THE PLEASURE SIDES OF PAIN

CHAPTER 9

NARUTO © Masashi Kishimoto

STORY © In My Bla-Bla Mind

RATE : M+ for for Murder, Gory and NSFW scene.

WARNING : YAOI, BOYSLOVE, SHOUNEN-AI, SASUxNARU, ADVENTURE, MYSTERY, FICTION, DEAD CHARA, OOC CHARA.


AUTHOR'S NOTE :

Cerita ini mengandung unsur percintaan sesama jenis (homoseksual). Jika kau tidak nyaman dengan hal ini, dimohon untuk tidak membacanya

Latar berada di benua Amerika

Hampir semua nama tempat adalah FIKSI, kesamaan nama dan tempat bukan merupakan hal yang disengaja

Sifat dan hubungan karakter yang tidak sesuai dengan komik aslinya


"Aku tidak bisa menangkap mereka hari ini. Tapi aku tahu dimana mereka berada sekarang. Besok, mereka tidak akan bisa lolos dariku."

Kushina menutup ponsel lipatnya. Mengakhiri percakapan dengan Madara yang berada di seberang telepon.

Kushina berjalan ke arah meja di mana terdapat sebotol wine dan sebuah gelas. Ia mengangkat botol tersebut dan menuangkan sedikit isinya ke dalam gelas. Ia menyesapnya sedikit dan menikmati rasa manis tersebut merayap di indra perasanya.

Bibir Kushina terangkat, ia tersenyum. Kemudian tak berapa lama ia tertawa, "Haha.."

Kushina memandang gelasnya dan kembali meminum isinya. Kali ini ia menenggaknya lebih dalam. Selepas itu, ia kembali tertawa, "Hahahaha.."

Dan lagi, Kushina kembali menenggak isi gelasnya hingga tandas, ia kembali tertawa. Tawanya semakin keras.

"Hahaha.."

"HAHAHA.."

Kushina kembali tertawa, bagai minuman yang tadi ia tenggak adalah ramuan kebahagiaan. Tetapi matanya semakin menyala dan berwarna merah.

"HAHAHAHA.."

Dan tiba-tiba gelas yang berada di tangan Kushina melayang ke dinding dan pecah hingga menjadi pecahan terkecil.

"HAHAHA.. BERANINYA MEREKA!"

Tangan Kushina mengepal, urat di kepalanya mengencang, giginya mengerat, tanda api amarah sedang menguasai dirinya.

"Bagaimana mungkin mereka bisa lolos? BAGAIMANA MUNGKIN!"

Kushina berteriak, tidak percaya bahwa Madara gagal dalam misinya. Teriakannya mungkin akan terdengar oleh Kyuubi, tetapi ia tidak peduli. Ia sangat kesal sekarang.

Kushina mengambil botol Sauvignon Blanc 2001 yang terletak di atas meja. Ia membelainya bagai seorang bayi dengan penuh kasih sayang.

"Mengapa kau kabur dari ku, Naruto? Mengapa kau meninggalkan ibu kandungmu ini?"

Kushina membayangkan bahwa yang ia belai saat ini adalah anak semata wayangnya, Naruto.

"Kau menyayangi ku, kan? Kau menyayangi ibu kandungmu ini, kan?"

Kushina mendekatkan telinganya ke botol wine tersebut, berharap suara Naruto akan menjawabnya.

"JAWAB AKU!"

Bersamaan dengan itu, botol wine itu melayang ke dinding di tempat yang sama dengan gelas yang pecah sebelumnya. Botol itu pecah dan menumpahkan isinya, cairan semerah darah beraroma anggur jatuh dan terciprat ke gaun malam berwarna putih milik Kushina.

Kushina pikir ia akan memberikan sedikit kejutan yang seksi kepada Madara ketika ia pulang dengan membawa Naruto bersamanya dengan memakai gaun ini. Dan mungkin menghadiahkan sedikit malam yang indah bersamanya. Tapi ternyata rencananya tidak berjalan sebagaimana mestinya.

Madara sungguh bodoh. Bagaimana mungkin ia mengalami kesulitan untuk membawa bocah seperti Naruto.

Tiba-tiba Kushina terjatuh, ia meringkuk di lantai. Matanya dan mulutnya terbuka, ia mencoba berkata sesuatu tetapi mulutnya tidak mengeluarkan sepatah kata pun.

"A-a-argh!"

"Rasa sakit ini kenapa tiba-tiba datang kembali?"

Tangan kanannya menggenggam perutnya. Dengan sebelah tangan kirinya, ia mencoba merangkak ke arah meja, mencoba meraih sebuah botol putih yang ada di atasnya.

Dengan susah payah ia mencoba meraihnya. Tapi rasa sakit ini sangat hebat sehingga membuat tubuhnya seakan-akan lumpuh.

Kushina akhirnya bisa meraih botol tersebut tetapi tangannya yang gemetar malah membuat botol tersebut jatuh dan menghamburkan isinya yang berupa kapsul obat ke lantai. Kushina meraih berapa kapsul obat itu dan langsung menelannya.

Kushina menggeliat di lantai, tangannya melingkar memeluk tubuhnya yang gemetar tak karuan.

