[Bab 3]

.

.

.

Kyungsoo begitu basah. Jongin menekan kejantanannya dan menggoda disepanjang celah kemaluan Kyungsoo, menggerakkan pinggulnya maju mundur, menikmati panas dan tatapan mata Kyungsoo yang lebar. Jongin sudah sering diberitahu bahwa ukuran kejantanannya lebih besar daripada rata-rata, apakah itu yang membuat Kyungsoo takut? "Kyungsoo, apakah semuanya baik-baik saja?"

Senyum Kyungsoo menenangkannya. "Lebih dari baik, ini luar biasa." Kyungsoo membungkuk untuk memberikan Jongin kecupan cepat.

"Geser ke depan." Jongin menaruh tangannya di bawah sisi pantat Kyungsoo, membimbing gadis itu ke atas dadanya sampai vaginanya berada tepat di depan wajahnya. Kyungsoo beraroma begitu manis, dan Jongin menarik napas dalam, menghirup aroma yang dikenakan Kyungsoo ke dalam paru-parunya.

Jika ada seorang gadis yang ingin Jongin cicipi, gadis itu adalah Kyungsoo; dan Jongin membawanya kemulutnya, menjangkau cairan yang keluar dari lipatan lembut Kyungsoo. Jongin bisamendengar rintihan pendek saat ia menggodanya, dan ketika ia menghisap tepat diklitorisnya, Kyungsoo menjerit. Dia begitu responsif, Jongin ingin membuat Kyungsoo orgasme lagi dan lagi hanya untuk kesenangannya mendengarkan suara Kyungsoo.

"Jongin, aku ingin..."

Apa yang Kyungsoo inginkan? Jongin menjilat sepanjang lipatannya dengan lambat berusaha mengacaukan pikiran Kyungsoo.

"Apakah ada sesuatu yang bisa aku lakukan untukmu?" Jongin merasakan kejantanannya mengejang ketika mendengar suara Kyungsoo yang sangat seksi.

"Aku rasa ada." Jongin menunggu untuk mendengarkan apa yang ada dalam pikiran Kyungsoo, napasnya semakin terengah-engah ketika posisi Kyungsoo berbalik darinya, menghadap jauh dari wajah Jongin dan membungkus kejantanannya dengan satu tangan Kyungsoo yang selembut sutra sekitar pangkal ereksinya. Jongin hanya manusia biasa dan halhal yang Kyungsoo lakukan padanya telah membuatnya bertambah panas dan bertambah keras dari menit ke menit. Tangan kecil Kyungsoo sungguh membuat Jongin bergairah, dan Jongin mencoba untuk mengalihkan perhatiannya. Meskipun vagina Kyungsoo bersih dicukur, hampir tidak berbulu tidak membantu mengalihkan perhatian Jongin sama sekali.

Jongin bergidik dan membenamkan wajahnya dalam diri Kyungsoo sekali lagi, berkubang dalam aroma dan suara yang Kyungsoo keluarkan saat lidah Jongin membelai langsung pada bibir vaginanya yang merekah. Suara Kyungsoo yang tertahan di belakang tenggorokan bergetar dari mulut Kyungsoo menuju kejantanan Jongin dan memberitahu Jongin tentang kegelisahan Kyungsoo lebih jelas dibandingkan melihat dari ekspresi wajahnya.

Jongin terus memutar lidahnya di atas cairan Kyungsoo, dan Jongin berjuang untuk berkonsentrasi karena Kyungsoo telah memindahkan tangan ke bola-bolanya dan membelainya, dan bibir Kyungsoo menutupi kepala kemaluannya, naik turun perlahan-lahan sepanjang kejantanannya, bahkan ketika merasakan tangan Kyungsoo bermain di atas putting kecilnya, Jongin tak tahan. Itu benar-benar menyiksanya, terutama pada setiap gesekan mulut panas Kyungsoo. Tidak bergerak maju-mundur, hampir tidak ada gerakan sama sekali, hanya gerakan lambat Kyungsoo membawa kejantanannya semakin dalam. Jongin nyaris berhenti bernapas ketika ia merasa kepala kejantanannya yang membesar menyentuh bagian belakang tenggorokan Kyungsoo.

Dan Kyungsoo tetap seperti itu, selama beberapa detik. Gadis ini benarbenar seorang penyihir, teknik mengisap kejantanannya berbeda daripada yang pernah Jongin rasakan sebelumnya. Sesaat ketika Jongin pikir dia mungkin meledak di sana, Kyungsoo bergerak, menarik kembali hingga hanya kepalanya saja yang berada di dalam mulutnya. Kyungsoo menjilati sekeliling kepala kejantanan Jongin dalam gerakan melingkar yang lambat.

Jongin memeluk pinggul Kyungsoo, menarik pinggulnya lebih dekat kewajahnya, dan mulai menjilati Kyungsoo dengan sungguh-sungguh, menjilatinya dengan cepat dari depan hingga ke pantat kecilnya yang manis.

Jongin melakukannya dengan cepat berharap Kyungsoo akan mempercepat gerakannya juga, mungkin bertemu irama yang sesuai dan meringankan siksaan yang dirasakannya. Jadi Kyungsoo akan menangkap isyarat dan mereka bisa mencapai puncak mereka bersama-sama.

