The Night Without The Moon

Chapter Akhir dari seri Sorrow, Nisaa belum mutusin apa bakal ada lanjutan omake lagi atau apa. Jika banyak yang minta untuk dilanjutin atau apa mungkin nisaa bakal pertimbangkan. Nah dari pada berlama-lama lagi, Nisaa ucapkan selamat membaca!

Sasuke menjalani hari dengan hati yang lebih ringan. Dia telah membuat keputusan. Seminggu telah berlalu dari saat di pergi ke rumah Naruto. Natal pun telah dilewatinya seperti tahun-tahun sebelumnya.

Saat ini kegembiraan Natal telah berubah dalam suasana menyambut pergantihan tahun yang baru. Sasuke kini berada di kuil, bersama Sakura dan Sarada menunggu lonceng kuil berdentang yang akan menandakan pergantian tahun yang baru.

Putri tunggalnya ini memaksa mereka untuk mengunjungi kuil tepat pada pergantian tahun. Dia berkata dia ingin berdoa lebih awal. Membuat Sasuke kini berdesakan dengan orang-orang yang memiliki niat yang sama.

Kegiatan ini mengingatkannya dengan sang sahabat berambut pirang. Dulu meraka sering pergi berdua hingga mereka berumur 21 tahun. Mereka akan mengantri untuk mendapat posisi terdepan, berharap doa merekalah yang pertama dewa dengar di tahun baru. Tidak satu kalipun mereka mengatakan apa yang mereka doakan pada satu sama lain. Saat itu Sasuke menduga bahwa tahun-tahun berikutnya merekapun akan terus pergi bersama. Namun tidak, tahun baru berikutnya mereka bahkan tidak saling berbicara. Mereka bertengkar hebat untuk pertama kalinya saat itu.

Sasuke hingga kini tidak tahu apa yang salah dengan mereka, mereka selalu berselisih jalan. Setiap kesempatan itu terasa tidak tepat. Mungkin mereka masih terlalu emosional saat itu, atau terlalu keras kepala, bahkan mungkin meraka tidak yakin akan perasaan masing-masing.

Ada rasa penyesalan yang mengendap di hati Sasuke semenjak bertahun-tahun lalu. Dia telah bertindak pengecut. Dia manyadari perasaannya pada Naruto mungkin sejak mereka duduk di SMP, sejak dia tanpa sadar mencium teman baiknya itu dalam tidur lelap sang sahabat.

Awalnya itu membingungkan Sasuke namun dia segera sadar perasaannya telah berkembang dari rasa sayang seorang sahabat. Namun Sasuke takut untuk melangkah, apalagi dengan resiko kehilangan Naruto membuat Sasuke membeku ditempat. Dia sedang menunggu.

Saat masa SMA mereka Naruto mengenalkan pacar pertamanya pada Sasuke. Sasuke hanya menanggapinya dengan senyum getir, dia masih menunggu. Tahun-tahun berlalu dan Sasuke tetap menunggu. Dia menunggu otak lambat Naruto menyadari perasaannya, menyadari jika perasaan antara mereka bukan lagi sekedar sahabat. Dia menunggu Naruto sadar bahwa ia juga memiliki perasaan yang sama dengan Sasuke. Namun si Dobe itu tetap membuat Sasuke menunggu.

Mereka terus bergumul dengan pikiran dan perasaan mereka masing-masing tanpa ada yang ingin membicarakannya. Menggiring mereka dalam pada persimpangan tanpa mereka sadari. Dan tiba-tiba saja mereka telah terpisah jalan. Saat mereka ingin kembali ke jalan semula, jalan itu telah tertutup. Terpagari oleh semua yang terkait dengan mereka. Saat itu mereka mulai menyesal. Menyesal atas kepengecutan dan kebodohan masing-masing.

"TENG...TENG...TENG..." suara lonceng kuil menandakan tahun telah berganti.

"Tousan ayo cepat kita antri untuk berdo'a" Sarada menarik lengan Sasuke untuk segera ke depan kuil.

Sasuke melihat sang putri yang terlihat manis dengan kimono merahnya. Kemudian pandangan Sasuke beralih pada Sakura, istrinya. Sakura terlihat luar biasa cantik dengan kimono merah muda yang senada dengan rambutnya, ada perasaan bersalah kapanpun Sasuke menatap istrinya ini.

Sasuke menikahi Sakura dua bulan setelah pernikahan Naruto. itu lebih mirip seperti balas dendam karena Naruto tidak memilihnya. Dia ingin Naruto merasakan apa yang dialaminya saat Naruto menikah. Kejam memang, tapi saat itu Sasuke tidak dapat lagi berfikir jernih.

Sakura telah menjadi istri dan ibu yang baik. Walupun Sasuke tidak pernah mengatakan dia mencintai Sakura namun wanita ini tidak pernah mengeluh, dia tetap mendampingi Sasuke. Wanita inilah yang akan dia sakiti nanti.

Mereka sampai di depan kuil tempat berdoa. Mereka bertiga melempar uang untuk pesembahan dewa, menggoyang lonceng sebelum mengatupkan tangan untuk berdoa.

Jauh dari kuil, ada seorang lagi yang mengatupkan tangan dan berdoa dari dalam kamar tidurnya. Pria pirang itu memanjatkan doa tahun baru bertepatan dengan doa Sasuke. Maka malam itu sekali lagi mereka memanjatkan doa bersama. Doa sama yang mereka panjatkan sejak dulu mereka muda. Doa yang tidak mereka katakan pada satu sama lainnya karena takut tidak terkabulkan.

