Genre : Hurt comfort, romance.
Rated : M
Cast : Do Kyungsoo ( yeoja)
Park Chanyeol (Namja)
Length : Chaptered
Support cast : Kris, Baekhyun, Jongdae , etc (GS For UKE)
12154kaisoo
present
©2015
WARNING
No plagiat, no bash, no Sider, don like dont read, Genderswitch!
Cast dalam fanfic ini milik Tuhan dan author hanya pinjam nama.
.
.
.
...[Sorry for typo]...
.
.
.
...[Happy Reading]...
Kitchen Romance
Chapter 1
Someday you see me walking down behind with another girl
Chanyeol-pov
Sakit, itulah satu kata yang sedang aku rasakan saat ini. Satu kata yang semua orang pasti tidak ingin merasakannya, apalagi dengan yang namanya sakit hati dua kata yang tidak akan cukup mendeskripsikan tentang bagaimana keadaan ku malam ini.
Apa yang akan kau lakukan disaat kekasih mu sendiri mengkhianati hubungan yang sudah dua tahun lebih kau jalani dengannya dan disaat kau memutuskan untuk berkomitmen dengannya kau mengetahui bahwa dia tidak ingin bersamamu lagi?
Chanyeol-pov end
.
.
.
.
.
Namja Tinggi itu mengacak rambutnya frustasi, kencan malam yang dia buat dengan rencana melamar kekasihnya gagal begitu saja tadi malam. Memang sakit rasanya jika pasangan kalian mengatakan bahwa dia 'bosan' menjalin hubungan denganmu lagi, tapi itulah yang dialami Chanyeol.
"aku berangkat eomma"
"nde, hati-hati dijalan Chanyeol, sampaikan salam eomma untuk Halmonie"
"Eum..."
.
.
.
.
.
.
.
Tangan kekarnya dengan cekatan memotret setiap objek yang dia bidik, pemandangan kota busan yang indah membuat suasana hatinya lebih tenang dan damai. Kejadian malam pahit saat itu, memutuskan Chanyeol untuk pindah ke rumah neneknya untuk sementara waktu. Mengobati hatinya yang sakit dan mencoba melupakan gadis miliknya dulu. Satu minggu inilah dia sudah menghabiskan waktunya di Busan, memotret menjadikannya salah satu alasan untuk menghibur diri dan menyalurkan hobi yang sudah lama dia tidak lakukan.
Dengan tangan yang masih memegang kameranya Chanyeol berjalan sambil melihat-lihat beberapa hasil jepretannya, sudut bibirnya terangakat membentuk senyum simpul di wajah tampannya, itu menandakan bahwa dia puas akan hasil karyanya. Namun senyumnya hanya sesaat, sesuatu yang menabrak dari arah belakangnya membuat dia kaget hingga kamera yang sedang dia pegang jatuh ke Aspal jalan dengan lumayan keras, tentu saja dengan refleks Chanyeol mengumpat kepada orang yang telah menyebabkan kameranya jatuh, sebenarnya salah dia juga karena tidak mengalungkan tali kamera di lehernya.
Chanyeol mengambil kameranya kemudian mulai memeriksa, kaca kameranya pecah dan tentu saja orang yang telah menabrak Chanyeol harus bertanggung jawab, dia menoleh ka arah orang yang telah menabraknya.
"Yakk, apa kau buta?" umpatnya dengan mata menatap sengit.
"aku minta maaf, aku tidak sengaja maafkan aku" jawab orang yang telah menabrak Chanyeol sambil membungkukan badan berulang kali.
"kau pikir meminta maaf akan membuat kamera ku ini kembali seperti semula eoh?" bentak Chanyeol kembali.
"..."
"kenapa diam, kau menangis?... Astaga~"
"hiks, aku tidak sengaja maafkan aku~" jawabnya masih dengan kepala menuduk, menyembunyikan bulir-bulir air yang sudah jatuh berlombaan.
"lain kali kau harus hati-hati jika berjalan, dasar bocah" Chanyeol memperingati dengan nada terdengar mencibir diakhir kalimat.
Kyungsoo mendongakan wajahnya saat mendengar kata 'bocah' yang dilayangkan oleh pemuda Tinggi dihadapannya, padahal Kyungsoo sudah berusia 22 tahun, Kyungsoo tahu tubuhnya ini mungil tetapi apa pemuda tinggi dihadapannya ini tidak bisa menilainya, dia kembali menunduk.
Chanyeol sedikit kaget saat melihat sepasang mata bulat di hadapannya yang kini sudah terlihat merah dan basah, entah kenapa hati Chanyeol mencelos melihatnya, ada perasaan aneh. Dia mengernyit saat matanya kini melihat ke arah tangan gadis mungil itu, tangan kanan kurus gadis di hadapannya berusaha menutupi luka lebam di tangan kirinya. Mencoba menghilangkan rasa penasaran sekaligus rasa iba, Chanyeol kembali menatap gadis mungil itu dia mencoba mengumpat pada gadis di hadapannya lagi. Namun baru saja dia membukakan mulutnya dia kembali menutupnya ketika dengan cepat gadis di hadapannya kini sudah berlari sekuat mungkin, membuatnya bingung sekaligus kesal.
"YAKK KAU MAU KEMANA?" teriaknya nyaring di jalan pemukiman kota Busan.
.
.
.
.
.
"Halmonie"
"eumm~"
"kamera ku rusak dan aku tidak bisa memakainya lagi. Tsk ini semua karena gadis aneh itu"
"siapa yang kau maksud gadis aneh itu, dan apakah dia yang talah membuat kamera mu rusak?"
"iya, dia menabrak ku sampai membuat kamera ku seperti ini"
"bagaimana bisa dia menabrak mu?"
