"Luka yang sama, yaitu luka menganga di perutnya dan isi perut yang keluar. Diduga pembunuhnya adalah orang yang sama—"
"Saat ini polisi sedang memeriksa kematian seorang direktur perusahaan besar yang meninggal semalam. Jasadnya ditemukan sudah tidak berbentuk dan—"
"Berdasarkan sebuah kamera yang tergeletak tak jauh dari sana, seorang pria bertopeng yang berkata sesuatu tidak jelas melompat dari atas gedung dan hilang begitu saja—"
"Berikut kami berikan videonya"
Seorang pria berambut merah memperhatikan sebuah video yang menunjukkan sebuah tangan yang berlumuran darah sedang menikam tubuh seorang pria. Di video itu terlihat bagaimana tangan itu merobek perut pria itu lalu berjalan ke pembatas atap. Suara angin yang kencang terdengar dan terlihat pria bertopeng itu menatap ke arah kamera kemudian melompat turun. Semua orang yang berhenti berjalan hanya untuk melihat video itu saling bergumam ketakutan.
Berbeda dengan si rambut merah, ia masih tetap menatap datar pada layar itu kemudian berjalan melewati kerumunan orang-orang. Di kepalanya kembali terputar kejadian yang sama, saat 'dia' berkata sesuatu padanya dan tidak bisa ia dengar karena suara angin yang kencang, lalu tiba-tiba melompat kebawah laut. Pria itu berhenti berjalan kemudian menutup matanya dan kembali mengingat kejadian itu. Kejadian saat ia kehilangan 'dia'.
Apa orang di dalam video itu adalah 'dia'? Apa benar 'dia' belum mati? Berbagai pertanyaan tentang orang yang selama ini ia cari sedang terngiang di kepalanya. Taehyung semakin ingin mencarinya, ia memang tidak percaya jika orang itu mati waktu itu. Tapi ia sendiri yang melihat kalau orang itu melompat ke bawah laut dan menghilang. Semua orang yang diutus mencari tubuhnya bahkan berkata kalau di dekat sana tidak ada tubuh siapapun.
"Aku yakin kau masih hidup, aku akan menemukanmu" gumam Taehyung sambil membuka matanya dan menatap langit yang cerah.
"Pergilah! Jangan ganggu aku!"
"T-tapi tuan muda, kau tidak boleh pergi sendirian, berbahaya!"
"Aku hanya ingin pergi ke taman bermain! Jangan ganggu aku!"
"Tidak bisa tuan, kau harus selalu berada dibawah pengawasan kami!"
"Umurku 19 tahun! Pergilah!"
Taehyung, menengok ke arah lain saat ia mendengar suara tinggi yang berteriak agak jauh darinya. Bisa ia lihat beberapa orang yang sedang berjalan sesekali menengok ke arah seorang pria bertubuh mungil yang sedang beradu argumen dengan pria berjas yang ia simpulkan adalah seorang bodyguard. Setelah beberapa kali berusaha melepaskan genggaman tangan bodyguard itu, pria bertubuh mungil itu bisa berlari menuju kedalam kerumunan orang-orang. Dengan cepat Taehyung memeluk pria itu dan menutupinya dengan tubuhnya yang terbilang lebih besar darinya itu. Taehyung berbalik kemudian berjalan keluar dari kerumunan itu.
*. Skip
"Aaaa! Lepaskan aku! Turunkan aku dasar kau bodoh! Hei!"
Taehyung berdecak kesal saat mendengar teriakan pria yang bisa terbilang sedikit cempreng di gendongannya, ditambah lagi ia merasakan pukulan-pukulan di punggungnya. Saat ini ia sedang berada di sebuah taman bermain anak-anak yang sepi. Setelah berhasil kabur, ia segera membawa pria di dalam gendongannya ini ke tempat sepi dan jauh. Tapi sepertinya pria mungil itu merasa terancam setelah Taehyung tolong. Dengan segera, Taehyung menurunkan pria mungil itu di atas kursi panjang dan menatapnya datar.