Jongin ingin menembakan spermannya ke tenggorokan Kyungsoo yang indah, dan ia menghentakkan pinggulnya. Tapi ternyata hal itu tidak membuat Kyungsoo memepercepat gerakannya yang berirama lambat dan menyiksa.

Jongin memutar kepalanya ke samping. "Kyungsoo, lebih cepat, aku tak tahan. Hisap milikku lebih cepat, ayolah sayangku. Ah, rasanya seperti neraka." Jongin tidak bisa menunggu lebih lama lagi untuk bercinta dengan vagina indah Kyungsoo. "Kemarilah." Jongin membanting Kyungsoo kesampingnya di tempat tidur dan memutarnya jadi mereka berbaring berdampingan.

"Ayolah, Kyungsoo." Jongin mendorong kaki Kyungsoo terpisah dan menyelipkan satu jari ke dalam vagina basah gadis itu, kemudian masukan satu jarinya lagi. "Kau begitu siap untukku, sayang. Aku akan menyetubuhimu hingga kau menggila. Kau pasti menyukainya kan, sayang? Katakan padaku bahwa kau ingin aku menyetubuhimu." Jongin meraih paket foil di meja samping tempat tidur dan merobeknya hingga terbuka dengan giginya, dan memasang kondom keereksinya.

Suara Kyungsoo pecah terisak, dan namun ia berbisik, "Aku suka, aku ingin merasakanmu di dalam diriku, lakukanlah, setubuhi aku hingga aku menggila. Lagi pula, ini alasannya aku ada di sini." Bagian yang sangat kecil dari otak Jongin yang tidak sepenuhnya dikendalikan oleh nafsunya merasakan bahwa komentar Kyungsoo terdengar aneh, tapi itu hanya mengalihkan sebagian kecil dari kesadarannya. Sisanya terikat dalam gairah untuk merasakan ereksinya yang akan masuk ke dalam tubuh Kyungsoo. Jongin menyokong dirinya dilengannya, menatap wajah Kyungsoo yang penuh nafsu, mata Kyungsoo tertutup lagi.

"Buka matamu, cantik. Aku ingin melihat wajahmu saat aku menyetubuhimu. Ayolah, Kyungsoo...Kyungsoo apakah kau baik-baik saja?"

.

.

.

Kyungsoo lebih dari sekedar baik. Gadis itu benar-benar terpesona pada semua kejadian itu. Tapi dia merasa sedikit takut saat merasakan kepala penis Jongin yang besar dan bulat mendesak masuk ke vaginanya. Jongin menggumamkan kata tidak jelas di leher Kyungsoo dan Kyungsoo membuka matanya saat Jongin mengangkat kepalanya. Jongin ingin melihat wajah Kyungsoo, dan Kyungsoo tidak yakin dia adalah seorang aktris yang cukup baik untuk menyembunyikan ketakutan dan antisipasinya dari pengalaman yang telah lama ia nantikan ini.

Kyungsoo merasa vaginanya meregang saat Jongin mendorong masuk, mendorong selaput penghalang yang Jongin tidak tahu ada di sana. Tapi Kyungsoot tahu dan ia merasakan sakit yang menyengat tajam dan tersentak saat Jongin menerobos selaput yang menghalanginya memasuki tubuh Kyungsoo.

Jongin menatapannya dengan mata emasnya, kuning seperti mata kucing, dan Kyungsoo terhipnotis. Rasa sakit berlalu, digantikan oleh sengatan tajam kenikmatan, dan Kyungsoo melingkarkan kakinya di seputar pinggang Jongin, dan memeluk leher Jongin; dan membawanya dalam pengalaman terindah seumur hidupnya.

Kyungsoo menutup matanya untuk beberapa detik, merasakan semuanya, membawa Jongin semakin dalam, dan ketika ia membukanya lagi, Kyungsoo melihat Jongin menatap dirinya dalam pandangan horor.

"Kyungsoo, ya Tuhan, kau tidak, itu-kau masih perawan, kan?"

"Ya," suara Kyungsoo begitu rendah bahkan Kyungsoo sendiri nyaris tak bisa mendengarnya. Tapi sia-sia untuk menyangkal apa yang mereka berdua tahu kebenarannya. "Tadinya." Jongin membeku, hanya setengah ereksinya berada di dalam tubuh Kyungsoo, tapi vagina Kyungsoo dengan ketat menahannya disana.

"Lalu kenapa?"

Kyungsoo mengangkat pinggulnya dan merasakan kejantanan Jongin meluncur lebih dalam.

"Setubuhi aku, Jongin. Bercinta sekarang, berbicara nanti karena aku tidak tertarik untuk bercakap-cakap saat ini." Dan rupanya Jongin tak ada masalah dalam mengikuti instruksi Kyungsoo karena dia mendorong ke depan dan membenamkan dirinya ke semakin dalam, menyentuh inti kewanitaan Kyungsoo. Kyungsoo telah menunggu begitu lama untuk merasakan ledakan kebahagian dari seorang pria mengisi dirinya dengan kejantanannya dan ini melebihi dari apa yang pernah ia harapkan.

.

.

.

.

Sejenak Jongin tersanjung. Seorang perawan? Pada kencan semalam? Tapi ketika Kyungsoo menahan kejantanan Jongin di tempat, menyambutnya, Jongin tidak mampu berpikir lebih jauh selain dari luar biasa hangatnya Kyungsoo disekelilingnya, betapa basah. Betapa luar biasa rasanya ketika menggerakkan kemaluannya yang panjang dan membesar ke dalam vagina Kyungsoo yang ketat dan panas. Jongin tidak bisa menahan diri, tidak bisa berhenti.

