Summary : Aku tidak mau siapapun memiliki hatimu, mencium bibirmu, bersandar dipelukanmu dan menjadi yang kamu cinta. Aku tidak mau siapapun mengambil semangatku.

.

.

.

ANOTHER ROMEO & JULIET STORY

Pair : KrisTao | Main Cast : - Huang Zitao - Wu Yifan – Luhan - And Others

Warning : Genderswitch – Official Couple – Typo's – Gaje – Membosankan

Length : Twoshoot

Rate : T

Para cast milik Tuhan, orang tua masing-masing, agensi masing-masing dan cerita ini murni milik saya.

.

.

.

"Aku ada janji dengan Luhan malam ini."

"Tapi kau tidak lama kan?"

"Aku belum tau, kau tidak apa-apa kan?" bagaimanapun pemuda itu khawatir pada adik perempuannya jika di tinggal sendirian.

"Asalkan kau tidak lama saja. Kau tau kan aku benci ditinggal sendirian malam-malam."

Gadis itu paling benci ditinggal sendiri, apalagi di rumah sebesar ini. Saat ini mereka hanya tinggal berdua saja mengingat kedua orang tua mereka sedang dalam perjalanan bisnis dan para maid hanya bekerja pada siang hari saja.

"Iya aku janji tidak akan lama." pemuda itu mengacak pelan dan mencium sekilas surai bergelombang indah milik gadis itu lalu pergi.

Dengan posisi tidur menyamping dan membelakangi pemuda itu tidak mengetahui air mata terus mengalir dipipi mulus gadis manis itu.

Mendengar bunyi pintu terbuka lalu tertutup kembali ia berbalik melihat pintu kamarnya.

Air mata kembali mengalir, dia menangis lagi mengingat takdir dan jalan hidup yang dijalani.

Huang Zitao, gadis bermata panda yang semakin hari garis hitam dibawah matanya semakin terlihat jelas itu bahkan tidak pernah tau bagaimana rupa kedua orang tuanya. Saat Zitao berumur 3 bulan dia dititipkan dipanti asuhan. Beruntung baginya saat berumur 7 tahun dia dipertemukan dengan keluarga Wu. Dia diangkat menjadi putri mereka dan salah satu bagian penting dari keluarga Wu.

Akhir-akhir ini Zitao banyak menangis karna pemuda yang merupakan kakak tirinya.

Ya, kakak tiri. Orang nomor satu dihatinya.

Wu Yifan.

Pemuda tampan yang berhasil menarik Zitao kedalam dunianya. Awalnya Zitao senang bisa dipertemukan dengan keluarga yang hangat dan menyayanginya. Sampai-sampai Zitao merasa dia adalah gadis paling beruntung di dunia.

Sampai Zitao beranjak dewasa dan mengenal yang namanya cinta dan sayangnya dia menganggap lain maksud perhatian dari Yifan.

Dan untuk pertama kalinya aku menyesali takdir.

.

.

.

Jam dinding menunjukkan pukul 11 malam. Yifan belum pulang. Zitao mulai khawatir, ia begitu gelisah dan ketakutan sekarang.

Drtdrt...

Ponsel pintarnya bergetar menandakan pesan masuk.

"Zi, tiba-tiba Luhan demam. Dia sendirian dirumah. Orang tuanya sedang diluar kota. Aku harus merawatnya. Tidak apa-apa kan?"

Bahkan aku juga sakit. Kau menyakitiku.

Tak lama berselang ponsel itu kembali menerima pesan.

"Zi, jangan tunggu aku, kau harus tidur. Aku minta maaf. Aku menyayangimu."

Aku lebih menyayangimu asal kau tau.

Sudah sebaiknya dia tidak mengganggu Yifan mengingat dia dan Yifan hanya sebatas saudara.

Zitao tidak berniat membalas pesan Yifan. Dia memutuskan untuk memejamkan mata meski tidak sampai mengantarkannya ke alam mimpi.

Aku merindukanmu hingga rasanya begitu sakit. Begitu sesak hingga rasanya aku tidak bisa bernafas. Aku ingin perhatianmu untukku yang sama dengan yang kau berikan kepadanya.

.

.

.

Zitao melihat jam di layar ponselnya menunjukkan pukul 7 pagi. Dan sampai saat itu Yifan tidak menampakkan dirinya.

Zitao menarik nafas dalam dan menenggelamkan seluruh tubuh kedalam bathtub. Mungkin dengan cara ini bisa mengurangi sedikit rasa sakit dikepalanya.

Sudah hampir sejam lebih Zitao belum menunjukkan tanda-tanda keluar dari kamar mandi hingga pintu kamar mandi terbuka dan menampakkan sosok yang ditunggu-tunggu.