"dia sepertinya tengah terburu-buru"
"atau mungkin... dia pencuri Chanyeol-ah?"
"eoh? Sepertinya itu tidak mungkin"
"lagi pula itu salah mu Chan, jika kau memakai kamera mu dengan benar, pasti kamera mu tidak akan jatuh"
"kenapa nenek menyalahkan ku, astaga nenek aku benar-benar benci gadis itu"
"jangan seperti itu, lagi pula dia sepertinya tidak sengaja. Sudahlah Chanyeol ini sudah malam sebaiknya kau tidur"
.
.
.
.
Keesokan paginya, Chanyeol terbangun dari tidurnya dan entah kenapa saat matanya dengan tidak sengaja memandang kamera rusak yang tergeletak di nakas kembali membuatnya ingat akan wajah gadis itu, moodnya kembali rusak padahal ini masih pagi, hati Chanyeol masih tidak terima karena kamera pemberian mendiang ayahnya kini telah rusak.
Dengan langkah gontainya Chanyeol berjalan keluar kamar dan mencari keberadaan Halmonienya, dia tersenyum sesaat ketika melihat neneknya yang sudah duduk di kursi kayu goyang .
"ada apa dengan mu Chanyeol, kenapa kau terlihat lesu pagi ini?''
"apa lagi jika bukan karena kamera itu, aku tidak tahu harus melakukan apa tanpa kamera itu lagi"
"kau kan bisa membeli yang baru Chan"
"..." Chanyeol hanya memberengut kesal dan memandang halmonienya dengan tatapan tajam,
"sudahlah, apa kau bisa tolong ambilkan susu di depan rumah kita?''
"baiklah," jawabnya lesu kemudian berjalan ke arah pintu,
Cklek
Chanyeol membungkuk untuk mengambil dua botol susu segar yang berada di sekitar pintu rumah neneknya, dan baru saja dia akan masuk kembali dia dikejutkan dengan sesuatu yang menghantam punggungnya.
"YAKK" umpatnya terdengar nyaring, dia benar-benar kesal terhadap orang yang telah melempar koran harian dengan asalnya pagi ini.
"dasar Loper koran kurang ajar" umpatnya.
Jika saja Chanyeol bertemu dengan loper koran itu pasti dia sudah mengeluarkan sumpah serapah sekaligus makiannya, namun sayangnya dia tidak sempat melihat tukang koran itu. Salahkan saja suasana hati Chanyeol yang masih sensitive dia akan dengan mudah terkena marah hanya karena kondisi hatinya yang seperti ini.
.
.
.
.
Lebih dari delapan jam berdiam diri di rumah, menikmati camilan di depan televisi membuatnya sangat jenuh, dia memandang neneknya yang sedang duduk sambil merajut tak jauh dari posisinya saat ini.
''nenek sedang membuat apa?'' tanya Chanyeol membuat neneknya menoleh ke arahnya
"membuat shal, musim dingin tinggal menghitung hari Chanyeol"
"halmonie benar" tangan Chanyeol menaruh remote control televisi dengan asal di atas meja setelah mematikan televisi yang sedang di tontonnya tadi.
"Kenapa kau mematikan tv nya?"
"aku bosan, aku ingin keluar tapi aku tidak tahu mau pergi kemana"
"sudah sore Chanyeol, lagi pula di luar sudah mulai dingin"
"tapi nek aku ingin keluar"
"ya, kau boleh keluar dan bisakah kau pergi ke minimarket sebelum pulang?"
" apa ada yang mau nenek beli?"
"nenek membutuhkan roti, nenek tidak bisa membuatkan sarapan untukmu setiap pagi lagi" ujarnya memberitahu membuahkan perasaan bersalah di hati Chanyeol.
"baiklah, Chanyeol minta maaf karena telah membuat nenek repot, dan soal makanan serahkan saja pada chef park ini nek"
"baiklah-baiklah sudah sana, kau harus kembali sebelum petang"
"nenek aku bukan anak kecil lagi, aku berangkat"
"hati-hati"
"NDE~" seru Chanyeol setelah melangkah menjauhi ruangan dan bergegas keluar rumah.
.
.
.
.
Mata Chanyeol terpaku pada sesosok tubuh berperawakan mungil, dia memicingkan matanya mencoba memperjelas siapa orang yang berada beberapa meter di hadapannya, dengan tangan yang memegang barang yang dibelinya Chanyeol berusaha mendekati gadis itu, dugaannya tidak salah ternyata gadis itu adalah gadis perusak kameranya tempo hari.
Dia memperhatikan setiap gerak-gerik gadis mungil itu, dia mengernyitkan dahinya kembali saat melihat beberapa luka lebam di sekitar tangan dan satu luka gores di pipi gembilnya membuat Chanyeol semakin penasaran.
Sedari tadi Kyungsoo merasa ada yang memperhatikannya, namun saat dia menoleh ke arah samping dia tidak menemukan siapa pun mungkin itu hanya perasaanya saja, dengan gerakan lemas Kyungsoo mendekati kasir menyodorkan barang yang dia beli kemudian membayarnya dengan uang tunai, tidak banyak barang yang dia beli dia hanya membeli sebotol minum dan beberapa plester untuk luka-lukanya.
Sementara itu Chanyeol hanya memperhatikan dalam diam. Ingin menuntaskan rasa penasarannnya Chanyeol memutuskan untuk mengikuti gadis mungil itu dia keluar dari minimarket beberapa menit setelah Kyungsoo keluar sebelumnya.
.
.
.
.
Chanyeol merapatkan mantel di tubuhnya, dengan langkah perlahan dia membuntuti dua orang di depannya dari jarak yang cukup dekat dia bisa mendengar dengan jelas perbincangan diantara dua orang didepannya.