"Apa yang kau lakukan? Membawaku ke tempat sepi seperti ini?! Kau mau menculikku ya?!" Tanya pria mungil itu dengan suara tingginya.
Taehyung yang mendengarnya hanya mengusap telinganya kemudian kembali menatap datar pria mungil itu. "Aku sudah menolongmu, itu taman bermainnya" ucap Taehyung sambil menunjuk ke belakang.
Pria bertubuh mungil itu mengerjapkan matanya bingung kemudian menatap tempat di belakang Taehyung. Ia memgerucutkan bibirnya kemudian berdiri lalu menendang kaki Taehyung.
"Bodoh! Bukan taman bermain ini yang aku mau!"
Taehyung meringis saat merasa kalau tendangan pria di depannya ini sangat keras. Ia menatap kesal pada pria itu. "Kau ini sudah ku tolong tapi malah berteriak, mengataiku bodoh, memukulku, dan menendangku, mana rasa terima kasih mu?"
"Aku tidak peduli, belikan aku es krim!"
Taehyung terperangah. Demi apapun, Taehyung baru pertama kali melihat orang yang sangat menyebalkan begini, lebih menyebalkan dari Hoseok yang selalu mengganggu Jungkook. Jika bukan karena takut hukuman Namjoon, ia pasti sudah menebas kepala pria itu.
"Aku tidak mau, siapa kau dengan sembarangan meminta es krim padaku"
"He? Kau tidak tau aku? Dasar bodoh, kau ini tinggal di gua atau apa? Apa kau tidak tau kalau ayahku adalah orang paling berkuasa di kota ini?"
Taehyung mengusap wajahnya dengan kasar, sudah menyebalkan pria ini juga dengan sombong berdiri dibawah nama ayahnya. Apa dia tidak tau kalau Taehyung bisa saja menebas kepala ayahnya dan membuatnya menjadi orang tak terpandang dalam sekejap mata?
"Dengar bocah, aku sudah berbaik hati menjauhkanmu dari orang-orang tadi dan bodohnya aku membawamu ke taman bermain pula, dan bukan terima kasih yang aku dapat tapi kau malah menghajarku, apa ayahmu yang kau bilang paling-berkuasa-di-kota-ini tidak mengajarkan sesuatu padamu?"
"APA?! Siapa yang kau bilang bocah? Hei umurku 19 tahun! Dan taman bermain yang ku maksud adalah taman bermain besar yang ramai! Disana juga ada kereta yang relnya naik dan turun!"
Taehyung terdiam, rel kereta naik dan turun? Apa maksudnya Roller Coaster? Seketika Taehyung tersenyum dan segera menutup mulutnya untuk menahan kekehan yang yang samar-samar keluar dari mulutnya, dan itu membuat sang pria mungil mengerutkan dahinya bingung. Apa ada yang lucu?
Taehyung sendiri sudah berhenti tertawa, entah kenapa ia tertawa tapi yang jelas ia rasa kalau pria di depannya ini sangat aneh. Di jaman modern ini, apa ada orang yang tidak tau nama Roller Coaster? Maksudku, 'kereta dengan rel yang naik dan turun'? Oh ia bersumpah kalau pria di hadapannya ini tinggal di tempat yang ia sebut 'gua'.
"Hei! Berhenti tertawa! Apa yang lucu, hah?!"
"Kkk kau yang lucu, dengar, itu bukan kereta, namanya adalah Roller Coaster. Apa kau yang tinggal di gua sehingga kau tidak bisa menyebutkan nama itu?"
Pria mungil itu mengerucutkan bibirnya. Ia kelihatan tidak suka ada orang yang mengejeknya. "Ukh! Dasar kau bodoh! Lihat saja ayahku akan membalaskannya padamu!" Teriak pria itu sambil menendang kaki Taehyung lalu berlari meninggalkannya di taman itu.
