Bagian Empat

Taehyung hyung

.

Taehyung perlahan membuka pintu ruang medis. Dia menggendong Jungkook dengan gaya koala yang sama seperti seminggu yang lalu. Dia terkekeh saat Jungkoook tersentak saat dia meletakkan Jungkook di tempat tidur. Ruang medis itu kosong. Taehyung telah mencoba memanggil perawat universitas tapi dia tidak bisa menemukannya. Canggung.

"Yah, tidak ada siapa pun di sini. Aku kira, aku akan yang akan merawat kakimu." Taehyung tersenyum Jungkook sibuk menutupi wajahnya dengan tangannya. Mengapa dia harus selalu bertemu Taehyung dalam situasi yang memalukan? Tapi sekali lagi, dia seharusnya bisa menyapa dan berbincang dengan Taehyung secara normal jika dia tidak lari, kali ini Jungkook harus mengaku, ini adalah kesalahannya. Astaga. Mengapa dia lari?!

"Aku tahu sesuatu tentang masalah mengobati luka. Percayalah." Taehyung berkata sambil mengumpulkan beberapa botol obat yang dia temukan. Jungkook bahkan tidak peduli tentang lukanya, meskipun itu menyakiti, dia hanya peduli tentang Taehyung, yang mengenakan kemeja hitam dan celana hitam, menyeringai seksi padanya. Jungkook merasa seperti dia akan meneteskan air liur sebentar lagi. Uh.

"Tidak buruk." Taehyung tersenyum pada Jungkook setelah memeriksa lukanya. Dia perlahan-lahan menggulung celana Jungkook sampai dengan lututnya dan mulai mengobati lukanya. Sedikit berdarah dan memae di beberapa daerah tertentu tetapi, itu tidak buruk. Jungkook mengagumi wajah Taehyung diam-diam saat pria itu merawat lukanya. Dia super tampan. Jungkook suka sekali memerhatikan Taehyung. Dia melihat Taehyung memiliki warna rambut yang berbeda. Dulu warnanya ash brown terakhir kali dia melihat Taehyung dan sekarang, berwarna coklat gelap. Sangat gelap, hampir hitam. Jungkook sangat menyukainya.

Taehyung terlihat sangat serius dan Jungkook juga serius menatap Taehyung yang, menurut Jungkook, terlihat berpuluh-puluh kali lipat lebih seksi dengan kema hitam dan ekspresi wajah yang serius.

Tiba-tiba Jungkook melamun, kenapa tiba-tiba Taehyung muncul di perpustakaan? Pertama kali dia melihat Taehyung setelah itu pesta ulang tahun itu adalah di kantin jadi, itu bisa dibilang sebuah kebetulan. Yang kedua adalah Jungkook dengan bodohnya mengunjungi bangunan jurusan bisnis sehingga, itu adalah kesalahan Jungkook. Tapi hari ini, mengapa Taehyung akan pergi ke perpustakaan hari ini? Jungkook terus berpikir tentang hal itu tapi, dia tidak menemukan alasan lain tapi 'kebetulan'.

"Hyung, kenapa kau di mana-mana?" Jungkook gumam lirih ketika Taehyung berhenti mengobati luka. Dia tidak bermaksud untuk didengar oleh Taehyung tetapi, Taehyung mendengarnya.

"Kasar sekali. Aku baru saja membawamu ke sini dan mengobati lukamu." Taehyung terkekeh. Taehyung suka sekali terkekeh. Walaupun, bukan berarti Jungkook membencinya. Jungkook malah sangat menyukainya.

"Eh, maaf. Aku tidak bermaksud, kau-lupakan saja." Jungkook berkata sambil menundukkan kepalanya.

"Selesai, bunny. Sekarang ku perlu jelaskan padaku apa yang kau lakukan di bangunan jurusan bisnis hari itu?" Taehyung mengangkat alisnya. Jungkook hampir tersedak napasnya sendiri karena dia tidak bisa menemukan kebohongan yang pantas untuk menjawab pertanyaan Taehyung.

"Aku, eh, mengunjungi teman." Jungkook hampir merasa sangat bangga pada dirinya yang bisa berbohong dengan baik. Dia adalah seorang pembohong yang buruk. Dia melihat Taehyung mengangguk dan tersenyum padanya.