"Ku mohon biarkan aku bersama Sasuke/Naruto untuk tahun-tahun berikutnya" itu adalah isi doa yang sama yang selalu mereka panjatkan tiap tahunnya.

Sudah tiga hari tahun berganti, saat ini Sasuke sedang menunggu Sakura dikediaman mereka. Hari ini Sarada sedang menginap dirumah orang tua Sakura hingga Sasuke memutuskan sekaranglah ia akan berbicara pada Sakura.

Bunyi pintu terbuka membangunkan Sasuke dari lamunannya. Sasuke melirik jam yang menunjukkan hampir jam 9 malam. Jadwal operasi Sakura memang padat.

"Kau ada di rumah?" Sakura heran mendapati suaminya yang telah berada di rumah. Biasanya Sasuke akan bekerja hingga larut malam, bahkan tidak pulang.

"Kau sudah makan malam?" Sakura mengernyit heran, tumben-tumbennya Sasuke perhatian padanya.

"Ya, tadi aku telah makan" Sakura tersenyum dan duduk di depan Sasuke. Memandang sang suami yang balik memandangnya dengan aneh. Entah kenapa Sakura mendapat perasaan buruk sekarang.

"Sakura, aku ingin bercerai" Sasuke langsung mengatakan maksudnya tanpa embel-embel. Tidak ada kata-kata yang dapat memperhalus yang ingin disampaikannya sekarang.

Tubuh Sakura langsung menegang. Mendengar perkataan Sasuke, dia merasa tersiram air es.

"A..apa?" Sakura berharap bahwa dialah yang salah mendengar.

"Aku ingin kita bercerai" Sasuke menatap Sakura dan mengulangi perkataannya. Tidak ada keraguan dalam pandangan Sasuke.

"Kenapa?" Sakura berkata dingin.

"Jika kau hanya beralasan kau tidak mencintaiku lagi, maka hentikan ocehanmu. Aku tidak mau" Sakura tidak mau bercerai dengan Sasuke. Dia terlalu mencintai suaminya. Walau Sasuke tidak pernah mengatakan bahwa ia mencintai Sakura. Tapi Sakura yakin, di dalam hati Sasuke dia mencintai Sakura. Karena jika tidak, tidak mugkin Sasuke mau menikahinya.

"Maaf Sakura"walaupun Sasuke meminta maaf, namun Sakura tidak melihat tanda-tanda Sasuke akan mengubah fikirannya.

"Apa karena wanita lain? Ka...Karena jika iya, aku tidak masalah Sasuke. Dulu...dulu aku tahu kau memiliki bannyak kekasih. Jika kau ingin bersenang-senang lagi aku tidak masalah Sasuke" Sakura tidak dapat lagi membendung air matanya.

Sakura tahu sejak awal Sasuke suka bergonta-ganti pacar, dan Sakura telah menyiapkan hatinya jika Sasuke akan berselingkuh dalam pernikahan mereka. Ajaib sekali bahwa selama pernikahan mereka belum sekalipun Sasuke menduakannya dengan wanita lain. Namun walau Sakura telah menyiapkan hatinya, rasa sakit itu masih melanda dengan hebat.

"Aku mencintai orang lain Sakura" Sasuke mengatakan itu dengan senyum simpul dibibirnya.

"Tidak...tidak...aku tidak ingin mendengar lagi" Sakura segera beranjak dari hadapan Sasuke dan menuju kamarnya. Sesampainya dia di dalam kamar, Sakura terduduk dan menangis meraung. Kali ini hatinya telah benar-benar terlukai.

Sakura tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Kata-kata Sasuke yang terakhir menohok Sakura lebih hebat dari saat Sasuke berkata ingin mereka berpisah. Selama 12 tahun pernikahan mereka Sasuke tidak pernah mengatakan bahwa ia mencintai Sakura. Namun Sakura selalu meyakinkan hatinya bahwa itu karena sifat Sasuke yang dingin. Bahkan Sakura telah menyerah untuk mendengar kata-kata cinta keluar dari mulut Sasuke. Kini Sakura telah mendengarnya, namun itu tidak ditujukan baginya. Sakit hati Sakura membuatnya mulai membenci seseorang yang bahkan Sakura tidak kenal.

Setelah berbicara berdua dengan Sakura, Sasuke masuk ke ruangan kerjanya. Dia dapat mendengar raung tangis Sakura dari arah kamar mereka. Sasuke tahu, dia telah menyakiti Sakura.

Sasuke mengeluarkan HP dari saku celananya. Mencari sebuah nama yang akan dia hubungi. Untuk beberapa saat Sasuke hanya mendengar nada tunggu.

"Ya, ada apa Sasuke?" terdengar suara berat di seberang telepon.

"Aku butuh bantuanmu" Sasuke menghubungi satu-satunya orang yang dia percaya untuk membantunya sekarang.

"Apa yang kau butuhkan?"

"Aku akan bercerai dengan Sakura" Sasuke mengatakannya dengan yakin.

"...akhirnya kau mengambil keputusan juga Ototo, aku mengerti, aku akan menyiapkan segalanya" Itachi merupan satu-satunya orang yang tahu dengan perasaan Sasuke pada Naruto.

"Dan satu lagi Niisan..." Sasuke menjelaskan apa yang diinginkannya pada sang kakak.

