Free

.

.

.

.

[Sakura Haruno, Haruka Nanase] Rin Matsuoka

.

.

.

©Aomine Sakura

.

.

.

Masashi Kishimoto, Kóji Óji

.

.

.

(JIKA TIDAK SUKA DENGAN CERITA YANG DI BUAT AUTHOR ATAU ADEGAN DI DALAMNYA, SILAHKAN KLIK TOMBOL BACK!) DILARANG COPAS DALAM BENTUK APAPUN! DLDR!

Selamat membaca!

oOo

Sakura memandang ponselnya. Dia membenci posisinya seperti saat ini.

Dia masih ingat, bagaimana akrabnya Haru maupun Rin. Betapa keduanya menyukai renang estafet. Bagaimana senyuman Haru maupun Rin terkembang. Dia merindukan segalanya.

Dan semuanya berubah, dia masih tidak mengerti konflik yang terjadi diantara keduanya. Tetapi, dia ingin mengembalikan hubungan mereka menjadi hubungan yang seperti sedia kala.

Tangannya mengetikan sebuah pesan singkat untuk sahabatnya.

Rin, apa kamu baik-baik saja?

Sepuluh menit, dua puluh menit. Tidak ada balasan pesan dari Rin membuatnya menyerah. Mungkin saja pemuda itu sedang ingin sendiri.

Maka tidur adalah jalan terbaik yang dia miliki.

.

.

Rin memandang layar ponselnya sebelum meletakannya kembali. Lampu kamarnya sudah dimatikan, menandakan bahwa penghuni kamar telah terlelap. Hanya dirinya yang masih terjaga.

Bayangan masa lalunya bagaikan kaset yang berputar di benaknya. Dia akan menunjukannya pada Haru.

"Aku akan menunjukan pemandangan yang belum pernah kamu lihat."

.

.

"Lakukan lebih baik lagi!"

Sakura memandang tim renang Iwatobi yang sedang berlatih. Matanya tak berkedip memandang bagaimana lincahnya Haru berenang. Pemuda itu berenang bagaikan lumba-lumba dan dia menyukainya.

Ketika mereka semua selesai dan melihat rekaman hasil latihan mereka. Sakura memberikan air mineral kepada mereka.

"Kura-chan, apa kamu mau ikut ke rumah Sasabe-chan?" tanya Nagisa.

"Eh? Aku? Apa tidak apa-apa?" Sakura menunjuk dirinya sendiri.

"Bukankah semakin ramai semakin menyenangkan?"

"Sebaiknya tidak usah," ucap Haru. "Wajahmu sangat pucat, sebaiknya kamu istirahat saja dirumah."

"Eh? Tapi aku ingin ikut!" rajuk Sakura.

"Apa yang dikatakan Haru ada benarnya, Sakura. Wajahmu sangat pucat, apa kamu tidur nyenyak akhir-akhir ini?" kali ini Makoto yang menjawab.

Sakura tidak menjawab. Mana mungkin dirinya mengatakan jika dia sangat kurang tidur karena memikirkan mereka semua. Tersenyum, dia menganggukan kepalanya. Mungkin saran Haru maupun Makoto ada benarnya. Dia lebih baik pulang lalu tidur.

"Baiklah jika begitu."

.

.

.

"Rei bolos latihan?"

"Mungkin karena aku memberikannya es krim strawberry kemarin," ucap Nagisa.

"Sakura juga tidak masuk." Makoto menanggapi. "Apa kita menjenguk Rei baru setelahnya kita menjenguk Sakura?"

"Ide yang bagus, Mako-chan!" Nagisa mengacungkan jempolnya. "Kita bisa buatkan Kura-chan makanan!"

"Baiklah! Kita kesana setelah latihan."

.

.

"Hacyim!"

Sakura mengusap hidungnya yang memerah. Bisa-bisanya dia terkena flu di saat seperti ini. Padahal dirinya sangat ingin menemani Haru maupun Makoto dan yang lainnya berlatih. Mungkin ini efek karena kurang tidur yang dia alami.