"Dan kenapa kau menghindariku? Kau selalu lari setiap kali aku ingin menyapamu." Taehyung duduk di sampingnya, di tempat tidur. Apakah Taehyung baru saja cemberut? Fuck.

"Nah, uh, aku hanya merasa seperti... tidak-aku hanya sibuk. Aku tidak menghindarimu." Jungkook berkata saat dia mulai bermain dengan jari-jarinya, menautkannya dengan canggung.

"Pembohong yang mengerikan. Aku ingin mengikuti permainanmu, tapi kau mengerikan. Kau tahu, itu baik-baik saja. Jika kau tidak menyukaiku, kau bisa menghindariku, iya kan?" Taehyung mengangkat bahunya. Jungkook baru saja akan mengatakan banyak hal karena tidak, dia menyukai Taehyung. Dia hanya takut. Dia tidak tahu kenapa. Dia sibuk mengatur kata-katanya ketika Jimin datang dengan sebuah suara bang yang keras dan jeritan berlebihan.

"Bayiku, Jungkookie!" Jimin berteriak sambil memeluk Jungkook. Jimin menangis. Astaga! Bisa hari ini menjadi lebih buruk lagi?!

"Aku baik-baik saja, hyung. Aku bersumpah. Aku baik-baik saja.: Jungkook berjuang untuk melepaskan dirinya dari pelukan Jimin.

"Tidak. Aku sangat minta maaf. Ini adalah kesalahanku. Kau tidak perlu melakukan hal ini. Kau dapat memukul aku jika kau mau. Di sini, pukul aku dan ceritakan apa yang terjadi malam itu?" Jimin menawarkan wajahnya di depan Jungkook dengan mata tertutup. Jungkook bersumpah, semua orang di ruangan ini bingung.

"Hyung, apa? Apa yang kau bicarakan?" Tanya Jungkook. Dia melihat Yoongi berdiri tidak terlalu jauh dari tempat tidur, menguap.

"Tapi, kau tidak perlu melakukan ini!" Jimin berteriak dan Jungkook tidak takut. Apa Jimin sudah gila?

"Apa? Apa yang aku lakukan? Apa yang aku tidak lakukan?" Jungkook melihat kembali lagi ke Yoongi untuk mencari bantuan tetapi, Yoongi hanya menggeleng.

"Aku sudah berusaha." Jungkook membaca gerak bibir Yoongi.

"Apa? Kau tidak mencoba untuk bunuh diri? Aku dengar kau melompat dari lantai dua perpustakaan?" Jimin berteriak lagi.

"Astaga. Oh Tuhan. Oh tidak." Jungkook mendesah keras. Tentu saja. Sekarang, itu masuk akal. Oh Tuhan, mengapa Jimin sangat polos dan bodoh?!

"Oh, hyung. Astaga. Aku hanya terpeleset di tangga." Kali ini Jungkook yang berteriak.

"Oh?" Jimin sekarang terlihat bingung. Dia menoleh ke Yoongi dan Yoongi hanya mengumamkan, "Apa kubilang."

Mereka diam dan melirik satu sama lain selama satu menit sampai seseorang tertawa keras. Seseorang yang berdiri di sana memerhatikan Jimin dan Jungkook, seseorang bernama Taehyung.

"Kalian lucu sekali. Aku bersumpah." Kata Dia. Dia menyeringai senang hati. Oh, apa Jungkook sudah bilang bahwa mata Taehyung yang sedang tersenyum itu sangat lucu?

"Permisi, siapa kau?" Jimin menyipitkan matanya.

"Aku Kim Taehyung. Aku hanya membantu Jungkook mengobati lukanya." Taehyung tersenyum simpul.

"Oh, terima kasih." Jimin dnegan cepat berkata dan sedikit membungkukan badannya.

"Ya," Taehyung mengangkat bahunya

Suasananya menjadi canggung untuk beberapa menit: Jimin sibuk memeriksa tubuh Jungkook, Jungkook sibuk berkata pada Jimin bahwa dia baik-baik saja, Taehyung membuat dirinya sibuk dengan ponselnya, dan Yoongi sibuk menatap Jimin. Dia kesal. Serius. Orang-orang ini. Yoongi tidak akan pernah mengerti hal seperti ini. Kemudian Yoongi mengutarakan satu ide yang bagus: memindahkan Jungkook ke asramanya dan menyelesaikan bullishit ini nanti. Jadi, mereka melakukannya.