"Wow.. kau benar-benar telah merencanakannya ya Ototo? Entah bagaimana reaksi Naruto saat mengetahuinya." Di seberang sambungan Itachi tersenyum bahagia. Dia ikut menyesal pada istri dan putri Sasuke. Namun Itachi tahu berapa lama Sasuke telah terjerat pada persoalan ini. Dia lega bahwa adiknya ini akan membuat jalannya sendiri. Dia hanya berharap Sasuke akan meraih kebahagiaannya.

Sasuke menggengam USB perak di tangannya, ada semacam rasa nyaman saat Sasuke memegang benda ini. Sasuke melihat keluar jendela kantornya, matahari sudah mulai tenggelam di ufuk barat. Sebentar lagi dia akan menyerahkan benda ini pada Naruto. Dia tidak tahu bagaimana reaksi Naruto nanti, tapi Sasuke tahu dia tidak akan menyerah lagi saat ini. Dia tidak akan menjadi pengecut kembali.

Sudah beberapa hari terlewati semenjak Sasuke menyatakan niatnya untuk bercerai dengan Sakura. Namun istri Sasuke itu masih belum menerima keputusannya, untuk itu Sasuke akan menunggu hingga Sakura mengampuninya atas semua dosa yang telah dia lakukan pada perempuan itu.

Sasuke kembali melihat Hp yang ada dia tas meja kerjanya. Dia sedang ragu. Dia tahu mereka akan bertemu nanti malam saat bulan mati. Namun entah mengapa Sasuke ingin mendengar suara orang itu. Sasuke segera menyambar HPnya dan menghubungi nomor yang dia hafal diluar kepala. Juga nomor yang tidak pernah dia hubungi bertahun-tahun ini.

Naruto sedang berada di kantin kantornya, mengambil istirahat sejenak sebelum dia melanjutkan pekerjaannya. Bersama Naruto terdapat beberapa karyawan-karyawannya yang tengah beristirahat juga. Tidak ada yang berani duduk disebelah Naruto, selain karena ia adalah CEO perusahaannya namun juga karena hawa 'jangan dekati aku' yang menguar dari dirinya.

Dengan secangkir kopi di tangan, Naruto sedang memikirkan pertemuan dirinya dan Sasuke nanti malam. Terakhir kali mereka bersama Sasuke bertanya apa tidak ada jalan? Naruto sendiri tidak tahu. Dia merasa jalan bagi meraka telah tertutup sejak mereka memilih jalan masing-masing.

Saat ini mereka tidak lagi sendiri, meraka telah memiliki keluarga yang tidak ingin mereka sakiti. Namun jika Sasuke bertanya apakah Naruto dapat meninggalkannya segalanya saat Sasuke meminta, Naruto takut untuk menanyakannya pada hatinya. Takut jika jawabannya adalah 'iya'.

Naruto sedang menghirup kopi saat HPnya bergetar di atas meja.

"Brussshhh...uhuk..uhuk..." Naruto menyemburkan kopi yang diminumnya saat dia melihat nama sang penelpon. Tumpahan kopi yang mengenai kemeja dan jasnya tidak dihiraukan Naruto. Tangannya berusaha mengangkat telepon yang beberapa kali hampir terjatuh karena tangan Naruto gemetar. Sudah bertahun-tahun Sasuke tidak pernah menghubunginya.

"..."

"..."

Hening. Tidak ada yang memulai percakapan.

"Nar/Sas" sekarang meraka kompakan.

"Ada apa?"Naruto bertanya dengan gugup. Dia beranggapan jika Sasuke akan mengatakan bahwa dia tidak bisa datang malam ini.

"Nanti malam bulan mati" Sasuke merasa bodoh dengan yang dia katakan.

"Em.. lalu?" jangan bilang kalau Sasuke mau mereka menghentikan pertemuan mereka selama ini. Hanya membayangkannya hati Naruto terasa sakit.

"Kau akan datang kan?" serius sepertinya Sasuke telah kehilangan kemampuan berkomunikasinya.

"Iya" Jantung Naruto berdetak hebat, tidak pernah meraka janjian seperti ini. Naruto merasa seperti remaja yang sedang merencanakan kencan pertama mereka.

"emm.. kalau begitu, sampai jumpa disana" ok, Sasuke merasa dia seperti anak ingusan sekarang.

"em.. sampai jumpa nanti" semburat merah mulai merambati pipi Naruto.

"satu lagi Naruto...aku...aku...aku merindukanmu" Tuuuttt...tuuuttt...tuttttt. Sasuke langsung menutup teleponnya. Mukanya benar-benar merah sekarang.

Naruto mematung dengan HP yang masih menempel ditelinganya. Muka Naruto telah menyaingi kepiting rebus. Dia merasa dia pasti bermimpi. Apa-apaan yang Sasuke katakan tadi? Dengan tangan yang menutup mulutnya Naruto bergegas kembali ke ruangan kantornya. Muka Naruto benar-benar panas sekarang.

Beberapa orang yang melihat tingkah Naruto hanya dapat menganga karena syok. Tidak pernah mereka melihat sang CEO bertingkah seperti itu. Bahkan ada yang merasa Naruto telah dicuci otak oleh alien.

Naruto sekarang telah berada di tempat meraka biasa bertemu. Hotel ini adalah milik Sasuke. Naruto bergerak dengan gelisah, sebenarnya matahari belumlah tenggelam seluruhnya, namun perkataan Sasuke tadi membuat Naruto ingin segera bertemu pria itu. Tersungging senyum saat Naruto mengingat kata-kata Sasuke tadi. Dia berniat menghubungi perusahaan telepon untuk meminta rekaman percakapan mereka. Naruto tahu itu tindakan konyol, namun akan tetap dilakukannya.

