REMAKE NOVEL

"X"

By trnvtsr

WARNING! GS

I've learnt to live half alive

And now you want me one more time

And who do you think you are?-

JAR OF HEARTS. Christina Perri

.

Betapa lugunya dirinya dulu, jatuh cinta dengan mudahnya pada Chanyeol. Betapa lugunya dia dulu , mengira bahwa ada lelaki sesempurna Chanyeol. Baekhyun selalu memikirkan hal itu bertahun-tahun lamanya. Chanyeol tidak pernah sekalipun hilang dari ingatannya walau sudah tujuh tahun lamanya. Chanyeol adalah pelajaran menyakitkan yang berharga.

Kini ketika ia kembali bertemu dengan sosok Chanyeol dalam kemasan yang lebih matang, Baekhyun yakin bahwa ia masih begitu mengenal pria tersebut. Chanyeol yang tidak pernah puas sampai seluruh dunia mencintainya, memujanya, mengelu-elukannya. Chanyeol yang bertopeng di balik wajah malaikatnya. Kenapa ia harus mengulang kejadian tujuh tahun yang lalu?

"Bagaimana hari pertamamu di Park Group?" Dia duduk di balik mejanya dengan jari-jari bertaut.

"Baik" jawab Baekhyun dengan singkat, masih berdiri di tempatnya. Ia menolak untuk duduk. Ia tidak mau ini menjadi perbincangan panjang untuk mengenang masa lalu. Ia ingin Chanyeol tetap membicarakan masalah profesionalitas. Jam sudah menunjukkan pukul lima sore, ia tidak ingin berlama-lama di kantor.

"Sakit apa kemarin?"

"Sedikit flu, tapi sekarang sudah baik-baik saja."

"Baguslah. Aku mengenalmu sebagai pribadi yang pekerja keras dan tidak pernah menyerah. Aku harap kamu masih sama seperti dulu."

Sial. Chanyeol mulai membawa masa lalu mereka. Baekhyun mulai mengepalkan tangan.

"Kamu ingat waktu bazar dulu? Gara-gara kamu begitu semangatnya menghimpun dana, kamu sampai pingsan" Chanyeol berkata sembari tersenyum.

Kamu mau aku bereaksi seperti apa, Chanyeol? Bajingan.

"Kamu masih inget,'kan?" Chanyeol mencondongkan tubuhnya ke depan. Seiring dengan gerakkannya, Baekhyun bisa melihat siluet tubuh Chanyeol di balik kemeja putihnya. Chanyeol bukan lagi pemuda dengan perawakan jangkung. Dia sudah tumbuh menjadi pria dewasa dan volume otot-otot tubuhnya sudah berisi.

"Aku…..tidak ingat"

"Baiklah. Itu hakmu untuk mengingat atau melupakannya." Ujar Chanyeol pada akhirnya. "Oh ya, besok kau akan keluar untuk survey proyek perluasan golf. Jaga kesehatanmu baik-baik"

"Baik. Terima kasih" Baekhyun menganggukkan kepalanya dan berjalan keluar dari ruangan

Chanyeol meneliti tubuh perempuan itu dari belakang. Punggung yang tegap, pinggang yang kecil, dan kaki yang jenjang. Bukan tubuh ideal yang menawarkan lekukan sempurna, namun itu adalah postur tubuh perempuan muda yang cukup menarik.

"Begitu banyak kelebihan yang kau miliki, tapi kau memilih kerja keras pada dirimu sendiri. Kau sama sekali tidak berubah Baekhyun-ah" gumam Chanyeol

Ketika Baekhyun keluar dari ruang Chanyeol, Lu Han mendatanginya dengan ekspresi penasaran. Sahabatnya itu menyeret masuk ke kubikel dan menyuruhnya duduk. Dia menaikkan alisnya ke atas.

"Kalian bicara soal apa? Jangan-jangan kamu di-coaching gara-gara kamu kemarin bolos?"

Baekhyun tersenyum

"Enggak tuh,Everything is in control, Lu Han"

"Bagus deh. Eh, tiba-tiba aku curiga sesuatu deh sama Chanyeol"

"Apa?"

Baekhyun pura-pura tertarik. Ia membuka-buka berkas yang harus ia pelajari. Ia hanya ingin bersikap sopan pada sahabatnya tersebut. Sebenarnya, mau Chanyeol jatuh ke jurang pun ia tak peduli lagi.