.

Rasanya seperti de javu. Jungkook sekarang sekali lagi menangis di tempat tidurnya dengan Yugyeom mencoba yang terbaik untuk menenangkanya. Tapi, kali ini, ada Jimin yang sibuk membahas hal-hal tentang 'siapa Kim Taehyung' dengan mereka. Sejauh ini, mereka terkejut.

"Dia adalah putra chaebol!" Jimin berteriak di depan laptop Yugyeom ini. Yoongi sibuk mencoba mengingat yang Taehyung itu.

"Aku sepertinya aku tahu dia, tapi aku tidak ingat." Kata Yoongi.

Jimin memelototinya dengan upaya terbaiknya untuk membuat wajah menakutkan dan tentu saja, gagal. Jimin tampak begitu lucu sampai Jungkook akan tertawa bahagia jika dia tidak baru saja bertemu dengan si senior yang oh-begitu-panas-, Kim Taehyung sebelumnya. Sekarang, dia hanya bisa memikirkan hal-hal tentang dia.

"Yugyeom, sekarang dia akan melihatku sebagai orang aneh!" Jungkook panik lagi. Jungkook tidak bisa berbohong. Dia ingin, setidaknya, menjadi teman Taehyung. Sekarang, sudahlah. Taehyung pasti membencinya.

"Tidak. dia tidak akan. Dia tidak akan." Yugyeom mencoba yang terbaik untuk menenangkan Jungkook tetapi, tentu saja, gagal. Berkat Park Jimin yang sibuk menggali informasi tetang Kim Taehyung.

"Dia bahkan bilang... dia piki—ak-aku benci dia... Yugyeom... dia mungkin membenciku!" Jungkook menangis. Tidak bercanda. Dia menangis.

Setelah mereka memutuskan untuk mengikuti rencana Yoongi untuk membawa Jungkook ke asramanya, Taehyung memutuskan untuk pergi karena dia memiliki beberapa urusan. Tapi, semua orang tahu itu hanya alasannya untuk pergi. Terlalu canggung di sana, tentu saja dia ingin pergi secepatnya.

Jungkook dipapah oleh Yugyeom dan Jimin ke asramanya. Tadinya semuanya damai ketika mereka tiba, tetapi segera menjadi kacau dengan tangisan dan teriakan. Itu semua dimulai oleh Yoongi yang bilang dia tampaknya kenal Taehyung, diikuti oleh Jimin yang penasaran tentang siapa Taehyung dan diakhiri oleh Jungkook yang takut dibenci oleh Taehyung. Ini rumit.

"Tapi, kau tidak melakukan apa pun, oke? Berhenti menangis. Aku sudah bilang. Kau terlihat jelek saat menangis." Yugyeom memelototi Jimin dan Yoongi tersenyum.

"Wow. Dia tinggal sendirian di I-Park. Bisakah kau percaya itu?" Jimin berteriak keras. Jungkook melihat bagaimana mata Yugyeom menjadi lebih besar dan bahkan Yoongi yang biasanya tidak tertarik tentang manusia mana pun kecuali keluarganya dan Park Jimin bahkan pindah lebih dekat untuk melihat apa yang ada di laptop Yugyeom yang Jimin gunakan. I-Park pasti sesuatu yang benar-benar hebat. Karena tidak, Jungkook tidak tahu di mana I-Park berada.

"Samsung-dong? Sial." Yugyeom mengutuk danitu dia. Itu pasti salah satu kabupaten yang kaya di Seoul.

"Sam-apa?" Jungkook menyeka air matanya. Dia bingung.

"Ini sebuah distrik yang sangat kaya. Wow. Kau memenangkan jackpot." Yoongi bertepuk tangan dan Jungkook menjadi lebih bingung.

"Oh tidak." Jungkook panik lagi.

"Apa?! Jungkook, kau harus menikah dengan pria ini!" Jimin berteriak lagi. Sekarang dia mulai benci saat-sat ketika Jimin berteriak. Tidak ada yang baik datang dari teriakan.