Sasuke terburu-buru memasuki mobilnya, ini telah jam 8 malam. Rapat yang harus dihadirinya tadi lebih lama dari yang diperkirakan Sasuke.

Sasuke mulai memacu mobilnya untuk segera ketempat mereka akan berjumpa. Saat ini belumlah terlalu malam, namun Sasuke ingin segera tiba. Dia ingin segera menunjukkan sesuatu pada Naruto. Dirabanya USB perak yang kini ada digengamannya.

Sasuke melihat salju yang masih menumpuk di pinggir jalan dan menutupi seluruh permukaan dengan warna putih yang dimata Sasuke terlihat begitu indah malam ini.

Jantung Sasuke berdetak kencang, tangannya dingin dan dahinya telah berkeringat disuhu minus sekarang. Bukan karena Sasuke gerah, namun karena Sasuke sedang gugup. Sasuke sekarang faham bagaimana perasaan seseorang yang akan menyatakan cinta. Rasanya sungguh campur aduk. Walau telat lebih dari 20 tahun akhirnya Sasuke mengalami perasaan itu. Sasuke hanya bisa tersenyum saat memikirkannya.

Sasuke sedang memikirkan ekpresi apa yang akan Naruto berikan saat tiba-tiba sebuah pickup yang hilang kendali karena jalan licin menghantam mobik Sasuke dari samping. Mobil Sasuke keluar dari jalan terguling beberapa kali, dan berhenti karena tiang listrik dalam posisi terbalik.

Sasuke melihat salju yang masuk dari jendela mobilnya yang pecah. Seiring dengan kesadarannya yang menghilang, ada pikiran yang terbersit di hatinya

'Dobe, sepertinya aku akan terlambat'

Bunyi sirine meraung mendekati rumah sakit Konoha. Dokter UGD menyambut ambulans yang mendekat.

"Terjadi tabrakan beruntun di persimpangan Noriyama. Akan ada banyak korban lagi yang akan datang. Pasien saat ini pria usia 30 tahunan, telah kehilangan kesadaran. Korban mengalami benturan di kepala dan sepertinya korban juga mengalami rusuk limpa pecah" Petugas ambulans menjelaskan pada dokter UGD yang langsung mengambil alih.

"PANGGIL SEMUA DOKTER UDG, KITA MENDAPAT KECELAKAAN BERUNTUN. MINTA BANTUAN PADA BAGIAN BEDAH AKAN BANYAK KORBAN YANG DATANG" Sang dokter kepala UGD kabuto memerintahkan bawahannya untuk bersiap-siap.

Ditatapnya pasien berambut hitam dengan keprihatinan.

"SIAPKAN RONTGEN, PERIKSA LUKA DALAM YANG DIA ALAMI" ini akan menjadi malam yang panjang bagi mereka semua.

Sakura berjalan tergesa-gesa untuk mencapai sayap barat rumah sakit yang berfungsi sebagai UGD. Beberapa rekan Sakura dan juga dirinya diminta untuk membantu. mereka berjalan dengan tergesa-gesa.

Saat memasuki UGD, keadaan sangat kacau. Sepertinya kecelakaan beruntun kali ini membawa korban yang cukup banyak. Keadaan jalan yang membeku memang semakin meningkatkan resiko kecelakaan.

Sasuke mendapat kesadarannya lagi saat mendengar suara-suara teriakan di sekelilingnya. Tubuhnya terasa sakit luar biasa. Dia tahu dia tidak baik-baik saja. Sasuke mengedarkan pandangannya saat sadar USB itu masih tergengam di tangannya. Saat tiba-tiba Sasuke melihat rambut merah muda yang dikenalnya.

Sakura berjalan menuju Kabuto saat tiba-tiba lengannya di tarik. Sakura menoleh hanya untuk mendapati Sasuke terbaring dengan bersimbah darah. Teriakan Sakura menghentikan sejenak aktifitas di ruang itu.

"SASUKE! SASUKE!" Saat ini kerasionalan Sakura sirna saat melihat suaminya terbujur lemah dengan baju berlumuran darah.

"Hentikan Sakura" Ino mencengkram bahu Sakura yang hampir lepas kendali, Sakura mulai menangis dan tidak mau melepas Sasuke. Ino terkejut melihat suami sahabatnya ini menjadi salah satu korban kecelakaan.

Sakura membeku saat dilihatnya Sasuke menggerakkan lengannya. Dia memegang lengan Sakura dan menariknya mendekat.

"To...tolong.. be...berikan ...ini.. padanya." Dengan kesadaran terakhirnya Sasuke menyelipkan benda kecil dingin di tangan Sakura.

Naruto menunggu Sasuke dengan gelisah, di liriknya berulang kali jam yang telah merambat naik ke anggka 10. Naruto menegak kembali anggur yang dia buka dari koleksi pribadi Sasuke, sekedar untuk membuatnya tenang.

Naruto tahu ada hal yang ingin Sasuke sampaikan padanya. Naruto berjalan kesana kemari di ruang tamu Sasuke. Beberapa kali menengok kaca untuk mengecek penampilannya.

Naruto kembali menunggu, hingga jarum-jarum jam naik ke puncak dan turun kembali. Saat semburat merah mewarnai langit malam, Naruto tahu Sasuke tidak akan datang.

