Secret Behind The Rainbow

SL Baby99

M

HunHan slight KyuMin

' Luhan mencintai Sehun, Begitupun sebaliknya. Tapi, cinta mereka dianggap akan membawa malapetaka untuk seluruh kota. Sehingga, para pemimpin dan pemuka agama menyandra Luhan. Luhan tidak tahu bahwa cinta tulus nan sucinya membawa dirinya pada ajalnya. '

OOC, Typo(s), Yaoi, Lime, Lemon,

REMAKE, Age Swicth.

Cerita ini REMAKE dari Kisah nyata. seorang anak yang dieksekusi. diusia mudanya. Jadi disini. Daku Cuma Ngeubah Sedikit banyak Alur Tempat dan Tokohnya saja. Dan Maaf bila tak sesuai dengan yang cerita aslinya.

I TOLD YOU BEFORE YOU READ THIS FF. IT'S YAOI IF YOU NOT LIKE PLEASE DON'T READ OKEY!

©2016 SL Baby99 present

.

.

Prologue

.

.

Happy Reading ^ᴥ^

Sebuah kisah yang terjadi di Renaissance, Florence pada suatu tahun di abad pertengahan.

Seorang anak bangsawan dari keluarga bangsawan, Keluarga yang terhormat Oh. Oh Sehun nama anak itu.

Seorang anak yang mempunyai paras rupawan dan sejuta karisma yang mempesona kaum wanita yang diturunkan oleh sang ayah meskipun dirinya baru berusia 12 tahun.

Oh Sehun adalah anak tunggal dari pasangan Oh Kyuhyun dan Lee Sungmin. Karena itu, Sehun sangat disayangi kedua orang tuanya.

Dan cerita ini berawal dari sebuah pertemuannya dengan seseorang yang memabukan pikiran dan jiwanya di karnaval musim semi ini.

" Oh, Sayang! Eomma haus sekali. Ayo, kita membeli minuman distand sebelah sana. " Sungmin berujar gembira, Sembari menarik lengan anak lelaki semata wayangnya.

Sedangkan Sehun pasrah saja, ketika tanganya diseret paksa oleh sang ibunda. Lagipula, wanita itu tidak pernah menanyai apapun tentang pikiran dan pendapatnya.

Distand itu, begitu banyak orang yang mengantri disana. Kabarnya, minuman yang mereka jual sangatlah nikmat. Minuman itu berasal dari ekstrak anggur hijau yang sudah dipermentasi selama dua tahun lebih.

Dan, sebenarnya Sehun tidak terlalu menyukai apapun itu makanan ataupun minuman yang dihasilkan dengan cara permentasi. Bukan apa-apa kebanyakan hasil olahannya akan mengandung unsur zat asam yang sudah pasti meracuni sedikit banyak otak manusia. Dan Sehun tidak mau dirinya termasuk kedalamnya.

.

.

Luhan lari tergopoh-gopoh dengan baskom besar dikedua tangan kecilnya. Lelaki berwajah cantik itu harus bersusah payah membawa baskom besar yang berisikan cairan permentasi anggur hijau yang menjadi bahan utama dagangan pamannya, melewati ribuan orang yang sedang menikmati karnaval musim semi ini.

Kebetulan hari ini adalah hari kedua dari pawai parade yang diadakan penghuni kota dalam karnaval yang berlangsung selama dua minggu itu. Dan Luhan harus benar-benar cepat agar tak dimarahi paman dan bibinya karena ia lamban.

Tapi, luhan rasa. Hari ini orang-orang yang mengikuti karnaval begitu banyak. Luhan sampai-sampai tidak diberi jalan ketika ia barusaja tiba di pintu gerbang areal karnaval.

Tanpa diketahui, tiba-tiba saja beberapa anak kecil laki-laki berlarian melewatinya. Salah satu diantara mereka tak sengaja menyenggol tubuh Luhan, dan membuat Lelaki cantik itu oleng kehilangan keseimbangannya.

Malangnya, setelah itu Luhan terjatuh. Air hasil permentasi Anggur hijau pamannya tumpah ruah di tanah.

" Dasar rakyat jelata! "

Sedikit banyak Air anggur hijau itu mengenai tubuh Luhan dari mulai tangan dan ujung kakinya. Luhan melihat sepasang sepatu cantik khas bangsawan berada tepat didepan matanya.

" Lihat gaun indahku kau kotori dengan air busukmu! "

Mendongkakan kepalanya keatas, mencoba melihat sipemiliknya. Dia wanita cantik yang sayang sekali omongan dan etikanya tak secantik wajahnya.

" Maafkan aku, Nona! Aku tidak sengaja! "

Karena merasa bersalah, Luhan memohon atas perbuatan yang tak ia sengaja itu sambil bersujud dikaki wanita itu yang tertutupi ujung gaunnya.