"Lama-kelamaan, tubuhku tidak terpengaruh dengan obat ini."

"Aku harus memperbesar dosisnya."

Kushina kembali mengambil beberapa kapsul dan memasukkannya ke tenggorokannya yang kering.

Setelah beberapa lama, Kushina mulai tenang, tubuhnya tidak lagi bergetar. Walaupun begitu, nafasnya masih sangat berat dan pendek.

"Aku tidak bisa terus bergantung kepada obat ini. Semakin lama, tubuhku tidak bisa menolerirnya."

"Dan di saat tubuhku tidak bisa menahannya lagi. Maka impianku untuk bertemu denganmu, Naruto-"

Kushina meneteskan air mata.

"-hanya akan menjadi angan-angan saja."


Matahari berada di puncak kepala ketika Naruto dan Sasuke keluar dari penginapan sementaranya itu. Sasuke mengunci pintu dan berjalan bersama Naruto ke arah kantor polisi tempat di mana Kepala Kepolisian Sai dan Wakil Kepala Kepolisian Ino berada. Mereka berniat untuk mengembalikan kunci rumah tersebut kepada Sai dan Ino, dan tidak lupa mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya atas kebaikan mereka dengan menyediakan tempat naungan untuk dua orang asing ini.

Tatapan mata Sasuke dan Naruto mantap, tanda mereka sudah mempersiapkan segalanya dengan matang. Rencana yang mereka buat memang jauh dari kata sempurna, tetapi Naruto tahu ia tidak sendirian, ada Sasuke di sampingnya, begitu pula dengan Sasuke.

(Beberapa saat sebelumnya.)

"Kita harus membuat rencana."

Sasuke mengangguk tanda setuju. Naruto berlari ke kamar dan keluar dengan peta yang sama dengan peta yang semalam ia dan Sasuke ambil dari laci milik tuan Jiraiya. Naruto membentangkannya di depan Sasuke.

"Tujuan kita adalah Bukit Filaria. Jika kita beruntung, pamanku mungkin masih berada di sana," ucap Naruto membuka percakapan ini. Ia memberi tanda X kecil di peta tersebut dimana Bukit Filaria berada.

Sasuke membalas, "Seperti yang aku bilang sebelumnya, kita sudah bergerak ke arah timur laut lumayan jauh dari Bandara California, di mana kita seharusnya bisa lebih dekat dengan bukit ini jika kita mulai pencarian kita dari sana."

"Madara mencoba menjauhkan kita dari Kyuubi," timpal Naruto dengan nada sedikit geram.

Sasuke mengangguk mengiyakan dan menambahkan, "Benar. Dan jika skala yang di tunjukan peta ini akurat. Aku bisa memperkirakan kita akan menghabiskan waktu sekitar enam atau tujuh jam untuk sampai ke sana."

Naruto membulatkan matanya. "Kita tidak punya waktu sebanyak itu Sasuke. Apa kita tidak bisa lebih cepat?"

Sasuke berpikir dan meraih dagunya dengan sebelah tangannya. "Kita mungkin bisa."

"Bagaimana caranya, Sasuke?"

"Itu mungkin jika aku masih memiliki mobilku. Tetapi kau meninggalkannya sewaktu kita dikejar Madara, ingat?"

Naruto menatap Sasuke geram, "Itu bukan salahku. Kau yang meninggalkanku sendirian di tengah hutan. Lalu apa yang kau harapkan? Aku mengendarai mobilmu dan tersesat atau terperosok ke dalam jurang? Tidak terima kasih."

Sasuke tersenyum menatap wajah Naruto yang merah karena marah.

"Baiklah baiklah. Itu memang salahku," ucap Sasuke dengan nada meminta maaf.

"Itu lebih baik." Naruto mengangguk setuju.

"Lalu bagaimana kita akan sampai di sana tepat waktu, Sasuke?"

Sasuke kembali memasang pose berpikirnya. Naruto menunggunya dengan cemas, bunyi detak jam membuatnya menjadi lebih khawatir, satu detik terasa lebih panjang dari satu tahun.

"Sabar Naruto"

"Kita dapat meminjam mobil milik Kepala Polisi Sai," Ucap Sasuke.

"Aku pikir itu akan sulit melihat bagaimana kau dan dia tidak terlihat akur ketika pertama kali bertemu," Naruto skeptis.

Sasuke mengangkat sebelah bibirnya. "Itu mudah."

Sasuke meraih jaketnya dan mengeluarkan sesuatu yang berkilau dan berwarna kuning keemasan.

"Dengan ini semua beres."

Sasuke menunjukan apa yang ia genggam ke Naruto.

"Wow, apakah benar bahwa itu?" Naruto meraba ukiran yang tercetak di permukaan benda itu.

"Ya, seperti yang kau kira. Itu adalah lencana FBI. Dengan menunjukan lencana itu aku dapat berbuat dan mendapatkan apa yang aku mau." Sasuke melingkarkan tangannya di depan dada tanda bangga.

"Wah, aku pikir setelah kau keluar dari FBI, kau tidak di perkenankan untuk memakai atribut organisasi tersebut. Biasanya mereka akan mencopot dan mengambilnya."