Pertanyaan Jongin dapat di jawab nanti, saat itu semua yang Jongin inginkan adalah gesekan yang cepat mengirim dirinya ke tempattempat yang tak pernah ia kunjungi sebelumnya. Bintang berenang di depan matanya ketika Kyungsoo meremas ereksinya dengan vaginanya yang rapat. Jongin ingin berhenti, ingin mencari tahu mengapa Kyungsoo menyerahkan keperawanannya dalam kencan satu malam di kota asing, tapi tubuhnya menolak pikiran Jongin ketika ia mencobanya.

Tubuhnya menuntutnya melanjutkan hujamannya. Kyungsoo memohon Jongin untuk lebih cepat, memeluk erat-erat Jongin dan menyambut setiap dorong Jongin ke dalam dirinya. Kenyataannya, Jongin sangat bernafsu ketika ia tahu ia adalah pria pertama Kyungsoo, sama seperti ia menyukai nuansa payudara Kyungsoo yang alami dan lengkungan mungil perutnya.

"Ayo datanglah untukku, Kyungsoo, kau bisa melakukan itu kan, sayang?"

Jongin mencoba untuk mempertahankan ritme, untuk terus menghujam sampai Kyungsoo menemukan pembebasannya sebelum Jongin menumpahkan benihnya, tapi Kyungsoo belum benar-benar merasakannya, dan itu adalah pertempuran tertinggi bagi Jongin untuk bisa menahan dirinya lebih lama. "Kyungsoo, apa kau sudah hampir orgasme?"

Jawaban Kyungsoo berupa raungan panjang dan serangkaian cengkraman kontraksi di bagian yang memegang ketat kemaluannya. Jongin mendorong dengan kuat ke tepi orgasme, bolanya terasa mengetat dan menembakkan cair panas dari ujung kemaluannya, mereka berdua terhentak dan menggeliat sampai kepuasan tak berujung memudar, perlahan kembali, meninggalkan dirinya bersentuhan kulit ke kulit dengan Kyungsoo, wanita terseksi yang pernah Jongin kenal.

Jongin berguling ke samping, tidak ingin menghancurkan Kyungsoo yang berada dibawahnya dengan berat badannya yang jauh lebih besar, dan melalui matanya yang setengah tertutup, mengecek tubuh Kyungsoo yang dipenuhi keringat. Kulit Kyungsoo yang berwarna krem tertangkap cahaya lampu dan Jongin mengangkat tangannya untuk menelusuri lengkungan besar dari payudara yang penuh, hanya menyentuh tepian putingnya yang berwana pink dan memerhatikan puncak putingnya.

Jongin menangkup seluruh payudaranya, begitu lembut, begitu feminim, dan membiarkan tangannya menuruni perut Kyungsoo, perutnya yang sedikit membulat memancarkan sensualitas. Napas Jongin telah melambat mendekati normal, dan Jongin harus bertanya...

"Mengapa, Kyungsoo?"

.

.

.

.

[Bab 4]

Kyungsoo tahu saat ini akan datang. Itu adalah pertanyaan yang logis, dan rencana untuk menghilangkan selaput daranya secara wajar dan nyaman tampaknya bukan alasan yang tepat. Bagaimana dia bisa mengetahui momen itu akan menjadi moment yang luar biasa tentang bersatunya dua badan, dua roh. Sialan. "Aku tidak tahu akan seperti ini. Selama ini aku selalu merasa kalau kehidupan meninggalkanku di belakang. Aku takut untuk pergi berkencan dengan semua pria, ketika aku terus bertanya-tanya sejauh apa hubungan yang akan kami lakukan. Memikirkan apakah dia pria yang tepat untuk bercinta denganku sudah membuatku gila.

"Kebanyakan gadis yang aku temui menyerahkannya ketika mereka remaja." Jongin menggelengkan kepalanya.

"Aku cukup yakin kau perawan tertua yang pernah kutemui."

"Wah, terima kasih." Kyungsoo tersenyum malu, meskipun seharusnya perasaannya tersinggung.

"Tidak, Kau tahu apa yang aku maksud. Aku hanya tidak tahu harus berpikir apa."

"Aku juga. Terutama setelah beberapa jam terakhir. Aku sudah kehilangan..." Dia menyeringai. "Terima kasih Jongin."

"Terima kasih kembali."

Kyungsoo tertawa.

"Bagaimana kita bisa bersikap formal? Aku secara khusus meminta pria jenis playboy, seorang pria yang berkencan dengan gadis yang berbeda setiap minggu, jadi pasti dia pria yang berpengalaman, tapi aku mungkin tidak akan terlalu menyukainya. Dan lihat siapa yang mereka kirim untukku! Madame memiliki banyak pemahaman, dia mengirimkan padaku seorang pria yang baik hati seperti mu, pria yang sangat berbakat. Oh, ini rasanya luar biasa."

Jongin menjalankan jarinya dari atas dan ke bawah lengannya, bahkan nyaris belaian itu mengirimkan getaran hingga ke bawah tulang punggungnya. "Kau tahu, Jongin. aku merasa sepertinya aku perlu mandi."

"Oh, silakan." Kyungsoo menarik lengannya.

"Aku juga akan mandi sebelum kita pergi."