"lihatlah kau terluka lagi, apa kau tidak sayang dengan tubuh mu ini?''
"aku terpaksa mengambilnya, jika aku tidak lakukan itu aku tidak tahu harus bagaimana lagi"
Deg
Sudah jelas dengan kalimat yang meluncur dari gadis di depan Chanyeol dia menghentikan langkahnya dan membiarkan dua orang di depannya berjalan menjauhinya, di tatapnya punggung sempit itu, pikiran Chanyeol terus berkecamuk dia masih tidak menyangka, gadis semanis itu berbuat hal seperti itu benar-benar membuat Chanyeol tidak habis pikir.
.
.
.
.
"bagaiamana keadaan eomma mu?"
"eomma pergi ke Seoul kemarin"
"MWO?" Kyungsoo meringis kesakitan saat Luhan dengan tidak sengaja menekan lengannya yang lebam,
"Shhh...sakit"
"mian, aku refleks" Luhan kembali mengobati luka Kyungsoo.
"Astaga Kyungsoo, Appa mu benar-benar keterlaluan"
Tidak ingin membahas tentang keluarganya Kyungsoo segera beranjak dari kursi dan berjalan menuju ranjang king size milik Luhan-sahabatnya.
"aku lelah Lu, aku ingin istirahat"
"baiklah. Eumm.. Kyungsoo, apa aku harus menggantikan mu lagi untuk mengantarkan koran-koran mu besok?"
"tidak biar aku saja, maaf aku menyulitkan mu. Gumawo Luhanie~"
"cheonma Kyungie~" balas Luhan dengan senyum manisnya, namun dalam hatinya sungguh merasa kasihan melihat sahabat kecilnya terlihat menyedihkan.
"eum, terimkasih Lu~ jika tidak ada kau aku tidak tahu harus bagaimana"
Meleleh sudah air mata Kyungsoo dia tidak kuasa lagi membendungnya, Luhan yang melihatnya pun segera menghampiri Kyungsoo dan memeluknya lembut.
"sudahlah...jangan menangis, bukankah kau lelah sebaiknya kita tidur"
.
.
.
.
Dengan tubuh masih di balut apron Chanyeol berjalan keluar rumah untuk mengambil botol susu langganan, dan baru saja dia membuka pintu dia tersentak saat melihat seseorang di depan rumahnya, gadis itu...
"Kau..." panggil Chanyeol tidak percaya. Suara beratnya terdengar nyaring kembali, "eoh.. ternyata tukang koran ini kau...? Kenapa kau tidak melemparkannya saja seperti kemarin, dan satu lagi aku masih ingat dengan wajah yang telah merusak kameraku, ini~" ucapnya sengit dengan megarahkan jari telunjuknya di depan wajah yang terdapat beberapa lebam dan satu plester menempel di salah satu pipinya.
"wae….kenapa hanya diam?" tanya Chanyeol lagi, dia merubah raut wajahnya menjadi lebih santai.
" saya tidak mengantarkan koran kerumah ini kemarin, dan untuk soal kamera anda, saya minta maaf, saya akan menggantinya"
"cih...mengganti kata mu? dari mana kau mendapatkan uangnya?"
Kyungsoo mendongakan matanya, betapa angkuhnya pemuda tinggi di hadapannya ini pikirnya. Kyungsoo berpikir, apakah semua namja di dunia ini selalu bersikap kasar padanya? Entahlah.
"saya permisi"
"tunggu...dengan apa kau mengganti kamera ku?'' tanya Chanyeol menatap malas punggung sempit gadis dihadapannya.
"apa kau akan mengganti kamera ku dengan hasil uang mencuri?" kini suara Chanyeol benar-benar terdengar meledek.
"..." Kyungsoo hanya terpaku mendengar kata terakhir dari kalimat yang meluncur dari mulut namja tinggi dibelakangnya, Kyungsoo menghela nafasnya dia tidak boleh tersulut emosi.
"ternyata benar, aku tidak habis pikir ternyata gadis seperti mu bisa melakukan hal sekotor itu"
"apa maksud mu, aku bukan pencuri" Tukas Kyungsoo tak terima.
Hilang sudah rasa sopan Kyungsoo ketika mendengar ucapan yang terlontar dari namja tinggi dihadapannya.
"eoh... kau pikir aku tidak tahu?" tidak menghiraukan perkataan dari namja tinggi didepannya Kyungsoo segera berbalik dan melangkah.
"kau mau kemana?" Chanyeol tidak tinggal diam dan memegang lengan Kyungsoo dengan cukup kuat, Kyungsoo mendesis pelan saat merasakan sakit ditangannya.
"walaupun penghasilan yang saya peroleh dari koran hanya sedikit, setidaknya saya tidak akan melakukan hal itu, saya bukan pencuri seperti yang anda tuduh, lepassh..."
Chanyeol tertegun saat mendengar pengakuan tegas dari gadis yang belum dia ketahui siapa namanya, wajah manis dan lugu ini memang tidak memliki tampang seperti pencuri, tapi apa yang dia dengar semalam bukankah itu sudah jelas menyatakan bahwa gadis ini memang seorang pencuri? Atau mungkin Chanyeol sudah salah mengartikan.
Chanyeol melepaskan cengkraman dari pergelangan tangan mungil gadis itu, dia menatap gadis mungil dihadapannya dengan perasaan iba. Ingin sekali Chanyeol merengkuh tubuhnya yang bergetar untuk memberi ketenangan.
Kyungsoo mengusap air matanya dan kembali melangkah dengan langkahnya yang lemah, bahunya masih bergetar karena tangisnya. Dia merutuki dirinya sendiri seharusnya dia tidak boleh terlihat lemah seperti ini dihadapan orang lain namun dia tidak bisa membendungnya lagi, hatinya benar-benar merasa perih.