" Kurang ajar! Beraninya kau menyentuh ujung gaunku dengan tangan kotormu. Menjauh dariku, Busuk! "

Dengan segan wanita itu menendang Luhan yang sedang memeluk kakinya. Sungguh, Ia tidak sudi meski di sentuh seujung kainpun oleh seorang rakyat rendahan layaknya Pemuda kecil dihadapannya ini.

" Beruntung aku sedang dalam suasana hati yang baik sekarang! Kalau tidak, Aku sudah menjebloskanmu kepenjara... Cuih! "

Wanita itu marah, Ia menunjuk-nunjuk Luhan dengan telunjuknya yang kukunya panjang-panjang. Setelah itu, Wanita bangsawan itu meludahi Luhan tepat wajahnya.

Luhan hanya memalingkan wajahnya ketika wanita itu meludah padanya. Sungguh Luhan sudah sangat sering diperlakukan seperti ini. Meski begitu, tetap saja Luhan merasa sakit hati dan rasanya ingin menangis saja.

" Awas saja! Kalau aku bertemu denganmu lagi. Aku akan memanggil hakim untuk memberi vonis kepadamu, busuk! "

Dan setelah kalimat ini, wanita bangsawan itu pergi melanjutkan lancongnya yang sempat terganggu oleh Luhan.

Sedangkan Luhan?! Lelaki kecil berwajah perempuan itu masih diam ditempat dan posisinya yang semula. Mata rusa indahnya memanas dan mulai berkaca-kaca.

Tidak, Luhan tidak menyesal lahir didunia. Hanya saja, mengapa hidupnya sedemikian menderitanya. Setiap hari dan setiap saat, cercaan dan cemoohan selalu diterimanya. Sampai kapan Luhan harus seperti ini? Sampai kapan dirinya harus menanggung perih? Dan kapan Luhan bisa merasakan apa itu bahagia seperti penghuni kota lainnya yang hidup sejahtera bersama keluarga mereka? Kapan Luhan bisa seperti itu?

Menutup mata, mencoba menahan buliran airmatanya untuk jatuh ketanah. Tidak, Luhan harus tetap kuat. Luhan masih percaya kalau ada menderita pasti ada bahagia juga, yang penting sekarang adalah menunggu kapan kebahagian itu datang!

.

.

Sehun melihat semuanya. Lelaki berahang tegas itu melihat semua kejadiannya dari awal. Semula dirinya tengah menunggu Eomma montoknya, karena bosan Sehun mengedarkan pandangannya kesekitar barangkali ada sesuatu yang menarik untuk dilihat dari pada terus berdiri di tengah kerumunan orang yang sedang mengantri.

Dan ketika itupula, Dirinya melihat anak-anak kecil berlarian ditengah lautan orang dewasa yang sedang menonton hiburan parade musiman. Tak lama, salah seorang dari anak tersebut menyenggol seorang lelaki yang tampak seumuran dengannya.

Setelah itu, si lelaki terjatuh dan menubruk salah satu wanita yang sehun kenal sebagai istri dari sahabat ayahnya. Wanita itu Tan Heechul!

Heechul memarahi Lelaki itu dan mencemoohnya. Tidak, Tidak, Tidak! Kenapa seorang bangsawan bersikap demikian? Bukankah seorang bangsawan seharusnya mencontohkan kedermawanan dan kemawasan agar jadi panutan. Kenapa Nyonya Tan itu malah bersikap seperti seorang rendahan.

Dan Sehun begitu sangat geram ketika Wanita itu memberikan Ludahnya secara tiba-tiba tepat diwajah Pemuda mungil itu. Sehun pikir, Apa yang dilakukan Pemuda itu adalah hanya kesalahan kecil semata. Lagipula, itu terjadi atas dasar ketidak sengajaan. Mengapa istri bangsawan itu sangat marah?

Seharusnya, Nyonya Tan membantu Pemuda mungil itu karena dia juga tertimpa Air dari baskom yang Ia bawa. Sedangkan Nyonya Tan hanya terkena secipratan saja, dan memarahinya habis-habisan.

Setelah melihat Nyonya Tan Heechul pergi. Sehun mendekati Lelaki kecil itu, dilihatnya Pemuda kecil itu tengah memejamkan matanya.

Selain itu, sehun bisa melihat hidung Lelaki itu memerah. Pasti lelaki itu tengah menahan tangisnya.

Ketika tangan kecil itu hendak meraih Baskom yang sudah kosong isinya, Sehun lebih dahulu meraih tangan kecil nan terasa halus itu dengan tangannya.

Dan Luhan-Lelaki kecil itu tersentak kaget dan mendongkakan wajahnya sehingga kedua wajah itu saling bertatap muka begitu dekat dan lama.

Astaga! Sehun pikir Lelaki itu mempunyai wajah yang begitu jelek dan tidak enak dipandang ketika Nyonya Tan memarahinya. Nyatanya? Pemuda ini memiliki wajah yang begitu Luar biasa. Begitu indah dan mempesona!