Taehyung sendiri hanya bisa meringis sambil emegangi kakinya, ia menatap kepergian pria itu dan menghela nafas. Kenapa ada orang yang seperti itu di dunia ini, dan kenapa harus ia yang menemukannya.
*. Skip
Ting! Tong!
Taehyung terdiam di depan sebuah pagar rumah yang besar. Sekarang ini ia sudah sampai di tempat tinggal targetnya. Ia ditugaskan untuk membunuh anak dari pemilik rumah besar di balik pagar silver itu. Taehyung melirik sebuah CCTV yang bergantung manis di salah satu isi pagar. Mengingat targetnya adalah anak dari pengusaha kaya, sudah pasti banyak kamera pengawas di dalam rumahnya. Taehyung harus lebih hati-hati nantinya.
"Ekhem"
Taehyung terkejut saat melihat seorang pria dengan jas tiba-tiba saja berdiri di depannya. Pria berjas itu tersenyum kecil melihat reaksi Taehyung, ia membungkuk kemudian mulai memperkenalkan dirinya.
"Namaku Hansol, aku adalah sekertaris tuan Park"
"Ah aku Kim Taehyung, aku ingin melamar kerja menjadi bodyguard disini"
Pria bernama Hansol itu sempat terdiam sesaat mendengar maksud Taehyung datang ke rumah besar ini. Ia memperhatikan Taehyung dari ujung rambut hingga ujung kaki. Taehyung hanya bisa diam menatap datar pada Hansol. Dan tak lama kemudian, Hansol menatap Taehyung kemudian tersenyum. "Baiklah, ikuti aku"
Taehyung terdiam menatap isi dari rumah besar itu. Ia mengakui kalau tuan Park ini sangat kaya, terbukti dari Hansol yang tadi mengantarnya ke depan rumah besar ini menggunakan mobil karena jauhnya jarak yang harus ditempuh dari pagar hingga depan rumah.
"Wow"
Tanpa sadar Taehyung mengeluarkan kata yang mendeskripsikan rumah besar itu. Ia takjub melihat banyak ukiran-ukiran dari kayu mahal yang ada di atap rumah itu. Furniture mewah yang tertata rapi di setiap ruangan. Hansol sempat mengajak Taehyung keliling lantai satu sebentar sebelum akhirnya ke ruang belakang dan mengantarkan Taehyung ke kamarnya.
"Baiklah Taehyung, ini kamar mu. Karena tuan Park hari ini sedang berada di luar negri, ia akan pulang beberapa hari lagi untuk menyambutmu"
Taehyung hanya mengangguk sambil menatapi kamarnya. Untuk ukuran kamar seorang pelayan, ini adalah kamar yang mewah. Bagaimana tidak? Kamarnya sudah seperti hotel bintang lima. Taehyung membuka kamar mandi dan melihat kamar mandi yang tak kalah mewah disitu. Jika ia adalah Yoongi, mungkin ia akan bersantai di kamarnya terus.
Hansol hanya tersenyum menatap ekspresi takjub Taehyung. Ia mengetuk pintu kamar Taehyung hingga pria itu menatapnya, "jika kau membutuhkanku, hubungi aku lewat telfon itu. Aku akan memberitahukanmu tentang tugasmu"
"Tunggu, apa maksudnya sekarang aku sudah diterima?"
"Ya, tuan Park tanpa pikir panjang langsung menerimamu. Kau harusnya senang karena tuan Park tidak biasanya mempercayai orang sembarangan"
Taehyung hanya mengangguk mendengar setiap ucapan Hansol. Entah kenapa rasanya ada sedikit rasa bersalah karena ia datang ke rumah ini untuk menumpahkan darah dengan kedok menjadi bodyguard. Seharusnya ia menyelinap saja ke rumah ini lalu masuk ke kamar si target kemudian langsung membunuhnya, mudah bukan?
"Jika kau mau, kau boleh menjelajahi rumah ini dulu. Aku permisi" ucap Hansol yang kemudian menutup pintu kamar Taehyung.