"Ayahnya adalah direktur kepala S-Corp!" Itu menyebabkan mereka semua tidak bias berkata-kata. Sekarang, Jungkook mengerti. S corporation! Shit.

"Wow. Kau mungkin ada di dalam dipshit atau memenangkan jackpot. Apakah dia menyukaimu?" Tanya Yugyeom.

"Aku tidak berpikir dia suka aku sama sekali." Kata Jungkook sedih.

"No shits. Dia tidak akan mengejarmu seperti itu jika dia tidak suka padamu. Sekarang dengarkan aku. Kau ikat simpul di sekitar orang ini dan ikuti dia sampai kau mati. I'm telling you. "Kata Jimin.

"Apa?" Teriak Jungkook.

Yugyeom berbalik kembali ke Yoongi, mencari penjelasan tetapi, Yoongi hanya menggeleng. Yugyeom tidak mengerti. Kemarin, Jungkook bahkan tidak ingin berbicara dengan Jimin dan sekarang mereka bertindak seperti tidak ada yang terjadi.

"Ya. Aku melihat ini sebagai kau memenangkan jackpot begitu, ya." Jimin mengangkat bahunya.

"Permisi, ini semua kesalahanmu! Aku tidak perlu bertemu dia jika kau tidak meninggalkanku di pesta ulang tahun sialan itu!" Jungkook berteriak lagi.

Ups. Salah. Mereka tidak baik sama sekali.

"Oh! Kalau begitu, salah siapa kau tidak harus terpeleset di tangga! Aku hanya mengatakan pikiranku!" Jimin balik berteriak.

"Tapi, ini semua masih salahmu!" Jungkook berteriak lagi karena, beraninya Jimin berteriak kepadanya setelah dia meninggalkan dia di klub itu?

"Tapi kau suka itu!" Jimin berteriak lagi dan dengan itu Jungkook tidak bisa berkata-kata. Dia menundukkan kepalanya dan menarik napas dalam. Park Jimin. Benar-benar.

"Hyung, bisakah kita pergi?" Yugyeom berbisik pada Yoongi yang masih mengetik sesuatu di laptopnya.

"Ide yang bagus." Kata Yoongi. Mereka perlahan-lahan berjalan keluar ruangan dengan Jimin dan Jungkook berteriak di wajah masing-masing. Bagus sekali.

.

Tiga hari berlalu sejak insiden di perpustakaan. Sekarang, Jungkook bisa berjalan sendiri tanpa pincang. Sebenarnya, lukanya hampir sembuh. Sudah tidak sakit lagi ketika dia berjalan. Terima kasih Tuhan. Karena sekarang dia tidak perlu pergi ke mana pun dengan Yugyeom atau Jimin sebagai penjaga atau apalah.

Karena itu adalah hari Sabtu, Jungkook memutuskan untuk tidur sepanjang hari. Yah, dia berencana begitu, tetapi semuanya berubah ketika Jimin tiba-tiba datang ke asramanya. Dia bilang Yoongi harus pergi ke perusahaan tempat dia bekerja dan Jimin tidak ingin merasa kesepian di apartemen mereka. Jadi, dia pergi ke asrama Jungkook dan menghancurkan rencana Jungkook tentang Sabtu yang damai. Yugyeom tadi pagi-pagi seklai sudah keluar untuk mengunjungi pamannya jadi, yeap, Jungkook sekarang sendirian dengan Jimin di asramanyz. Sabtu yang hebat.

"Aku bosan!" Jimin cemberut sambil berbaring di samping Jungkook yang sibuk mencoba untuk tidur.

"Hibur dirimu sendiri. Tolonglah aku, tinggalkan aku sendiri." Jungkook kesal. Hanya karena dia bilang dia memaafkan Jimin, tidak berarti dia lupa segalanya. Dia masih marah pada Jimin. Hah!

"Aku lebih tua darimu. Just a friendly reminder." Jimin mengejek.

"Uh, hyung. Aku ingin tidur." Jungkook merengek. Sulit untuk mengabaikan Jimin. Terutama ketika dia sangat menyayangi Jimin.

"Uh, bayi Kookie-ku yang manis!" Jimin mencubit pipi Jungkook saat dia menekan dahi mereka bersama-sama. Jungkook tiba-tiba menjadi marah.