Naruto turun hingga ke lobi dengan perasaan kecewa dan gelisah yang semakin menggila, Naruto merasa ada sesuatu yang salah yang telah terjadi. Naruto menghidupkan HP miliknya yang telah ia matikan semenjak dia berangkat ke tempat ini. Terdapat 64 misscall dan 11 pesan suara yang tertera saat ia melihat layar HPnya. Dengan heran Naruto langsung mendengarkan pesan pertama dari Hinata.

"Naruto kau dimana? Aku melihat berita, Sasuke kecelakaan. Dia ada di rumah sakit Konoha. Aku akan segera kesana. Cepat kesana begitu kau mendengar pesan ini"

Tubuh Naruto bereaksi bahkan sebelum otak mencerna informasi yang diterimanya. Naruto berlari dengan sekuat yang dia bisa. Tujuannya hanya satu yaitu Sasuke.

Rumah sakit Konoha berjarak 8 block dari tempat Naruto berada. Instingnya memilih jalan paling cepat untuk sampai ke sana yaitu berlari. Dengan kepadatan lalulintas sekarang Naruto memilih keputusan yang paling tepat.

Naruto terus berlari menerobos aliran orang-orang yang mengumpatnya karena tertabrak. Namun Naruto tidak perduli, dia hanya berlari bahkan saat paru-parunya terasa terbakar dia tidak memperlambat larinya.

Naruto memasuki lobi rumah sakit dengan masih berlari menuju resepsionis.

"Sasuke...sasuke"tubuh Naruto bergetar, bahkan suaranya tidak dapat mengeluarkan kata lain selain nama Sasuke. Membuat resepsionis yang menyambutnya bingung.

"Maaf tuan saya tidak mengerti" Sang resepsionis hampir menegur Naruto yang telah berlari di area rumah sakit. Namun saat dilihatnya ekspresi naruto dan suaranya yang bergetar dia tidak tega.

"SASUKE!"Naruto menjeritkan nama Sasuke hingga bergaung hampir di seluruh lorong rumah sakit. Mencoba memberi tahu sang resepsionis akan apa yang dia inginkan.

"Uchiha Sasuke? Beliau sedang di operasi di ruang operasi no 2" Naruto melesatkan tubuhnya. Melewati lorong-lorong yang sudah dikenalnya dulu.

Saat pintu yang di tuju Naruto terlihat dia menghentikan langkahnya seketika. Dilihatnya Sakura yang tengah meraung menangis memeluk Sarada. Hinata memandang kedatangan Naruto dengan air mata yang mengalir. Dan Naruto mengalihkan pandangannya pada Itachi yang tengah meringkuk dengan badan bergetar.

"Naruto...Sasuke..." Hinata menghampiri Naruto dan memegang lengannya.

Naruto menghempaskan tangan Hinata dengan kasar. Tidak pernah Naruto melakukan ini padanya.

Naruto melangkah kebelakang dan dengan perlahan membalikkan tubuhnya. Dia berjalan menjauhi tempat yang begitu ia ingin datangi tadi. Saat melihat mereka Naruto tahu. Tapi hatinya tidak ingin mendengarnya.

Pagi itu, bertepatan dengn teriakan Naruto yang bergaung di lorong-lorong rumah sakit, Uchiha Sasuke telah menghembuskan nafas terakhirnya. Sampai akhir, dia telah menunggu untuk mendengar suara dari orang yang paling dicintainya.

Pemakaman Sasuke berjalan dengan haru, banyak dari rekan-rekan dan koleganya datang silih berganti untuk memberikan ucapan selamat tinggal dan bela sungkawa pada keluarga yang ditinggalkan. Namun dalam upacara itu ada satu orang yang tidak datang. Sang sahabat terdekat dari mendiang tidak datang untuk melepasnya.

Hampir sebulan sejak kematian Sasuke. Tidak ada yang berubah dalam keseharian Naruto. dia tetap bekerja setiap hari bahkan lebih rajin dari biasanya. Namun Hinata tahu ada yang salah dengan sang suami. Tatapan mata Naruto terihat kosong dan senyum Naruto menghilang sejak hari meninggalnya Sasuke. Hinata menduga sang suami masih belum menerima kematian dari sang sahabat.

Hinata juga mengkhawatirkan kesehatan Naruto. Hampir sebulan ini Naruto jarang tertidur, bahkan saat tertidurpun Naruto akan terbangun dengan nafas terangah dan air mata di sudut matanya. Berat tubuh Naruto juga telah menurun drastic, naruto mirip mayat hidup sekarang. Hinata telah mencoba berbicara pada Naruto. Namun sepertinya suaranya tidak dapat mencapai Naruto.

sekarang disinilah Hinata, memandang sang suami yang telah terbaring di ranjang rumah sakit setelah pingsan di kantornya.

"Hinata pulanglah, sudah dua hari kau menunggu Naruto tanpa istirahat. Pulanglah Baruto dan Himawari harus ditenangkan. Aku akan menjaga naruto untukmu" Sakura menyentuh pundak Hinata dan menyuruhnya pulang.

"Aku tidak bisa Sakura" Hinata enggan meninggalkan Naruto.

"Aku memaksa Hinata. Pulanglah" akhirnya Hinata pulang setelah didesak Sakura.

