Masih adakah aku di'Reading List'mu- Save Me
Sequel
Save Me [MinYoon]
.
.
Rate M
.
.
.
Kisah kehidupan baru, Jimin bersama Yoongi tentunya, saat itu-
—
Dentingan bel tak hentinya berhenti, membuat dua orang yang bergelung disatu selimut dengan tubuh telanjang menggerutu kesal. Keduanya saling tunjuk menunjuk menyuruh satu sama lain untuk bangkit menghampiri pintu depan.
"Oke, aku yang keluar. Lepas dulu pagutanmu!" dengan rasa tidak rela Jimin menurut setelah sebelumnya mengecup singkat punggung sempit itu.
Yoongi menurunkan kedua kakinya lalu meraih celana pendek miliknya, saat berdiri memakai celana tadi dengan nakalnya Jimin mencubit kecil pantat milik kekasihnya.
"Ya! Itu masih sakit. Jangan berani menyentuhnya." Jimin hanya menyengir bodoh sambil memeluk erat gulingnya.
Selesai memasang celana dan kaos milik Jimin, Yoongi berjalan tertatih keluar. Ia sedikit terkejut karna bantal sofa yang tidak berada pada tempatnya. Mengingat keganasan keduanya bermain kuda-kudaan tadi malam, membuat Yoongi terheran-heran dengan kelakuannya sendiri.
Bunyi bel masih saja terdengar, Yoongi menyempatkan diri untuk meletakkan bantal-bantal itu kembali kesofanya. Setelahnya berjalan lagi menuju pintu, dibukanya pintu itu memunculkan wajah Taehyung yang kelihatan gugup serta cemas.
"Ada apa Tae?" melihat kondisi Yoongi membuat matanya membola dengan mulut yang menganga.
"Siapa sayang?" Seru Jimin ketika tubuhnya dibelakang Yoongi. "Oh, Taehyung? Kenapa diluar saja, suruh dia masuk, sayang."
Yoongi memundurkan diri membiarkan Taehyung dengan leluasa memasuki apartemennya. Taehyung duduk disofa berhadapan dengan dua sejoli yang menempel erat.
"Aku yakin kalian habis melakukannya."
"Sorry not sorry Tae, aku tidak ingin kau horny karna cerita tentang keganasan Yoongi diranjang." Mendengar itu membuat Yoongi dengan cepatnya menyikut perut suaminya sedangkan Taehyung hanya memutar bola mata malas. "Ngomong-ngomong ada acara apa kau kesini? Ahh ayolah Tae, ini hari libur hampir saja aja aku melakukan ronde lain pagi ini dan kau datang menjadi pengganggu, benarkan honey?"
Jimin bersuara lagi, menatap dan merangkul pinggang Yoongi. Yang dirangkul hanya menggelengkan kepala melihat tingkahnya.
"Astaga Jim, aku ingin serius sekarang., mengertilah!"
"Oh oke, lanjutkan sobat."
"Jungkook hamil, aku harus apa?" Wajah Jimin seketika berubah tidak ada lagi wajah mesum melainkan ekspresi heran dan penasaran.
"Yang benar saja Tae, kau sedang bercanda?"
"Aku juga tidak percaya awalnya, tapi itu benar-benar terjadi Jimin. Ini gara-gara kalian!" Jimin menaikkan kedua alisnya,
"Apa an? Memangnya aku menghamili Jungkook, enak saja." Yoongi langsung menatap Jimin tidak suka, jawaban yang tidak nyaman didengar.
"Jadi begini, sebulan lalu tepatnya saat malam pertama kalian. Aku dan Jungkook sedang iseng dan meletakkan kamera kecil dirak buku yang berhadapan dengan ranjang. Besokknya saat kami berkunjung, diam-diam mengambil kamera tadi. Dan malamnya—"
"Malamnya kalian menonton bersama, lalu tidak tahan melihat kami dan ikut meniru apa yang kami lakukan, benar begitu?" sambung Yoongi dengan satu tarikan nafas.