"Memang, ini adalah satu-satunya hadiah kenangan yang aku punya, yang diberikan oleh rekanku. Aku tidak yakin ini asli, tapi ini mungkin imitasi terbagus yang pernah aku lihat. Hampir tidak terlihat bedanya."

Naruto terkejut, "APA? Bukankah itu ilegal?"

"Aku tahu, tetapi terlalu banyak keuntungan yang kudapat dari sebongkah lempengan ini. Gratis parkir, gratis masuk tempat liburan dan taman hiburan, gratis bensin untuk kendaraan. Yang kau perlukan hanya menunjukan lencana itu dan hidup akan terasa lebih mudah," ujar Sasuke.

Naruto terkekeh, "Aku terkejut kau belum pernah ditangkap polisi sejauh ini."

Sasuke menimpali, "Mungkin keberuntungan."

Mereka berdua tertawa lepas. Tetapi tak berapa lama, Naruto langsung terdiam dan menunduk.

"Ada apa, Naruto?" tanya Sasuke.

"Aku harap Kyuubi ada di sini."

Naruto merasakan rambutnya di elus oleh sebuah tangan besar.

"Tenang Naruto. Kita akan melalui ini bersama-sama."

Naruto memandang Sasuke yang tersenyum menenangkannya. Naruto melompat dan memeluk Sasuke.

"Terima kasih, Sasuke."

Sasuke mengaitkan sebelah tangannya ke pundak Naruto dan tersenyum.

(End of Flashback)

Sesampainya di depan kantor polisi, Naruto dan Sasuke dikejutkan dengan dua buah mobil terparkir di luar kantor polisi tersebut. Mobil-mobil tersebut terlalu mewah untuk polisi-polisi di desa terpencil ini memilikinya.

Naruto dan Sasuke saling menatap heran.

"Kenapa tiba-tiba ada mobil ini di sini, Sasuke? Waktu pertama kali kita sampai, kita hanya melihat sebuah mobil patrolitua milik paman Sai dan Bibi Ino," tanya Naruto kepada Sasuke yang sama skeptisnya.

"Aku tidak tahu. Kemungkinan ada kunjungan orang luar ke kantor polisi ini," jawab Sasuke tanpa keyakinan.

Naruto dan Sasuke berjalan melewati dua mobil yang berjejalan parkir di depan kantor polisi yang sempit itu. Sesampainya di depan pintu kantor polisi tersebut, Sasuke mencoba mengintip ke dalam melalui kaca yang terlapis plastik film hitam di bagian atas pintu. Sasuke tidak dapat melihat terlalu jelas, tetapi ia dapat melihat bayangan dua punggung besar laki-laki sedang berjalan mondar-mandir di depan meja milik Kepala Polisi Sai dan satu punggung yang lebih kecil, yang sepertinya seorang perempuan, sedang duduk di sofa yang menghadap meja itu.

"Siapa mereka? Apakah mereka anak buah Madara?"

Naruto yang sejak tadi menatap Sasuke yang terlihat cemas bertanya, "Ada apa, Sasuke? Apa yang kau lihat?"

"Ada tiga orang mencurigakan dan aku tidak melihat Kepala Polisi Sai dan Ino di dalam."

"Jangan-jangan..." Naruto menutup mulutnya, mencoba untuk tidak panik dan teriak.

"Itu kemungkinan terburuk. Lebih baik kita tidak masuk ke dalam dan menjauh dari sini," perintah Sasuke.

Naruto mengangguk setuju. Tetapi sebelum mereka sempat berbalik dan menjauh, Naruto dan Sasuke mendapatkan sebuah tepukan di pundak mereka.

"WWWHHHAAAAAAA..!" Naruto berteriak kaget.

"Naruto dan Sasuke?"

Naruto berlari dan bersembunyi di punggung Sasuke.

"Sasuke lindungi aku."

Melihat Naruto yang bersembunyi, orang itu bertanya dengan nada kebingungan, "Ada apa dengan Naruto, Sasuke?"

"Dia hanya terkejut." Sasuke mengangkat pundaknya. "Tenang Naruto. Itu adalah nyonya Ino," ujar Sasuke menenangkan Naruto.

Naruto mengintip dari belakang punggung Sasuke dan bernafas lega.

"Nyonya Ino, aku melihat ada tiga orang mencurigakan di dalam kantormu. Aku tidak bisa melihatnya dengan jelas tapi sepertinya mereka berbahaya," bisik Sasuke cepat.

Ino membalas, "Tenang Sasuke, mereka adalah tamu. Mereka datang pagi-pagi sekali untuk mencarimu. Mereka berkata bahwa kau pasti mengenal mereka."

Naruto menatap Sasuke yang heran. "Mencari Sasuke?"

"Ayo masuk, mari ku perkenalkan mereka dengan kalian berdua," ucap Ino melewati mereka berdua dan meraih gagang pintu.

Ino membuka pintu, derak engsel karatan pintu tersebut membuat tiga orang mencurigakan itu menoleh. Sasuke dan Naruto yang berada di ambang pintu pun dapat melihat tiga orang tersebut.

Sasuke dapat melihat mereka bertiga dan langsung membeku, "Kalian..."