.
.
.
.
.
Rasa bersalah, bingung, dan kesal menjadi satu di dalam diri Chanyeol, wajah lugu dengan beberapa luka serta kedua mata bulat yang berkaca-kaca yang sempat menatapnya dengan tajam tadi pagi selalu terbayang di kepalanya membuatnya tidak bisa tidur malam ini. Chanyeol benar-benar ingin mengetahui sebenarnya apa yang telah terjadi pada gadis mungil itu, dan dia yakin dengan luka-luka yang dia lihat dari wajah lugu itu ialah hasil...
.
.
.
.
.
penganiayaan.
.
Di pagi hari Chanyeol duduk di kursi yang berada di teras kecil rumah neneknya, terhitung sudah lima menit. Cuaca dingin tidak menyurutkan niatnya untuk menunggu kehadiran gadis yang telah membuatnya merasakan rasa bersalah. Dengan tangan di masukan kedalam sakunya Chanyeol berjalan, hanya mondar-mandir di sekitar depan rumahnya berusaha menghangatkan tubuhnya dengan gerakan-gerakan kecil.
Pluk
Satu koran melayang dan mendarat tepat di hadapannya, dengan refleks Chanyeol keluar membuka pintu pagar rumah dan berteriak ke arah gadis yang kini sudah melajukan sepedanya dengan laju lumayan cepat. Namun sayang gadis bersepeda itu segera menghilang dari pandangannya.
.
.
.
.
.
.
.
.
"aku pulang~" ucap Kyungsoo lirih, eomma nya yang sedang memasak di dapur mematikan kompornya dan berjalan menghampiri Kyungsoo yang sudah duduk menyenderkan punggungnya di tembok. Tidak ada kursi atau perabotan mewah semacamnya di dalam flat kecil yang di sewa eomma nya ini, sudah mendapat tempat tinggal saja Kyungsoo benar-benar bersyukur. Setelah pindah dari Busan menuju Seoul, otomatis membuat Kyungsoo harus mencari pekerjaan baru dan sudah tiga hari ini ia mencari pekerjaan dan mencoba melamar namun tidak ada yang menerima lamarannya.
Kyungsoo mendekap lututnya dan kembali menenggelamkan kepalanya diantara kedua kaki mungilnya, dia sangat lelah benar-benar lelah dengan kehidupannya, benar-benar menyedihkan. Sempat terbersit rasa ingin meninggalkan segala kehidupannya dia benci dengan kehidupannya yang selalu melelahkan, tidak pernah ada kebahagiaan dalam kehidupannya. Jika adapun kebahagiaan dalam hidupnya itu hanyalah sebagian kecil yang tidak mengalahkan rasa kepedihan yang terlalu mendominasi kehidupannya selama ini.
"ada apa hmm?'' eommanya datang menghampiri,
"hikss...eomma...kenapa hidup Kyungie seperti ini...hiks...Kyungsoo benar-benar benci eomma…, ini terlalu melelahkan" untuk pertama kalinya Kyungsoo mengeluh kepada eommanya.
"ssstt..Uljima Kyungie, bersabarlah eomma yakin kau akan mendapatkan kebahagiaan mu kau hanya perlu bersabar..."
"hiks..."
"jangan menangsi lagi, kau membuat eomma benar-benar sedih"
"mianhe eomma mian… eomma jangan menangis hiks..."
"Maafkan eomma sayang, eomma tidak bisa membahagiakan mu, mianhe-mianhe..."
"hiks..."
.
.
.
.
.
Setelah berusaha keras mencari pekerjaan kesana kemari akhirnya Kyungsoo mendapatkan pekerjaan, ya walaupun pekerjaanya sedikit menguras tenaganya namun ia bisa berbuat apalagi?
Kyungsoo mencuci beberapa piring kotor tanpa menghiraukan beberapa koki yang tengah duduk di kursi pantry sambil berbincang-bincang.
"ku dengar Chef akan kembali bekerja besok"
"benarkah?"
"aku harap dia sudah melupakan masalah percintaannya itu, masakan ku akan kacau jika dia terus marah-marah nanti" ujar si koki berparas cantik. "kau benar, semoga saja moodnya sudah kembali baik" ujar koki wanita lain.
Rasa penasaran melingkupi Kyungsoo, ia ingin tahu sebenarnya bagaimana sosok pemimpin koki di restaurant tempatnya bekerja sekarang. Apakah benar-benar menakutkan jika sedang marah. Lebih menyeramkan mana dibanding dengan ayahnya jika sedang marah. Tanpa sadar ia tersenyum miris.
Jarum pendek Jam di dinding dapur restaurant semakin merapat ke angka sepuluh, hari sudah malam dan satu persatu koki mulai keluar meninggalkan dapur restaurant untuk pulang. Meninggalkan Kyungsoo seorang diri yang masih berkutat dengan pekerjaanya, membersihkan dapur.
Kyungsoo selesai mencuci piring-piring kotor dan beberapa alat masak pun sudah ia bersihkan, gadis mungil itu kini sedang beristirahat sambil duduk di kursi yang menghadap kesebuah meja besar.
"kau belum pulang" Kyungsoo menolehkan kepalanya dengan cepat saat mendengar suara berat Bossnya. Kyungsoo berdiri kemudian menundukan kepala singkat "sudah malam kenapa kau belum pulang?" tanya Kris lagi pemuda bertubuh tinggi itu menarik salah satu kursi kemudian duduk menghadap Kyungsoo.
"saya baru saja menyelesaikan pekerjaan saya Sajangnim"
"oh... hilangkan bahasa formal mu itu Kyungsoo dan mulai sekarang panggil saja aku Kris..." Kyungsoo menggangguk ragu.