"Tiba-tiba aku ingat moment di mana aku ngerekomendasiin kamu. Dia loh yang duluan minta CV kamu!"

Baekhyun berhenti membalik berkasnya

"Oh ya?"

"Dia tanya aku kuliah dimana dan jurusan apa, aku jawab kan, terus tiba-tiba dia nanya: kamu kenal sama yang namanya Byun Baekhyun? Aku jawab kalau kamu itu sahabatku. Dia nanya lagi: sekarang kerja dimana? Terus aku cerita kamu baru aja keluar dari tempat kerjamu karena perusahaannya pailit. Curigaku, kayaknya Chanyeol kenal kamu deh, Baek!"

Baekhyun berdehem dan kembali berpura-pura sibuk membaca berkas.

"Emang dia bilang kalau dia kenal aku?"

"Enggak sih. Chanyeol bilang saudaranya ada tuh yang kuliah di tempat yang sama kaya kita. Saudaranya inilah yang katanya kenal kamu. Tapi!" Lu Han mengancungkan telunjuknya ke udara, "Waktu aku tanya, siapa nama saudaranya….Chanyeol gak mau jawab! Aneh,'kan?"

Baekhyun menunduk saja, ia tak mau Lu Han mencari jawaban melalui dirinya.

Tiba-tiba Lu Han menggebrak meja.

Baekhyun terjingkat kaget.

"Kalian saling kenal ga sih?"

Baekhyun hampir saja mengakui, kalau saja Lu Han tidak membalikkan kembali keadaan dengan berkata

"Ah, tapi mana mungkin sih, Chanyeol kuliah di Harvard. Mana mungkin kenal sama kamu"

"Harvard?", ulang Baekhyun dalam hati. Dia sungguhan pergi ke sana?

"Baek, pulang naik apa?"

"Bus. Kenapa? Mau nganterin aku pulang? Ga usah, aku mau lembur"

"Ih, ge-er. Orang aku cuma iseng tanya doang. Macet tahu jalan kearah kontrakkanmu!" celetuknya, "Lagian rajin amat hari pertama kerja udah lembur segala?"

"Besok aku survey lapangan. Maunya pas survey nanti aku ga oon amat, paling enggak ngertilah konsep proyeknya gimana"

"Baiklah, Pulang dulu ya, Baek! Bye"

"Bye" jawab Baekhyun singkat. Ia menoleh ke arah ruangan Chanyeol.

Chanyeol masih belum pulang. Sementara seisi kantor kantor sudah kosong. Tidak mungkin dia bekerja. Maksud Baekhyun, kalau memang itu Chanyeol mantannya sewaktu SMA, ia bukan tipe orang pekerja keras. Dia menjalani hidupnya dengan santai dan sedikit hura-hura. Dia selalu berpendapat bahwa sesuatu tidak dicapai dengan kerja keras, melainkan kerja pintar.

Baekhyun menghela napas tak acuh dan kembali menekuni berkas-berkasnya. Ia akan pulang pukul tujuh malam ketika jalanan sudah tidak terlalu macet. Seorang office boy menawarinya teh hangat, ia mengiyakan. Sudah lama ia tidak minum teh manis, gula di kontrakkannya habis. Hidupnya benar-benar paceklik sampai-sampai ia menerima pekerjaan ini.

Tiba-tiba ponselnya berbunyi. Sepertinya dari Lu Han yang mengeceknya sudah pulang atau belum. Tanpa memeriksa nama di LCD, Baekhyun mengangkatnya.

"Ne, ada apa Lu?"

Suara pria. Tunggu! Siapa yang kira-kira menelponnya? Otak Baekhyun berputar selagi ia mengingat nama yang tertera di LCD ponselnya. Sehun.

"Oh, wow! Masih hidup ya?" sindir Baekhyun

"Mianhae Baekhyun-ah, engga hubungin kamu."

"Satu bulan, Hun. Kamu ilang. Aku pikir kamu mau mutusin aku. Bukannya aku sedih atau kenapa ya, aku biasa aja kok kalau kamu mau minta putus."

"Kok kamu mikirnya gitu sih?"

Soalnya aku sekarang sudah dapat kerja dan sudah ga morotin uang kamu, jawab Baekhyun dalam hati.

"Yah, belajar aja dari kejadian masa lalu waktu kamu ilang selama dua minggu. Ternyata kamunya lagi jalan ke Kanada sama cewek selingkuhan kamu. But wait, tiba-tiba aku kepikiran soal selingkuh….jangan-jangan selama ini aku-lah yang sebenarnya selingkuhan kamu? Cuma aku-nya aja yang ga sadar?"