Sehun membantu Pemuda itu berdiri. Sehun bisa merasakan ringannya tubuh Pria kecil ini, bisa dilihat dari tubuhnya yang kurus kering dan tak terurus ini. Meski begitu, Karisma yang dimilikinya mampu membuat Sehun menganga.

" Terim- "

Belum sempat Luhan-Lelaki itu mengucapkan ucapannya Sehun sudah menarik lengannya begitu kencang keluar dari areal karnaval.

.

.

Luhan tidak tahu apa yang dipikirkan oleh Lelaki yang kelihatannya seusia dengannya. Setelah Nyonya yang Luhan tumpahi Gaunnya dengan Air permentasi Anggur hijau milik Pamannya itu Pergi tanpa Luhan sadari seseorang telah berdiri didepannya.

Lelaki itu membantu Luhan untuk berdiri. Dan ketika Luhan ingin mengucapkan Terimakasih, Lelaki yang seumuran dengannya itu menarik lengannya.

" Kau ingin membawaku kemana Tuan? "

Luhan bertanya sesopan mungkin. Meskipun Ia adalah seorang rakyat jelata, Itu bukan berarti Ia tak punya etika dan budi berbicara dengan Krama.

Tapi, Lelaki itu diam saja. Ia terus menarik Luhan hingga Luhan tahu kemana mereka akan pergi, Luhan tau tempat yang Lelaki itu tuju sekarang.

Karena terlalu bingung dengan situasi sekarang. Luhan sampai Lupa kesedihan, yang Ia peroleh dari seorang wanita Bangsawan yang Ia tabrak tadi.

" Aku tahu kau ingin menangis, Sekarang menangislah! "

Lelaki itu berkata langsung. Membuat Luhan bertambah bingung. Luhan menatap Lelaki itu dengan matanya yang sudah berair.

" Tidak usah menahannya, Sekarang kau bisa menangis sepuasnya! Tidak akan ada yang melihat dan mendengarmu selain aku. "

Sehun-Lelaki itu, Ia mengerti apa yang dipikirkan Lelaki mungil yang Ia seret itu. Dia kebingungan!

Mengedipkan matanya beberapa kali. Luhan, berusaha meraih kesadarannya. Kalian tahu? Bila saja kalian meminum Air permentasi dari anggur hijau milik pamannya Lima gelas saja, Kalian akan merasa seperti di surga. Dunia ini seakan-akan begitu indah dirasa!

Dan Luhan sekarang merasakan itu, Walaupun Lelaki berwajah perempuan itu tak mengecap minuman milik pamannya itu walau hanya setetes saja.

Sebelumnya tidak pernah ada yang perduli padanya. Bahkan paman dan bibinya menginginkan Luhan mati saja, karena menurut mereka Luhan itu merepotkan dan membebani mereka.

Jangankan paman dan bibinya, Ibu dan Ayah Luhan saja pergi meninggalkannya dengan berpura-pura bekerja di negeri lain untuk memberi Luhan nafkah. Tapi nyatanya? Ibu dan Ayahnya tidak pernah kembali hingga kini. Luhan cantik yang malang!

Dan sekarang?! Tiba-tiba saja seorang lelaki asing yang seumuran dengan datang bermaksud menghibur dirinya. Padahal mereka tidak saling mengetahui satu sama lain sebelumnya.

Lelaki itu perpakaian sangat rapih, begitu tampan dan mempesona juga penuh karisma. Dan Luhan Yakin sekali, Lelaki ini adalah salah satu anggota dari keluarga bangsawan.

Melupakan kemungkinannya. Luhan menenggelamkan perasaannya pada hal yang sekarang terjadi padanya. Untuk pertama kali dan entah ini yang terkahir atau bukan untuknya, ada seseorang yang perduli padanya.

Mmenakjubkan! Luhan yakin tuhan itu tidak tidur, Tuhan pasti membalas kesedihan dengan kebahagian. Walaupun ini hal biasa bagi beberapa orang lainnya, Tapi untuk Luhan ini adalah Keajaiban. Seseorang perduli padanya!

" Hiks... "

Tanpa diminta Airmatanya turun begitu saja dengan mulusnya. Luhan sudah mengenal seluruh anggota tubuhnya, Tapi entah kenapa sekarang anggota tubuhnya seolah berontak semua.

Menundukan wajahnya lalu mencoba menghapus Airmatanya dengan Jemari kecil kanannya. Tidak, Luhan tidak menyesal tidak ada yang perduli padanya sebelumnya. Hanya saja sekarang Ia terharu pada seseorang yang asing justru perduli padanya, dan menurut Luhan ini adalah keajaiban tuhan yang terindah dalam hidupnya.

.

.