Tiga orang tersebut langsung berlari dan menghambur, mengelilingi dan memeluk Sasuke. Mereka bertiga serentak berkata, "Agen Senior Sasuke!"

Sasuke yang tidak siap mendapatkan tubrukan mereka bertiga, jatuh dengan mereka bertiga di atasnya. Sasuke terkekeh, "Hey, aku pernah bilang sebelumnya bahwa aku bukanlah seorang agen lagi.. Juugo, Suigetsu dan Karin!"

Karin yang berada di tumpukan paling atas merengek, "Kau adalah tetap agen senior kami, Sasukeee~."

Juugo dan Seigetsu yang berada di atas Sasuke mengangguk setuju.

Naruto yang kebingungan berdeham, "Ehem, apakah ada yang aku lewatkan di sini, Sasuke?"

Sasuke bangun dan menatap Naruto, "Naruto perkenalkan, mereka adalah pendampingku waktu aku masih bekerja di FBI, Juugo, Seigetsu dan Karin. Tanpa mereka, aku bukanlah siapa-siapa." Naruto mengangguk dan Sasuke melanjutkan, "Walaupun aku sedikit bingung, bagaimana mereka bisa sampai di sini."

Karin menjawab, "Selepas kau keluar dari FBI, kami mencari tahu tentang riwayat data-data yang kau ambil dari database rahasia milik pemerintahan. Kami mendapatkan akses internal dan anonim untuk masuk ke dalam databe tersebut. Kami memastikan tidak ada kesalahan dan jejak yang membuat kita akan tertangkap."

"Kami memastikan tidak akan berakhir sepertimu, Agen Sasuke," lanjut Juugo.

"Itu bagus," ucap Sasuke.

Suigetsu menambahkan, "Kami mendapatkan beberapa jejak bahwa kau telah mengunduh data tentang Madara. Dengan itu, kami semakin yakin bahwa kau tengah melakukan pengejaran terhadap Madara. Lalu, kami menelusuri segala rekam jejak aktivitas Madara, mulai dari penggunaan kartu kredit, rekaman kamera pengawas dan lain-lain."

"Dengan bantuan data-data tersebut, dan akses ke alat pelacak, kami menyimpulkan bahwa kami dapat menemukanmu di daerah ini," Karin menyimpulkan.

"Alat pelacak?" Sasuke tiba-tiba skeptis.

"Kau masih menyimpan lencana FBI hadiah kenangan kami bukan, agen Sasuke? Maafkan kami tidak memberitahumu sebelumnya, tapi itu bukan lencana FBI biasa. Suigetsu sudah memodifikasinya dengan menanamkan alat pelacak di sana," ujar Karin dengan nada maaf.

"Kami tahu kau akan bergerak untuk mengejar Madara jadi kami mengambil langkah ini, agen Sasuke. Maafkan kami jika kami lancang." Mereka bertiga serentak membungkukan badan.

Sasuke mengangguk walaupun dalam hatinya masih ada rasa kesal karena merasa di buntuti oleh junior-juniornya selama ini tanpa ia ketahui.

"Kami datang ke sini untuk membantumu Sasuke. Kami tidak akan membiarkan Madara, yang telah merenggut agen senior kami lolos dengan begitu mudah," ucap Juugo, diikuti dengan Suigetsu dan Karin yang mengangguk tanda setuju.

"Aku takjub dengan kalian semua. Dan aku benar-benar mengapresiasi keinginan kalian untuk membantuku. Tapi aku tidak bisa membawa kalian dalam bahaya ini. Kalian masih memiliki masa depan yang harus kalian raih. Perjalanan kalian masih jauh. Sedangkan aku.. Aku sudah memilih jalanku sendiri. Aku telah mendedikasikan hidupku untuk mengejar Madara. Dan aku tidak akan berhenti sebelum aku mendapatkannya," ujar Sasuke, mengedarkan pandangannya kepada mereka bertiga.

Naruto menggenggam tangan Sasuke yang sedikit gemetar, "Sasuke, kau lah yang mengajarkan ku untuk tetap kuat dan melewati ini semua bersama-sama. Kau mengajarkan ku itu semua."

Naruto menarik nafas ringan dan melanjutkan, "Mereka bertiga telah berusaha hingga sejauh ini hingga sampai di titik ini. Di titik dimana kita berada sekarang. Mereka bahkan membuat resiko yang besar untuk membantumu. Mereka adalah orang-orang sekaligus sahabat yang hebat. Dan kau bilang sendiri bahwa kita akan melakukan ini semua secara bersama-sama. Jadi, aku pikir lima otak lebih baik daripada dua otak bukan?"

Karin mengiyakan, "Itu benar, Sasuke. Dengan bersama kita akan semakin kuat."

Sasuke mengedarkan pandangannya kepada ketiga rekan mantan seperjuangannya itu. Tekad penuh terpancar dari mata mereka. Mata Sasuke pun kembali menatap Naruto. Naruto membalas dengan anggukan mantap mencoba meyakinkan Sasuke.

Sasuke menghela nafas dan tersenyum, "Baiklah, kalian akan ikut ambil bagian dari misi kali ini."