Naruto memandang langit malam yang tidak dihiasi sang bulan. Dia tahu hari ini adalah bulan tidak akan muncul di langit. Naruto mencabut selang infuse yang ditancapkan di tangan kirinya. Naruto turun dari ranjang rumah sakitnya. Diganti pakaiannya dengan baju yang Hinata bawa untuk baju ganti saat ia keluar nanti. Hinata sedang berada di rumah mereka sekarang.

Dengan gerakan yang seperti telah tertanam dalam tubuhnya, Naruto berjalan keluar rumah sakit. Dia harus pergi ke tempat itu, sekarang bulan mati.

Langkah naruto berhenti saat ada sosok yang menghalangi jalannya. Naruto menatap orang yang menghalangi jalannya.

"Minggir Sakura" Naruto menyuruh Sakura untuk tidak mengahalangi jalannya. Dia harus ketempat itu sekarang.

"BUAGGH" tanpa diduga Sakura meninju wajah Naruto hingga naruto terpelanting ke belakang. Bahkan dengan tinju itu naruto tidak bereaksi.

"itu untuk 12 tahun yang kujalani seperti orang bodoh" ada rasa sakit di suara Sakura. Sakura melempar benda metalik kecil ke depan Naruto.

"Sekarang aku tidak punya hutang lagi pada kalian" Sakura meninggalkan Naruto yang masih terduduk.

Naruto mengambil benda itu ada inisial U.S, benda yang Naruto tahu sebagai USB. Dipegangnya benda itu dan Naruto kembali berjalan. Ada janji yang harus Naruto tepati.

Naruto memasuki kamar itu. Tidak ada yang berubah pada tempat ini. Seolah ruangan ini tidak terpengaruh dengan kondisi diluar.

Sesampainya di kamar tidur, Naruto duduk dilantai dan bersandar di tepi tempat tidur. Lama dia dalam posisi itu.

Saat ini Naruto sedang menunggu, dia menunggu satu-satunya orang yang dapat masuk ketempat itu selain Naruto. Dia terus menunggu.

Malam bergulir dan Naruto masih dalam posisinya tanpa bergerak. Satu-satunya yang membedakan Naruto dengan patung adalah gerakan halus saat dia bernafas. Rasa dingin tiba-tiba menerpa tangan Naruto, saat ditatapnya ada benda yang diberikan Sakura padanya. Dengan setengah hati naruto menghampiri layar TV yang ada didalam kamar. Ada tempat untuk menempatkan USB disana. Naruto menancapkannya dan menyalakan layar.

Layar menyala dan tiba-tiba sosok yang ditunggunya semalam ini muncul, membuat Naruto mematung menatapnya.

"Ok, aku tidak tahu harus memulai dari mana. Sebelum kau berkata apapun, paling tidak kau harus melihat video ini hingga selesai ok? Dan kau dilarang tertawa" terlihat Sasuke tersenyum seperti yang biasa dia berikan pada Naruto. dan seperti tersihir Naruto hanya dapat mengangguk mengiyakan.

Vidio kembali berputar, menampilkan sosok Sasuke yang lebih muda. Keadaan Sasuke sekarang sedang lumayan kacau. Rambut Sasuke berantakan dan dari baju yang Sasuke kanakan dia tahu video ini diambil saat pagi hari pernikahan Naruto. pagi setelah mereka menghabiskan malam bersama untuk pertama kali.

"Kumohon Dobe jangan lakukan, jangan menikahi Hinata idiot!. Sebenarnya apa yang ada diotakmu? Jangan lakukan sesuatu yang tidak bisa kuperbaiki Naruto. Kumohon" Mata Sasuke merah divideo ini. Menandakan sebelumnya dia telah menangis.

Sebenarnya pagi itu, naruto telah memutuskan untuk membatalkan pernikahannya. Dia pergi ke gereja dengan niat mengatakan keputusannya pada Hinata dan bertanggung jawab pada seluruh keluarganya dan keluarga Hinata. Namun sebelum dia sempat mengatakan maksudnya pada Hinata. Hinata memeluknya dan berkata dia telah mengandung dengan wajah yang bahagia. Membuat Naruto mengubah seluruh keputusannya dalam sekejap.

Vidio berubah kembali, menampilkan Sasuke dengan tuksedo yang dikenakannya. Itu adalah penampilan Sasuke saat pernikahannya dengan Sakura.

"Kau telah melewatkan kesempatanmu naruto. apa kau juga akan membiarkanku melakukan kesalahan yang sama? Bagaimana mungkin kita berakhir seperti ini naruto. dimana persimpangan saat kita berselisih jalan? Apa semua tidak bisa di ulang kembali?" tatapan putus asa terlihat pada mata kelam Sasuke. Itu juga yang Naruto pertanyakan pada dirinya. Apa semua tidak bisa diulang lagi? Dan waktu yang selalu berjalan maju, dengan lantang berkata tidak.

Gambar Sasuke semakin silih berganti, sepertinya ini adalah kumpulan video Sasuke setelah melam yang mereka habiskan bersama. Tanpa terasa ucapan dan gambar Sasuke membuat air mata Naruto mengenang dan menetes tanpa ia sadari. Ini adalah air mata pertama yang ia keluarkan setelah kepergian Sasuke.

Saat ini naruto menatap gambar Sasuke seperti yang terakhir dia ingat. Itu adalah video yang dibuat setelah malam terakhir yang mereka lewati bersama.

"Aku menyerah Naruto, aku kalah. Aku tidak bisa menanggungnya lagi. Maafkan aku. Jadi apa yang kau inginkan? Bukankah itu perjanjiannya? Jadi katakan padaku apa yang kau inginkan?" ada air mata yang menghiasi mata Sasuke.