" Aku sangat tersanjung dan senang atas hiburan anda Tuan. Terimakasih! "

Luhan menundukan wajahnya ketika mengatakan kalimat barusan. Bukan, Ini bukan dari segala kesopanan yang harus ditunjukan diri ke orang lain. Melainkan, Luhan merasa malu pada dirinya sendiri sekaligus senang yang tak terlukiskan dan tak diketahui apa sebabnya.

Sedangkan Sehun, Lelaki itu memberengut karena sedaritadi dirinya sudah meminta Luhan untuk jangan memanggilnya dengan sebutan Tuan. Dan karena kekesalan itu pula, membuat dirinya lupa bahwa mereka belum berkenalan.

" Sudahku bilang jangan memanggilku dengan sebutan Tuan! " Serunya marah.

Sedangkan Luhan hanya terkekeh kecil. Menurutnya wajah kesal Lelaki disampingnya itu begitu lucu.

" Kalau aku tidak boleh memanggilmu Tuan! Lantas, Bagaimana aku bisa memanggilmu? "

Sehun menunjukan ekspresi berpikirnya. Iya juga, Kalau Lelaki mungil ini tidak memanggilnya dengan sebutan Tuan, Lantas Ia harus memanggil Sehun apa?

Lama berpikir. Sehun merutuki dirinya sendiri yang begitu bodoh dalam hal sepele seperti ini. Kalau Lelaki ini tidak memanggilnya Tuan, Ia bisa memanggil Sehun dengan namanya saja kan? Bukan itu juga agar mereka akrab dan saling dekat?!

" Kalau begitu, Panggil aku Sehun saja! "

Luhan yang sedang memandang Sungai indah didepannya mengalihkan pandangannya pada Lelaki disampingnya ketika Lelaki kecil yang terlihat seumuran dengannya membuka suaranya setelah beberapa waktu terdiam terlihat berpikir.

" Sehun?! "

Luhan berujar, Ia pikir Sehun adalah nama yang cocok untuk Lelaki disampingnya.

" Ya, Panggil aku dengan itu! " Kata Sehun menegaskan.

" Ya, Sehun! " Dengan jahil Luhan menjawab Pernegasan Sehun dengan kalimat yang terdiri dari dua kata dengan nada berseru yang jenaka.

Dan Sehun menekuk wajahnya kembali, Ia merasa Luhan sedang menertawainya. Memangnya apanya yang lucu huh?

" Ya, Lalu siapa namamu? "

Luhan terhenti dari tawa kecilnya ketika melihat ekspresi kesal Lelaki kecil disampingnya. Dan tersenyum manis sambil berujar,

" Luhan! Panggil aku dengan Luhan. "

Luhan. Itu adalah nama yang diberikan Ibunya ketika dirinya masih bayi. Ibunya bilang Luhan itu mirip rusa Kecil, Mungil dan Indah.

" Luhan?! "

" Ya, Luhan. Lu itu Rusa dan Han adalah margaku. Ah, Sehun apa margamu? "

" Margaku! Oh, Margaku Oh. "

" Ngomong-ngomong, Luhan! Berapa umurmu? " Sehun penasaran dengan fakta yang satu ini. Meskipun Ia yakin kalau Luhan masih seumuran dengannya, Tapi tetap saja Ia ingin bukti kebenarannya.

" Umurku?! Aku berumur 13 tahun dan akan bertambah Dua bulan lagi, Tepatnya pada bulan April. Memangnya kenapa? "

Apa? Apa Sehun salah dengar atau Luhan yang salah bicara?

Luhan bilang Ia berusia 13 tahun. Sehun kira luhan itu berusia 10 tahun atau paling tidak 11 tahun. Tapi ternyata, Lelaki yang tubuhnya lebih kecil daripada Sehun itu berusia lebih tua satu tahun darinya. Benar-benar tak terduga kan?

" Tidak ada apa-apa. Aku hanya ingin tahu. "

Setelah itu, Kedua anak laki-laki berbeda kasta itu saling berbagi cerita. Menceritakan pengalaman dan pengetahuan hidup mereka yang pastinya benar-benar berbeda mengingat status sosial keduanya.

.

.

" Kau tahu selain Sungai ini, Aku masih punya satu tempat lain yang bagus. Mau kesana? "

Sehun pikir tidak masalah memberitahu Luhan tempat favourite dan persembunyiannya kepada Luhan. Entah kenapa, Ia ingin berbagi semua yang Ia punya dengan Luhan.

Mendengar ceritanya tadi, Sehun sangat ingin membunuh Paman dan Bibi lelaki kecil ini. Masalahnya mereka memperlakukan Luhan bak budak tak berarti, Padahal kenyataanya Luhan masih Saudara mereka sendiri.

Luhan masih kecil-Meskipun dirinya jauh lebih kecil soal umur-Tapi Lelaki kecil ini harus menahan sakitnya penghinaan dan kekerasan.

