WHAT WE ARE SHARING

Fanfiction by Min Zucker

copyright 2017

YoonKook Fanfiction

seme!Yoongi x uke!Jungkook

[ NOTE ]

Karena cerita ini AU, maka aku buat Jungkook beberapa senti lebih pendek dan satu tahun lebih muda dari Yoongi.

.

Jungkook membuat langkah lebar di gang gang kecil menuju rumahnya. Gang yang selalu jadi pilihan jika ingin segera sampai rumah. Tapi suara langkah orang lain menjadi alasannya berjalan lebih cepat dari normal. Suara yang jadi membuatnya takut karena khawatir diikuti orang.

"Jeon Jungkook," suara rendah seseorang dengan tepukan serta sedikit cengkraman cukup kuat di bahunya membuat si marga Jeon itu memekik keras dan melayangkan tinju ke belakang. Tangannya yang mengepal itu mengayun kuat hingga membentur rahang sosok yang tidak ia lihat wajahnya karena menutup mata takut.

Kekehan kecil terdengar, hal itu membuat kelopak Jungkook terbuka perlahan dan menemukan sosok Yoongi tengah mengusap ujung bibirnya yang nampak berdarah. Mata bulat itu terbelalak kaget. Tersadar bahwa ternyata ia baru saja menghantam wajah tampan hyung tersayangnya.

"H-Hyung...," ia memanggil dengan canggung. Merasa bersalah dan menyesal karena langsung mengajukan bogem sebagai reflek. Tangannya bergerak meraih wajah pucat Yoongi dan mengusap rahang yang tadi ia pukul. "Ma-maaf!"

Yoongi tersenyum tanpa beban, menatap Jungkook penuh kasih dalam posisi amat dekat. "Bukan masalah," lirihnya. Ia mengusap lebut rambut Jungkook. "Reflekmu bagus, aku senang. Tapi lebih baik untuk tidak lewat sini lagi lain kali, oke?"

"Hn... aku lelah dan ingin segera sampai.. dan pukulanku ini ajaran Taehyung dan Jimin," Jungkook menghela napas. "Juga ajaran Hyung yang bilang aku harus bisa paling tidak memukul dan menendang lawan."

"Kau belajar dengan baik kalau memang begitu," satu kecupan lembut didaratkan di kening Jungkook. Tangan kokoh itu pun berpindah merangkul pinggang pemuda yang lebih muda di hadapannya. "Ayo pulang, jagoan kecil."

Jungkook mengerutkan kening tidak senang saat mendengar kalimat terakhir Yoongi. "Jagoan kecil? Dikira aku ini bayimu apa?!"

"Lalu apa panggilanmu seharusnya sehabis memukul wajahku begini, hm?"

"Biasanya juga sekedar memanggilku Jungkook."

"Baiklah, Jungkookie," senyuman manis diberikan pada Jungkook yang masih setia dalam rengkuhan. "Ayo pulang."

Jungkook tersenyum cerah, dengan berani ia mendaratkan beberapa kecupan pada rahang tegas Yoongi yang habis ia hantam tadi. "Ayo pulang," jawabnya riang.

*

Jungkook terus tersenyum sepanjang malam. Makanan yang dihangatkan karena ibunya tidak sempat memasak pun terasa enak meski biasanya ia mengeluh.

Tentu saja. Pasalnya, sudah seminggu Yoongi menjaga jarak setelah perpisahan manis yang ditinggalkan di ujung bibirnya. Saat Yoongi merangkulnya selama perjalanan di gang sepi tadi, serta memastikan dirinya sampai ke rumah dengan aman dam disusul lambaian tangan sebagai salam sampai jumpa, ia merasa amat bahagia. Yoongi nampak memberi ruang kembali bagi dirinya setelah mengatakan akan mengurus beberapa urusan.

"Jungkook-ah," suara lembut ibunya terdengar. Yang dipanggil pun mendongak dengan senyum simpul, juga mengunyah suapan terakhir yang masih di mulut.

Wanita itu ikut tersenyum melihat suasana hati yang cerah dan tergambar jelas pada wajah anak semata wayangnya. Ia mengusap rambut halus anaknya, "Harimu menyenangkan, hm? Senyummu terlihat manis sejak tadi pulang."

"Sangat menyenangkan!" Jungkook menjawab setelah menelan makanannya. Senyumnya pun makin lebar.

"Baguslah. Kalau begitu, sana segera naik ke kamar dan kembali belajar. Biar Eomma bersihkan makan hari ini."

"Baiklah, Eomma... terima kasih!"

Tiba di kamar, Jungkook segera duduk di bangku belajar dan membuka beberapa buku untuk ia baca. Senyumnya masih menempel sampai pipinya seperti mati rasa karena terus ditarik tanpa lelah. Bayangan Yoongi yang berantakan karena baru pulang, ditambah senyuman manis dan sorot mata lembut, juga suara rendah yang kembali mengajaknya bicara setelah sekian lama, semua tergambar jelas di kepala.

Yoongi sangat memesona hari ini. Entah kenapa, jadi makin mendebarkan dan menggetarkan. Jungkook seperti dibuat jatuh cinta sekali lagi pada sosok tetangga depan rumah itu.