"Ahhh, sayangnya benar, hyungie!"
"Sialan kau Kim!" Kepala Taehyung dihadiahi bantal sofa dari Jimin, "Aku tidak habis pikir kau—kau menonton kami, astaga."
"Sudahlah, lagi pula itu sudah terjadi. Jadi, kapan kau menikahinya?"
Percakapan mereka berakhir dengan rencana lamaran dan pernikahan dadakan yang akan dibantu Jimin dan Yoongi. Setelahnya Taehyung pulang dengan keadaan lega sekaligus bersyukur memiliki kawan dan hyung yang dapat membantu masalahnya.
.
.
.
Seminggu kemudian acara pernikahan itu dilaksanakan. Keluarga, kerabat, teman tidak lupa Jimin dan Yoongi datang meramaikan acara Taehyung dan Jungkook. Selesai mengikrarkan janji mereka berempat duduk satu meja menikmati hidangan selagi berbincang hangat .
"Akhirnya kau menikah, Tae. Hyung ikut berbahagia, selamat juga untuk kehamilanmu Jungkookie." Ucap Yoongi dengan senyuman manisnya.
"Hehe, cepatlah menyusul hyung."
"Tentu saja, jika Jungkook bisa hamil pasti Yoongi-ku juga!" sahut Jimin seraya merangkul bahu sang kekasih. Sedangkan Yoongi hanya terkekeh, namun tidak ada yang menyadari bahwa kekehan itu bukan hanya kekehan biasa, karna juga ada rasa perih didalamnya.
.
.
.
Yoongi membuka lebar jendela kamarnya, sejak pulang dari pernikahan Taehyung dan Jungkook tadi pikirannya belum sepenuhnya tenang. Tangannya memeluk tubuhnya sendiri, matanya tertutup seraya merasakan hembusan angin malam menggelitik tubuhnya. Sepasang lengan tiba-tiba memeluk tubuhnya dari belakang, menempelkan dagu pada bahu membuat Yoongi menyamankan diri dengan bersandar ditubuhnya.
"Aku berpikir kau tidur berdiri, karna tidak menyadari aku yang sedang berpakaian dibelakangmu." Yoongi hanya tersenyum didepannya, "Bukankah kita akan menonton film malam ini mengapa kau disini dengan jendela terbuka?"
Yoongi menggeleng lemah, kenyamanan yang diberikan Jimin membuatnya tidak ingin beranjak dari tempat.
"Sebentar, Yoongi!" Jimin melepas pagutannya kemudian menutup kembali jendela yang terbuka. Lalu ia kembali lagi mengenggam tangan Yoongi, membawanya keluar tepatnya disofa berhadapan dengan tv demi memenuhi hasrat menontonnya tadi.
Yoongi duduk lebih dulu dibarengi Jimin yang meniduri pahanya. Didepan mereka sudah ada beberapa makanan, minuman serta buah jeruk teman keduanya saat menonton ditiap-tiap minggunya.
Keduanya menonton dengan tenang, walau berkali-kali Yoongi menyuapi Jimin jeruk yang sudah ia kupas. Yoongi senang melakukannya bahkan selama berjam-jam sampai film habis walaupun berakhir dengan kram menimpa pahanya. Tidak salah bukan menyenangkan sang suami bahkan hanya dengan hal sederhana seperti ini.
Tentang Jimin? Jangan ditanya sedetik saja berada diapartemen dengan Yoongi sangat berarti baginya. Mengingat jarangnya mereka bertemu dihari bekerja. Jimin yang sibuk dengan urusan kantor dan Yoongi tidak jarang bermalam distudio demi menyelesaikan lirik-lirik indah buatannya.
Film yang mereka tonton berada pada endingnya, Jimin merenggangkan tubuh serta memiringkannya kearah perut Yoongi berada. Mengesek-gesek wajahnya mencari aroma nikmat dari Yoongi. Yoongi tersenyum melihat tingkah manja itu dengan tangan yang masih setia mengusap halus kepala Jimin.