" Itu bukan Ide buruk! "

Dan setelahnya, Sehun mengajak Luhan untuk ketempat Persembunyian terakhirnya. Tempat itu terletak didalam hutan, Siapa yang menyangka didalam hutan selebat ini mempunyai sebuah danau indah didalamnya. Menakjubkan!

Setelah menempuh waktu mungkin kisaran Duapuluh menitan akhirnya mereka sampai tujuan.

Danau itu mempunyai air berwarna hijau pias, sangat cantik! Dan langit sore semakin membuatnya nampak begitu indah.

Selain yakin bahwa Tuhan itu Pemberi kebahagian setelah kesedihan. Luhan juga Yakin Kalau Tuhan itu adalah Pencipta terbaik. Buktinya, Mana ada sesuatu yang bisa membuat pemandangan sebegitu indahnya seperti ini Kalau bukan Tuhan bukan?

Dengan sifat-sifat kekanakannya Luhan berlari antusias ke tepian danau. Ia ingin melihat lebih dekat lagi dan menyentuh Air danau yang indah ini.

" Bagaimana? "

Dan ketika Sehun menannyainya tentang pendapatnya. Dengan cepat Luhan berkata,

" Sehun?! Ini indah! "

Jawabnya terlampau bahagia. Disamping itu tanpa Luhan ketahui Sehun memiliki satu kalimat lagi setelah ini.

" Bahkan kau jauh lebih Indah! "

Sehun tidak ingin memakai kata cantik untuk Luhan-teman barunya ini. Meski pada kenyataannya memang begitu, Tapi walau bagaimanapun juga Luhan itu laki-laki sama seperti dirinya. Dan laki-laki tidak pantas disebut cantik. Cantik itu hanya sebuah kata yang pantas untuk Perempuan, Dan kata itu tidak dapat mendeskripsikan bagaimana Luhan. Akhirnya indahlah kata yang tepat untuk Luhan si Lelaki berwajah bak Perempuan.

Luhan berjongkok dan mulai memainkan Air danau yang hangat ini. Ia tidak tahu kapan dan bagaimana Sehun bisa menemukan Danau seindah indah ini, Yang jelas Luhan ingin Sekali Berada disini saja.

Luhan tak merasakan keberadaan Sehun disampingnya, Karena itu dia membalikan tubuh kecilnya untuk melihat dimanakah Lelaki yang kelihatannya seumuran dengannya. Yang pada kenyataannya Sehun itu lebih muda satu tahun darinya.

Dan disana! Sekarang Sehun tengah duduk bersandar dibawah pohon tinggi yang ada disana. Helaian rambut yang terlihat halusnya diterpa segerombolan angin membuatnya bergoyang tak karuan. Lelaki itu menutup matanya menikmati suasana yang sangat jarang dirasakannya jikalau berada ditengah kota.

Meskipun hanya kota kecil, Renaissance termasuk salah satu yang berpenduduk padat di Florence.

Dan ketika itupula, Luhan terserang Pheromone Lelaki jantan yang Sehun miliki. Begitu tampan! Pikirnya.

Sebenarnya dari pertamakali mereka saling menatap ketika masih diareal karnaval tadi siang, Luhan sudah merasa dan tahu bahwa Sehun itu tampan dan mempesona. Tapi, Ia tidak tahu jika sekarang dirinya juga diserang oleh Pesona dan Ketampanan Sehun.

Waktu sudah semakin sore. Mengingat ini membuat Luhan menjadi sedih, karena dirinya dan Sehun harus berpisah dan entah kapan lagi mereka bertemu kembali seperti saat ini.

" Sehun! Kau tidak ingin pulang? Sekarang sudah mulai petang, Langitnya juga sedikit mendung. "

Namun, tanpa Luhan ketahui. Sehun juga sangat menyayangkan waktu sekarang ini jikalau mereka memilih berpisah, kapan Sehun bisa melihat Luhan yang imut ini lagi?

" Biarkan saja. Aku sudah nyaman disini, Rasanya aku ingin disini saja! "

-Dan ini semua karenamu, Lu!

" Tapi, Langitnya mendung. Bagaimana kalau hujan? Kita nanti tidak bisa pulang! "

" Hujan dimusim semi, Tidak seburuk badai dimusim salju, Lu. Kau tenang saja ok! "

Akhirnya Luhan hanya bisa menuruti Sehun, Dan jauh didalam lubuk hatinya dirinya merasa senang luar biasa karena masih diberi waktu bersama Sehun-Teman pertamanya.

Dan sepertinya Tuhanpun tahu susana hati kedua anak laki-laki yang sedang beranjak remaja ini. Perlu kalian ketahui, Seburuk-buruknya sesuatu salah satunya yaitu Memisahkan Dua hati yang saling mencintai. Dan Tuhan bukan diantara sesuatu yang buruk itu! Tuhanlah yang telah mengariskan semuanya.

Dan petangpun datang. Sekarang, Baik Sehun maupun Luhan harus merelakan kebersamaan mereka direngut waktu yang kejam.