Zitao melihat sekilas kearah pintu disebelah kanannya lalu kembali menatap kosong kedepan. Yifan berjalan pelan kearah Zitao dan duduk dilantai kamar mandi tepat disebelah kanan Zitao.

"Sudah berapa lama kau berendam Zi? Kau sangat pucat." pemuda itu menyentuh lembut rambut basah Zitao.

"Kau marah?" Yifan mengusap pipi kanan Zitao berulang-ulang dengan ibu jarinya saat gadis itu hanya diam saja. Zitao memejamkan matanya menikmati hangatnya tangan Yifan.

"Aku tidak bisa tidur semalam." bukannya membalas pertanyaan Yifan, Zitao malah mengeluarkan isi hatinya. Ia kesal.

"Maaf, itu salahku. Tapi aku tidak tega meninggalkan Luhan sendirian. Maafkan aku."

"Sudahlah. Kau tidak perlu merasa bersalah. Bisakah kau keluar? Aku sudah selesai berendam." Yifan tersenyum simpul dan berdiri.

"Cepat pakai baju dan turun kebawah. Aku akan membuat sarapan." setelah itu Yifan keluar.

.

.

.

Zitao menatap punggung Yifan yang sedang membuat susu coklat kesukaannya. Zitao mendekat kearah Yifan dan memeluknya dari belakang. Matanya kembali panas dan berkaca-kaca.

"Hei? Kau kenapa hmm?" Yifan memegang tangan Zitao yang melingkar dipinggangnya.

Yifan hafal betul sifat adiknya itu. Zitao cenderung mengeluarkan sifat manis dan manja hanya pada Yifan, kedua orang tua mereka dan beberapa sahabat terdekatnya. Dan Zitao selalu menunjukkan wajah datar dan terkesan menyeramkan kepada orang asing terutama orang yang tidak disukainya.

"Semalam aku tidak dapat memelukmu jadi aku peluk sekarang."

Yifan terkekeh pelan mendengar alasan Zitao yang cukup masuk akal. Mereka memang sering berpelukan. Hanya sebatas antara saudara bukan?

"Baiklah kau boleh memelukku kapan saja. Tapi kau harus makan dulu. Aku tau kau belum makan sejak semalam."

Terpaksa Zitao melepas pelukannya dan berjalan ke arah meja makan.

"Oh ya, sudah tiga hari kita tidak melakukan video call dengan mama. Bagaimana sehabis sarapan kita menghubungi mama?"

Mendengar ide Yifan, Zitao langsung mengembangkan senyumnya dan mengangguk setuju.

.

.

.

Yifan dan Zitao bersandar di sofa panjang dengan kepala Zitao ditempatkan nyaman dibahu kanan Yifan.

Sudah mendapat posisi yang nyaman dan baru saja Yifan mengambil ponsel pintarnya disaku celana dan siap menyambung pada sambungan mama Wu, tiba-tiba ponselnya berbunyi.

Yifan dan Zitao bisa membaca tulisan yang tertera di layar ponsel tersebut.

Luhan is calling...

Sontak Zitao semakin mendekatkan diri pada Yifan dan memeluk pemuda itu seolah melarang Yifan mengangkat panggilan itu.

Yifan tau Zitao kecewa. Bagaimanapun beberapa detik yang lalu Yifan melihat adiknya itu senang dan didetik berikutnya wajah Zitao berubah kecewa meski gadis itu menutupi dengan senyum palsu. Tapi Yifan tau.

Dia tau benar bagaimana luar dalam Zitao.

"Kenapa tidak mengangkat?" Zitao bertanya dengan suara pelan seperti berbisik.

"Bolehkah?" Yifan merasakan pelan sekali anggukan dari Zitao didadanya.

"Hallo? Luhan?"

"Yifaaan~ aku sendirian dirumah. Aku takut sendiri. Bisakah kau kemari?"

Zitao bisa mendengar suara manja Luhan. Tunangan Yifan.

Ya. Tunangan kakak tirinya. Sekaligus orang yang paling Zitao sayangi di dunia ini.

Kenyataan yang pahit bagi Zitao.

"Memangnya para maid dirumahmu kemana?"

"Mereka hanya bekerja setengah hari Yifan. Mereka baru saja pulang~"

Zitao sudah tidak sanggup lagi. Dia melepas pelukannya pada Yifan dan duduk tegak mengamati wajah pemuda itu. Dan dibalas dengan pandangan yang sulit diartikan dari kakak tirinya itu.

"Yifan kau masih disana?"

.

.

.

You are every reason, every hope and every dream I've ever had.

.

.

.

TBC

.

.

.

A/N : Hello? Jumpa lagi. Makasih udah mampir dan udah baca.

Semoga suka sama chap ini~

Btw,

HAPPY BIRTHDAY HUANG ZITAO :*

1 review menambah semangat aku untuk bikin ff lagi.