Ekspresi Yoongi berubah, ia teringat lagi dengan hal yang membuat pikirannya tidak nyaman seperti sebelumnya.
"Jimin—" Ia mendengar gumaman tak jelas dari Jimin karna kepalanya yang menempel diperut Yoongi. "Jim—" kali ini terdengar tidak nyaman bagi siapa pun yang mendengarnya.
Air matanya jatuh mengenai rahang Jimin, menyadari itu sang pemilik rahang bangun dan melihat Yoongi sudah teguh menutup wajahnya. Jimin merasa ada hal yang menusuk dirinya, bagaimana tidak? Setelah pernikahan mereka Jimin tidak pernah lagi melihat Yoongi menangis dihadapannya.
"Yoongie? Yoongi-hyung, Park Yoongi?" Jimin meraih bahu itu, serta menggerak-gerakkan kecil agar Yoongi menatapnya. Namun, Yoongi masih belum membuka tangannya. "Sayang, ada apa? Katakan padaku! Jangan membuatku takut seperti ini."
Jimin panik bukan main, yang terbaik yang ia pikirkan hanyalah memeluknya, memeluk Yoongi. Yang dipeluk membalas memeluk pinggang Jimin, suara tangisnya semakin keras terdengar.
"Jim-hin—"
"Ya, aku disini baby, tenanglah." Tangannya tidak diam mengusap punggung itu, serta kecupan-kecupan kecil pada pucuk kepala Yoongi.
"Ma-maafkan aku, Jiminie."
"Kau tidak salah, untuk apa minta maaf?"
Yoongi melepas pagutannya begitu juga Jimin, ia mendongak lucu dihadapan Jimin.
"Aku mengantuk!"
Jimin terkekeh dan menggendong Yoongi didepan tubuhnya, Yoongi melingkarkan lengannya dileher, sama eratnya dengan kaki yang sama melingkarnya dipinggang Jimin.
Jimin membawanya kekamar, meletakkan tubuh kurus Yoongi amat perlahan diatas ranjang. Yoongi masih terisak dengan mata tertutup, walau jawaban pertanyaan Jimin adalah 'Aku mengantuk' Jimin bukan suami bodoh yang akan menyimpulkan jawabannya adalah kenyataan. Melainkan memikirkan lagi apa yang ia lakukan bersama sehingga Yoongi menangis sambil meminta maaf.
Merasa tidak mendapat petunjuk apapun, Jimin hanya bisa menunggu Yoongi bangun dan menanyakannya kembali. Jimin merebahkan tubuhnya disamping Yoongi, belum lama tubuhnya menyentuh kasur deruan nafas teratur sudah terdengar, menandakan Yoongi yang sudah terlelap.
Diusapnya lembut pipi tembam kesukaannya yang selalu memunculkan semburat merah saat Jimin merayunya. Jimin tersenyum lembut memikirkan itu walau pikirannya tentang tangisan Yoongi tadi belum menghilang.
..
Setelah dua jam berlalu Yoongi terbangun, membuat orang disebelahnya tersenyum. "Sudah bangun?" Yoongi menggeliat dengan lucunya sambil mengangguk.
Keduanya terdiam sama-sama menyelami manik lawan masing-masing. Ada waktu dimana Yoongi menggerakkan tangannya untuk membelai garis rahang milik kekasih tampannya.
"Jimin,-" Yoongi juga tidak mengerti kenapa ia tidak berani menatap mata Jimin, tangannya masih saja mengusap rahang sang kekasih, "-kau tau, tidak mudah memiliki keistimewaan seperti yang Jungkook punya, kecuali tuhan yang menghendakinya. Aku tidak tau harus apa, yang aku rasakan hanya merasa bersalah atas itu. Maafkan aku." Air matanya meluncur dengan mulusnya.
Dada Jimin memanas, kini ia tahu alasan menangisnya Yoongi tadi. Dengan cepat dipeluknya tubuh itu membawanya untuk menindihi tubuhnya sendiri.