Ini sudah berakhir, tapi ia akan menjadi lebih berani. Kyungsoo sudah mendapatkan apa yang dia inginkan, dan mungkin bahkan lebih banyak dari pada yang seharusnya dia bayar. Dia tidak boleh serakah dan berharap lebih...

Jongin meluncur ke tepi tempat tidur dan mengulurkan tangannya.

"Tidakkah kamu ingin mandi bersamaku Kyungsoo? Penthouse ini memiliki kamar mandi yang luar biasa dengan shower berikut jet air disetiap sisinya. Aku melihatnya ketika aku pertama kali masuk "

Bercinta lagi, Kyungsoo nyaris bersorak?! "Oh, ya, kedengarannya bagus. Aku selalu ingin mencoba mandi seperti itu."

Saat ia melengkungkan alisnya dengan seringai jahat pada bibir sensualnya. Kyungsoo tersenyum kembali. "Tapi aku pikir kamu memiliki lebih dari sekedar mandi di pikiranmu. "

[Bab 5]

Jongin mengambil tangannya dan menggandengnya ke kamar mandi. "Mari ikut aku, Miss Innocent, dan aku akan menunjukkan kepadamu apa yang bisa aku lakukan padamu dengan semua jet streaming."

Napas Kyungsoo tercekat. Tubuh Jongin yang telanjang di bawah sinar lampu bagai sebuah pahatan patung yang indah. Seolah-olah diukir dengan kehangatan, marmer hidup, setiap bidang dan sudut menarik matanya untuk melihatnya. Kyungsoo membiarkan Jongin berjalan terlebih dahulu menuju kamar mandi dan sementara Jongin menyiapkan kamar mandi dan menyesuaikan suhu dan jet streaming. Ketika Jongin bergerak, Kyungsoo melihatnya meregangkan otot-otot di bawah kulitnya. Dalam cahaya terang kulit zaitun kencangnya sempurna.

Rupanya tidak ada cahaya yang tidak sempurna untuk Jongin. Bagian belakang tubuhnya menakjubkan dan sebelum dia menyadari itu, Kyungsoo mengulurkan tanggannya dan meletakkannya ke masingmasing pantat Jongin, ini...luar bisa.

"Suka dengan apa yang kau lihat Kyungsoo?" Jongin tertawa rendah dan membuat tangan Kyungsoo bergetar.

"Itulah yang akan aku lakukan."

Darah Kyungsoo bernyanyi dalam pembuluh menginginkan Jongin lagi, segera. Dan apa yang telah Jongin rencanakan dengan mandi bersama dengan dua bangku mengundang dikedua sudut?

Jongin menatap Kyungsoo melalui bahunya kemudian berbalik untuk memandangi wajahnya. Oh ya...Jongin senang melihatnya lagi.

Kejantanan Jongin menjorok langsung keluar dari tubuhnya, sudah benar-benar keras dan ada setetes cairan di ujungnya. Kyungsoo mengulurkan jari ragu-ragu untuk menyentuhnya, membersihkan sekitar kepala penisnya, lalu memasukkan jarinya itu ke mulutnya.

Jongin menatapnya, dan Kyungsoo bertanya-tanya apakah dia telah melakukan sesuatu yang salah, tapi Jongin menarik Kyungsoo kearahnya dan meletakan mulutnya ditelinganya nafas hangat membelai kulitnya. "Itulah yang menjadikannya begitu?"

"Hah?" Kyungsoo yang kehilangan konsentrasi tidak mengerti maksud Jongin.

"Kau bilang, 'Itulah yang menjadikannya begitu'." Apa maksudmu?"

Pikiran Kyungsoo kosong sejenak. Apa yang Jongin katakan? Oh, ya, pikiran datang melalui kegelapan.

"Maksudmu, ketika kau tertawa, dengan mulutmu diatas putingku, itulah yang membuatku orgasme yang pertama kalinya."

"Benarkah? Aku penasaran. Aku ingin tahu di mana lagi aku bisa meletakkan mulutku dan membuatmu orgasme lagi."

Mata Kyungsoo melebar, dan dia lupa untuk bernapas. "Aku bisa memikirkan beberapa tempat lainnya," kata Kyungsoo, mengejutkan dirinya sendiri dengan responnya yang cepat.

"Mmm," ia menciumi lehernya. "Dan kita akan melakukannya,

cantik, tapi pertama-tama mari kita lihat seperti apa kamar mandinya."

Kyungsoo mengikutinya ke kamar mandi. Kamar mandinya luas lebih luas dari kamar madinya di rumah dan memiliki setidaknya berisi selusin jet yang siap menembakkan air. Ada dispenser di dinding diisi dengan sabun cair/shampoo dan Jongin mengulurkan tangan dan mengisi tangannya dengan sabun licin, dan menggosok tubuh mereka bersama-sama untuk menciptakan wangi busa hijau apel.

"Berbaliklah." Gelembung yang berlimpah diantara jari-jarinya, dan ia berbalik menghadap di dinding belakangnya, tangannya bertumpu pada permukaan ubin putih. Jongin meletakkan telapak tangannya di punggung atas dan mulai mengusap dirinya dengan tangannya yang besar, busa tergelincir turun dan berjalan diantara pantatnya. Ketika Kyungsoo gemetar, Jongin bertanya, "Apakah kau suka?" Jongin berlutut dan terus menggosok busa di punggung dan jari-jarinya membelai pantatnya.