Tapi, tiba-tiba saja angin besar menerpa. Itu membuat Luhan begitu panik. Lelaki mungil itu yakin sebentar lagi Hujan besar akan datang.

Mereka berlari, berusaha agar cepat keluar dari hutan. Jari-jemari kedua anak adam ini saling menaut erat tak mau dipisahkan.

Namun sayang, Hujan yang diawali Petir yang memekik kencang datang. Ribuan atau bahkan jutaan tetesan air berjatuhan, Menyerang bumi dengan tak sabaran.

Astaga, Bagaimana ini?

Sehun hafal tempat ini diluar kepala, Namun sayang seribu sayang jalan keluar Hutan masih jauh. Mereka tidak mungkin meneruskan perjalanan pulang di tengah Hujan. Selain itu Petirnya juga sangat banyak, kalau mereka tetap berkeras kepala untuk tetap terus lanjut bisa-bisa mereka tersambar petirnya.

Karena itu, Sehun membawa Luhan memotong jalan. Mereka harus berteduh setidaknya sampai Hujannya berhenti.

Sehun masih ingat, Disebelah sini ada satu Gubuk milik salahsatu Rakyat yang tinggal dipinggiran kota yang dipakai sebagai tempat penyimpanan kayu.

" Ayo! " Seru Sehun.

Gubuk itu sangat kecil, Beruntung pintunya tidak dikunci, Mereka bisa berteduh didalamnya. Namun, didalam sana penuh dengan tumpukan-tumpukan kayu yang disusun tinggi-tinggi. Dimana mereka bisa beristirahat selama menunggu hujan reda? Apakah mereka harus berdiri seperti ini saja? Manamungkin?!

Mencari akal, sedetik berikutnya Sehun mendapatkan ide bagus untuk diterapkannya saat ini.

Disana, Maksudnya dipojok Gubuk ini masih banyak ranting-ranting pepohonan yang berserakan. Sehun bisa membersihkan itu, lalu Ia dan juga Luhan bisa duduk disana untuk sementara waktu mereka disini.

" Sehun, Biar aku saja yang membereskan ini. "

Luhan menahan Sehun yang sedang mengambil satu-persatu ranting kecil itu, Dirinya tahu diri! Maksudnya, Meskipun Sehun sudah berbesar hati meminta Luhan agar berteman dengannya. Tapi, Luhan tetap sadar kasta mereka tak sama. Sehun itu anak semata wayang dari salah satu Keluarga Bangsawan yang berpengaruh dikota, Mana mungkin Luhan membiarkan Sehun melakukan hal-hal kasar semacam ini yang biasa dilakukan oleh orang-orang yang sebangsa dengan Luhan-Rakyat biasa yang rendahan!

" Tidak usah, Lu. Kau duduklah disebelah sana, Disitu sudah kubersihkan tadi. "

Tapi, Sehun sama sekali tak mau mendengar Luhan. Dan ketika Lelaki yang lebih kecil handak membantu Lelaki lain yang lebih besar darinya, Sehun malah mendelikan mata tajamnya pada Luhan.

Akhirnya mereka duduk bersebelahan berhadapan dengan pintu reyot Gubuk. Beruntung disana ada Lampu minyak yang ditempel didinding, Dan Beruntung lagi Sehun mahir dalam menyalakan api dengan kayu-kayu kering ini.

Hujan yang Sehun kira takan sederas ini nyatanya bahkan hampir melebihi badai terburuk sekalipun. Petir-petir besar terus bergelegar dengan kilatan-kilatan yang menakutkan. Selain itu, Sehun rasa Hujannya juga akan lama redanya.

Meskipun begitu, Sehun tetap merasa senang. Karena Ia bisa lebih lama bersama Luhan.

Melihat keadaan Pria kecil disampingnya, Sehun menengokan kepalanya. Dan langsung disuguhi pemandangan wajah Pucat Luhan dengan bibir berwarna biru legam dan bergetar.

" Astaga, Lu! Kau kedinginan?! "

Sehun panik melihat keadaan Luhan yang sebegitu memperihatinkan. Masalahnya Luhan itu kecil kalau sakit nanti tambah kecil bagaimana?

Sedangkan Luhan tersenyum manis ketika melihat wajah terkejut Sehun. Tidak, Sehun! Luhan sudah terbiasa seperti ini meskipun Lelaki mungil ini tidak akan pernah biasa dengan rasa dinginnya.

" Tenang, Sehun! Aku tidak apa-apa. "

" Apanya yang kau maksud dengan tidak apa-apa. Lihat, Bibirmu sudah membiru begitu!... Nah, Pakai ini! "

Sehun melepas jas tebalnya. Meskipun sudah masuk ke musim semi, tetap saja hawa di Renaissance tetap dingin, menginat disini juga termasuk kedataran tinggi.