Taehyung hanya menghela nafas kemudian mengistirahatkan tubuhnya di kasur kingsize yang empuk itu. Taehyung memejamkan matanya dan kembali mengingat tujuannya kesini. Ia mendapat misi, membunuh. Membunuh seseorang seperti apa yang sudah dipesankan dari pelanggan pada kakaknya, Namjoon. Sebenarnya ia membenci pekerjaan ini, ia ingin berhenti, tapi sesuatu berkata bahwa ia tidak bolehberhenti. Ia tidak tau kapan ia berubah menjadi pembunuh dan mendapat julukan malaikat pencabut nyawa.
Tapi ia masih ingat ketika hari itu, dimana ia berusaha menolong kakaknya dari misi tapi malah berujung kakaknya itu melompat dari tebing tinggi dan ia ditangkap oleh aparat keamanan. 7 tahun di penjara ia terus mengingat bagaimana kabar kakaknya. Apa sudah ada yang menemukannya, atau ia sekarang sudah di rumah. Di penjara ia bahkan menyakiti banyak tahanan hingga akhirnya ia dihajar oleh polisi.
Taehyung membuka matanya kemudian menatap atap kamarnya. Setelah misi ini selesai, ia akan menuntaskan segalanya. Termasuk masa lalunya.
*. Skip
"Aku minta maaf karena tuan Park tidak bisa menemani kita makan" ucap Hansol sambil meminum anggurnya.
"Tidak apa, aku hanya ingin mengetahui tugasku"
"Bagamana kalau kita nikmati dulu makan malamnya, tuan Park menyuguhkan ini khusus untukmu"
Taehyung terdiam menatap Hansol dan menatap semua makanan yang tersaji di meja makan. Entahlah, ia merasa aneh dengan semua makanan ini. Ia merasa seperti sedang dijebak. Hei kau tidak tau kan, bagaimana jika di dalam makanan ini ada racunnya? Dan lagi, siapa orang kaya yang dengan bebas memasukkan orang asing kedalam rumahnya?
"Kau tidak mau makan?"
Taehyung menatap Hansol yang juga sedang menatapnya bingung. Ia bisa melihat Hansol tersenyum manis. Seakan memaksanya untuk menuruti perintah dibalik pertanyaannya barusan. Dengan terpaksa, Taehyung duduk di kursi kosong. Menatap tajam pada Hansol yang hanya dibalas dengan senyuman.
"Tenang saja, tidak ada racun atau apapun di dalamnya" ucap Hansol sambil tersenyum menatap Taehyung yang kelihatan masih ragu dengan makanan di piringnya.
"Langsung saja, apa yang harus kulakukan untuk tugasku?"
"Ah tuan Park ingin kau menjadi bodyguard untuk anaknya. Selama ini banyak bodyguard yang menghilang entah kemana setelah beberapa hari menjadi bodyguard tuan muda Park"
"Kenapa?"
"Tidak diketahui apa penyebabnya. Ada yang bilang tuan muda terlalu childish, ada yang bilang tuan muda sangat susah diatur, ada juga yang bilang kalau tuan muda selalu bisa kabur dari pengawasan mereka"
"Berapa orang biasanya yang menjaga dia?"
"Hm... paling banyak 10, tapi itu saat tuan muda sudah kabur dari rumah. Tapi saat di rumah, cukup 2-4 orang"
"Kalau begitu aku akan menjaga dia sendiri saja, tidah butuh 2 atau 4 orang"
Hansol tersenyum, ia merasa kalau Taehyung agak gila. Kebanyakan orang yang melamar menjadi body guard untuk tuan muda Park meminta agar ia ditemani 2 tau 3 orang dalam tugasnya. Tapi Taehyung tanpa pikir panjang memilih sendirian.
"Apa kau yakin?"