Karin, Suigetsu dan Juugo saling pandang dan mengacungkan ibu jari mereka kepada Sasuke secara kompak, "Seperti biasa, tidak akan pernah mengecewakanmu Agen Sasuke."

Sasuke tersenyum dan mengangguk, "Baiklah semuanya, kita harus bergegas, kita tidak punya banyak waktu lagi. Aku dan Naruto telah membuat sebuah rencana. Semuanya berkumpul di ruang tengah. Aku dan Naruto akan menceritakan rencana kita. SEMUANYA BERGERAK."

Mendengar komando dari Sasuke, semua orang bergerak cepat menuju ruang tengah. Meninggalkan Naruto yang geleng kepala sambil tersenyum.

"Ini dia"


Waktu menunjukan pukul 9 pagi. Embun pagi mulai menguap terkena sinar matahari yang mulai menguning. Tak jauh dari kaki bukit dekat dengan gerbang masuk desa, mobil Madara terparkir. Di atap mobil, Madara berdiri sambil mengangkat teropongnya, mencoba mendapat sudut pandang yang lebih baik.

Dia belum mendapati Sasuke dan Naruto keluar dari tempat persembunyiannya. Dia mengarahkan teropongnya ke empat arah mata angin tapi belum mendapati sosok mereka.

Madara sudah terjaga sejak pukul empat pagi. Dia tidak bisa tidur dengan nyenyak jika belum mendapatkan mangsa buruannya. Dia dapat memastikan Sasuke dan Naruto masih berada di dalam desa itu. Jika mereka sudah pergi, pasti ia akan segera tahu, karena hanya melalui gerbang desa ini lah mereka bisa keluar. Madara terus memantau melalui teropongnya tanpa membiarkan seekor lalat luput dari pandangannya.

Beberapa jam kemudian, ponsel Madara berdering. Madara melihat nama yang muncul di layar ponsel dan menjawabnya.

"Ada apa, Kushina?"

Seseorang perempuan menjawab dari seberang ponsel, nafasnya berat dan tersenggal.

"Ma.. Madara. Cepat katakan bah.. bahwa kau sudah menda-patkan, Naruto."

"Maafkan aku, Kushina. Mereka belum keluar dari tempat persembunyiannya. Aku berjanji akan segera membawa Naruto kehadapanmu."

Kali ini rintihan terdengar di balik suara perempuan itu yang tersenggal karena menangis.

"Segera, Mada.. ra"

Perempuan itu terbatuk-batuk.

"Rasa sakit ini kembali muncul.. Aku.. Aku tidak bisa menahannya lagi."

"Aku mohon, Kushina bertahanlah. Aku akan segera membawa mereka untukmu."

Madara mencoba menenangkan Kushina yang menangis.

"Untuk beberapa jam ke depan, bersabar lah. Aku tidak akan mengecewakanmu."

Tangis Kushina mulai reda.

"Baiklah, ma.. Madara."

Ketika telepon berakhir Madara tidak merasakan apapun selain bersalah karena telah membuat Kushina menunggu.

Pertama kali Madara mengetahui virus HIV yang menggerogoti tubuh Kushina ketika ia mendapati Kushina pingsan di kamar mandi. Sebelumnya ia telah curiga ketika mendapati berbagai macam obat dan resep dokter di dalam tas milik Kushina. Tetapi ketika ia menanyakan tentang obat itu, Kushina selalu menghindar. Sesekali ia melempar jawaban bahwa itu adalah obat sakit kepala biasa.

Tubuh penderita AIDS terkadang tidak terlihat berbeda dengan tubuh manusia sehat. Terkadang penderita AIDS baru mengetahui penyakitnya ini ketika penyakit AIDS itu sudah memasuki stadium lanjut. Di situlah Madara baru mengetahui penyakit yang di hadapi Kushina, ketika tubuh Kushina kian melemah dan ia sering pingsan jika kelelahan.

Kushina bercerita tentang masa lalunya. Ketika ia meninggalkan kampung halamannya dan Naruto. Tanpa bekal apa-apa, Kushina merantau ke kota besar. Di sana ia hidup di dunia kegelapan. Ia memulai bekerja sebagai wanita penghibur di sebuah klub kecil, di saat itulah ia memulai mengenal narkoba. Beberapa kliennya memaksanya menggunakan barang haram tersebut.

Kushina sangat polos dan tidak mengetahui resiko dari narkoba tersebut. Dia tidak ingin terlihat lemah, dia tidak ingin tersingkir dari pergaulan. Lagi pula ia harus memenuhi semua permintaan kliennya jika masih ingin bekerja di klub malam tersebut. Kushina pun memakai narkoba tersebut.

Penggunaan narkoba menggunakan jarum suntik secara bergantian dan hubungan seks tidak aman dan berganti-ganti pasangan. Tidak ayal, beberapa tahun kemudian Kushina sadar ia terkena AIDS.

Madara tidak keberatan akan hal itu. Madara mencintai Kushina karena menurutnya ia adalah segalanya. Walaupun Madara tahu ia mungkin tidak akan punya anak, tetapi masih banyak hal lain yang membuatnya senang selain kehadiran darah daging mereka. Dengan memiliki Kushina, Madara sudah tidak mengharapkan yang lain untuk membuat hidupnya lengkap.