Luhan hanya menatap Sehun penuh tanya, Ketika Lelaki yang bertubuh lebih besar darinya itu melepas Jas Mahalnya dan memberikan itu padanya. Apa maksud Sehun?

Melihat tak ada respon apapun dari Luhan selain menatap dirinya dengan mata Rusa indahnya, Sehun berinisatif memakaikan langsung jas tebal nan mahal miliknya yang kebesar bila dipakai Luhan padahal jas itu sangat pas untuknya. Ah, Sehun lupa! Dirinya dan Luhan berbeda ukuran.

" Sehun, itu milikmu! Kau bisa kedinginan kalau kau memberikannya padaku. "

" Aku kedinginan?! Kau harus sadar siapa disini yang sebenarnyabenar-benar kedinginan?! "

Dan Luhan hanya bisa terdiam mendengar kalimat retoris Sehun yang ditunjukan kepadanya. Sehun benar, Luhan memang benar-benar kedinginan. Tapi, Luhan baik-baik saja! Luhan adalah rakyat rendahan biasa, tidak akan ada yang perduli bila Luhan sakit atau bahkan mati sekalipun. Tapi, Sehun?! Dia anak satu-satunya dari keluarga Oh, jadi bila Sehun sampai sakit pasti akan membuat kedua orang tuanya sedih.

Akhirnya Luhan hanya bisa pasrah dengan keputusan yang Sehun buat. Sungguh, Luhan tak kuasa untuk tak menuruti keputusan Sehun, Dia benar-benar Lelaki yang keras kepala dan teguh pada pendiriannya. Sehun benar-benar seorang Lelaki idaman setiap wanita, Wanita yang menjadi istrinya kelak pasti akan sangat banhagia!

Memikirkan itu, membuat Luhan sadar akan siapa dirinya lagi. Meskipun Tuhan tak memberikan dirinya sesuatu yang Sehun punya dan Luhan anggap Sempurna, Tapi, Luhan tetap berterimakasih. Setidaknya, Luhan masih diberikan kebahagian seperti ini. Walaupun hanya sebentar!

Memejamkan mata indahnya. Luhan berusaha untuk menerima semuanya lapang dada, toh! Luhan tak dirugikan apapun kan?

" LUHAN?! BADANMU PANAS! "

Sehun berseru hingga nyaris berteriak ketika tangan kirinya yang tak sengaja mengenai tangan kanan Luhan yang terasa sangat panas ditangannya.

Astaga! Luhan demam!

Luhan membuka matanya. Ketika Sehun berteriak histeris karena merasakan panas tubuhnya. Tapi, Luhan hanya tersenyum sembari berkata,

" Aku baik-baik saja, Sehun! "

Luhan berusaha memastikan dirinya baik-baik saja dengan memberikan Sehun senyum terbaiknya. Tapi, Lelai itu tak percaya malah semakin terlihat emosi olehnya.

Dengan tidak sabaran Sehun membuka jas tebal miliknya yang dipakai Luhan dan membuka kaus oblong Lelaki mungil itu.

" Sehun, Apa yang kau lakukan? "

Luhan bertanya penasaran, Kenapa Sehun membuka bajunya. Bukannya apa-apa, Hanya saja ini pertama kalinya orang lain melihat tubuh Luhan selain keluarganya.

" Badanmu panas. Aku harus melakukan ini agar suhu tubuhmu kembali kesemula. "

Setelah melepaskan Baju Luhan, Lantas Sehun membuka kemejanya sendiri. Dibukanya satu persatu kancing indah itu, Lalu membuangnya sembarangan seakan-akan tak memperdulikan harganya yang selangit. Setelah itu, Sehun membuang kaus dalamnya. Lalu mendekap tubuh Luhan.

Sedaritadi, Luhan hanya memperhatikan Sehun yang tengah melepaskan Pakaian bangsawannya. Entah kenapa pemandangan seperti itu begitu menarik untuknya, Dan wajahnya memerah ketika Ia melihat Tubuh sempurna Sehun yang walaupun masih remaja sudah seproposional ini. Berbeda dengan tubuhnya, yang Kurus kering dan tak terawat ini.

Dan kedua pipinya menjadi semakin merah, Kala Sehun mendekapnya Erat dari belakang. Punggungnya telanjangnya bersentuhan halus dengan dada bergaris-garis samar Sehun.

" Ini cara Ibuku, untuk menurunkan panas tubuhku ketika aku sedang deman. "

Sehun menjelaskan, Ia melakukan ini karena Ia tidak mau Luhan sakit. Ia sendiri yang membawa Luhan kemari, Ya, Meskipun Luhan juga mau saja diajaknya kemari.

Kedua tangan Sehun berusaha mengapai masing-masing tangan Luhan. Dan ketika Itu sudah terjadi, Sehun menautkan jari-jemari mereka. Setelahnya, Ia membingbing Tangan Luhan untuk mendekap dirinya sendiri yang otomatis Sehun juga mendekap Luhan erat.