"Sayang, kamu kok mikirnya gitu sih. Aku cinta loh sama kamu. Ga sedikit pun dalam hidup aku, aku ga mikirin kamu." Jawab Sehun puitis.

Oh well, drama. Pikir Baekhyun

"Nanti jemput aku jam tujuh di gedung Park Group" tukas Baekhyun

"Hah? Kamu sekarang kerja di situ?"

"Iya."

"Wow. Aku salut sama kamu, Sayang! Aku tuh-"

Baekhyun mematikan sambungan ponselnya sepihak. Ia sudah tahu apa selanjutnya, tentang bahwa aku yakin kamu bakal dapet pekerjaan bagus dan blablabla. Baekhyun juga tidak ingin menanyakan alasan menghilangnya Sehun selama sebulan. Tidak penting. Hubungan di antara mereka adalah tentang mengambil dan memanfaatkan satu sama lain. Seperti sebuah perdagangan, ada pembeli dan ada penjual.

Sederhana. Clean and simple.

Tiba-tiba pintu ruangan Chanyeol terbuka. Baekhyun pura-pura tidak memperhatikannya. Diam-diam ia melirik jam di dinding, ternyata sudah pukul setengah tujuh malam. Terdengar suara menguap dari balik punggungnya. Baekhyun seratus persen benar. Chanyeol menghabiskan satu setengah jamnya untuk tidur di ruangannya, ia tidak mau terjebak macet di jam pulang kantor.

"Kamu belum pulang?" Chanyeol memulai perbincangan.

Masih dalam posisi memunggungi, Baekhyun menjawab "Iya"

Chanyeol berjalan mendekatinya, Baekhyun sebenarnya ingin bangkit, berberes, kemudian pergi. Namun ada sesuatu yang ingin diketahuinya dari perbincangannya bersama Lu Han sore tadi. Kenapa Chanyeol kembali? Kenapa ia mencarinya?

Chanyeol memutar dan berdiri tepat di hadapan Baekhyun. Satu tangannya bertumpu pada meja.

"Menjawab pertanyaan tanpa menatap mata itu sebenarnya tidak sopan" katanya "Terlebih aku ini adalah atasanmu"

Baekhyun sudah tahu Chanyeol akan membawa masalah atasan dan bawahan ini, Chanyeol…..selalu mengambil apa yang telah ia berikan padanya. Itulah Chanyeol sebenarnya.

Chanyeol tersenyum.

"Aku suka matamu. Seperti puppy, menggemaskan sekali. Rapuh sekaligus kuat"

-Aku suka matamu. Seperti puppy, menggemaskan sekali. Rapuh sekaligus kuat. Kemudian sebuah ciuman. Kembang api di langit malam. Sorak-sorai penutupan malam seni-

Baekhyun menepis kenangan yang kembali muncul tersebut dan tersenyum angkuh.

"Sebegitu suka,'kah? Sampai kembalinya dari Amerika kau mencariku?"

"Bukankah itu seperti kisah cinta dalam novel? Apa kau menyukainya?"

"Aku tidak pernah membaca novel" jawab Baekhyun sembari bersandar pada kursi kerjanya.

Chanyeol menyandarkan pinggulnya ke meja dan berkata

"Kau percaya pada karma?"

"Aku percaya pada apapun, selain Tuhan dan Cinta"

Chanyeol tertawa datar.

"Setelah apa yang telah kau alami dalam hidupmu, seharusnya aku tidak terkejut dengan jawabanmu"

Tiba-tiba saja tangan Chanyeol sudah menggapai pipinya dan mengusap sebelum Baekhyun menemukan kesadaran. Ia terlalu terperangah. Beraninya….beraninya dia menyentuhku….ia hanya sempat memikirkan itu. Tangan Chanyeol beranjak merapikan anak rambut Baekhyun ke belakang telinganya

Baekhyun masih terpaku di tempatnya. Apa yang tengah dilakukan Chanyeol barusan adalah penulangan dari masa yang telah berlalu. Chanyeol selalu menyentuh pipinya dan merapikan anak rambutnya ke belakang telinga. Baekhyun hampir melupakan itu semua sampai dengan saat ini.

Apa yang tengah dilakukan Chanyeol saat ini adalah menghidupkan kenangan.