"Berapa kali aku harus memberitahumu bahwa aku bukan bayi lagi?!" Jungkook memelototi Jimin.

"Ya. Aku tahu. Aku sangat bosan. Apa yang bisa dilakukan?" Jimin mendesah dan berbaring lagi.

"Kau punya banyak teman, kau dapat mengganggu mereka." Jungkook menyarankan sambil menutup matanya dan mencoba untuk tidur.

"Kau benar! Mari kita kunjungi Seokjin hyung!" Jimin tiba-tiba duduk dan berteriak gembira.

"Seok-siapa?" Jungkook membuka matanya instan. Seokjin—yang itu?

"Seokjin hyung. Dia mengundang kita ke pesta ulang tahunnya." Jimin berkata sambil meraih ponselnya.

"Maksudmu mengundangmu? Kau memaksaku untuk pergi ke sana." Jungkook ekstra sensitif jika seseorang berbicara tentang pesta ulang tahun itu lagi. Dia benci itu. Dia tidak bertemu dengan Taehyung lagi sejak beberapa waktu lalu dan dia merasa sepertinya dia harus bicara dengannya. Ada kesalahpahaman di antara mereka, setidaknya itu yang dipikirkan Jungkook.

"Dia benar-benar menyukaiku jadi dia tidak akan bilang tidak." Jimin tersenyum gembira sambil menunjukkan Jungkook sebuah pesan singkat di ponselnya yang mengatakan, "Kemarilah, Chiminnie. Kehadiranmu selalu kuharapkan. "

"Mari kita pergi." Jimin berkata sambil mengumpulkan barang-barangnya. Dia melompat beberapa kali ketika dia mencapai sepatunya tapi kemudian, cemberut ketika Jungkook menutup matanya lagi dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.

"Oh ayolah! Dia akan memberi kita makanan gratis!" Jimin menawarkan dan membuat Jungkook langsung bangun. Makanan gratis. Jungkook suka sekali makanan gratis.

.

"Menakjubkan, bukan? Selamat Datang di Samsung-dong! "Jimin teriak dengan bangga ketika mereka turun dari bus. Jungkook sibuk mengagumi segala sesuatu yang dia lihat sejak mereka pertama kali masuk ke dalam bus. Ah, jadi ini Samsung-dong? Tampak sangat mewah. Dia melihat beberapa mobil mewah yang lewat dan orang-orang di sekitar mereka berpakaian dengan baik. Begitu baik.

"Apakah dari sini dekat Cheongdam-dong?" Tanya Jungkook. Dia benar-benar ingin mengunjungi Cheongdam. Itu adalah lingkungan yang sangat mewah di Gangnam dengan toko dan butik. Cheongdam dikenal sebagai daerah perbelanjaan kelas atas, dengan jalan utamanya yang dijuluki 'Cheongdam Fashion Street.' Jungkook ingin sekali mengunjunginya untuk melihat bagaimana orang-orang di Seoul hidup. Ah, pasti luar biasa jika dia bisa pergi ke sana dan membeli beberapa pakaian.

"Sangat dekat. Hanya sepuluh menit dari sini." Jimin tersenyum saat mereka memasuki sebuah bangunan besar.

"Hongdae?" Tanya Jungkook sambil mengikuti Jimin.

"Oh. Hongdae di Mapo-gu. Kita berada di Gangnam-gu." Jelas Jimin.

"Ah... dan Apgujeong?" Tanya Jungkook lagi.

"20 menit dari sini." Jimin tersenyum.

"Apgujeong di Gangnam-gu juga? Woah. Gangnam menakjubkan." Jungkook kagum.

"Sangat." Tambah Jimin. Jungkook hanya mengangguk.

"Di sini. Ini dia makanan gratis." Jimin menjerit.

Mereka memasuki lift dengan Jimin tidak bisa berhenti berbicara tentang bagaimana baiknya Seokjin hyung dan Jungkook mendengarkannya dengan sangat hati-hati. Jungkook merasa seperti memang seharusnya dia memiliki teman-teman baru. Dia benar-benar membutuhkan teman-teman baru. Seokjin hyung suka bergaul dan dia punya begitu banyak teman, itu yang Jimin katakan. Jadi, menjadi teman Seokjin hyung akan baik untuk Jungkook untuk memiliki lebih banyak teman. Jungkook tiba-tiba merasa begitu gembira.