Sebelumnya Luhan tidak mengetahui apapun tentang ini. Dahulu ketika Ia sakit, Bibinya tidak pernah perduli padanya malahan Wanita itu memarahinya karena berani-beraninya sakit. Menurut Dia, Sakit itu hanya untuk Orang kaya saja, hanya untuk keluarga bangsawan dan sebangsanya, Bukan untuk rakyat rendahan layaknya Luhan.

Sehun meraih jas tebalnya yang beberapa waktu lalu Ia singkirkan dari Luhan. Dipasangnya kembali jas tebal itu didepan tubuh Luhan agar menutupi Tubuh kecil Luhan dan juga dirinya.

" Dengan cara begini, Panas tubuhmu akan menyalur padaku. Jadi, Panas yang kau rasakan bisa berkurang karenanya. "

Luhan terdiam, Entah apa yang ada dipikirnya saat ini. Tiada kata lain selain,

" Terimakasih! "

Didalam otaknya ketika semua ini terjadi.

" Kau sangat baik padaku, Sehun. Terimakasih! " Ucapnya lagi.

Setelah itu, Kedua anak adam itu tengelam dalam pikirannya masing-masing. Sehun tanpa sadar menyenderkan Kepalanya pada bahu sempit kanan Luhan, Memejamkan matanya ketika Aroma Luhan musuk indra penciumannya. Harumnya seperti bunga mawar yang dicampur melon. Entah minyak apa yang Luhan pakai ini, Yang jelas Sehun. benar-benar dibuat mabuk olehnya.

Tanpa sadar, Sehun menghirup Aroma Luhan tepat di Leher Lelaki mungil itu. Sedangkan Luhan yang masih tenggelam dalam pikirannya segera bangkit ketika merasakan Sebuah nafas didaerah Lehernya. Tanpa sengaja bibir Luhan mengenai ujung bibir Sehun yang sedari tadi memang sudah pada Posisi itu.

Luhan sempat kaget, Ah, Bukan hanya Luhan. Tapi, Sehunpun sama kagetnya.

Hujan masih turun dengan derasnya, Ia membawa kawanannya Angin dan juga kilat bersamanya untuk bermain bersama bumi malam ini. Dan sudah dipastikan akan lama redanya!

Mereka saling pandang dari posisi depan-belakang. Saling menatap dalam, Sebelum salah satu diantara Kedua anak yang masih berusia belasan itu menutup matanya lalu mendekatkan wajahnya lebih dekat lagi pada anak yang satunya.

Dan kedua belah bibir itu bertemu dengan mesranya. Dengan malu-malu sang Dominan menyapukan lidahnya pada lelaki yang satunya. Memainkan bibirnya dengan keahlian yang tak Pernah Ia ketahui sebelumnya.

Mengikuti nalurinya. Dikecupnya bibir itu, Lalu menjilatnya pelan dengan penuh perasaan. Ini kali Pertama mereka berdua yang memang baru Orang awam dalam hal yang beginian. Meski begitu, Sehun tidak mau mengecewakan Luhan.

Pelan-Pelan dan penuh perasaan Sang Dominan terus melayangkan serangan walau tak mendapat perlawanan. Sedetik berikutnya, Permainan mengasyikan itu terhenti.

Tidak, Apakah ini terjadi karena Pemikiran Sehun yang salah kaprah ataukah benar Luhan juga sama-sama menyukainya?

Tidak ini hanya sebuah kecelakaan kecil dimana keduanya kehilangan kendali atas diri mereka. Baiklah, mari Lupakan apa yang barusan terjadi itu. Sebelumnya,

" Terimakasih! "

Kali ini Sehun yang mengucapkannya. Entah atas doronganan darimana, Tiba-tiba saja Bibirnya melontarkan itu.

" Dan maaf, Aku telah lancang. "

Sebenarnya keduanya sama sekali tidak menyesalkan kejadian tadi-tabrakan bibir itu bisa dilihat dari wajah keduanya yang memerah merona karena malu. Tapi, Luhanlah yang paling merah karena sebelumnya wajahnya juga sudah merona.

.

.

.

TuBerColorjongin

.

.

.

a/n : Meskipun ini bukan FF pertama saya! Tapi, saya benar-benar butuh kritik dan saran dari kalian para pembaca HunHan. Karena itu, Tolong beri masukan kalian dikotak review nanti Ok!

P. S : Walaupun peminat FF ini sedikit atau gak ada sekalipun. Daku bakalan lanjut terus, karena rencanya ini bakalan jadi threeshoot aja. Dan FF ini adalah salah satu gerakan saya ketika saya tahu kasus Giovanni di Giovanni dengan menggabungkan kesukaan saya yaitu HunHan.

Happy HunHan Month!

Minggu, 14:42 : Kroya, Indramayu, 24 April 2016.

Cover :