Tidak lama kemudian, para lelaki di desa itu mulai memanaskan mesin-mesin truk mereka. Mereka memulai mencari nafkah dengan mengendarai truk mereka menuju hutan di dekat kaki bukit. Di mana pohon-pohon masih tumbuh lebat. Sorenya mereka akan kembali dengan potongan-potongan kayu memenuhi bak belakang truk mereka. Sebagian mereka simpan untuk dijadikan kayu bakar, dan sebagian lagi mereka jual untuk membeli bahan makanan.

Madara mengangkat teropongnya, mengamati satu persatu truk tersebut apakah Naruto dan Sasuke berada di dalamnya. Di antara deretan truk tersebut, dua buah Range Rover melaju, ketika Madara mengarahkan teropongnya ke jendela Range Rover tersebut, Madara tersenyum.

"Gotcha!"


(BEBERAPA SAAT SEBELUMNYA)

Sasuke menatap satu persatu rekannya di tambah Naruto yang sedang duduk di sofa, di depannya terpampang peta yang terbuka di atas meja. Sasuke bertanya, "Apakah rencananya sudah jelas?"

Karin mengangguk dan berkata, "Poin intinya adalah kita harus bergerak menuju titik di pegunungan Filaria ini untuk menyelamatkan paman Naruto tanpa terbunuh oleh Madara."

Sasuke mengangguk, "Benar. Aku ingin berurusan dengan Madara, tetapi kita harus memprioritaskan keselamatan paman Naruto terlebih dahulu. Paman Naruto sedang dalam penyandraan dan keselamatannya sedang terancam. Kita bisa mengurus Madara nanti."

Suigetsu dan Juugo mengangguk, Karin menambahkan, "Kami membawa dua buah mobil terparkir di luar, dan beberapa senjata dan peluru berada di bagasi, tidak ada yang terlewat."

"Madara tidak mungkin jauh dari sekitar desa ini. Persiapkan senjata dan pasang mata kalian," ucap Sasuke.

"Aku dan Naruto akan berada dalam satu mobil, kalian bertiga akan berada dalam mobil satunya," tambah Sasuke. "Ada kemungkinan Madara menunggu kita di gerbang desa, dia dapat dengan membunuh kita di sana. Kita akan menunggu para penebang pohon untuk keluar desa, dan kita akan mengikuti di belakang truk-truk mereka. Madara tidak akan berani mendekati kita sebelum sampai di kaki bukit, kita mendapatkan waktu lebih untuk mendahuluinya."

Mendapati semua rekannya mengangguk mengerti, Sasuke memerintah, "Baiklah semuanya. Kita berharap yang terbaik. SEMUANYA BERGERAK!"

Juugo, Suigetsu dan Karin langsung bangkit dari sofa, memberikan hormat kepada Sasuke dan berlari menuju mobil mereka, meninggalkan Naruto dan Sasuke berada dalam ruangan.

Sasuke berjalan mendekati Naruto yang sedang menatap ketiga agen itu meninggalkan ruangan.

"Kau beruntung Sasuke, kau mempunyai prajurit-prajurit yang sangat loyal," ujar Naruto kagum.

Sasuke menggenggam dua tangan Naruto dan membawa ke depan bibirnya. "Tidak hanya soal pekerjaan. Kami FBI juga loyal terhadap pasangan kami." Sasuke menggoda Naruto.

Naruto membalas dengan memeluk Sasuke dan Sasuke pun menerimanya dengan pelukan hangat.

"Semuanya akan baik-baik saja kan, Sasuke?"

Sasuke mengeratkan pelukannya dan berbisik ke telinga Naruto.

"Semuanya berada dalam kendali, Naruto."


Perpisahan dengan Polisi Sai dan Polisi Ino tidaklah mudah. Walaupun pertemuan mereka tidaklah bagus, sedikit banyak Sai dan Ino telah membantu Naruto dan Sasuke bertahan hidup. Jika mereka tidak dibiarkan menetap selama semalam di desa tersebut, mereka mungkin akan bermalam di tengah hutan. Menunggu untuk mati kedinginan, kelaparan ataupun menjadi santapan hewan liar.

Sasuke dan Naruto melambaikan tangan mereka kepada Sai dan Ino sebelum masuk ke dalam mobil. Sasuke yang berada di kursi pengemudi menatap Naruto, "Kau siap?"

Naruto mengangguk, "Kapan pun kau siap."

Sasuke menyalakan mesin mobil dan memimpin perjalanan di depan mobil dimana Karin, Juugo dan Suigetsu berada.

Pintu gerbang di penuhi truk-truk pengangkut kayu yang berbaris rapi untuk keluar melewati gerbang desa satu-satunya. Sasuke mengambil antrian dan berhasil keluar di antara truk truk tersebut, meninggalkan desa kecil itu.

Mobil Sasuke dan mobil Juugo berjalan beriringan di tengah-tengah truk.

"Apakah kau melihat sesuatu, Naruto?"

Naruto berbalik dan melihat melalui kaca belakang.

"Sejauh ini aku belum melihat keberadaan Madara. Mobil Juugo masih berada di belakang kita."