"kau mau pulang sekarang?" tanya Kris lagi. Kyungsoo kembali mengangguk, Kris terkekeh saat melihat tingkah Kyungsoo.
"sayang sekali padahal aku lapar sekali, aku fikir masih ada koki yang belum pulang'' ujar pria tinggi itu, Kyungsoo mengamati pria di hadapannya ia merasa kasihan saat melihat bossnya itu seperti menahan lapar.
"kau bisa masak?" tanya Kris, Kyungsoo mengurungkan niatnya untuk melepaskan apron yang masih melekat di tubuh rampingnya "tapi saya tidak menjamin jika masakan yang saya buat akan terasa lezat nanti" ucap Kyungsoo,
"tidak masalah...tolong buatkan nde, aku tunggu di meja depan" ucap Kris kemudian berlalu dari hadapan Kyungsoo.
.
.
.
Trek
Dengan gugup Kyungsoo menaruh hasil masakannya di atas meja.
"terimakasih" ujar Kris, Kyungsoo hanya mengganguk cepat. Melihat bossnya mulai menyuapkan makanannya kedalam mulut entah kenapa Kyungsoo merasa gugup.
"heummm..." Kyungsoo menatap Kris dengan cemas saat melihat ekspresi bossnya setelah berhasil menelan satu suapan makanannya.
"ini enak" gumam Kris, pemuda tinggi itu terkekeh saat melihat Kyungsoo mengela nafas lega.
"sepertinya aku salah menempatkan mu"
"maksud tuan?" Kris kembali memakan hasil masakan Kyungsoo dengan lahap.
"aku sudah bilang, jangan pakai bahasa formal" tegur Kris, Kyungsoo menggumam minta maaf.
"mulai besok, kau akan menjadi koki baru di restaurantku ini, bagaiamana? kau mau?"
"tentu saja" Ucap Kyungsoo semangat, Kris tertawa saat melihat tingkah Kyungsoo yang terlihat kegirangan, tidak lupa juga senyuman berbentuk hatinya membuat Kris tertegun.
.
.
.
.
.
.
Kyungsoo berdiri dengan gugup saat Kris, memperkenalkannya dihadapan beberapa koki yang sebenarnya sudah Kyungsoo kenal.
"aku harap kalian bisa bekerja sama dengan baik" ujar Kris di kalimat terakhir, setelah menepuk bahu Kyungsoo sambil tersenyum pemuda tinggi itu keluar dari dapur meninggalkan beberpa koki dengan tatapan kesal.
Raut wajah Kyungsoo berubah secara pelahan saat melihat tatapan sinis dari teman satu pekerjaannya, berbanding jauh saat Kris masih disampingnya tadi. Tidak menghiraukan tatapan-tatapan aneh itu Kyungsoo berusaha menyibukan dirinya. Sebentar lagi restaurant akan dibuka.
''apa yang membuat mu bisa diangkat menjadi koki baru disini Kyung?" itu suara lembut milik Hyeri. Bisa dibilang koki wanita cantik itu satu-satunya koki yang mau beradaptasi dengan Kyungsoo.
"entahlah, tadi malam aku hanya membuatkan makanan untuknya"
"daebak" seru seseorang.
Kyungsoo dan Hyeri menoleh dengan cepat ke arah sumber suara. Hyeri memutar bola matanya malas saat melihat Joy kini sudah berdiri sambil melipat tangan didepan dada. Kyungsoo mengernyitkan dahinya, saat melihat wanita cantik itu tersenyum remeh kearahnya.
"baru bekerja empat hari sebagai assisten koki kau sudah di angkat menjadi koki, apa kau merayu Boss juga?" tanya Joy sambil menghampiri keduanya.
"apa maksud mu Joy, sudahlah ayo kembali kerja" ajak Hyeri sambil meraih pergelangan tangannya, namun Joy menepisnya dengan cepat.
"tunggu dulu, aku ingin tahu darinya?" ucapnya lagi, baru saja Kyungsoo akan membuka mulutnya untuk menjawab, suara berat milik Jongdae- kepala Koki sementara, menginterupsi mereka.
"hei kalian sampai kapan kalian akan terus mengobrol" seru Jongdae.
"ayo..." kini Hyeri berhasil menarik lengan Joy.
.
.
.
"Halo Kris" suara berat khas bangun tidur membuat Kris mendengus sebal.
"kapan kau akan bekerja?" tanya Kris langsung dengan nada kesalnya.
"aku baru sampai Seoul tadi malam, tidak mungkin aku bekerja hari ini. Aku masih... malas" jawab pemuda itu, Kris menggerutu pelan mendengarnya.
"jika besok kau tidak masuk juga, aku akan memecat mu dan mengangkat Jongdae untuk menjadi kepala Koki" ancam Kris.
"silahkan saja jika kau mau restaurant mu bangkrut"
"aku serius" ujar Kris dengan nada bicaranya yang terdengar dingin, terdengar gelak tawa dari sang lawan bicara.
"kenapa kau malah tertawa?" tanya Kris bingung. "apa setelah diputuskan Baekhyun kau menjadi gila?" tanya Kris lagi, tanpa dia ketahui raut wajah pemuda disebrang sana berubah murung.
"…baiklah aku akan kembali kerja besok"
.
.
.
Kyungsoo mengeringkan kedua tangannya yang basah dengan lap. Saat ia membalikan badannya dari bak pencucian ia berjingkat kaget saat melihat Bossnya sudah berdiri didepannya.
"aku lupa, seharusnya aku mencari pengganti posisi mu lebih dulu" ujar Kris sambil memasukan kedua tangannya kedalam saku celana.
"gwenchana" jawab Kyungsoo sambil tersenyum. Kris khawatir saat melihat wajah lelah Kyungsoo, ia tahu bahwa gadis dihadapannya ini harus bekerja ekstra hari ini.