Ujung jari-jari Jongin bergerak di antara belahan pantatnya, membelainya hingga Kyungsoo menahan nafasnya, dan meskipun ia tegang dan menunggu Jongin untuk menyentuhnya lebih lanjut ke vaginanya, tapi Jongin hanya terus membasuh kakinya yang berdiri.

Jongin tetap berlutut dan memberikanya sedikit mendorongan.

"Duduk."

Jongin sudah cukup menuntut. Kyungsoo menyukai itu dan dia sangat menyukainya. Dia tidak yakin apa yang harus ia katakan tentang dirinya sendiri, tetapi berhadapan dengan seorang pria yang benarbenar panas dan sedang melayaninya merupakan hal yang hebat.

Kyungsoo duduk di bangku dan mengangkat salah satu kakinya.

.

.

.

Semprotan air menghantam seluruh tubuhnya saat ia berlutut di lantai kamar mandi, tapi rasanya menyenangkan, benar-benar luar biasa. Jongin terbawa sensasi untuk menyentuh setiap inci kulit Kyungsoo, bahwa ia menyadari semprotan air jet hanyalah sensasi tambahan.

Jongin memompa lebih banyak sabun ke telapak tangannya, dan mengangkat salah satu kaki Kyungsoo, dan menyabuninya dari bawah ke atas dan lengkungannya, antara jari kakinya. Kukunya dicat merah muda mawar, begitu dekat dengan warna putingnya, pikir Jongin melamun, melempar matanya menatap puting-puting kaku di atasnya. Dia memegang kaki dan membiarkan semprotan jet menyemprotkan air membasuh busa sabun, kemudian tangannya

perlahan-lahan naik sampai betis dan pahanya, memijat lembut dan mencintai nuansa kulit lembut di bawah tangannya. Dia tahu kulitnya sendiri kasar, tapi Kyungsoo tidak mengeluh. Sebenarnya, ketika ia menatap wajah Kyungsoo, matanya setengah tertutup dan melihat ke arahnya, warna birunya nyaris tidak tampak tertutup bulu matanya.

Jongin menyabuni kaki yang lain, perlahan-lahan mencucinya dan bergerak naik ke bagian atas pahanya.

"Buka kakimu untukku."

Kyungsoo membuka kakinya dan ia mengulurkan tangan dengan jari berbusa dan melihat semburat darah di pahanya. Ia menelusuri dengan ujung jarinya yang licin. Seorang perawan! Dia tidak akan setuju untuk bertemu dengannya jika ia sudah tahu. Tapi dia akan kehilangan malam terbaik yang pernah ia miliki dalam waktu yang lama. Mungkin yang tidak pernah ia miliki.

Meskipun Kyungsoo mengangkat pinggulnya, dan Jongin tahu apa yang Kyungsoo inginkan, dia melanjutkan mencuci kulit indahnya dengan perlahan, lembut, menjalankan tangannya ke atas lekukan perut dan ke payudara yang sangat ingin dia sentuh. Silikon sangat berlebihan.

Payudara lembut alami seperti milik Kyungsoo adalah yang paling indah.. Tiba-tiba, kesunyian, dan kurangnya percakapan membuat Jongin gugup. Satu-satunya suara adalah desisan dari jet air dan napas mereka. Jongin jadi terobsesi untuk mengetahui lebih dari sekedar tubuh Kyungsoo, dia menjadi terobsesi dengan apa yang Kyungsoo pikirkan dan rasakan. Itu hal baru untuk Jongin yang playboy.

"Kyungsoo?"

"Hmmm?"

Sial, ia harus memikirkan sesuatu untuk bertanya padanya, dan ia tidak tahu apa yang ia inginkan. Dia hanya ingin mendengar suaranya.

"Apakah airnya cukup hangat?"

.

.

.

Kelopak matanya bergetar terbuka. "Apa? Ya, oh, ya tidak apa-apa." sulit untuk membentuk kata-kata, untuk suatu alasan. Setiap perhatiannya terfokus pada tangan Jongin saat Jongin menyabuni dan menjelajahi tubuhnya. Jongin menyabuni tangan Kyungsoo, lalu menyabuni bahunya sampai ke ujung-ujung jarinya, Kyungsoo merasa benar-benar tanpa tulang dan kesemutan.

"Oke, aku hanya ingin memastikan bahwa kau baik-baik saja. Kau begitu tenang."

"Oh, maaf." Apakah itu hal yang benar untuk dikatakan? Sial pengalamannya sangat minim. Antara desis air dan jantung berdebar di telinganya, sisi shower tampak cukup keras untuk Kyungsoo bersandar.

Jongin memompa sampoo ke tangannya dan menjatuhkan diri ke bangku di sampingnya. "Aku ingin mencuci rambutmu." Kyungsoo berbalik dan Jongin memijat rambut Kyungsoo dan mengusapkan shampoo ke rambutnya, kemudian mengambil shower dan membilasnya membiarkan gelembung-gelembung shampoo mengalir.

"Aku rasa aku sudah cukup bersih, Jongin." kata Kyungsoo. "Atau setidaknya sebagian besar tubuhku."

Mata Kyungsoo bertemu dengan matanya, dan Jongin tersenyum. "Aku menyimpan yang terbaik untuk yang terakhir."

"Yah, aku pikir kau harus menunggu."