Senyum lembut itu seketika menenangkan jiwa Yoongi, Jimin mengecup singkat hidung orang diatasnya, "Kau sempurna, memilikimu adalah kesempurnaan. Sosok yang diam-diam rapuh dan manja, tapi istimewa. Tampar aku jika menginginkan yang tidak-tidak. Tanpa bayi aku sudah sangat bahagia hanya dengan memilikimu. Jangan memberatkan pikiran hanya karna hal itu. Aku mencintaimu."
Entah untuk yang keberapa kali, bibir itu dengan penuh menyentuh bibir tipisnya. Hangat bibir Jimin tersalur untuk Yoongi, ia menutup mata menikmati lumatan kecil dari Jimin. Jimin menunggu Yoongi membalas ciumannya atau sekedar membuka mulutnya, namun setelah beberapa lama Jimin membuka mata dan menemukan Yoongi yang sudah tertidur diatasnya.
Jimin terkekeh menyadari itu, Yoongi sangat lucu menyandar didadanya. Surai halus yang menggelitik wajah Jimin tidak akan membuatnya terganggu. Toh itu juga rambut kekasihnya bukan.
.
.
.
Taehyung dan Jungkook mempersiapkan barang-barang, mereka berencana liburan dikawasan penginapan yang jauh dari keramaian kota Seoul. Barang-barang tadi sudah siap didalam mobil, keduanya masuk dan berkendara dengan santai.
"Hoyy/Woyy"
Mobil sangat tenang sebelum pasangan Jimin dan Yoongi mengagetkan Taehyung maupun Jungkook dengan memunculkan tubuh mereka dikursi bagian belakang. Tadi kosong, bagaimana cara mereka masuk? Pikir Taehyung.
"Astaga apa yang kalian lakukan?" seru Taehyung setelah sebelumnya menepikan mobil.
"Ikut berbulan madu, benarkan? Cha_gi_aa!" Yoongi mengangguk dengan semangatnya. Tidak menyadari kedua orang didepan merasa terganggu karna mereka.
"Ahh, baiklah. Kita punya teman, Kookie-ya!"
"Tak apa, hyung. Itu lebih baik."
Jimin dan Yoongi terkekeh, bahkan saking tidak tahan dengan senyum sang istri, Jimin menyatukan tidung mereka dan menggeseknya halus. Jungkook melihat itu, jika saja ia hanya sendiri bersama Taehyung, ia pasti memilih bermesra-mesraan dengannya.
.
.
.
Mereka sudah sampai dipenginapan, suasana sejuk dan kesunyian membuat kedua pasangan ini merasa nyaman. Mereka mengangkat koper masing-masing dan membawanya kedalam. Rumah kayu, yang bersih dan rapi, dengan perapian disudut ruangan. Tidak besar, dua kamar dan dapur serta ruang tamu.
Saat mereka memasuki kamar masing-masing, Jimin sudah menghempaskan tubuhnya diranjang. Sedangkan Yoongi, membereskan barang-barang mereka disisi kamar. Jimin memiringkan tubuhnya menghadap Yoongi, satu tangan menopang kepalanya.
"Aku kadang terdiam. Memikirkan, bagaimana aku selalu terpesona denganmu. Aku bahkan pernah bersangka kau mengguna-gunaiku, Yoongi." Yoongi tersenyum dibalik tubuhnya.
"Dan aku sudah jarang mendengarmu, memanggilku dengan sebutan hyung, Jimin."
"Maaf, kalau begitu. Aku terlalu nyaman menyebut namamu. Min Yoongi adalah nama korea terbaik bagiku. Min Yoongi, Yoongi-aa, Yoongie. Lihat ia terlihat bagus." /menurut daku kek gitu cuman nama Yoongi paling bagus, yang pernah daku tau T.T/
Yoongi mendekat dan berbaring disebelah Jimin, tubuhnya juga memiring menghadap kekasihnya.
"Alasan kenapa kau selalu terpesona denganku, adalah karna aku –Yoongi." Jimin tersenyum begitu pula dengan Yoongi.