"Bagus, tapi jaga pistolmu tetap berada di dalam jangkauan."

Sasuke tetap fokus di roda kemudi sambil sesekali mengawasi sekitar.

"Madara tidak akan mengikuti kita dengan masuk ke dalam rombongan truk ini, itu akan memperlambatnya. Ia kemungkinan berjalan melalui pepohonan dan memantau dari jauh, menunggu kita berpisah dari rombongan untuk menyerang."

Jalan tanah tanpa aspal benar-benar buruk untuk dilalui. Beruntung mereka tidak sedikit pun kesulitan melewatinya.

Sesampainya di dekat kaki bukit mereka berpisah dengan rombongan truk. Mereka berlima memutuskan untuk mengambil jalan menyusuri kaki bukit. Medan jalannya lebih baik daripada menyebrangi pegunungan.

"Naruto, ini saatnya kau bekerja. Terus perhatikan sekitar. Jika ada sesuatu yang aneh cepat beritahu."

Naruto mengangguk, ia mengambil walkie-talkie dan berbicara.

"Karin, masuk. Bagaimana situasi di mobil dua?"

Receiver di walkie-talkie Naruto berderak dan mengeluarkan suara.

"Karin disini. Sejauh ini, menurut pantauanku tidak ada yang mencurigakan. Belum ada tanda-tanda kehadiran Madara. Tapi situasi di sini agak sedikit kacau."

Naruto menjawab, "Apa yang terjadi, Karin?"

Walkie-talkie Naruto kembali berderak, "Juugo sudah dua kali buang angin, aku berpikir untuk segera menendangnya keluar mobil."

Naruto dan Sasuke tertawa. Sasuke mengambil walkie-talkie dari tangan Naruto dan berkata, "Baiklah, kita akan sedikit menambah kecepatan, kita harus membuat jarak sejauh mungkin dari Madara."

Karin menjawab, "Roger that, sir."

Sasuke menginjak pedal gas lebih dalam. Membuat laju mobil meningkat. Mobil kedua masih mengikuti di belakangnya.

Pepohonan di samping kanan dan kiri jalan membuat udara di perjalanan tidak terlalu panas. Jalanan sedikit bergelombang karena bebatuan dan berkelok. Pasir kering terhempas menimbulkan asap debu yang semakin meninggi dan kelamaan menghilang di bawa angin. Suasananya sungguh tenang dan menghanyutkan.

Sasuke menoleh ke Naruto yang sedang menatap keluar jendela. Sasuke meraih tangan Naruto dengan satu tangan tetap di roda kemudi.

"Kau dapat sesuatu?"

Naruto tidak langsung menjawab Sasuke.

"Umm.. Sasuke?" nada cemas terdengar dari suara Naruto.

Sasuke langsung menatapnya serius, "Ada apa?"

Naruto membalas dengan nada yang sama cemasnya seperti sebelumnya, "Ada yang aneh dengan tanaman di sepanjang jalan ini. Mereka semua rusak, bukan seperti rusak di makan hewan liar. Tetapi seperti tergilas sesuatu sehingga membuat mereka patah dan rata dengan tanah."

Sasuke membulatkan matanya, "Itu artinya kendaraan pernah melaju di atasnya sebelumnya. Tanaman itu rusak karena tergilas roda kendaraan itu."

Sasuke melanjutkan, "Itu berarti Madara berada tidak jauh di depan kita, persiapkan senjatamu dan beritahu Karin dan yang lainnya."

Naruto mengangguk dan melaksanakan perintah Sasuke. Sasuke mematikan lampu depan agar Madara tidak mengetahui mereka dari jauh.

Tidak berapa lama, Sasuke mendengar suara mesin sebuah mobil melaju dari arah berlawanan melaju mendekati mereka. Tidak lain, itu adalah Madara.

"Sialan," Sasuke bergumam.

"Ada apa?"

"Jalanan di depan kita berkelok-kelok... Madara mungkin akan datang dari arah berlawanan, Persiapkan dirimu, Naruto."

Naruto mengambil pistol yang berada di sampingnya, mengecek amunisi dan meletakannya di depan dada.

Sasuke membungkuk, menarik senjata dari bawah kursinya, dan menjatuhkannya ke pangkuannya. Dia menurunkan jendelanya, lalu mengambil pistolnya, bersiap-siap jika Madara muncul di depan mobilnya.

Naruto dengan panik mengeluarkan senjatanya dan kemudian menurunkan jendelanya.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Sasuke.

Naruto menjawab, "Bersiap-siap sepertimu."

Sasuke hampir berteriak, "Jangan. Menunduk dan jaga kepalamu tetap di bawah. Jika Madara datang, dia akan muncul dari sisimu."

Naruto mengabaikan perintahnya. "Katakan saja kapan aku harus mulai menembak. Kau fokus memacu kendaraan secepat mungkin. Aku akan menahannya sampai mobil kita melewatinya."

Kedengarannya seperti rencana yang bagus, dan dia mengatakannya dengan penuh semangat, tetapi itu hanya karena dia tidak percaya bahwa Madara bisa muncul kapan saja dengan cepat.

Raungan mobil Madara semakin terdengar mendekat.