Ketika mereka tiba di satu lantai khusus yang Jungkook lupa, Jimin berlari sambil melompat beberapa kali. Wow. Jimin bertindak seperti dia akan bertemu ibunya atau apa?

"Seokjin hyung!" Jimin berteriak dengan nada panjang diseret. Ew.

"Aw, bayiku ada di sini!" Dia melihat seorang pria jangkung mengenakan piyama merah muda membuka tangannya dengan senyum lebar di wajahnya. Itu Seokjin hyung? Yah, dia begitu tampan. Wow.

"Hyung, beri aku satu ciuman!" Jimin merengek. Jungkook memelototi mereka ngeri. Apakah Jimin baru saja-? Apa?

"Aigoo, there, your kiss." Seokjin mencium pipi Jimin dan mencubitnya. Kemudian, mereka tertawa bahagia bersama meninggalkan Jungkook kebingungan. Apa apaan? Itu sebabnya Jimin melihatnya sebagai bayi. Dia memiliki seorang teman yang juga melihat dia sebagai bayi. Jadi pada dasarnya, Jungkook adalah bayi dari bayi?

"Hyung, ini Jungkook! teman lama aku yang aku ceritakan sebelumnya." Jimin menarik lengan Jungkook dengan bangga.

"Ah, dia lucu sekali!" Seokjin berteriak. Iya. Dia berteriak sambil memeluk Jungkook erat. Wow. Seoul adalah tempat yang sangat aneh.

"Eh, halo... hyung?" Kata Jungkook di antara pelukan Seokjin.

"Aw! Kita bertiga harus bersenang-senang hari ini!" Seokjin tersenyum gembira.

.

"Tidak mungkin!" Seokjin berteriak keras. Mereka telah menonton beberapa film, memasak beberapa pancake dan mengobrol bersama-sama selama hampir satu hari. Sungguh menakjubkan bagaimana waktu berlalu begitu cepat ketika kau dengan temanmu. Jungkook menyukainya. Dia menyukainya ketika Seokjin memuji pancake-nya. Dia belajar bagaimana memasak beberapa makanan sederhana dulu di Busan. Wajar karena ibunya adalah seorang juru masak yang lumayan terkenal. Jungkook juga suka berbincang-bincang. Itu bagus. Hal itu membuatnya merasa begitu nyaman bahwa dia punya teman untuk berbagi cerita. Sampai, Jimin memutuskan untuk memberitahu Seokjin tetang 'insiden malam itu'.

"Iya! Dia tidur dengan Kim Taehyung!" Jimin berteriak dengan senyum lebar seperti itu adalah sesuatu yang harus dibanggaka. Tidak. Jimin aneh sekali. Kenapa dia harus menceritakan kejadian malam itu kepada Seokjin? Sekarang Jungkook merasa malu.

"Uh, yeah. Yugyeom bilang, uh, hal seperti itu hanya berlangsung satu malam. Jadi..." Jungkook mengangkat bahunya. He was lost.

"Tidak! Dia benar-benar menyukaimu, aku yakin." Teriak Jimin. Oh, please jangan. Jungkook tidak ingin berdebat tentang ini lagi.

"Siapa Yugyeom?" Seokjin mengangkat alisnya.

"Teman sekamarku." Jungkook cemberut. Mengapa Jimin begitu yakin bahwa Taehyung menyukainya?

"Oh. Ceritakan lebih banyak tentang Taehyung ini... apakah dia Taehyung yang aku kenal?" Seokjin mengangkat alisnya lagi.

"Kau tahu seorang Kim Taehyung?" Jimin mengikuti Seokjin, mengangkat alis.

"Satu. Maksudku, ada banyak Kim Taehyung di dunia ini." Seokjin berkata sambil meneguk jus jeruknya.

"Bagaimana Kim Taehyung dari jurusan bisnis?" Tanya Jimin tidak sabar.

"Tidak-tunggu. Apa?!" Seokjin buru-buru menyeka mulutnya dengan tisu setelah batuk beberapa kali.

"Hyung, kau baik-baik saja?" Jimin menepuk punggung Seokjin.

"Tidak. Maksudku-Kim Taehyung dari S-Corporation?" Seokjin bertanya, matanya melebar.