"Emh, benar. Karna kau Yoongi, Yoongi-ku!"
Jimin mendekat dan memeluk tubuh itu, wajahnya menggesek kedada sang pujaan yang menawan. Yoongi melingkarkan tangannya dileher Jimin, menariknya agar mereka semakin mendekat.
"Aromamu nyaman, Yoongi. Aku selalu membawa baju kotormu yang ada dibak pakaian saat pergi kekantor. Aku takut aku lembur dan merindukanmu." Yoongi melonggarkan pelukannya meraih wajah Jimin agar mendongak kearahnya. Ia menaikkan alis, menatap Jimin. "Bukan cuman itu, Yoongi. Aku juga, mencium bantalmu saat kau harus bermalam distudio sialan itu. Untung mereka menempel membuatku betah, hanya sedikit mungkin."
"Pencuri berotot ini, mengakuinya sekarang. Pantas saja bajuku selalu berkurang saat aku mencuci."
"Biarkan aku memelukmu, lagi!" Jimin kembali memeluk pinggang Yoongi wajahnya menempel, menghirup kuat aroma kesukaannya.
Tidak lama kemudian, keduanya tertidur dengan nyaman.
.
.
.
Hari semakin sore, Jungkook mencek dapur. Tidak ada apapun disana, kulkas kosong, rumah ini hanya menyediakan peralatannya saja.
"Hyung, sepertinya salah satu dari kita harus mencari, bahan untuk dimasak!"
"Tae tidur, aku malas diluar dingin. Jadi kalian berdua saja yang keluar." Seru Yoongi.
"Kenapa tidak kau dan aku, Yoongi?"
"Kau tau aku tidak bisa memasak Jimin. Pergilah dengan Jungkook." Jungkook dan Jimin menghela nafas panjang, memaksa Yoongi yang malas tidak akan mendapat hasil. Lantas keduanya pergi, setelah mengambil matel masing-masing.
.
.
.
Sekitar tiga puluh menit kemudian, Jimin dan Jungkook datang dengan kantung belanjaan penuh dikedua tangan mereka. Mereka juga yang memasak dibantu Yoongi, sedangkan Taehyung hanya duduk diam dimeja makan menunggu masakan terhidangkan.
Kedua pasangan tadi menikmati makan malam dengan santai, setelahnya meminum teh hangat bersama diselingi dengan berbincang-bincang ringan.
Selesai sudah acara dimeja makan, Yoongi dan Jungkook mendapat tugas mencuci piring. Para suami masih duduk ditempat tadi, dengan sama-sama menopang dagu memandangi istri masing-masing dari belakang.
"Yoongi menggunakan baju baru, ia mencoba menggodaku, Tae." Yoongi memakai baju berwarna hitam besar dan panjang hingga menutupi pahanya, namun tanpa celana. /inget pas dibon voyage pan? Nah bayangin aja yoon make baju hitam panjangnya itu tapi tanpa celana/
"Pinggul dan pantatnya membuatku tidak nyaman sejak tadi. Makanya aku sebenarnya tidak mau meninggalkan kalian hanya berdua, takut kau menerkamnya." Lanjut Jimin dengan mata yang tidak beralih dari tubuh Yoongi.
"Tenang saja, ia sudah seperti hyung kandungku, aku tidak akan tega. Lagi pula Jungkook lebih menggoda bagiku. Ia polos saat diranjang, tapi juga belajar cepat dan lihai."
"Yoongi diranjang, eh tak perlu. Hanya aku yang boleh tahu bagaimana Yoongi diranjang."
"Kau terlalu konyol, Jim." Keduanya saling memandang dan tertawa bersama. "O' mereka datang-mereka datang."
Jimin maupun Taehyung memasang senyum sumringah kearah pasangan mereka, "Ada apa dengan senyummu? Ayo istirahat." Seru Yoongi.
"Selamat malam, hyung!"
"Kau juga, Kookie."
"Jim, jangan membuat suara-suara aneh. Kami tidak bisa melakukannya karna kehamilan Jungkook yang masih muda." Teriak Taehyung saat pasangan Jimin, Yoongi menuju kamar.