Teman-temannya pasti sedang berada di rumah pelatih Sasabe sekarang. Dia ingin sekali ikut ke kediaman mantan pelatih renangnya. Tetapi, dengan kondisi tubuh seperti ini malah akan membuat mereka semua kerepotan.

Bel pintunya dibunyikan membuatnya mau tidak mau harus bangkit. Berjalan dengan sempoyongan, Sakura membukakan pintu bagi tamu yang datang.

"Kalian?"

"Jaa! Kami membawakanmu strawberry shortcake kesukaanmu." Nagisa menunjukan bungkusan yang dipegangnya.

Memandang bungkusan yang diberikan Nagisa, Sakura terdiam. Dia benar-benar terkejut melihat teman-temannya ada di depan rumahnya.

"Apa yang kalian lakukan disini?" tanya Sakura.

"Kami menjengukmu karena kamu tidak masuk sekolah," ucap Makoto. "Bolehkah kami mampir? Orang tuamu sedang diluar kota, bukan?"

"Um, ya."

Haru memandang sekelilingnya. Dia begitu menyukai kediaman Haruno, karena wangi musim semi itu mengingatkannya pada Sakura.

"Bagaimana kalian tahu jika aku menyukai strawberry shortcake?" tanya Sakura.

"Haru yang membelikannya untukmu." Makoto menjawab dari dapur.

"Sebenarnya, Haru-chan yang paling khawatir denganmu," ucap Nagisa.

"Benarkah itu, Haru-kyun?" tanya Sakura.

"Yah, um." Haru mengalihkan pandangannya.

Sakura tertawa melihat bagaimana tingkah Haru. Dia memeluk lengan pemuda itu.

"Aku menyayangimu, Haru-kyun."

oOo

"Aku sudah berusaha semampuku, sisanya aku serahkan pada kalian."

Rei, Haru, Nagisa maupun Makoto menganggukan kepalanya mantap. Mereka lebih percaya diri saat ini.

Hari ini, mereka akan berangkat ke lokasi pertandingan satu hari sebelum pertandingan dimulai. Sedangkan beberapa teman dan guru mereka akan datang besok saat pertandingan berlangsung.

"Sakura tidak datang, ya?" tanya Haru memandang sekelilingnya.

"Bukankah Kura-chan sudah bilang jika dia akan datang terlambat, bukan?" tanya Nagisa. "Sebaiknya kita segera berangkat, bye bye semua!"

.

.

Rin menarik napas panjang dan melangkahkan kakinya keluar dari kolam renang. Sore ini, mereka akan berangkat menuju tempat pertandingan. Jadi, dia masih memiliki banyak waktu untuk berlatih. Perasaannya tak menentu saat ini. Rasanya ada sesuatu yang aneh di dalam dadanya.

Satu pesan singkat masuk ke dalam ponselnya.

Hari itu hari ini, bukan? Kamu akan berangkat bukan, Rin?

Rin mengepalkan tangannya. Dia sebenarnya tidak ingin mengabaikan pesan singkat yang dikirimkan Sakura kepadanya. Meski dirinya tidak membalas pesan yang dikirimkan gadis itu, Sakura tak henti-hentinya mengiriminya pesan.

"Oi, Matsuoka." Kapten Mikoshiba memanggilnya. "Ada seorang gadis berambut pink yang mencarimu.

Mendengar perkataan kaptennya, Rin langsung paham. Sakura datang ke sekolahnya.

"Katakan padanya, aku tidak ada."

.

.

"Maafkan aku, Haruno-san. Matsuoka tidak mau menemuimu."

Sakura tidak bisa menahan kesedihannya. Dia jauh-jauh datang ke Akademi Samezuka tetapi Rin tidak mau menemuinya.

"Jangan sedih begitu." Kapten Mikoshiba mencoba menghiburnya. "Mungkin dia ingin sendiri."

Sakura tersenyum.

"Um.. mungkin seperti itu."

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Whoah.."

