Aku ingin menjadi berharga baginya. Aku ingin menjadi alasan senyum jarangnya. Aku ingin bersamanya, senang maupun susah. Aku ingin menjadi bagian dari hidupnya. Harapanku adalah, ia mengenalku. Siapa
juga yang tahan mencintai tanpa dikenali?
Maka dari itu aku menunggu. Menunggu hingga tiba saatnya ia sadar akan kehadiranku.
Aku akan terus bersamanya. Dalam keadaan terbaik maupun terburuknya.
- Waiting-
Author : Uchiha Nuari.
Disclaimer : Penghulu kawinan NejiTen, Masashi Kishimoto.
Genre : Drama, Romance.
Rate : T
Pairing : SasuTen. Slight NejiSaku, NejiTen in the next or maybe going
to last chapter
Warning : Author nubi, baru keluar dari penggorengan. Melibatkan unsur ketijelan, keanehan dan keabalan. Like or don't i blame you if you're not read :v Siapkan kantung muntah.
Suara tawa tak terdengar hingga ke tempat ia terduduk. Namun ia melihatnya, tawa lepas sang gadis yang memang begitu manis. Dengan si lelaki yang hanya tersenyum tipis.
Sang gadis berkali - kali mengajak lelaki itu aktif dalam pembicaraan, namun ia hanya berespon pasif. Respon yang akhirnya membuat gadis beriris emerald itu merajuk. Disusul dengan lelaki itu berusaha menenangkannya, mengusap pelan kepalanya. Dan, mendekapnya.
Senyum manis terpancar dari bibir tipis gadis itu, tangannya memeluk balik dekapan sang lelaki beriris lavender. Bahagia sekali rasanya.
Sepasang iris auburn menatap mereka. Menatap dua insan yang selalu ada di sana, di bawah pohon yang menyejukkan. Menghabiskan waktu istirahat setelah jam pelajaran yang melelahkan.
Mata tak pernah berbohong. Tatapan yang dilayangkan dari lelaki bersurai panjang pada gadisnya yang bersurai soft pink bak gulali itu menyiratkan kehangatan. Begitu juga sebaliknya. Hanya pada perempuan
itulah, iris lavender yang dingin seakan tanpa perasaan itu menghangat dan takhluk. Hanya pada gadis itu. Haruno Sakura.
Melihat Neji tersenyum sudah teramat cukup baginya, memandangnya dari jauh dan ikut merasakan kebahagiaan yang lelaki itu rasakan adalah kesehariannya. Walau bukan ia alasan dari semua itu. Dia akan selalu
menyaksikan kebahagiaan Neji. Nama yang diserukan seluruh denyut nadinya tiap sekon. Nama yang mengajarkannya akan rasa cinta.
Gadis itu tak pernah berharap terlahir sebagai Sakura. Ia sudah sangat mensyukuri dirinya. Dirinya yang tertutup, dirinya yang percaya akan pengharapan. Dan dirinya yang kini tak lagi dipandang Neji.
Lalu apa yang ia pandang sekarang? Melihat orang yang ia cintai bahagia dengan gadis yang bukan dirinya? Jangan ditanya, entah sejak kapan pemandangan itu menjadi hiburan baginya. Pemandangan yang
menghiasi tiap jam istirahatnya. Entah sudah berapa tahun ia melakukan ini. Yang jelas ia bahagia.
"Oi."
Tenten menoleh, mendapati lelaki yang memanggilnya tadi. Ia menaikkan satu alisnya seolah bertanya,'Apa?'
"Kau datang kesini hanya untuk duduk - duduk saja? Ayo latihan,"ucap sang lelaki sebelum berjalan memasuki ruang kendo dengan shinai panjang di tangannya.
Benar juga, ia bahkan lupa sedang berada di ruang kendo. Gadis itu menatap shinai di tangannya, ia tersenyum.
"Jaa, Neji-kun,"lirih Tenten pelan sebelum mengikuti lelaki bertato 'Ai' di dahinya itu, melepas sepatunya dan memasuki ruangan.
Sama seperti hari - hari di tahun - tahun sebelumnya. Yang entah sampai kapan akan masih berlanjut.
Sepulang sekolah, Tenten kembali ke ruang kendo. Gaara yang memintanya ke sana saat istirahat tadi.