Jungkook tiba-tiba merona, teringat bagaimana ia mengecup Yoongi tanpa malu. Malu karena sejak awal Yoongi tidak memberinya kode secara gamblang bahwa ia boleh menyerang lebih dulu. Bahkan ia pun hanya diberi kecupan di kening. Bagaimana bisa ia mengecup rahang yang lebih tua tanpa malu begitu?

Ia merasa amat bodoh sekarang.

"Milk and Cookies," suara seseorang mengejutkan Jungkook yang sibuk merutuki diri sendiri. Kepalanya menoleh ke pintu dan menemukan Yoongi berdiri di sana membawa satu nampan berisi dua gelas susu dan sepiring biskuit yang menumpuk.

"Hyung! Kenapa di sini?"

Yoongi tersenyum tipis lalu melangkah menghampiri Jungkook, meletakkan bawaannya di meja dekat buku-buku yang terbuka dan duduk di kasur. "Menemuimu," jawabnya ringan. Ia mengusap lembut rambut Jungkook dan menepuk kepala itu pelan. "Kata Jimin, kau terus mengeluh ingin bermain denganku. Jadi aku bermain hari ini."

"U-uh... tidak tuh!" Jungkook mengelak, malu karena ternyata curhatannya dibongkar oleh Jimin yang ia percaya akan jaga rahasia. Ia menatap ke arah lain dengan wajah makin merona. Malu.

Melihat reaksi yang Jungkook berikan, Yoongi terkekeh. Ia menepuk kembali rambut adik tersayangnya itu. "Aigoo, lucunya Kookies ini!"

"Hyuuung," ia merengek, membuat bibirnya merengut ke bawah. "Ke sini memang sengaja untuk menggodaku ya?"

Yang diberi pertanyaan tertawa kecil. Sadar bahwa Jungkook nampaknya merasa kurang nyaman. Ia pun mundur hingga bersandar pada dinding, menepuk sisi kasur yang kosong sambil menatap Jungkook. "Ayo, jangan belajar terus."

"Mau apa?" Jungkook mendelik. "Aku malas kalau diledeki terus."

"Duduk saja dulu."

"Ah, pasti memang mau meledekiku ya!"

"Memang bisa baca pikiranku?"

"Uh... menjengkelkan sekali sih..."

Berdebat beberapa lama dengan Yoongi yang terus menang dan Jungkook yang sibuk menuduh, akhirnya sosok di bangku pun mengalah dan duduk di sebelah Yoongi. Menyandarkan tubuh pada dinding serta bahu Yoongi. Menyamankan posisinya sekarang sambil merangkul lengan Hyung tersayangnya itu.

"Mau kecupan?"

"H-hee!? Apa?!"

"Bagian mana? Kening? Hidung? Pipi? Atau bibir?"

"Per-pertanyaan apa ini!"

"Atau mau ciuman panjang?"

"He... hentikan!"

Yoongi tersenyum menyadari Jungkook sudah merona hebat karena malu mendengar pertanyaannya. Ia kemudian meraih bahu adik tersayangnya itu, mendorong lembut hingga tubuhnya berbaring di kasur, lalu mendekatkan wajah satu sama lain.

Mata mereka saling bersitatap. Jungkook nampak gugup dalam dominasi penuh yang diberikan Yoongi.

Wajah yang perlahan makin mendekat pun tidak bisa Jungkook hindari. Napas hangat Yoongi seolah membelai lembut wajahnya, ditambah dengan belaian lembut pada pipi halus Jungkook.

Saat mereka sudah amat dekat, Jungkook dengan gugup memejamkan matanya dan Yoongi memiringkan sedikit kepalanya. Bibir mereka pun bertemu sepersekian detik berikutnya. Menempel satu sama lain tanpa halangan dalam beberapa lama.

Terus dalam posisi hanya saling menempel, perlahan permainan diubah dengan Yoongi yang menggerakkan bibir dan mengulum lembut bibir bawah Jungkook. Gerakannya amat manis, ditambah jilatan tipis yang membasahi bibir yang lebih muda hingga lembab.

Dalam ciuman yang makin dalam diterima, Jungkook kemudian mengalungkan tangannya pada leher Yoongi. Menarik kepala itu lebih dekat secara reflek. Pinggangnya pun sudah dalam rengkuhan lembut Yoongi hingga terasa begitu hangat.

Tubuh mereka ikut erat. Saling menempel seperti hanya dibatasi pakaian. Yoongi menindih pelan tubuh Jungkook, sementara yang ditindih dengan reflek menautkan tiap tubuhnya pada Yoongi.

Saat dirasa napasnya mulai lelah dengan ciuman yang dalam, ia menarik pelan rambut Yoongi sebagai tanda kelelahan. Menyadari sinyal yang Jungkook beri, ia pun menghentikan ciuman pada bibir Jungkook.

Namun, bukannya menarik diri seperti biasanya, Yoongi justru merambat ke bawah secara perlahan. Memberi kecupan kecupan ringan pada rahang hingga jakun Jungkook dan berhenti di perpotongan leher. Ia memberi banyak ciuman lembut di sana, juga beberapa jilatan ringan dan seperti kuluman pada bibir.