"Hari ini kita akan bertanding habis-habisan."

"Um.."

Cahaya matahari membuat silau mata mereka. Rei, Haru, Nagisa maupun Makoto begitu terpana dengan pemandangan kolam renang perlombaan. Meski mereka sudah berkali-kali berlomba, tetapi mereka masih saja terpana dengan keindahan kolam renang ini.

"Haru-kyun!"

Haru terkejut ketika Sakura datang dan memeluknya. Dia sama sekali tidak menyangka jika Sakura akan datang ke pertandingannya.

"Sakura, kamu datang?" tanya Haru.

"Bagaimana mungkin aku tidak datang, Haru-kyun!" Sakura merengut kesal. "Aku sebenarnya ingin sekali ikut dengan kalian bersenang-senang kemarin. Nagisa mengirimkan foto-foto kalian, sayangnya kepalaku masih terasa sangat sakit."

Makoto mengusap rambut Sakura dengan lembut.

"Seharusnya, kamu beristirahat di rumah, Sakura."

"Tenang saja, aku sudah sehat!" Sakura memegang lengannya. "Oh ya, sebelum kemari aku sempat ke kuil. Dan aku membelikan kalian semua jimat."

Sakura memakaikan jimat berupa kalung kepada mereka berempat. Haru memandang kalung pemberian Sakura. Sederhana sekali, tetapi mampu membuat sesuatu dalam dadanya berdesir.

"Whoah! Aku menjadi lebih semangat!" Nagisa mengacungkan tangannya.

"Ingatlah, meski kalian bekerja keras dan usaha, semuanya ada di tangan Kami-sama." Sakura tersenyum. "Yosh! Sebaiknya kalian segera bersiap!"

.

.

"Matsuoka senpai." Nitori Aichiro memandang kakak kelasnya yang sedang duduk di dalam bis.

Dia bisa melihat wajah Rin terlihat gelisah. Dia mencoba untuk menghibur senpainya itu.

"Kita akan bertanding di relay nasional. Jadi, sebaiknya senpai fokus saja pada renang 100 meter milikmu dan lupakan re-"

Belum sempat Nitori melanjutkan kata-katanya. Rin sudah bangun terlebih dahulu dan langsung meninggalkannya begitu saja. Nitori memandang Rin dengan pandangan bingung.

"Senpai..."

oOo

Renang 100 meter gaya bebas putra kloter ketiga akan segera di mulai.

Sakura bisa memandang Rin yang berdiri diantara perenang-perenang lainnya. Dalam hati dia berdoa atas kelancaran pertandingan yang akan di lakukan Rin.

Bersedia.. siap.. mulai!

Rin terlambat melompat ke dalam kolam renang dan membuat Haru maupun Makoto tidak percaya dengan apa yang terjadi. Sakura menggenggam jimat yang di pegangnya. Dia membelikan jimat untuk Rin, tetapi dia bingung bagaimana cara memberikannya pada Rin karena pemuda itu tidak pernah membalas pesannya.

Mereka semua mengira, jika Rin dapat mengejar ketertinggalannya. Tetapi mereka salah, Rin bahkan tidak bisa mengejar hingga saat-saat terakhir kemenangannya.

"Rin.." Sakura memandang Rin dengan pandangan tidak percaya. Tidak mungkin Rin bisa kalah seperti ini.

"Rin!" Haru langsung bangkit dan berlari tanpa pikir panjang. Makoto dan yang lainnya juga mengikuti kemana Haru pergi.

Sedangkan Sakura, hanya bisa terpaku di tempatnya duduk.

.

.

.

.

Relay Medley pria, kloter pertama...

"Sial, sudah hampir dimulai." Pelatih Sasabe memandang jam di papan.

Sakura menggerak-gerakan kakinya gelisah. Dia merasa tubuhnya panas dingin. Bagaimana jika mereka semua tidak hadir? Bukankah ini mimpi yang selama ini mereka inginkan?

Menyatukan tangannya, Sakura memejamkan matanya. Dia berharap, agar Haru dan yang lainnya tidak didiskualifikasi.