"Oh, baiklah Tae. Kami akan menjerit sekencang-kencangnya. Aw!" Yoongi mencubit perut Jimin.
.
.
.
Jimin menyandarkan tubuh dikepala ranjang sambil membaca bukunya, sembari menunggu Yoongi selesai mencuci muka. Tak lama kemudian yang ditunggu keluar dengan handuk yang mengeringkan wajahnya.
"Waah, Jimin dengan kacamata terlihat seksi."
"Cukup, kau selalu mengatakan itu dan membuatku ingin berkacamata setiap hari." Yoongi membaringkan tubuhnya miring dengan lengan Jimin sebagai bantalan.
"Kau selalu seksi, Jimin."
Jimin tidak mengubah posisinya hanya menunduk, Yoongi lah yang mendongak dan mereka berciuman. Hanya menempel, menikmati hangatnya bibir lawan. Jimin mulai bereaksi, ia memiringkan tubuhnya. Tangan Jimin bergerak menyentuh dan mengusap sensual paha Yoongi, membuat baju Yoongi tersikap keatas.
Tangannya semakin nakal namun setelahnya merasa aneh dengan kondisi Yoongi, Yoongi tidak memakai celana dalam. Jimin menjauhkan wajahnya, ciuman mereka terlepas. Yoongi membuka mata, bingung.
"Kau tidak memakai celana dalam?" Yoongi tersenyum nakal, Jimin beranjak mengungkung tubuhnya.
"Aku sudah tidak memakainya setelah mandi, Jimin." Jawab Yoongi sambil terkekeh.
"Hah? Jadi, astaga kau nakal, babe. Bagaimana jika Taehyung melihatnya?"
"Ia tidak akan berani menyentuhku, lagi pula ini bukan tanpa alasan. Aku tidak membawa mereka dikoperku." Jimin sudah melesakkan wajahnya diceruk leher Yoongi. "Jimin tunggu!" Yoongi mendorong kuat Jimin, dan berhasil. "A' kau berat sekali, Jimin/" ia juga mendorong hingga kini Yoongi lah diatas Jimin.
"Ada apa? Jangan menggodaku lebih jauh. Dengan menindihiku seperti ini." Tangannya tak diam, meremas kedua bokong montok Yoongi.
"Kita mempunyai permainan malam ini! Jimin."
"Tidak, jika jika itu membosankan."
"Kau pasti menyukainya, percayalah." Jimin mengangguk terpaksa, "Jadi, aku akan menggodamu dengan caraku."
"Lalu?"
"Aish, dengarkan dulu. Kau memilikiku malam ini jika tidak mendesah, tapi jika kau bergerak sedikit saja bahkan mengeluarkan kata A kau kalah dan tidur diluar, bagaimana?"
"Itu mudah, kau akan kalah jika ada diposisiku. Baiklah aku akan mencoba."
Setelah menggumamkan mulai Yoongi mulai bergerak menggoda Jimin. Ia menecupi seluruh wajah Jimin dan berhenti dirahang tegas milik namja tampan itu. Lidahnya terulur dan menyentuh seleuruh garis rahang Jimin dengan sensual. Jimin masih diam sambil sesekali meneguk air liur. Yoongi benar-benar menggodanya.
Puas dengan rahang Jimin, lidahnya turun lagi keleher kekar itu. Menisap sekelilingnya bahkan meninggalkan jejak keunguan. Jimin hampir menangis menahan desahan yang bisa keluar kapan saja. Belum lagi Yoongi menutup matanya, Jimin harus menahan juga nafsunya.
Beberapa tanda kepemilikan sudah terpampang dengannya indahnya. Yoongi menjauhkan tubuhnya, "Oh iya, aku akan menciummu juga. Jadi jangan pernah membalas ciumanku, okay?" Jimin mengiakan dengan mengedipkan matanya sebelah dengan lamban. "Anak pintar!" Yoongi membuka baju Jimin dibantu pemilik baju itu sendiri.