Jongin mengerutkan kening dan Kyungsoo tersenyum, merasa lebih percaya diri dalam menghadapi Jongin.

"Aku rasa hanya satu dari kita yang bersih. Berdiri."

Jongin patuh berdiri di depannya. Itu menempatkan salah satu asset terbaiknya tepat di depan wajah Kyungsoo dan Kyungsoo mengambil waktu sejenak untuk melihat lebih dekat kemaluannya. Ini menjorok ke arah wajahnya, dan dia memutuskan untuk menggodanya sedikit dan mengambil ujung kemaluannya ke dalam mulutnya, menjilati sekitar dua kali sebelum melepaskannya.

"Tidak, jangan berhenti," katanya, mengulurkan tangan untuknya, tapi dia mengangkat bahu di bawah lengan Jongin dan berdiri.

"Maaf, aku ingin lagi, tetapi aku tidak ingin dituduh pemalas. Kau menghabiskan waktu yang sangat lama untuk memandikanku dan sekarang giliranku."

Ekspresi wajah Jongin begitu berharga. Sensualitas ini terasa begitu tajam dan Kyungsoo mulai menyadari itu dan menikmatinya. Kyungsoo mengikuti langkah-langkah yang Jongin lakukan, kembali dulu, kemudian kaki dan kaki di bagian depan. Kyungsoo sengaja melewatkan satu bagian yang paling ingin dia sentuh. Menjalankan permainan secara adil ternyata menyenangkan, juga.

Tapi selain itu, ia menemukan bahwa menjalankan menggosok sabun ke tubuhnya yang luar biasa menimbulkan kenikmatan dalam dirinya. Jalur-jalur otot di bawah kulit Jongin, rambut kasar pada kakinya, Kyungsoo mempelajari lekuk tubuh Jongin dan memperhatikan reaksinya dengan seksama setiap Kyungsoo menyentuh tubuhnya.

Ketika Kyungsoo tidak sengaja mencubit puting gelap aprikotnya, penis Jongin tersentak dan menabrak perutnya. Menarik. Pada saat ia selesai dengan semuanya dan tinggal bagian yang paling menarik, kesabaran Kyungsoo tampaknya menipis. Kyungsoo menyabuni tangannya dan membelai di antara kedua kaki Jongin, kemudian ke kemaluannya yang sudah sekeras batu.

"Kyungsoo!"

Dia berjuang menahan cekikikannya di ketegangan dalam suaranya.

"Ya?"

"Cukup, aku tidak tahan. kemarilah."

Dia menarik Kyungsoo, dan menekankan kejantanannya diatas perut Kyungsoo.

"Aku ingin kau sekarang."

"Oh, tentu. Sekarang kita berdua sudah bersih."

Jongin melotot padanya dan Kyungsoo tertawa lepas.

"Kau menghabiskan waktu yang sangat lama menyiksaku dengan jari-jarimu yang berbakat. Aku hanya ingin membalas kebaikanmu."

"Ini tidak lucu, Kyungsoo." kata Jongin, tetapi sudut bibirnya berkedut. Dia bergeser memeluknya sehingga mereka berciuman, aliran air masih mengaliri tubuh mereka.

Dia tidak lagi bersikap perlahan-lahan, tapi segera membuka mulutnya dan memaksa. Ketika lidahnya bermain, ia menggeser tangannya ke pantat Kyungsoo dan mengangkat tubuhnya sehingga kakinya menjauh dari lantai. Dia menguatkan tangannya di bawah paha Kyungsoo dan menekan punggungnya ke dinding kamar mandi.

Kyungsoo tersentak dan ia melepaskan ciumannya untuk menatapnya.

"Apa yang salah?"

Kyungsoo menunjuk dan Jongin menunduk untuk melihat ia telah menempatkan dirinya sehingga salah satu jet menembak langsung terhadap klitorisnya.

"Oh, tidak." Dia membuat seolah-olah hendak bergerak menjauh, tetapi dia meninju bahunya.

"Tidak, tidak jangan bergerak, begitu...begitu..."

"Baik?" Dia menahan Kyungsoo di tempat saat tubuhnya bergetar dan ia menempel bahunya.

"Aku benar-benar perlu untuk merombak kamar mandiku," kata Kyungsoo, memegang erat sampai dunia berhenti berputar.

Sebelum Kyungsoo bisa melakukan hal lain, Jongin mengangkat tubuhnya sedikit dan memasukan kemaluannya ke bagian tubuh Kyungsoo yang gemetar. "Aku tidak bisa menunggu lagi." Dia mendorong dalamdalam, dua atau tiga kali, kemudian melambat, meluncur masuk dan keluar, berulang-ulang, sehingga ujungnya membentur tempat dalam dirinya yang selama ini hanya pernah ia baca.

"Ya, Kyungsoo, ada G-spot," gumamnya ke lehernya dan kemudian menjeritkan namanya saat ia datang lagi. "Jongin, oh Tuhan, ya, ya."

Dia bergidik saat ia tumpah di dalam diri Kyungsoo, dan menemukan pelepasannya lagi. "Aku bahkan tidak bisa percaya kau begitu ketat, Kyungsoo!" Dia memegang tubuh Kyungsoo dengan kakinya melilit pinggang, kemudian terduduk ke salah satu bangku dengan Kyungsoo di pangkuannya. Air masih mengalir di atas mereka, mengenai semua sudut, dan tiba-tiba saja air menjadi panas memukul kulitnya yang basah dan uap air menjadi luar biasa.