"Mereka datang! Haruka senpai dan yang lainnya!"

Sakura segera bangkit dan melihat teman-temannya datang. Sakura merasa sesuatu beban dalam hatinya berkurang.

"Yokatta, Kami-sama."

Makoto bersiap untuk melakukan renang gaya punggung. Sakura berdiri agar bisa melihat teman-temannya berlatih. Sesuatu dalam dadanya terasa sesak melihat bagaimana Makoto bersiap.

Makoto adalah orang yang mencintai renang, mereka semua mencintai renang. Tetapi, Makoto adalah orang yang giat berlatih. Sakura bisa melihatnya, karena Makoto berani melawan ketakutannya terhadap air.

Ready, set.. go!

Sakura bisa melihat Makoto berenang dengan gagah. Dia sangat menyukai bagaimana Makoto berenang. Begitu tenang dan damai, seolah-olah tidak ada hari esok dan Makoto terlihat sangat menikmatinya.

Ketika Makoto berputar dan menuju kemana Nagisa menunggu. Pemuda berambut kuning itu segera melompat untuk berenang. Sakura memandang Nagisa yang sedang berenang. Nagisa yang ceria itu tampak begitu serius saat berenang.

"Selanjutnya Rei-kun.."

Sakura membulatkan matanya ketika melihat seorang pria berambut merah yang berdiri. Ketika melihat Nagisa yang berenang semakin dekat, dia menunjukan cengiran gigi tajam miliknya.

"Rin-chan!"

Rin segera menceburkan diri dan berenang. Sakura merasa sesuatu dalam dadanya berdesir dan membuat bulu kuduknya berdiri. Rasanya sudah lama sekali dia tidak melihat renang estafet Iwatobi dengan formasi lengkap seperti ini.

"Rin!"

Pemuda berambut merah itu bisa mengenali suara yang memanggil namanya. Diantara keributan disekitarnya, dia bisa mendengar dengan jelas suara itu. Itu suara milik Sakura.

Dia mengayuh lengan dan kakinya semakin cepat. Semakin cepat hingga Haru melompat ke dalam air.

"Haru!"

Sakura tidak tahu, sejak kapan air matanya tumpah. Haru berenang semakin cepat hingga akhirnya menyentuh dinding.

Bayangan dalam ingatannya masih sama. Mau dulu atau sekarang, di matanya Haru berenang bagaikan lumba-lumba yang lincah.

"Haru." Makoto mengulurkan tangannya.

"Itu pertandingan yang luar biasa." Nagisa menimpali.

Ketika Haru menerima uluran tangan Makoto, dia segera naik keatas. Seketika, Rin berlari kearahnya dan memeluknya. Nagisa dan Makoto tidak bisa menahan dirinya untuk tidak memeluk mereka.

"Nagisa, Makoto." Rin memandang teman-temannya sebelum tertawa. "Rasanya sudah lama kita tidak seperti ini."

Sakura menyeka matanya. Terakhir kali dia melihat pemandangan ini adalah saat dirinya berada di sekolah menengah dasar. Dia benar-benar terharu melihat bagaimana mereka semua berkumpul kembali.

Bangkit dari duduknya, dia harus menemui sahabat-sahabatnya.

.

.

.

.

"Itu tadi pertandingan yang luar biasa."

Mereka semua menghentikan langkahnya ketika melihat seseorang yang berdiri di tengah-tengah lorong. Tanpa pikir panjang lagi, Sakura segera berlari dan memeluk Rin.

"Bodoh! Apa yang kau pikirkan! Rin bodoh!"

Rin tidak bisa menahan senyumannya dan balas memeluk Sakura. Haru ingin buka suara, namun Makoto sudah menepuk bahunya terlebih dahulu.

"Haru, ayo kita tinggalkan mereka."

Haru membuka mulutnya, ingin protes. Namun, ketika melihat Sakura yang memeluk Rin. Dia memutuskan untuk mengikuti apa kata sahabatnya dan meninggalkan keduanya.

