya. Dari luar kelas ia dapat mendengar siswa dan siswi menyapa Leeteuk. Sehun menghirup nafas dalam-dalam, lalu menghela nafas panjang—agar ia tidak canggung di depan kelas.

"Anak-anak, kita kedatangan siswa baru dari Incheon (semua siswa langsung gaduh) Baik, baik—sensei tahu kalau kalian tidak sabaran," Leeteuk terkekeh, "Sehun, kau boleh masuk,"

Sehun menampar kecil wajahnya, lalu menggeser pintu kelasnya. Entah dia punya aura khusus sampai-sampai membuat para siswi meleleh seketika. Padahal reality-nya, Sehun canggung sekali, ia gemetaran hebat, dan cara jalannya pun seperti robot. Leeteuk hanya bisa tersenyum lemah dengan anak baru yang satu ini. Begitu sampai di depan kelas, Leeteuk menulis hangul nama Oh Sehun dan Oh Sehun pun berkumandang;

"Na—Nama. Oh Sehun. Asal. I—Incheon. Salam kenal," Oh Sehun membungkukkan tubuhnya.

"Oh Sehun akan menjadi teman kalian, jadi mohon bantuannya yah," kata Leeteuk dengan diikuti jawaban 'hai'* dari seluruh siswa, "Sehun, akan duduk di sebelah (menerawang) Ah! Di sebelah Park Chanyeol saja."

Pemuda yang memiliki telinga semacam elf seperti di film Hobbit itu mengangkat tangannya dan memamerkan senyuman menawannya. Hm, tampaknya dia ramah—pikir Sehun yang kemudian menaruh tasnya di mejanya dan pemuda bernama Chanyeol itu berbisik; "Hei, salam kenal anak baru,"

Sehun menggangguk cepat, karena ia senang ada teman baru yang ramah dan tampaknya akan membantunya selama ia ada di Jepang nanti. Kelas 2-D itu kembali tenang, dan berkonsentrasi dengan pelajaran hari ini. Seperti yang dikatakan Hasegawa-sensei, ternyata pelajaran khusus anak internasional sama dengan pelajaran ia pelajari sebelumnya.

.

[1st break time]

.

Leeteuk meminta ketua kelas 2-D, Do Kyungsoo untuk berkeliling sekolah (dan Chanyeol juga ikut dengannya). Do Kyungsoo merupakan siswi teladan dan cantik luar-dalam, kalau kata orang Jepang—seperti Yamato Nadeshiko* versi gadis korea. Kyungsoo dan Chanyeol adalah sepupu dari pihak ibu dan mereka tinggal tetanggaan. Ibu Kyungsoo dan Chanyeol asli orang Jepang, sedangkan ayah mereka berasal dari Korea. Dengan kata lain, mereka blasteran.

Kyungsoo memiliki tubuh yang S-line dan rambut lurus panjang. Kalau kata Joshua dulu—tipe cewek seperti ini yang sering dikejar kaum Adam, karena kelak bisa menjadi istri yang baik. Tetapi bukan tipe Sehun sekali sih. Beberapa kali, Kyungsoo sering di sapa dengan murid-murid yang berpapasan dengan mereka. Another wow fact, ternyata gadis ini adalah seketaris osis.

"Jadi, siapa gerangan ketua dan wakil ketua osis sekolah ini?" tanya Sehun ke si jangkung alias Chanyeol.

"Hm?" Chanyeol sedikit mengemut batang pocky-nya, "Wakil ketua, kalau nggak salah, si Kim Suho dari kelas 3-D."

"Bukan 'kalau nggak salah'—dasar anak ini, kerjaannya makan terus." Kyungsoo menghela nafas, "Ketua osis Sentoku adalah Kris Wu-senpai*, dan wakil ketuanya adalah Kim Suho-senpai. Keduanya berasal dari kelas 3-D."

"Boleh aku bertanya?"

"Silakan," kata Kyungsoo.

"Keduanya merupakan anak kelas internasional. Kenapa anak internasional yang take over, bukan anak lokal Jepang?" lanjut Sehun.

"… Kalah bersaing," ucap Kyungsoo.

"Dari sisi?"

"Dari sisi ketampanan, mungkin?" Kyungsoo terkekeh.