"Jongin, tolong matikan airnya. Aku tidak tahan." Tangan Jongin bergerak dan mematikan air shower.

"Apakah kau baik-baik saja? Aku seharusnya berfikir itu adalah pertama kalinya buatmu. Kau sakit, ya? Aku sangat menyesal."

Kyungsoo menggelengkan kepalanya kemudian meletakkan tangan Jongin dibahunya. "Bukan itu, aku tidak merasa sakit. Hanya tiba-tiba saja indraku menjadi lebih sensitif. Baik, buruk, intensitasnya begitu terasa. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan dengan diriku sendiri."

Jongin meletakkan kepalanya ke dinding. "Aku mengerti. Mari kita keluar dari sini dan mengeringkan badan. Aku rasa aku perlu berbaring sebentar."

Kyungsoo mencium di lehernya dan berdiri dengan kaki gemetar. "Oke, aku tidak pernah berpikir aku bisa memlakukan sejauh itu. Jongin melangkah keluar dari kamar mandi, dan dia menyerahkan handuk dan Kyungsoo melilitkannya disekitar tubuhnya, membungkus rambutnya dengan handuk yang lain

"Jadi, inilah yang semua orang bicarakan," kata Kyungsoo, sambil menggelengkan kepalanya.

"Aku tidak percaya, selama ini aku telah menunggu begitu lama untuk mencari tahu."

.

.

.

[Bab 6]

Dengan handuk melilit di pinggang Jongin, ia mengikuti Kyungsoo keluar dari kamar mandi. "Kyungsoo, itu tidak benar, maksudku, malam ini tidak seperti malam yang dibicarakan semua orang. Aku mungkin hanyalah seorang playboy seperti yang kamu minta, dengan perempuan silikon yang berbeda setiap minggunya, dan aku dapat meyakinkanmu, tidak pernah ada yang membuatku merasa seperti ini."

Kyungsoo memiringkan kepalanya dan menatap Jongin. "Aku yakin kau benar. Aku tidak mungkin bersaing dengan gadis-gadis seperti itu."

"Kyungsoo, Itu bukan yang aku maksudkan. Gadis-gadis itu, aku tidak tahu bagaimana menjelaskan perbedaannya, tetapi mereka tidak sepertimu. Kamu nyata, seluruh tubuhmu lembut, melengkung, enak untuk dipeluk dan dimanjakan, setiap inci tubuhmu sangat menarik. Tak satu pun dari mereka bisa bersaing denganmu."

Jongin berharap Kyungsoo mengerti betapa luar biasanya dia, tapi Jongin kuatir kata-katanya kurang bisa menggambarkan maksudnya dengan cukup baik.

Kyungsoo tersenyum padanya. "Aku punya guru yang baik. Tapi Master, aku sangat mengantuk. Apakah kamu rasa kita bisa berbaring sebentar?"

Kyungsoo melepaskan handuk dari rambutnya dan melepaskan juga handuk yang melilit ditubuhnya. "Aku harus menemukan tasku. Aku membawa baju tidur seksi untuk menginap."

Jongin mengulurkan tangannya dan mengambil dua handuk dari Kyungsoo, dan melemparkannya, ke dalam kamar mandi. "Tidak perlu gaun tidur, cukup naiklah ke tempat tidur dan berpelukan denganku dan kita akan tidur. Ini sudah larut malam."

Kyungsoo menguap lalu tampak terkejut. "Aku benar-benar lupa kamu memesan minuman. Dan apa yang ada di piring tertutup itu?"

"Kalau kamu suka, aku akan menuangkan sampanye untuk kita."

"Aku sangat mengantuk...tapi apa yang ada di piring?"

"Silakan dibuka dan dilihat apakah ada sesuatu yang kamu suka." Kyungsoo mengulurkan tangannya di atas kepalanya dan berjalan ke meja.

"Aku tidak tahu, Aku pikir aku terlalu lelah untuk...stroberi! Stroberi dengan gula merah dan krim asam. Oh, aku benar-benar lapar. Ambillah dan buka sampanye-nya - Aku baru saja mendapat angin kedua."

Kyungsoo membawa piring hasil jarahan itu ke tempat tidur dan duduk bersilang kaki di dekat kepala ranjang.

"Bagaimana kau tahu?"

"Aku tidak tahu. Madame mengatakan akan ada minuman di dalam ruangan. Aku belum pernah melihat stroberi dengan krim asam sebelumnya."

"Aku sudah pernah melihatnya di sebuah pesta dan langsung jatuh cinta."

Kyungsoo mengambil stroberi, besar merah dicelupkan ke dalam krim dan kemudian gula. Kristal emas gelap menempel ke sisi berry.

"cicipilah."

Kyungsoo mengambil segelas sampanye dari tangan Jongin dan mengulurkan strawberry kepadanya untuk digigit. Kyungsoo Nampak begitu senang, Jongin tidak ingin berkata tidak.

Jongin mengunyah dan menelan, menutup matanya saat manisnya gula dan krim asam tart bertermu dengan berry yang ranum di dalam mulutnya.

"Ini menakjubkan."

Jongin duduk di tepi tempat tidur di samping Kyungsoo dan tersenyum.

"Siapa yang menemukan perpaduan yang begitu nikmat rasanya?"

"Aku tidak tahu, seseorang yang sangat cerdas."