"Apa yang kamu pikirkan?!" Sakura melepaskan pelukannya. "Bagaimana jika kalian di diskualifikasi?!"

"Siapa yang peduli dengan hal itu?"

"Mou! Rin bodoh! Kau tidak membalas pesanku! Lalu tiba-tiba muncul di tengah pertandingan seperti itu! Kau menyebalkan!"

Rin tidak bisa menahan tawanya. Dia mengusap kepala Sakura, membuat Sakura mengangkat kepalanya.

"Sakura..."

Satu ciuman di daratkan Rin diatas bibir merah muda milik Sakura. Gadis berambut merah muda itu terkejut, dia ingin melepaskan pagutan itu, namun tubuhnya berkata lain. Melingkarkan tangannya di leher Rin, dia membiarkan pemuda itu memagut bibirnya.

Saat berenang dengan teman-temannya, dia sekilas bisa melihat Sakura yang memandang kearahnya. Matanya terus memandang kearahnya dan dia tidak bisa mendiskripsikan makna di balik emerald yang terus menatapnya.

Namun, dia menyadari satu hal. Meski dia berusaha seperti apapun, Sakura akan terus menganggapnya seperti sahabatnya. Tidak akan berubah.

Karena perasaan gadis itu hanya untuk Haru.

Melepaskan pagutannya, Rin menyatukan hidung mereka. Sakura sama sekali tidak protes. Mereka membiarkan perasaan mereka bergemuruh saat ini.

.

.

.

.

Haru membuka loker tempat dirinya menyimpan semua barang-barangnya. Di sampingnya, Makoto melakukan hal yang sama.

"Haru, kenapa kamu diam saja?" tanya Makoto.

"Makoto, kenapa dadaku terasa sesak?"

Makoto tersenyum, dia menepuk pundak Haru.

"Aku tahu suatu saat nanti kamu akan menyadari perasaanmu."

.

.

.

.

.

"Bagaimana jika kita makan ramen nanti?" tanya Sakura. "Meski kalian di diskualifikasi, tetapi penampilan kalian penuh dengan emosional. Aku sampai merinding melihatnya."

Haru berjalan bersisian dengan Sakura. Di belakangnya, Makoto, Rei dan Nagisa berjalan.

"Bagaimana dengan Rin?" tanya Makoto.

"Aku sudah menelponnya, dia bilang akan sampai dalam setengah jam."

Sakura tidak tahu bagaimana ceritanya mereka semua dapat menyelesaikan masalahnya. Terutama Haru dan Rin. Dia ingin menanyakannya, tetapi ini bukanlah waktu yang tepat untuk bertanya. Mungkin, dia bisa menagih ceritanya saat perjalanan pulang nanti.

Mereka sampai di kedai ramen dan menemukan Rin duduk sendirian di sudut ruangan. Sakura segera menghampiri pemuda berambut merah itu.

"Rin!"

"Hoo.. kalian sudah datang rupanya." Rin tersenyum. "Ayo duduk."

Mereka semua duduk dengan Sakura berada diantara Rin dan Haru. Pemuda bermata biru itu memandang buku menu yang di pegangnya. Sakura terlihat bersemangat ketika mengobrol bersama dengan teman-temannya yang lain, terutama dengan Rin.

Haru memegang dadanya yang terasa sakit.

Kenapa dia merasa sesak ketika melihat Sakura dekat dengan pemuda lain?

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

The end or Tbc?

Yo, apa kabar kalian semua? Wkwkkwkw.. akhirnya bisa selesai setelah melompati beberapa scene tidak penting di cerita. Aneh gak sih?

Entah kenapa, aku suka adegan dimana Rin ciuman sama Sakura.. yang bikin aja gimana gitu wwwkwkwk.. jadi, tinggalkan review kalian ya! Mau tbc atau udahan aja.. :3

Okeeee, cukup sampai disini yaaa.. sampai jumpa dilain kesempatan..

-Aomine Sakura-