"Aku tahu kamu tidak percaya cinta. Tapi bisakah kau memaafkanku?" katanya dengan suara berbisik "Aku yang munafik ini. Aku yang tak bedanya dengan manusia-manusia lainnya di muka bumi. Aku yang menganggap diriku lebih baik dari mereka semua. Aku, yang katamu, menghidupkan impian tentang sosok manusia berhati malaikat, meskipun itu palsu."

Baekhyun mencengkram pergelangan Chanyeol erat-erat. Ia menggertakkan gigi dan berharap bisa mematahkan tangan itu saat ini juga. Chanyeol tidak pantas menyentuhnya seperti itu. Gelagak kemarahan memuncah dalam hati Baekhyun seperti lahar panas. Wajahnya merah padam.

"Aku…." Baekhyun berkata dengan suara tercekik. "Seperti yang pernah kamu bilang, aku terlalu kotor….untuk disentuh oleh manusia suci sepertimu!" ia bangkit dan mengemasi tasnya.

Ketika berjalan melewati Chanyeol, pria itu menggapai tangannya, dan tubuh ramping Baekhyun terpental menabrak dada pria itu. Selama beberapa detik, Chanyeol menguncinya dalam posisi itu. Baekhyun berpikir untuk menendang kaki Chanyeol atau apa pun untuk melepaskan diri. Tapi melihat tubuh di hadapannya itu begitu menjulang, tiba-tiba saja sekujur tubuhnya lemas. Seakan ia tahu bahwa perlawannya tidak akan berarti.

"Aku….,"ujar Chanyeol. "Aku senang dengan reaksimu barusan." Ia tersenyum. Senyum paling mengerikan yang pernah Baekhyun lihat.

"Itu artinya selama tujuh tahun ini…tak sekalipun kau pernah melupakanku. Kau masih mengingat semuanya. Itu akan memudahkanku untuk mendapatkanmu kembali." Ketika mengatakan itu, cengkraman Chanyeol di lengan Baekhyun semakin kuat dan kuat

"Aaarrghh!" erang Baekhyun

Saat itulah Chanyeol kembali kesadarannya. Ia melepaskan lengan Baekhyun dan mengelus puncak kepalanya

"Maaf"

"Kamu….sakit jiwa" sembari memegang lengannya yang nyeri luar biasa, Baekhyun beranjak pergi dengan segera. Baekhyun sempat berpikir, ketika Chanyeol mencengkram lengannya barusan, pria itu sempat bermaksud mematahkan lengannya.

Baekhyun berdiri di lobby, masih terlalu terkejut akan apa yang barusan dialaminya. Chanyeol yang tidak segan-segan memperlihatkan sisi gelapnya. Chanyeol yang tidak bisa mengontrol dirinya keika menginginkan sesuatu. Itu adalah sisi gelap Chanyeol yang tidak diketahui oleh siapa pun, kecuali dirinya.

Ponselnya berbunyi, SMS dari Lu Han yang isinya mengingatkannya untuk tidak pulang terlalu malam. Dia menceritakan gosip horror di gedung Park Group, tentang lampu yang tiba-tiba mati, meja yang bergetar, dan layar proyeksi yang selalu jatuh tanpa alasan, menjelang larut malam. Mau tak mau, Baekhyun sedikit tersenyum. Baekhyun belajar untuk tidak pernah lupa tersenyum walau harinya begitu menyebalkan. Senyum akan meringankan sedikit bebannya. Semacam self-hyponotherapy.

Mobil Sehun berhenti di Lobby, ia menurunkan kaca mobilnya. Baekhyun langsung membuka pintu dan duduk di sebelah pria itu. Kulit Sehun kecokelatan terbakar, dia pasti bersenang-senang di pantai selama sebulan ini. Sehun mencondongkan badan, bibirnya mencari-cari miliknya. Baekhyun tidak dalam kondisi baik untuk berciuman, namun melihat sosok Chanyeol di pintu lobby, tiba-tiba ia ingin melakukannya bersama Sehun sepanas mungkin.

"Wow, kau tidak biasanya se-passionate ini. Kau pasti sangat merindukanku selama satu bulan ini, hmm?" ujar Sehun di akhir ciuman

"I did" jawabnya, berbohong.

Sehun memasang persneling dan melajukan mobilnya. Dari balik spion, Baekhyun bisa melihat Chanyeol berdiri terpaku di tangga lobby.

Who do you think you are, Chanyeol…

.

.

To Be Continue