Air mata Naruto mengalir semakin deras. Itu adalah permainan yang telah mereka lakukan sejak kecil. Saat mereka bertengkar orang pertama yang meminta maaf maka dia kalah. Dan pemenang dapat meminta apapun pada pihak yang kalah. Inilah yang menyebabkan Naruto dan Sasuke menjadi keras kepala. Terakhir mereka bertengakar hingga kini belum ada yang mengajukan permintaan maaf.

Sekarang Naruto telah menang, namun sepertinya keinginannya tidak akan pernah terwujud.

"Ok, kau bisa menertawakanku sekarang. Memang agak konyol seorang Uchiha Sasuke melakukan hal konyol seperti merekam video yang tidak pernah berani dia kirimkan. Aku benar-benar pengecutkan?. Tapi aku telah membuat keputusan naruto. aku akan mengejarmu. Aku tidak perduli jika nanti kau marah dan menolakku. Aku akan tetap menempel padamu seperti lintah, jadi kau harus siap-siap" naruto tersenyum mendengar rencana Sasuke.

"aku tahu kau khawatir untuk menyakiti mereka semua, tapi aku berjanji padamu, walau aku harus menundukkan kepalaku seumur hidup memohon maaf dari keluargamu karena merebutmu dari mereka akan aku lakukan. Kau pernah berkata bahwa tidak ada jalan lagi bagi kita kan? Kalau memang tidak ada jalan lagi bagi kita Naruto. akulah yang akan membuat jalan yang baru. Jadi bersiaplah Namikaze Naruto, karena aku akan menjadikanmu milikku. Dan Satu lagi, seumur hidupku aku tidak pernah mengatakan ini. Tapi aku akan mengatakannya kini, jadi dengarkan baik-baik Aku tidak akan mengulanginya lagi."

" Aku Uchiha Sasuke mencintaimu Namikasi Naruto, selalu"

Vidio berakhir dan layar telah kembali menghitam. Naruto menangis meraung memenuhi ruangan itu dengan tangisan pilu. Akhirnya airmata yang tertahan selama ini telah tertumpah.

"KAU BRERENSEK SASUKE! KENAPA KAU HARUS MATI? BUKANKAH KAU TELAH BERNIAT MEREBUT SUAMI ORANG, TAPI KENAPA KAU MATI BERENSEK! KENAPA KAU MATI?"

"KAU SIALAN UCHIHA! HUUWAAAAA..." umpatan Naruto bergaung keseantero ruangan. Akhirnya rasa sakit itu menerpa Naruto.

Pagi datang dan matahari telah meninggi. Naruto berjalan memasuki kediamannya dengan pipi bengkak karena tinju Sakura dan mata sembab karena terlalu banyak menangis. Naruto benar-benar terlihat berantakan. Dia disambut Hinata yang menghambur padanya dengan tatapan cemas.

"Kau kemana saja Naruto? Rumah sakit mengatakan kau menghilang" Hinata mengetatkan pelukannya pada naruto.

"Hinata aku ingin bercerai" tidak ada ragu dalam suara Naruto.

Tubuh Hinata menegang dan mulai bergetar kerena menangis.

"Akhirnya kau mengatakannya" Dalam tangisnya Hinata entah mengapa merasa lega. Sejak dulu mungkin ia telah tahu hari ini akan tiba.

1 Tahun kemudian

"Hinata di sini!" Sakura melambaikan tangan untuk memanggil Hinata. Mereka sedang ada di sebuah kafe sekarang.

"Maaf, apa kau menunggu lama?" Hinata mengatupkan tangan memohon maaf.

"Tenang saja aku juga baru sampai" Sakura memanggil pelayan utuk mencatat pesanan mereka.

"Jadi sudah setahun ya? dan kau benar-benar jadi bercerai." Sasukra mendengus dan tersenyum pada Hinata.

"Iya, tapi aku lega karenanya" Hinata menjawab senyum dibibirnya.

"kenapa?" Sakura heran mendengar penuturan Hinata.

"Entahlah, mungkin dari awal aku telah tahu Naruto tidak pernah menjadi milikku. Dan sebagian dari diriku merasa bersalah padanya" Sakura mengangkat sebelah alisnya menyuruh Hinata menjelaskan maksudnya.

"kau ingat saat pernikahanku tiba-tiba Naruto menemuiku di ruang ganti, walau dia dilarang dia memaksa masuk." Sakura mengangguk dia ingat saat itu.

"Saat aku menatap matanya, aku tahu naruto datang untuk membatalkan pernikahan kami. Aku langsung memberitahunya tentang kehamilanku. Aku tidak ingin kehilangan naruto saat itu. Aku menganggap lambat laun dia akan menjadi milikku. Naruto memang memilihku Sakura, Namun dia tidak pernah menjadi milikku."

"Aku tahu naruto memiliki orang yang ia cintai. Dia akan menemui orang itu sebulan sekali. Awalnya aku tidak sadar, namun setelah bertahun-tahun kebiasaan itu mulai terlihat. Hanya sekali dalam sebulan Naruto akan sulit dihubungi. Dan aku dengan kejamnya akan meninggalkan pesan untuk mengingatkannya bahwa kami menunggunya di rumah. Setiap itu terjadi luka Naruto semakin terlihat Sakura, hingga aku tidak dapat mengingat kembali senyum Naruto yang sangat kusukai dulu." Hinata menerawang mengingat masa lalunya, membuat mata hinata berkaca-kaca.