"Ya, jika hanya itu masalah yang sering terjadi, aku rasa aku bisa mengatasinya"
"Baiklah kalau begitu, besok kau akan mulai bekerja"
Taehyung bangun dari kursinya kemudian membungkuk. Ia segera pergi dari ruang makan itu dan meninggalkan Hansol yang masih tersenyum menatapi kepergian Taehyung. Hansol mengeluarkan ponselnya yang bergetar dari dalam saku jasnya, setelah menekan tombol hijau, ia segera menempelkan benda itu ke telinganya. Beberapa menit terdiam, Hansol mengeluarkan seringaiannya.
*. Skip
Taehyung terdiam menatap lampu-lampu kendaraan dan lampu jalan yang beragam warna. Sekarang sudah hampir larut malam dan Taehyung sedang berdiri di sebuah pembatas gedung mengamati seisi kota yang masih sibuk. Taehyung menggunakan topengnya kemudian melompati gedung satu dan gedung lain.
Tujuan ia berada di tempat seperti ini adalah untuk mencari kakaknya. Yang ia ingat, kakaknya itu senang sekali pergi malam-malam untuk menyerang korbannya. Jika ia mencari pada malam hari mungkin ia akan menemukannya.
Tiba-tiba saja Taehyung mempercepat langkahnya saat ia merasa seseorang mengikutinya. Ia beralih ke jalan sempit sebelum akhirnya berbalik dan melempar pisau kecil dari saku celananya. Bisa ia lihat kalau pisau itu berhasil ditangkap oleh seseorang. Taehyung menajamkan matanya, berusaha melihat siapa yang tadi mengikutinya. Perlahan ia menyiagakan dirinya saat seorang pria dengan masker hitam berjalan mendekatinya.
"T-tunggu hyung ini aku, jangan serang aku"
Taehyung menghela nafas lega saat melihat wajah dibalik masker itu. Jeon Jungkook, pria itu hanya tersenyum menampilkan gigi kelincinya membalas tatapan tajam Taehyung. "Hehe hai hyung"
"Apa yang kau lakukan malam-malam begini Jungkook?"
"Uhm, aku hanya jalan-jalan saja, aku merasa Seoul saat malam hari itu sangat menyenangkan"
"Bagaimana dengan misimu?"
"Aigo hyung~ apa kita harus membicarakan misi sekarang?"
"Aku tanya bagaimana dengan misimu"
"Haish arra arra, baru 10%, aku sudah bergabung dengan kelompok mereka, tapi susah sekali mendekati si Yugyeom itu. Ternyata dia sangat penting di kelompoknya dan dijaga ketat oleh teman-temannya"
"Hoo begitu ya"
Jungkook melirik Taehyung yang sedang menatap langit malam. Ingin rasanya ia membuang pria itu. Bagaimana tidak? Baru saja ia meminta Jungkook untuk memberitahukan misinya, tapi setelah ia bercerita, Taehyung hanya menanggapinya dengan tiga kata.
"Kau sendiri hyung, bagaimana dengan misimu?"
Taehyung terdiam mendengar pertanyaan Jungkook. Sebenarnya ia tidak ingin bercerita tentang misinya, karena ia pun tidak pernah bercerita pada siapapun —termasuk Namjoon— tentang misinya. Jungkook sendiri masih menunggu jawaban Taehyung. Tapi bukannya menjawab, Taehyung justru menengok pada Jungkook dan tersenyum. Dan Jungkook bersumpah kalau Taehyung yang berdiri di bawah sinar bulan terlihat berkali-kali lipat lebih tampan, ditambah lagi angin sejuk meniup perlahan surai merah Taehyung.
"Kalau aku bilang, targetku sudah mati, bagaimana?" Tanya Taehyung sambil kembali menatap bulan.
Jungkook yang mendengar pertanyaan Taehyung seketika sadar dari lamunannya, menatap Taehyung bingung dan berkata, "eh? Benarkah?"
Terdiam beberapa saat sampai sunyi menyelimuti mereka, kekehan kecil keluar dari mulut Taehyung. Ia mendekati Jungkook, mengambil pisaunya di tangan Jungkook kemudian mengusak rambut pria itu. "Fokus saja pada misimu. Sekarang pulanglah"
Jungkook mengerjapkan matanya sambil menatap malas pada rambutnya yang sudah berantakan. Ia mengikuti langkah Taehyung yang membawa mereka keluar dari jalan sempit itu.