"Menunduk!" teriak Sasuke.

Naruto melepas sabuk keselamatan. Bersandar di pintu, dia meletakkan tangannya ke luar jendela, memantapkan laras pistol ke kaca spion samping, dan menunggu. Naruto merunduk sebanyak yang dia bisa.

Ketika mobil Madara berjarak 100 meter di depannya, Sasuke berteriak, "Sekarang!"

Madara dan Naruto menembak secara bersamaan, lagi dan lagi saat mobil mereka melaju ke arah mobil Madara. Madara tidak main-main, spion samping dan bumper depan terkena keganasan peluru Madara. Naruto berusaha mengarahkan pistolnya walaupun dengan posisi yang sulit. Madara menunduk untuk berlindung, lalu bergegas mengangkat senjatanya kembali. Naruto terus menembak, Sasuke mengarahkan kemudi agar tidak terjadi tabrakan dengan mobil Madara. Bantuan datang dari mobil di belakang mereka. Juugo dan Suigetsu ikut menembak ke arah Madara, membuat Madara terpaksa menunduk berlindung saat mobil Sasuke dan Karin melewatinya.

Sasuke dan Karin mencoba memacu kendaraanya lebih cepat meninggalkan mobil Madara yang sedang berputar balik dan mengejar mereka di belakangnya.

Jalan itu tiba-tiba melengkung ke atas gunung. Ada jalan tanah yang miring ke selatan yang akan membawa mereka semakin jauh dari Madara, tetapi Sasuke tahu bahwa, dengan kecepatan ia sekarang, mobil akan berputar jika dia mencoba berbelok.

"Aku kehabisan amunisi," kata Naruto sambil mengambil amunisi di bawah jok mobil.

"Simpan amunisimu, Naruto. Kita membutuhkannya kembali nanti. Sekarang kau beritahu Karin untuk memelankan laju kendaraannya, kita akan berbelok dan mengambil jalan pintas. Aku tahu daerah ini."

Naruto bereaksi cepat, Sasuke membanting setir ke arah pegunungan, mengambil jalanan sedikit menanjak, Sasuke menoleh ke spion untuk memastikan mobil Karin tidak tertinggal. Tidak jauh di belakang sana mobil Madara masih mencoba mengejar.

Naruto menoleh untuk melihat ketika Sasuke meraih bagian belakang lehernya dan mendorongnya ke bawah.

"MENUNDUK!" perintah Sasuke ketika kaca belakang mobil hancur terkena peluru Madara.

Mereka masih memanjat dan mencapai tikungan tajam setelah Madara meledakkan kaca belakang mereka.

Mereka memiliki keuntungan dengan melaju di medan bebatuan berpasir seperti ini. Mobil Madara tidak di desain untuk itu.

Ketika Sasuke berpikir ia sudah mengambil jarak cukup jauh dari Madara. Sebuah tembakan dari senapan Madara meletus. Peluru itu berhasil menembus ban kiri belakang mobil Sasuke membuat mobil Sasuke berputar. Sasuke berusaha menginjak rem tetapi mobil tetap melaju tak terkendali.

Dunia bagai berhenti untuk sepersekian detik ketika mobil tak terkendali itu mengarah ke sebuah pohon besar.

CHAPTER 9 – END


AUTHOR'S NOTE :

Halo para reader tersayang. Saya benar-benar mengucapkan terimakasih banyak bagi kalian yang memberikan review di chapter 8 kemarin. Aku benar-benar terkejut ternyata masih ada yang menunggu update dari fic sampah ini. Benar-benar unbelievable.

Melihat respon kalian yang begitu positif. Aku menahan diri untuk tidak meletakan fic ini di dalam kolom discontinued.

Saat pertama kali aku membuat fic ini, aku tidak ingin membuat fic ini begitu rumit, hanya fic biasa dengan bumbu crime dan romantic dasar. Tetapi dengan berjalannya waktu, banyak sekali perubahan jalan cerita yang terjadi yang membuat fic ini sulit untuk kembali ke storyboard awalnya. Aku benar-benar berpikir keras untuk membuat fic ini tetap koheren dengan chapter sebelumnya dan chapter yang akan datang.

Dan especially chapter ini, aku benar-benar pusing membuatnya. Sampai-sampai aku membuat dua versi cerita berbeda dari chapter ini. Yap, chapter yang kalian baca ini adalah chapter versi terpilih. Chapter versi yang lain sudah saya bakar karena begitu buruknya. XD

Enjoy this chapter dan jangan lupa tinggalkan reviewnya ya *wink* *wink*


NGINTIP CHAPTER SELANJUTNYA YUK :

Bantuan datang kepada pihak Sasuke dan Naruto. Tetapi apakah itu akan membuat mereka semakin dekat dengan tujuannya? Lembaran demi lembaran tersibak. Masa lalu Kushina yang kelam dan menyedihkan terungkap. Apakah ini akan membuat akhir baru dari cerita ini?

"NARUTO.. BERTAHANLAH!"

...

"..."

...

"..."


MOHON SEMPATKAN MEMBERIKAN REVIEW, KRITIK MAUPUN SARAN.

KARENA ITU SANGAT BERARTI BAGI AUTHOR.