"Mungkin kau benar, dulu aku kaget saat tiba-tiba Sasuke mengusulkan kami menikah. Kalau dipikir lagi, itu adalah sehari setelah pernikahanmu. Dia pasti terluka di balik wajah dinginnya itu. Kau ingat kau pernah bertanya kenapa aku bisa jantuh cinta pada Sasuke?" Hinata mengangguk

"Aku jatuh cinta pada Sasuke saat aku melihatnya tertawa setelah Sasuke dan naruto bertengkar dan berbaikan. Tidak pernah aku melihat ekspresi seperti itu pada wajah Sasuke. Tawa Sasuke begitu memikat saat itu, dan tatapannya pada Naruto aku bahkan tidak bisa menjabarkannya. Mungkin saat itu juga harusnya aku tahu jika Sasuke mencintai Naruto" Sakura hanya mengulum senyum.

"Saat aku mendengar Sasuke mencintai orang lain, aku marah. Aku merasa akulah yang paling berhak atas cinta Sasuke. Waktu itu aku merasa akulah yang paling lama mendampingi Sasuke. Hingga aku melihat video yang dibuat Sasuke untuk Naruto. awalnya aku akan membuangnya setelah tahu siapa yang dicintai Sasuke. Namun aku tidak dapat melakukannya. Aku merasa iba pada Sasuke. Memendam cinta sebesar itu untuk waktu yang lama, pasti terasa sangat menyakitkan."

Meraka mendesah bersama, memikirkan tentang hidup mereka masing-masing.

"Kurasa kita sial sekali, ita jatuh cinta pada dua orang bodoh" Hinata tersenyum saat mengatakannya.

"kurasa kau benar, berensek lagi"

"hahaha kau benar" mereka menertawakan nasib mereka.

"Bagaimana kabarmu Teme?" Naruto menatap pusara hitam didepannya.

"aku baru saja kembali dari berkeliling Asia Tenggara, maaf telah berbulan-bulan aku tidak mengunjungimu"

"Oya kau tahu aku kaget sekali saat Itachi nii mengatakan kau telah memberikan hotel Uchiha padaku. Kau gila ya? aku kan Cuma meminta lantai teratas, kenapa malah kau berikan semua?" Naruto baru mengetahui bahwa hotel tempat dia biasa berjumpa dengan Sasuke telah berganti nama menjadi milikknya. Dulu waktu masih Hotel itu dalam tahap pembangunan dan mereka masih remaja, dia dan Sasuke memang pernah menyelinap di sana hingga lantai teratas dan dengan iseng naruto berkata dia menginginkan lantai teratas ini menjadi miliknya. Dan Sasuke mengatakan jika dia kan memberikannya pada naruto jika sebagai gantinya Naruto mau menjadi miliknya. Naruto kira dia hanya bercanda, namun sepertinya tidak. Kini naruto tinggal di tempat itu dan menyebutnya rumah, rumahnya dan Sasuke

"Kau tahu sekarang ini Sakura sedang dikejar-kejar oleh seorang pasien bernama Sasori loh, sepertinya dia jahtuh cinta pada Sakura pada pandangan pertama. Dan Hinata sekarang telah memiliki kekasih, kau ingat Kiba? Teman kita kuliah dulu, aku tidak tahu Kiba telah menyukai hinata sejak masa kuliah. Aku harap meraka berdua bahagia." Naruto duduk bersumpuh dan bersandar pada nisan Sasuke. Dia tidak memperdulikan dingan yang menerpa dikarenakan musim dingin.

"Sasuke kau tidak tidur kan? Aku ingin bercerita sekarang. Kau ingat tempat-tempat yang ingin kita kunjungi di Asia tenggara waktu lulus kuliah tapi tidak jadi kita lakukan? Aku telah kesemua tempat itu. Dengang dimulai dari Indonesia disana..." Naruto terus bercerita tentang perjalanannya. Merasa bahwa Sasuke dapat mendengat apa yang diceritakan.

"...dan begitulah hingga aku butuh 3 bulan untuk mengunjungi semuanya." Naruto berdiri setelah menyesesaikan ceritanya.

"Sasuke aku menemukan sesuatu yang aneh di rumah, kenapa kau tidak bilang-bilang kau telah merakam semua adegan bercinta kita selama ini?" Naruto menyipitkan matanya dengan tatapan menuduh. Diantara derak angin Naruto seperti mendengar tawa yang dia rindukan.

"kau benar-benar berensek, ya sudah aku mau pulang dulu, aku mau mulai menonton hasil sutinganmu hehehe"

"Aku mencintaimu Sasuke, Selalu" dan dalam angin yang mengiringi terdapat jawaban sama yang tak terdengar telinga manusia.

"Aku juga mencintaimu Naruto, Selalu"

TAMAT

Gomennn! Maaf buat ending yang kayak gini.

Cerita ini juga Nisaa publist di Wattpat dengan judul readers ada yang punya wattpad silahkan mampir kea kun Nisaa, di sana cerita-cerita nisaa lebih lengkap, coz baru hari ini Nisaa publist di fanfiction, dulunya cuman SR hehehe. Nisaa tunggu komen-komennya ya! soalnya Nisaa punya hobi baru aneh yaitu baca komen-komen kalian hehehe.. sekalian siapa tahu ada yang mau ngoreksi cerita Nisaa ^^