Yoongi menangkup wajah Jimin, menunduk kembali dan meraup bibir yang selalu mendominasi ciuman mereka itu. Menyesap kuat, dengan kepala miring kanan kiri. Jimin ingin sekali membalas dan mengambil alih, namun ia hanya bisa menahannya demi memiliki Yoongi dibawahnya. Tidak hanya disitu, Yoongi juga menggigit-gigit kecil bibir tebal Jimin. Lenguhan hampir keluar, hanya hampir.
Merasa cukup dengan bibir Jimin, Yoongi turun lagi menggigit bahu singkat, lalu turun lagi sampai didepan celana kain Jimin. Yoongi mengusapnya dari pahatan menggoda diperut Jimin sampai kebawah, namun tidak sampai menyentuh kejunior Jimin. Sungguh menyiksa sang pemilik tubuh.
Yoongi menurunkan celana Jimin meninggalkan celana dalam yang sudah menggembung sempurnya. Yoongi mengusapnya kembali dari luar. Jimin melengkungkan dadanya singkat, ruangan sudah terisi dengan suara nafas cepat miliknya.
Yoongi kembali menggodanya dengan merangkak mengimbangi tubuhnya.
"Aku harus memanggilmu apa? Oppa? Atau- daddy?" Jimin mengantup kuat kedua bibirnya. "Daddy saja, okay? Suaraku buruk saat mengatakan oppa!" Yoongi kembali turun setelah sebelumnya menjilat dagu dan bibir Jimin.
Yoongi dengan cepat menyentak celana dalam Jimin, tamparan dari ereksi yang sudah menegang menyapa wajahnya.
"Daddy? Cum?" Yoongi terkekeh nakal, menentuh bagian kepala Jimin dengan telunjuknya. "Kau terlalu cepat, aku baru menggodamu, daddy!" Jimin hanya bisa pasrah memandang dari atas tingkah serta suara manja Yoongi.
Kembali menjalankan aksinya, Yoongi mulai menciumi kejantanan Jimin. Tangannya yang kosong juga memainkan bola Jimin. Mulut kecilnya mulai mengulum, dan menghisap batang Jimin.
"Enghh."
"Oh, daddy. Aku akan membiarkan itu kali ini. jangan lagi, yaa!" larang Yoongi setelah mendegar lenguhan singkat yang tidak sengaja keluar.
Yoongi kembali mengulum dan menaik turunkan ereksi Jimin. Permainan menakjubkan itu membuat Jimin meremas kuat sprei kasur putih mereka. Jimin memandang pemandangan Yoongi yang sedang bermain sendiri, rambut lepeknya menambah keseksian pada dirinya.
"Akkhh, Yoongih."
Isapan Yoongi semakin kuat, menaik turunkan wajahnya. Jimin merasakan klimaks yang hampir mendekat, ia sudah tidak tahan. Bangun dari berbaringnya. Meraih wajah Yoongi agar berhenti, membawa tubuh itu untuk menungging dihadapannya.
Jimin memegang erat pinggang Yoongi, "Persetan dengan desahan, aku menginginkanmu sekarang." Jimin berdiri memasukkan ereksinya kelubang kenikmatan Yoongi.
"Akkhh, Yoongih. Aku seringh menggangahimu, tapi kenapah kau selalu ketat?" Jimin meracau,
"Agar, ahh. Agar kau dapat selalu menikmatinya, Jimin." Jawaban itu hanya akan membuat Jimin semakin bersemangat.
"Ingat kau tetap harus memanggilku –daddy sayang."
Saat kejantanannya sepenuhnya masuk kedalam Yoongi, Jimin meremas pelan ereksi Yoongi. Tangannya naik turun memompa seirama dengan sodokan demi sodokan pada manhole Yoongi. Yoongi mengerang, Jimin semakin mempercepat sodokannya saat menemukan titik kenikmatan didalam Yoongi.
"Enghh, daddy-hh."
"Yes, baby?"