"secepatnya aku akan mencari Assisten Koki yang baru" gumam Kris, Kyungsoo tersenyum mendengarnya.
"kau mau pulang?" tanya Kris, Kyungsoo mengangguk.
"temani aku mengobrol sebentar, bisa?" tanya Kris lagi, Kyungsoo terdiam mendengarnya, ingin menolak namun tidak bisa saat melihat wajah penuh harap dari bosnya. Setelah itu Kyungsoo mengangguk, ia hanya pasrah saat pergelangan tangannya ditarik oleh Kris, pria tinggi itu mengajaknya untuk duduk di meja pelanggan yang berada di luar.
"tunggu sebentar" ujar Kris, Kyungsoo hanya diam saat melihat bossnya yang kini kembali masuk ke dapur entah untuk apa.
Kyungsoo mengerutkan dahinya saat melihat Kris datang kembali sambil membawa dua botol soju dan dua gelas kecil.
'apa ia mengajak ku untuk minum' batin Kyungsoo.
"temani aku minum" ujar Kris, Kyungsoo menatap botol soju itu dengan tatapan kosong. Sejujurnya Kyungsoo amat membenci minuman itu, ia membenci hal-hal yang berbau dengan ayahnya.
"kenapa?" tanya Kris, Kyungsoo hanya tersenyum sambil menggeleng.
"tidak apa-apa jika kau tidak meminumnya aku tidak memaksa" ujar Kris kembali sambil menuangkan minuman keras itu kegelasnya sendiri kemudian meminumnya sekali teguk.
"ada masalah?" tanya Kyungsoo cemas. Kris hanya tersenyum kecut.
"orangtua ku bertengkar lagi, aku malas untuk pulang" gumamnya memberitahu dengan kepala menunduk. Kyungsoo tertegun mendengarnya, ternyata bossnya ini memiliki masalah yang sama dengannya.
"dulu..." Kris menggantungkan ucapannya, menatap wajah serius Kyungsoo sejenak ia kembali melanjutkan ucapannya. Entah ia mendapat dorongan dari mana untuk membicarakan masalah pribadinya pada gadis yang baru dikenalnya ini.
"dulu semuanya baik-baik saja, saat eomma tidak bekerja dan… semuanya menjadi kacau saat eomma mengkhianati appa" ucap Kris, ia menatap Kyungsoo sambil tersenyum kecut dan kembali menunduk.
Kyungsoo memberanikan diri untuk menuangkan soju kedalam gelasnya yang masih kosong, dengan sekali teguk ia menghabiskannya. Kris yang menatapnya terkekeh saat melihat raut wajah tak biasa Kyungsoo. Terlihat begitu lucu.
"aku tidak biasa minum" ujar Kyungsoo memberitahu. Namun Kris dibuat terkejut saat Kyungsoo kembali menuangkan minuman keras itu ke gelasnya sendiri kemudian meminumnya lagi.
Kris mengernyitkan dahinya, ia menatap dalam wajah Kyungsoo mencoba memahami lebih dalam diri Kyungsoo. Kris bisa merasakan bahwa beban Kyungsoo sepertinya lebih berat dibandingkan dengannya. Namun sosok didepannya ini entah kenapa selalu terlihat tegar dibandingkan dirinya.
"sepertinya kau punya masalah yang jauh lebih berat dari ku" Kris kembali bersuara saat Kyungsoo kembali menuangkan soju kegelasnya untuk yang keempat kali. Kyungsoo menatapnya, kedua pipi gadis mungil itu sedikit merona, entah karena apa. Tidak menghiraukan ucapan Kris Kyungsoo kembali meminum sojunya.
Kris mengikuti arah pandang Kyungsoo, ia kembali mengernyitkan dahinya saat Kyungsoo hanya menatap gelas minumnya yang terisi setengah soju. Pandangan gadis mungil itu begitu sendu membuat Kris merasa sedih dan ingin rasanya menghilangkan beban yang ditanggung Kyungsoo. Tapi bagaimana caranya? Gadis dihadapannya ini sudah menghabiskan satu botol sojunya namun sedari tadi ia belum memberitahu tentang masalahnya.
Kyungsoo kembali menuangkan minumannya untuk kesekian kalinya namun saat ia akan meneguknya tangan besar menahan pergelangan tangannya sehingga membuat ia menatap ke sipelaku. "kau mabuk" ujar Kris, Kyungsoo tertawa singkat mendengarnya tanpa mendengar ucapan Kris Kyungsoo kembali meminumnya. Kris mendengus pelan, bagaimana gadis ini bisa mengatakan tidak biasa minum tapi pada kenyataannya hampir menghabiskan dua botol sojunya.
'puk'
Kris terkejut saat melihat Kyungsoo yang tidak sadarkan diri, kepala gadis mungil itu sudah terkantuk diatas meja. Kris menatap Kyungsoo dengan pandangan kesal ia menghela nafas pelan. "dasar bocah ini, seharusnya aku yang mabuk" gerutunya.
.
.
.
Kris mengantar Kyungsoo pulang, pada awalnya ia sendiri kebingungan karena tidak tahu alamat rumah gadis yang tengah pingsan karena mabuk ini. Untung saja ia memiliki biodata Kyungsoo sehingga ia tahu dimana alamat rumahnya.
Mobil audy putih milik Kris sampai di ujung gang sempit yang mengarah ke Flat Kyungsoo, ia terpaksa harus meninggalkan mobilnya karena badan jalan tidak muat dengan mobilnya.
Tangan Kris terulur untuk menyibak rambut halus Kyungsoo yang menutupi sebagian wajahnya, ia tertegun saat melihat satu bekas luka di dahi Kyungsoo yang cukup besar.