Jungkook mengerang tertahan. Tangannya meremas baju yang Yoongi kenakan karena gelenyar panas mengalir di seluruh tubuhnya. Ia bisa merasakan kancing tertas piyamanya dibuka, disusul dengam yang kedua, dan berakhir di kancing ketiga.

Yoongi mengecup ringan dada yang terekspos milik Jungkook. Membuat getaran panas itu kembali ke seluruh tubuh yang dikecup. Ia perlahan mengangkat wajah dan menatap mata Jungkook dalam keadaan sayu. Keningnya mengerut tipis, heran dengan tatapan yang diterimanya.

"Kau ... belum pernah seberani ini," ia bebisik lirih sambil mengusap pipi Jungkook. "Apa-apaan ini?"

Jungkook tersenyum tipis, membuat tatapan teduh yang secara tidak langsung nampak menggoda. "Lanjutkan saja, Hyung."

"Apanya?" jawaban dengan sorot tidak mengerti yang dibuat-buat ia berikan. Keningnya mengerut makin jelas.

"Ciumannya, aku suka."

"Gila ya?"

"Aku sungguhan suka."

Yoongi menggeleng dan mengacak rambut Jungkook. "Nanti wajahmu meledak karena terlalu panas. Aku tidak tega."

Jungkook tertawa mendengar pernyataan Yoongi, "Apa kali ini Hyung yang takut?"

Mendengar pertanyaan menantang begitu, yang ditanya berdecak pelan. "Bocah nakal. Sudah, sana tidur."

"Aku mau mengerjakan tugas," balasnya sambil mendorong Yoongi pelan untuk menyingkir dari atasnya. Membuat yang lebih tua menggelinding jatuh karena kasur yang memang dikhususkan untuk satu orang. Ia terkekeh kecil menyadari baru saja membuat Hyungnya jatuh sambil mrlelangkah kembali menuju bangku belajarnya. "Hyung pernah mengerjakan tugas?"

"Pernah."

"Sungguhan pernah?"

"Kata orang aku pintar, tapi malas."

"Berarti Hyung tidak pintar kalau begitu!"

Yoongi terkekeh mendengar penuturan Jungoook, "cukup baik kalau soal mengerjakan soal ujian. Tapi aku malas mengerjakan tugas."

"Sudah sana kerjakan tugasnya, selesai itu kita tidur."

"Hyung tidur di sini?"

"Hm... eomma lembur, jadi rumahku kosong."

Jungkook tersenyum cerah mendengarnya, "Oke!" ia segera fokus mengerjakan tugasnya agar cepat selesai.

Saat Jungkook selesai dengan tugasnya, Yoongi sudah terlelap di kasurnya. Ia terkekeh kecil melihat hyungnya itu. Senyumnya tanpa sadar terkembang meski terlampau lelah setelah mengerjakan tugas. Nampaknya ia senang melihat Yoongi yang sudah hampir tidak pernah dilihatnya meski pergi ke sekolah yang sama.

Memorinya memutar ingatan beberapa hari lalu yang terasa berat. Ia harus menahan diri untuk tidak berbicara dengan Yoongi meski tanpa sengaja berada di bus yang sama. Juga menghindari satu sama lain (meski sebenarnya Yoongi yang menyingkir) saat berjalan ke arah yang sama untuk pulang ataupun berangkat. Harus diakui, hari ini terasa seperti hujan yang merupakan keajaiban setelah kemarau panjang.

Senyum itu masih terkembang di bibirnya.

"Hm... Hyung, kau benar. Kau memang milikku yang kembali untukku," gumaman lirih ia keluarkan sebelum ikut terlelap sambil memeluk tubuh Yoongi yang sudah tertidur sejak tadi.

.

.

.

.

.

FIN.

Ternyata... butuh berbulan bulan buat ketik lanjutannya, ya..?

Hehe. Ga bisa aku bikin cerita mereka pisah. Ya gimana yaaa. Habis liat foto teaser mereka buat comeback, sebenernya pingin bikin yg sad sad gitu. Tapi kok yaaa begitu siap siap nulis langsung gregetan pingin bikin yang manis. Ya yaudah lah. Sad sadnya nanti nanti aja, atau gausah sekalian wkwk

Ah sebenernya aku juga gatau ini cerita kapan bakal selesai. Kayanya ini emang sekedar cerita slice of life jadiii ya susah juga sih diselesaiin. Sejujurnya di end sekarang pun bisa. Tapi aku ga rela sendiri ya ini habis. Aku tandai finish, karena ya aku gamau bikin banyak yg nunggu gitu. Tapi ga aku centang di complete karenaaa aku rasa ini cerita bakal berlanjut lagi kalau aku dapet ide baru hehehe

Ya! Baiklah, terima kasih dukungan dan penantiannya. Semoga bisa ketemu lagi huhu karenaaaa ya aku sayang jungkook uke walaupun dia disemein pun hot wkwk

Sampai jumpa lagii! Anyuuung!