Tenten's POV
"Tenten!"
Aku menoleh, mendapatkan Chojuro dan Gaara berdiri di belakangku.
"Yo, Chojuro-kun, Gaara-kun."
Kulihat mereka membuka sepatu. Mendorong pintu kaca memasuki ruang kendo. Kuikuti mereka, memang itu juga tujuanku.
"Sudah dengar beritanya 'kan?"tanya Chojuro sembari melangkah ke tempat menggantung shinai.
"Berita apa?"lagi - lagi aku mengekorinya, juga mengambil shinaiku.
"Soal anak baru,"balasnya singkat mengambil dua shinai dan memberikan yang satunya pada Gaara.
"Kok aku tidak tahu ya? Ada murid baru? Lalu kenapa?"tanyaku tak paham.
Kudengar helaan napas Gaara,"Anak baru. Sepertiku, ia pindahan dari Suna. Kudengar-"
"Ooh.. Yang kata anak - anak perempuan itu tampan ya?"barulah kusadari betapa beraninya aku menyela kata - katanya.
"Dasar perempuan,"lenguh Chojuro.
"Masa bodoh dia tampan sepertiku atau buruk rupa seperti Naruto,"sejenak aku tersedak udara mengetahui sisi narsisme lelaki
muka datar ini. "Yang kutahu dari Tsunade-sama, dia kendoka. Senior unggulan kendo di sekolahnya,"
Aku mengangguk paham. Tapi, tunggu. Lalu kenapa? Masa bodoh kalau dia kendoka.
"Kau belum paham ya Tenten?"tanya Chojuro menahan tawa.
"I-Iie! Wakattadayo! Singkatnya, akan ada murid baru dan dia kendoka. Begitu 'kan? Terus kenapa? Apa hubungannya denganku?"
Lagi - lagi kudengar Gaara melenguh.
Sebuah bohlam terang muncul di samping kepalaku. "Ah! Wakatta, wakatta! Kalian pasti ingin aku menawarinya untuk masuk ke klub kendo ini. Ya 'kan?"
"Yap! Itu benar, dattebayo!"
"Yo Naruto, yo Kiba."Chojuro mengangkat satu tangannya.
"Yo, minna. Kalian bertiga berdiri sejak tadi? Aku melihatnya saja lelah,"Kiba duduk bersila. Disusul yang lain.
Kecuali aku yang sudah menguarkan aura - aura kematian.
"Tenten-"
"Kenapa harus aku?! Lagi juga, kenapa kita harus menawari dia?! Kalau dia mau juga nanti dia datang sendiri, apa sebegitu spesialnya dia sampai kita repot - repot merekrut?!"jeritku menghentak - hentakkan
kaki.
"Kau tidak mau?"tanya Chojuro mendongak menatapku.
"Yah, sayang sekali, Tenten. Kata siswi - siswi, dia itu tampan. Lumayan untuk pendekatan awal, tahu."seru Naruto diiringi cengiran.
Tidak! Dia tidak akan lebih tampan dari Neji!
"Pokoknya aku tidak mau! Argh mentang - mentang aku perempuan!"ujarku kesal.
"Nanti menyesal loh,"Kiba mengompori lalu seenaknya tertawa bersama Naruto.
"Sekali tidak tetap-"
"Tidak ada penolakan,"Gaara bangkit menatapku dingin. "Ini perintah, kau mengerti?"tanyanya -baca : ancamnya dengan nada dingin. Kurasakan iris jadenya menatapku tajam.
"Aku-"
"Cukup berikan formulir. Apa itu sulit untukmu? Jangan berteriak, paham?"tanyanya sengit.
Dia membentakku?
"Gomenasai,"bisikku pelan sambil menunduk.
"Hn,"
"Konnichiwa, Senpai,"beberapa junior memasuki ruangan kendo. Mereka membungkuk, membuat kami yang senior juga menbungkuk.
"Konnichiwa. Yang lain mana?"tanyaku mengalihkan pandangan dari Gaara.
"Mereka belum selesai ganti baju. Gomenasai, Senpai."
"Ah, daijoubu,"kuulas senyum.
"Kiba! Kau belum mengambil shinai 'kan?"tanya Naruto.
"Hey, kau juga 'kan?"lawan bicaranya itu malah melipat tangan di dada.