"Appa~" terdengar Kyungsoo bergumam memanggil ayahnya dengan lirih, Kris menatap Kyungsoo dengan sendu, selanjutnya ia melihat setetes air mata keluar dari sudut mata Kyungsoo dan turun kepipi gembilnya secara perlahan.
"Kyungie benci Appa" racaunya lagi.
.
.
.
.
.
.
Kris memasuki dapur Restauran sambil memijat bahunya yang terasa pegal, ini akibat ulah Kyungsoo semalam. Saat ia masuk semua koki berbaris dan menyapanya dengan ramah. Namun terasa ada yang kurang ternyata Kyungsoo tidak masuk hari ini.
"dimana Kyungsoo?" tanyanya, semua koki hanya menggeleng dan menatap satu sama lain.
"yasudah bersiaplah Chef Park dan satu assisten koki baru akan datang sebentar lagi, dan Jongdae beritahu aku jika Kyungsoo datang"
"nde sajangnim" ucap Chen.
"kemana anak itu?" Joy membuka suara setelah Kris berlalu dari hadapan mereka, Jongdae dan beberapa koki laki-laki lainnya hanya menggedikan bahu sedangkan Joy, Hyeri, Minah dan Cindy masih berkumpul untuk membicarakan Kyungsoo.
"apa dia sakit?" kini Hyeri membuka suara, raut wajahnya terlihat cemas.
"kau peduli sekali dengannya" Minah memutar bola matanya malas diikuti kekehan kecil dari Joy. "yaa... seharusnya kita membantu dia kemarin, aku rasa kita sudah keterlaluan karena membiarkannya membersihkan dapur sendirian"
"aku rasa kau berlebihan, bukankah itu pekerjaan dia sebelumnya? jadi aku rasa itu sudah biasa" ujar Joy, ia meninggalkan ketiganya dan segera bersiap-siap.
Sudah lebih dari lima menit, restaurant Kris belum juga di buka. Kris tidak akan membukanya sebelum Chanyeol datang hari ini.
"hah..." Cindy menghela nafas, ia memakan blubery yang terletak di meja sambil duduk. Ia menopang dagunya sambil mengamati Joy yang tengah mamakai bedak dengan asyiknya.
"percuma saja kau berdandan, Chef tidak akan tertarik padamu" gumam Cindy, Joy menatapnya dengan tajam "kau lihat saja, aku berani bertaruh dalam waktu satu bulan aku akan mendapatkan Chef"
Cindy terkekeh mendengarnya "jika tidak?"
"aku akan memberikan mu tiga juta won" ujar Joy, Cindy tertarik mendengarnya. "call" putus Cindy sambil tersenyum, Joy memutar bola matanya malas melihatnya "dan jika aku menang aku ingin kau sedikit memberi pelajaran pada anak baru itu"
"nugu?"
"tsk kau ini... tentu saja Kyungsoo"
.
.
.
Kris menyuruh karyawan barunya untuk menunggunya sejenak di luar, sementara itu ia kini tengah berhadapan dengan pemuda bertubuh tak kalah jangkung darinya.
"ayolah Kris aku hanya terlambat lima menit" ucap Chanyeol, dia duduk di kursi yang menghadap meja kerja bossnya.
"kau mengurangi pemasukan ku" gerutu Kris, Chanyeol tersenyum mendengarnya.
"jika kau memperpanjang masalah ini, kau akan semakin kehilangan uang mu" ucap Chanyeol. Benar juga, pikir Kris. Kris segera berdiri dan tanpa sepatah katapun ia keluar dan pergi menuju dapur diikuti Chanyeol yang hampir tertawa dibuatnya.
.
.
.
Kyungsoo menikmati sarapannya dengan tidak bersemangat, ia benar-benar lupa dengan kejadian semalam. Yang ia ingat terakhir kali adalah Kris yang menahannya agar tidak minum lagi.
"eomma apa sebaiknya aku pergi saja?"
"sebaiknya kau istarahat saja dulu, boss mu pasti mengerti" ujar eommanya.
"Boss mu itu sangat tampan dan menurut eomma dia juga baik, eomma harap dia tertarik dengan anak eomma" ujar ibunya lagi sambil tersenyum.
"jangan terlalu berharap eomma, itu tidak mungkin" tukas Kyungsoo tak suka.
.
.
.
Chanyoel duduk dikursi yang menghadap kebeberapa koki yang sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Pandanganya terfokus pada Jongdae yang sibuk dengan ovennya, ia tersenyum tipis melihat cara kerja Jongdae yang menurutnya memuaskan. Ia memutuskan untuk beranjak dari kursinya setelah itu ia memeriksa satu persatu cara kerja koki-kokinya.
"bisakah kau cepat sedikit, kau sedang masak di restaurant bukan rumah mu sendiri, kau bisa membuat pelanggan restaurant ini berkurang" Minah membeku mendengar ucapan kepala Chefnya.
"kau tahu bahan masakan menentukan cita rasa bukan?" kali ini Cindy yang tengah mencuci beberapa sayuran menghentikan kegiatannya sejenak.
"lalu kenapa kau memilih sayur-sayur layu ini eoh?" Chanyeol setengah membentak.
'haisss apa saja yang mereka lakukan saat aku pergi'
"saya akan menggantinya Chef" ucap Cindy gugup dengan cepat ia berlari untuk mengambil bahan masakan yang berada diruang pendingin, namun lantai yang sepertinya licin karena minyak membuatnya terpeleset dan membuat Joy yang tengah memegang pengggorengan berisikan udang yang tercelup di panasnya minyak membuatnya ikut terjatuh diatas lantai. Keduanya memekik dengan keras diikuti suara pekikan Joy yang kesakitan terkena panci penggorengan yang masih panas.