"Tidak mungkin! Aku pikir kita sedang berbicara tentang Taehyung yang sama!" Jimin melompat di kursinya sambil menatap Jungkook dengan mata 'wow'.

"Tidak" Jungkook menggeleng. Hanya ketika dia pikir dia akan memiliki banyak teman. Tidak.

"Maksudku, jika kau sedang berbicara tentang Kim Taehyung yang itu, dia-"

.

"Hyung, di mana kau menempatkan kue cokelatku?" Seokjin terputus oleh suara yang Jungkook kenal terlalu baik dan dia sangat takut untuk berbalik. Tidak. This is not happening.

"Maksudmu Kim Taehyung yng ini? Dia tinggal di lantai atas." Seokjin menjadi bingung.

"Ya..." Mata Jimin melebar dan dia memiringkan kepalanya. Sementara Jungkook sibuk berharap ada sebuah lubang yang akan menelannya dari bawah lantai jadi, dia tidak harus menghadapi siapa pun yang berada di belakangnya, di depan pintu.

"Ada apa denganku? Oh, Jimin?" Sekarang, dengan itu, Jungkook yakin seratus persen mereka berbicara tentang Kim Taehyung sama.

"Hyung?" Jimin menarik piyama Seokjin.

"Dia pindah ke sini seminggu yang lalu. Aku tidak punya waktu untuk memberitahumu. Dia sepupuku." Wajah Seokjin terkejut. Kejutan besar.

"Jadi kau bayi Seokjin hyung?" Taehyung berkata sambil berjalan mendekati ketiga orang yang sibuk saling berhadapan dengan wajah bingung. Jungkook merasa Taehyung melangkah lebih dekat ke arahnya dan dia tiba-tiba merasa mati rasa.

"Tidak mungkin. kelinciku ada di sini juga. Hello, bunny." Taehyung memberi Jungkook sebuah senyum manis. Jungkook bersumpah dia tampak sangat manis.

"Uh, dia-halo, Taehyung hyung." Jungkook berkata ragu-ragu setelah melirik Jimin, meminta pertolongan. Taehyung menyeringai.

"Playful fate." Dia berkata cukup keras untuk didengar oleh semua orang di ruangan itu. Jimin memandang Jungkook ngeri. Tidak, sebenarnya, Jungkook berada di dalam sebuah dipshit. Dia tidak memenangkan jackpot.

.

a/n:

Fast update sebagai syukuran. Laptop saya udah bener tadi sore! Yuhuuuu~~~

Makasih udah baca. Sorry for typo ya.

Muach.

.

.

.

Note sedikit.

Ada yang review gini:

Dari: serius nanya

"aku perhatikan kk kalo nulis memperhatikan jadi memerhatikan di smua ff gitu jd psti bkn typo knp ya?"

Tapi mbaknya gak pake akun jadi akunya gak bisa bales lewat pm. Jadi aku mutusin untuk bales di sini. Siapa tau mbaknya balik lagi dan baca hehehe.

Aku bukannya mau menggurui ya. Cuma jawab pertanyaan mbaknya.

Jadi ada kesalahan umum dalam penulisan satu novel atau cerita lainnya: mempengaruhi-memperhatikan-memperkosa, harusnya yang baku itu, memengaruhi-memerhatikan-memerkosa

Huruf awal kata dasar "p"bila diberi awalan "me-", huruf "p" mengalami pelunturan menjadi "m".

Contoh umum yang sering bener penulisannya:

memeriksa (bukan memperiksa, dasar katanya periksa

memerintah (bukan memperintah), dasar katanya perintah

memelihara (bukan mempelihara), dasar katanya pelihara

Contoh lain:

memerinci (bukan memperinci)

memositifkan (bukan mempositifkan)

memesona (bukan mempesona), saya juga sering pake ini. Kkk~

memercayai (bukan mempercayai)

memopulerkan (bukan mempopulerkan)

Tapi, ada pengecualian, yaitu:

memperkarakan (bukan memerkarakan)

mempunyai (bukan memunyai)

Jadi gitu yak. Memerhatikan itu bukan typo ya.

Sekali lagi, ini saya bukan mau menggurui atau sok tau ya. Cuma mau jawab pertanyaan mbaknya.

Makasih.