"Ambilkan untukku, bakkayarou!"
"Kau saja yang mengambilkan untukku!"
Curang. Mereka berteriak - teriak tidak dimarahi.
Aku duduk memeluk lutut di titik aku berpijak. Masalahnya, aku hanya tidak mau dicap sok dekat dengan murid baru dengan alasan menawarinya masuk klub kendo. Kalaulah lelaki itu amat tampan, otomatis dia akan
bernasib sama dengan Neji dan Gaara. Sama - sama punya banyak fangirls. Kalau aku berurusan dengan anak itu, besar kemungkinan aku akan berurusan dengan para gadis itu. Berurusan dengan perempuan apalagi kalau banyak pasti akan menyebalkan!
"Argh!"tanpa sadar aku menggeram frustasi.
Sumpah! Aku hanya ingin hidup tenang.
Sebuah benda putih menjadi pusat perhartianku yang awalnya hanya lamunan. Kudongakkan kepalaku melihat pemegangnya. Dan aku menemukan Gaara di hadapanku.
"Na-ni?"
"Formulirnya,"kuambil benda itu perlahan dari pegangannya.
"Maaf ya tadi berteriak, Gaara-kun."
Kulihat ia tersenyum seolah berkata,'Tak apa.'
"Ehm, Gaara-senpai! Katanya mau mengajar Kouhai? Kau ini bagaimana dattebayo!"seru Naruto melipat tangan di dada.
Eh, tunggu.
Seperti ada yang kurang..
Kuulas senyumku sembari berlari keluar dari ruang kendo. Kutatap tempat seberang, sebuah pohon dan tempat duduk melingkar yang dibuat di bawahya.
Kududukkan tubuhku di pinggir koridor dengan kaki terjulur ke bawah.
Kuselami permadani di hadapan. Kembali irisku menatap Neji dan Sakura di sana. Di seberang, duduk di bawah pohon.
Andai kau mengingatku, Neji. Andai kau ingat gadis yang dulu mati - matian kau lindungi saat terjebak di badai salju.
Andai kau ingat dahulu gadis pertama yang memanggilmu dengan suffix 'kun'.
Sekarang rasanya tak mungkin lagi gadis itu memanggilmu 'Neji-kun', memang siapa ia di matamu?
Aku merunduk memejamkan mataku paksa. Rahangku bergemertak keras.
'Kalaupun ia mengingatku, belum tentu juga dia masih mencintaiku.'
'Apakah cinta yang empat tahun lalu diucapkannya sebelum ia pergi itu hanya omong kosong? Sebegitu mudahnya ia melupakan aku?'
Rahangku berelaksasi seirama aku membuka mata. Mereka masih di sana, seolah tanpa rasa bersalah.
Aku tak ingin menangis. Aku tak akan pernah mau menangis karena Neji, karena kalimat yang ia ucapkan terakhir padaku sebelum ia pergi selalu memintaku untuk kuat. Untuk kuat walau tanpa dia di sisiku. Jadi aku akan berlaku demikian.
Setelah kukedipkan mata beberapa kali dan mengulas senyum melenturkan otot pipi, aku kembali memasuki ruang kendo dengan wajah sumringah.
.
.
.
"Kita akan bertemu lagi, aku janji. Jadilah kuat, jangan menangis karena aku."
Next chapter's slight!
"Jangan lupa memberi surat lamaranmu pada Sasuke ya! Keburu diambil
orang lain loh."
"Sa-Sasuke-san ini pindahan dari Suna, Itachi-senpai."
"Aku.. Aku ingin keluar dari klub kendo. Berat rasanya jadi anggota aktif yang tidak dianggap."
"Kau mengajakku ganti baju bersama?"
.
.
.
A/N : Karena chap ini kebanyakan basa - basi, dipertegas lagi. Anggota klub kendo : Chojuro, Gaara, Tenten, Kiba, Naruto. Juga para junior-belum anggota tetap- dan senior kelas 3 yang akan lebih dinyatakan dalam chap depan.
Neji ketua OSIS, Sakura sekretaris. Sasu pasti muncul di chap depan. :v
Soal Found My Destiny, sumpah itu lanjutannya tijel. Nuar ga up karena belum siap menerima ketijelan itu
RnR? yaaaa :v
Thanks for reading, minnaaaa :* :,v