"sakit..." isak Joy, Chanyeol segera memapahnya dan memberinya pertolongan.
.
.
.
.
.
Chanyeol memasuki dapur restaurant Kris dengan terburu-buru, pagi ini ia datang terlambat lagi. Saat ia datang koki-kokinya sudah sibuk dengan tugasnya masing-masing. Sebelum ia memeriksa satu persatu koki-kokinya ia melihat menu yang dipesan terlebih dulu, ada sekitar tujuh porsi pesanan utama. Dengan lantang ia membacanya.
Cindy datang membawa makanan yang sudah siap, koki wanita cantik itu pun sudah menggarnishnya lebih dulu. Dengan cepat Chanyeol membunyikan loncengnya tidak lama kemudian seorang pelayan wanita datang mengambilnya.
"kerja bagus" puji Chanyeol, Cindy tersenyum mendengarnya.
Memutuskan untuk kembali memeriksa cara kerja koki-kokinya, Chanyeol mulai berjalan perlahan. Memeriksa diawali dengan Minah yang sedang menumis sesuatu, dilanjutkan Hyeri yang tengah merebus pasta dan selanjutnya Chanyeol menghentikan langkahnya dan berdiri tepat dibelakang koki wanita yang tengah menggoreng kentang.
"tangan mu sudah sembuh?"
.
.
"tangan mu sudah sembuh?" Kyungsoo membalikan badannya dengan cepat, ia begitu terkejut saat wajahnya menambruk sesuatu yang keras saat dia berbalik.
Kyungsoo mendongak untuk melihat siapa orang yang berada dibelakangnya tadi, tenggorokannya tercekat saat melihat pemuda tinggi didepannya. Kenapa dunia ini sempit sekali pikir Kyungsoo. Refleks Kyungsoo memundurkan posisi tubuhnya, namun sebuah tangan melingkari pinggangnya dan menariknya untuk maju.
"awas" pekik Chanyeol.
Mata Kyungsoo terbelalak saat cipratan minyak panas kini sudah berhamburan kesekitar tepian meja. Tangan kekar Chanyeol masih setia melingkari pinggang ramping Kyungsoo, dan Kyungsoo segera melepaskan tangannya yang memegang pundak pemuda tinggi didepannya setelah tersadar dari keterkejutannya. Kyungsoo hanya menundukan kepalanya dalam, tidak tahu harus berbuat apa.
"Ttarawa." ucap Chanyeol terdengar dingin, semua koki yang menyaksikan keduanya hanya termangu dan Hyeri tidak bisa berbuat apa-apa untuk Kyungsoo.
Chanyeol melepaskan cengkramannya dipergelangan tangan Kyungsoo, ia mengajak gadis itu untuk menghadap Kris.
"ada apa Chan?" tanya Kris bingung, Chanyeol meraih tangan Kyungsoo kemudian memperlihatkan Kyungsoo yang sedari tadi terhalang oleh tubuhnya yang tinggi.
"Kyungsoo...?" gumam Kris pelan, ia kembali menatap Chanyeol.
"apa Kyungsoo berbuat kesalahan?" tanya Kris, Chanyeol menatap Kyungsoo dingin.
"jika kau meminta untukku agar memecatnya aku rasa aku tidak bisa" ucap Kris.
"siapa yang menyuruhmu untuk memecatnya, kau belum memperkenalkannya padaku. Dan bagaimana bisa kau memperkerjakan koki baru tanpa melewati tes ku lebih dulu?"
"aku rasa kau paham posisi ku Chan" ujar Kris datar.
"yah..terserah kau saja"
Brak
Kyungsoo terkejut saat pintu ruang kerja Kris berdentam keras karena Chanyeol.
"dasar anak itu..." gerutu Kris, pemuda tinggi itu menghampiri Kyungsoo dan meluruskan wajah Kyungsoo yang sempat menunduk agar menatapnya.
"jangan takut sebenarnya dia pria baik" ucap Kris, kedua tanganya mengelus bahu Kyungsoo memberi ketenangan.
"kebetulan kau disini, aku punya sesuatu untuk mu"
Kyungsoo melihat Kris kini berjalan menghampiri meja kerjanya dan mengambil sesuatu di dalam laci.
"ponsel baru untuk mu, nomerku ada di nomor satu" ujar Kris memberitahu. Kyungsoo ragu menerimanya, namun Kris memaksanya agar menerimanya.
"akan kupotong gajimu untuk biaya ponsel ini" Kyungsoo mendongakan kepalanya dengan cepat, menatap Kris dengan mata terbelalak.
"jika seperti itu aku tidak mau" ucap Kyungsoo mencoba menyerahkan kembali. Kris tertawa melihatnya, "aku bercanda" ucapnya sambil mengusak poni Kyungsoo.
"gumawo..." ucap Kyungsoo.
.
.
.
.
.
Tbc
Halo halo Chansoo shipper, aku bawa cerita baru untuk kalain. Semoga suka, iseng sebenernya bikin nih ff. Ide-ide absurd menjamur dikepala dan butuh untuk di basmi. Kkkk.
Selain Kaisoo aku ngeship Chansoo juga tapi lebih ke brothership sebenernya, ngeliat moment Chansoo beda bgt sama moment Kaisoo. Moment Chansoo tuh lebih banyak bikin aku ketawa, terkadang sweet abis malah. Aku seneng bgt sama karakter Chanyeol disini, 'Chef Park' mau banget deh nanti kalau punya suami seoarng Chef seganteng Chanyeol. *amin.
Apa ada yang mau lanjut? Thankyou udah mampir. And last don't forget to riview guys, kasih masukan dan kritikannya tapi yang mendukung yah…..
Gumawo….
*chu