Sehun langsung memasang muka asem-nya. Ketika ketiga serangkai sampai di tengah taman sekolah—beberapa siswa seperti mengerumuni sesuatu (atau seseorang)? Melihat itu, Kyungsoo berdecis dan segera bertindak—seperti mengusir kerumunan itu.

"Ada apa?" tanya Sehun.

Chanyeol menelan kunyahannya, "Oh itu? Si Luhan-senpai. Dia itu cukup terkenal di internet—salah satu artis nico nico,"

"Neko-neko?" Sehun memiringkan kepalanya.

"Bukan neko-neko untuk kata macam-macam lho! Nico-nico lho, nico nico douga—itu semacam youtube versi Jepang dan artis-artisnya disebut sebagai utaite," jelas Chanyeol sambil membuka cemilan yang selanjutnya, "Nah, Luhan-senpai itu salah satunya. Stage name-nya Honey, punya subscriber sekitar 100 juta dan banyak fansnya. (mengunyah cemilannya) Semula sih dia nggak sepopuler ini, begitu kemarin gelar jumpa fans—dia menjadi terkenal. Dari pihak sekolah pun mulai mengerahkan tim osis buat jadi bodyguard-nya Luhan-senpai."

"Oh—maksudmu Net Idol?" tanya Sehun lagi.

Chanyeol menggangguk, "Tapi mereka net idol dibawah naungan si Nico nico douga gitu,"

Sehun bergumam, dan ia pun melirik ke arah Luhan yang sedang dilindungi oleh Kyungsoo dari kerumunan fans dari Honey—kemudian Luhan merasa seseorang melihat ke arahnya dan Kyungsoo. Wih tampan juga— kata Luhan dalam hati. Gadis mungil dengan rambut twin-tail itu mengedipkan matanya ke Sehun. Bagaikan panah yang siap menusuk hati Sehun—dan …

DO-KYUN*~ tepat sasaran saudara-saudara. Kini Sehun berlutut dan megangi jantungnya hampir copot. Sensasi apa ini? Kenapa jantungku berdetak keras? Kenapa wajahku memanas? Kenapa aku dibanjiri oleh keringat dingin? Sejak kapan aku jantungan? Apa aku akan mati?—teriak Sehun dalam hati. Luhan hanya tertawa kecil, melihat reaksi Sehun yang lucu—akhirnya ia ingin bertatap muka dengannya. Ketika Sehun masih sibuk dengan jantungnya, sedangkan Luhan datang menghampirinya dan ingin membantu Sehun berdiri.

"立てる?" ucap Luhan sambil mengulurkan tangannya—kau bisa berdiri?

Seperti lonceng gereja—suara terdengar merdu sekali di telinga Sehun. Ia mengangkat kepalanya, dan mendapati wajah malaikat Luhan yang sedang tersenyum kepadanya.

'Our eyes met, and times suddenly stop'


.

.

.

to be continued

.

.


Hi! Readers!

.

Akhirnya Lin menyelesaikan chapter 1 dari Ganbatte! Shounen-kun! atau Boy! Fighting!—sebenarnya FF ini bener-bener humornya chessy banget—jadi mohon maaf ya kawan. Nggak semua pairing ga bakal langsung dipairing-in sih. Kayak mereka ada side-storynya. TERUS. Yang Seventeen itu cameo tapi tetap pemain pembantu /apasih/. Terus untuk umur—aku mau diseimbangin aja biar ngga ada gap yang begitu jauh.

Untuk pemeran EXO lainnya? Bakal muncul di chapter-chapter berikutnya. Rencana aku mau share fanart buat FF ini di instagram-ku dalam waktu dekat ini, jadi stay tuned aja nanti aku kasih link-nya.

DAN JUJUR. Author bingung sama nama kakaknya si Sehun. Sudah abaikan saja yah. Huhu. Ohya! Soal bahasa jepang—Sehun cuman bakal omong bahasa jepun kalau emang lagi ketemu orang jepang. Jangan kuatir aku udah kasi subtitle-nya kok. Kalo pake romaji, awkward gitu—ya udah pake kanji biar keliatannya rapi aja.

Itu aja.

.

Any question so far?

.

Silent reader dan reader kesayangan.

Review juseyo~

Your reviews are stress relief!

.

Thank you for reading!

To infinity and beyond!—Toy Story.

.

.