"Hyung, apa kau tidak akan pulang ke markas?"
"Tidak"
"Kenapa? Padahal semuanya pulang ke markas lho"
"Aku harus berada di rumah itu sampai misiku selesai"
"Kalau misiku sudah selesai boleh aku menemanimu?"
Seketika Taehyung berhenti berjalan saat mendengar tawaran dari Jungkook. Jungkook juga seketika berhenti berjalan melihat Taehyung. Jika Jungkook menemaninya, pasti ia tidak akan bebas keluar untuk mencari kakaknya sekarang. Dan lagi, ia tidak biasa ditemani pada saat misi, kecuali misi perkelompok.
"Hyung?"
"Fokus saja pada misimu Jungkook. Lagipula, kau pasti tidak akan bisa menyelesaikan misi secepat aku kan?"
Jungkook mendengus kesal. Selalu sombong, selalu ia dianggap lemah oleh pria berambut merah itu. Memang sih yang selalu jadi penyerang utama adalah Taehyung tapi Jungkook bukan orang lemah lagi sekarang, kau ingat? Taehyung sendiri sudah tersenyum melihat reaksi Jungkook. Yah bagaimanapun pria itu selalu bisa termakan oleh omongan orang.
"Jangan meremehkanku hyung" ucap Jungkook sambil memasang wajah datarnya.
"Oh? Aku berkata jujur Kookie" balas Taehyung dengan seringaian meremehkan andalannya yang selalu bisa membuat Jungkook kesal.
Seketika wajah datar Jungkook berubah jadi wajah kesalnya. Ia melipat kedua tangannya di depan dada. "Hmph! Arra! Aku akan buktikan padamu kalau aku menyelesaikan misi lebih cepat darimu!"
"Baiklah, aku menunggumu laporanmu tuang Jeon"
Jungkook kembali mendengus sebal sebelum akhirnya meninggalkan Taehyung sendiri. Senyum Taehyung perlahan menghilang, ia membalik tubuhnya dan kembali melakukan pencariannya. Sementara itu, sepasang mata dibalik topeng menatap kepergian dua pemuda yang berjalan berlawanan arah itu. Seringaiannya muncul bersamaan dengan ia yang melompat dari gedung tinggi itu, mengikuti arah angin.
*. Skip
"Hyaaaaaaaaaa!"
Sebuah teriakan nyaring harus mengganggu pagi Taehyung yang berharga. Matanya menyipit menatap seisi kamarnya yang kosong. Ia beralih keluar kamar dan melihat seorsng pria dengan suara cempreng sedang mengomeli seorang pelayan rumah tangga yang menunduk. Di depan kaki pelayan itu ada pecahan piring dan makanan yang berceceran.
Setelah mengembalikan pandangannya yang sedikit kabur karena baru bangun tidur, Taehyung menatap pria yang mengomeli pelayan itu dan seketika membulatkan matanya. Bersamaan dengan itu, pria yang sudah selesai mengomel itu mengangkat kepalanya lalu menatap Taehyung, matanya juga ikut membulat seketika. Perlahan kakinya mundur dengan tangan yang terangkat untuk menunjuk pria itu.
"KAU!"
"Sial kenapa dia"
TBC
HYAAAAAAAAAA NJI KEMBALI DENGAN HOUSE OF CARDS CHAP KEDUAAAA x)
Yang nungguin I Owned U sabar neee 2 minggu lagi selesai puasanyaaaa xD Sembari nunggu selesai bulan puasa Nji lanjutin yang rate aman dulu hehehe Makasih ya yang masih rela baca/nungguin/support/follow/fav cerita2 nji yang updatenya lelet ini TwT)b Nji sayang kalian muah w)
RnR Juseyooooooo x)