Kyungsoo menghabiskan berry pertama dan mencelupkan berry berikutnya, dan menawarkannya kepada Jongin. Jongin menatapnya, duduk bersila dan telanjang di tempat tidur, memegang buah merah dengan lapisan gulanya. Sebuah one-night-stand (satu malam yang mempesona). Dan Jongin, yang memiliki kencan semalam selama beberapa kali dalam sebulan, merasakan getar sayap melankolis mengelilingi hatinya. Seorang pria akan sangat beruntung ketika wanita ini memutuskan siapa yang dia inginkan untuk selamanya.

Pasti pria tersebut adalah seseorang pria yang lebih baik dari dirinya. Dia tidak pantas mendapatkan Kyungsoo, dan dia sangat yakin akan hal itu. Cukup. Jongin menarik napas dalam-dalam. Dia hanya memiliki Kyungsoo untuk satu malam.

Kyungsoo mendesah dan mendorong piring yang hampir kosong menjauh. Gelas sampanye ia letakkan di meja samping tempat tidur, dan dia meluncur ke tempat tidur dan melengkungkan tubuh ke samping.

"Aku harus menutup mataku, hanya untuk satu menit."

Jongin berbaring dibelakangnya, menyelinapkan tangannya dan membungkus lengannya di pinggang Kyungsoo. Jongin menariknya lebih dekat sehingga dapat merasakan ketika tubuh Kyungsoo melunak dan napasnya menjadi teratur. Untuk sesaat sebelum Jongin jatuh tertidur seperti Kyungsoo, pikirannya memikirkan beberapa kemungkinan tentang ide-ide diluar kebiasaannya sebagai playboy. Ternyata satu malam dengan Kyungsoo tidak akan cukup.

.

.

.

[Bab 7]

Kyungsoo terbangun dengan kaget, sesaat panik. Mencoba mengingat di mana dia berada lalu ia teringat. Lengan yang mengapit dipinggangnya adalah petunjuk. Jongin. Teman kencan semalamnya.

Melalui tirai terbuka dia bisa melihat garis halus cahaya di sepanjang ufuk timur. Ternyata hari sudah beranjak siang dan dengan itu adalah kenyataan.

Kyungsoo menyelinap keluar dari tempat tidur dan berjalan ke jendela. Jeju di bawah sana, masih dipenuhi lampu hias yang menganggumkan, tapi Kyungsoo tahu matahari akan segera naik semakin tinggi, dan itu adalah waktu baginya untuk pergi. Dia menyambar tas dan masuk ke kamar mandi untuk berpakaian.

Ketika Kyungsoo keluar beberapa menit kemudian, langit terasa lebih ringan. Dia mengatur tasnya untuk dibawa ke bawah dan menarik tirai kamar yang berat dan menutupnya. Tidak ada alasan untuk Jongin harus bangun pagi-pagi sejauh yang ia tahu. Kyungsoo memperhatikan lengan Jongin yang terlentang luas diatas tempat tidur dan sedikit senyum di wajahnya. Kyungsoo berharap Jongin sedang mengalami mimpi yang indah. Dia berhenti sejenak di sisi meja.

Kyungsoo membungkuk di atas tempat tidur dan mengecup sangat lembut di pipi Jongin yang berbulu.

"Jangan lupakan aku," kata Kyungsoo, nyaris berbisik. "Aku yakin aku tidak akan pernah melupakanmu."

Kyungsoo menyelinap keluar dari ruangan dan masuk ke dalam lift. Apabila pasangan kekasih di malam sebelumnya masih ada di sana, dia akan mendapatkannya. Pemahaman barunya sudah naik ke tingkat yang lebih tinggi untuk memahami.

.

.

.

Jongin tidur sampai jam sepuluh. Itu adalah waktu yang ditunjukkan oleh jam kecil di meja samping tempat tidur disaat ia membuka matanya. Jongin meregangkan tubuhnya, lalu ia duduk dan melihat sekelilingnya. Dia tidak bisa ingat kapan terakhir kali ia tidur begitu nyenyak. Tidur di tempat tidur hotel mewah itu bukan penyebabnya.

Oh, dan pertemuan kecil tadi malam tentulah tidak menyakitkan. Omong-omong...di mana dia?

"Kyungsoo?" Tidak ada jawaban, dan Jongin menyadari Kyungsoo telah pergi. Itu adalah kencan semalam dan malam itu telah berakhir. Jongin telah bertemu dengan seorang wanita yang bisa menjangkau dan menyentuh hatinya bahkan tanpa berusaha, dan sekarang wanita sudah pergi.

Sambil mendesah, Jongin berdiri dan memakai celana boxer dan celana jeansnya. Dia tidak bisa masuk ke kamar mandi lagi, tidak setelah bercinta dengan Kyungsoo dibawah guyuran jet air. Dia merogoh tasnya untuk mengambil kaus kaki, menemukan secarik kertas terlipat dan Jongin merapikan kertas itu pahanya.

Catatan itu dimulai dengan, "Dear Jongin...Aku harap aku tidak melanggar aturan 1NightStand dengan melakukan hal ini, tapi aku ingin kamu tahu bagaimana menghubungiku..." Seringai menyebar ke seluruh wajahnya saat ia menyelipkan pesan itu ke dalam sakunya.

.

.

.

.

END

Selamat maljuman chinguuuuu-yaaaa :D

Hanna

KAISOODYO