Jimin semakin tidak kuat lagi, ia semakin memperkuat dorongan pada lubang kenikmatan itu. Desahan serak yang seksi dari mulut Yoongi mendominasi ruangan, Jimin menengadah saat batangnya dihimpit kuat didalam Yoongi.
"Daddy-h."
"Aku datang, Yoongih." Lenguhan keras menyapa pendengaran keduanya, mereka klimaks bersama dan ambruk begitu saja.
Jimin mengecup singkat bahu Yoongi, melepas perlahan kejantanannya lalu berbaring disamping kekasihnya.
"Malam yang indah, selamat malam sayang!" Jimin menyelimuti tubuh mereka, lalu memeluk Yoongi dan tertidur.
.
.
.
Jimin terbangun saat siang, mereka berencana berjalan-jalan disekitar saat sore hari. Memakai mantel tebal dan berjalan beriringan, Yoongi memeluk lengan Jimin. Mereka berjalan menikmati alam sekitar, sampai pada sebuah pohon yang disebuh pohon rahasia, dimana rahasia pasangan kekasih tergantung dipohon itu.
Tidak mau kalah pasangan ini pun melakukan hal sama, mereka saling bersandar dipunggung dan menulis rahasia yang lawan.
"Jangan menengok, Jimin-ie." Cegah Yoongi saat merasakan pergerakan suaminya.
Selesai sudah acara menulisnya. Jimin dan Yoongi memasukkannya kedalam botol lalu menggantungnya. Keduanya memandang kagum kearah pohon, walau pohon itu dipenuhi botol yang bergantungan, ia tetap saja indah dilihat dari bawah.
.
.
.
Setelah makan malam Jimin mengendap-endap keluar dari rumah penginapan mereka dengan senter ditangannya. Tujuan, Jimin saat ini adalah mendatangi pohon rahasia dan membuka isi dari rahasia tentang ia sendiri yang ditulis Yoongi.
Saat Jimin berjalan mundur,
"WHA!/KYAA!" seseorang menabrak punggungnya, dan orang itu adalah Yoongi, istrinya.
"Untuk apa kau kesini?"
"Sepertinya tujuan kita sama." Setelah menjawab pertanyaan Yoongi, dengan cepat keduanya mengambil botol pasangan. Lalu membuka dan membacanya keras.
"Kau duluan." Yoongi mengangguk dan membaca isi rahasia.
Aku memiliki Yoongi tanpa bayi, sudah cukup bagiku.
Ia hanya perlu sehat, dan bertahan untukku sudah membuatku senang.
Aku tidak ingin lagi mendegarnya menangis hanya karna menginginkan bayi.
Aku ada sayang, kau tak perlu khawatir.
Yoongi hampir menangis membacanya namun ia terbangun setelah membaca tulisan yang kebih kecil,
Lagi pula jika seperti itu, aku lebih leluasa menyetubuhimu tanpa pengaman, bukan?
-Jimin-
"Apa-apa an ini?"
"Tunggu jangan protes, aku harus membaca punyamu dulu."
Ini sesuatu yang hanya aku dan tuhan yang tau.
Aku pernah membakar berkas penting milik Jimin karna ia mengabaikanku, karna kertas-kertas sialan itu.
Jimin kehilangannya hampir menangis, tapi aku tetap diam karna takut.
Maaf sayang, aku melakukannya karna merindukanmu.
-Yoongi-
"Oke, kita memiliki seseorang yang nakal kali ini." Jimin bergerak, menggendong Yoongi yang tengah tertawa kegirangan. "Aku akan menghukummu. Malam ini!" Jimin membawa Yoongi berlari kearah penginapan. Keduannya tertawa lepas dengan leganya.
.
.
.
.selesai.
Oke keut, sebenarnya sequel ini udah lama direncanaan. Nulisya juga setengah2, dan baru selesai. Cuman pelarian karna masih bingung mau ngelanjutin ff lain.
Maaf kurang hot.
Kecup sayang, buat kalian.
©jimyoon/BornSinger/mr